Anda di halaman 1dari 11

PRODUKSI PIGMEN WARNA MERAH DARI JAMUR

PENICILLIUM PURPUROGENUM YANG DIISOLASI DARI


TANAH TERCEMAR LIMBAH SUSU KAMBING DENGAN
METODE SUBMERGED FERMENTATION

ARTIKEL

Oleh:

I DEWA GEDE AGUS SUDARMA

1113031011

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2015
PRODUKSI PIGMEN WARNA MERAH DARI JAMUR
PENICILLIUM PURPUROGENUM YANG DIISOLASI DARI
TANAH TERCEMAR LIMBAH SUSU KAMBING DENGAN
METODE SUBMERGED FERMENTATION

I Dewa Gede Agus Sudarma, I Dewa Ketut Sastrawidana, Siti Maryam

Jurusan Pendidikan Kimia


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: {agus.sudarma11@gmail.com, idewasastra@yahoo.com,


titik_maryam@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum produksi pigmen warna merah dari
jamur Penicillium purpurogenum yang diisolasi dari tanah tercemar limbah susu kambing.
Produksi pigmen menggunakan metode submerged fermentation pada media PD Broth dengan
variasi solid support (ampas kelapa dan rumput laut), suhu (30oC, 35oC, 40oC, dan 45oC), pH
(4-10), waktu inkubasi (1-12 hari), sumber karbon (glukosa, sukrosa, dan pati) dan sumber
nitrogen (ekstrak ragi, pepton, dan NaNO3). Pigmen merah yang dihasilkan diekstrak dengan
menggunakan akuades dan diukur nilai absorbansinya menggunakan spektronik 20+ pada
panjang gelombang 490 nm. Jumlah pigmen yang dihasilkan, direpresentasikan oleh nilai
absorbansi pigmen pada setiap kondisi yang terukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pigmen warna merah dari jamur Penicillium purpurogenum optimum dengan solid support
ampas kelapa, suhu 30oC, pH 5, waktu inkubasi 11 hari, sumber karbon sukrosa 2%, dan
sumber nitrogen ektrak ragi 2%.

Kata-kata kunci: kondisi optimum, produksi pigmen, Penicillium purpurogenum.

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine optimum condition of red pigmen production by
Penicillium puurpurogenum that is isolated from from soil contaminated by waste of goat’s milk.
The method is submerged fermentation with PD broth as media. Environmental conditions in the
production of the red pigment are solid support (coconut pulp and seaweed), temperature
o o o o
(30 C, 35 C, 40 C and 45 C), pH (4-10), the incubation time (1-12 days), carbon source
(glucose, sucrose, and starch) and nitrogen source (yeast extract, peptone, and NaNO3). Red
pigment is extracted using distilled water and absorbance value is measured using spektronik
20+ at wavelength of 490 nm. The amount of pigment is represented by pigment’s absorbance
value. The results showed that the red pigment of the fungus Penicillium purpurogenum
optimum with coconut pulp as solid support, 30°C, pH 5, 11-day incubation period, 2% sucrose
as carbon source, and 2% yeast extract as nitrogen source.

Key words: Pigment production, Penicillium purpurogenum, optimum conditions.

1. Pendahuluan sintetik lebih sering digunakan dibandingkan


Pewarna merupakan sesuatu yang dengan pewarna alami baik dalam bidang
sangat penting dalam industri baik pangan pangan maupun non-pangan. Pewarna
maupun non-pangan. Pewarna berfungsi sintetik memiliki keunggulan dari pada
untuk memperindah produk sehingga pewarna alami yang menyebabkan
menjadi lebih menarik bagi konsumen. penggunaan pewarna ini lebih dominan.
Selain itu, pewarna juga dapat menambah Pewarna sintetik lebih praktis, tahan lama,
nilai jual suatu produk. Saat ini, pewarna banyak pilihan warna, dan mudah diperoleh
karena ketersediaannya melimpah sehingga dari tumbuhan yang dilakukan secara masal
mampu memenuhi kebutuhan industri akan membutuhkan jumlah tumbuhan yang
berskala besar. sangat banyak (Wijaya, 2009).
Dibalik keunggulan pewarna sintetik Selain tumbuhan, pewarna alami juga
tersebut, terdapat bahaya yang dapat dapat diproduksi oleh mikroorganisme
merugikan lingkungan dan makhluk hidup seperti bakteri dan jamur. Bakteri dapat
sekitarnya. Al-Sabti (2000) melaporkan menghasilkan senyawa bioaktif seperti
bahwa pewarna sintetik Reactive Azo Red turunan indol, alkaloid, poliena, makrolid,
120 mengakibatkan aktivitas mutagenik peptida, dan terpenoid untuk melindungi diri
terhadap ikan mas. Sastrawidana dan dari kondisi ekstrem (Fenical, 1993). Shatila
Sukarta (2011) melaporkan bahwa limbah (2013) melaporkan bahwa bakteri
industri pencelupan tekstil di Bali sudah Exiguobacterium aurantiacum FH yang
termasuk kategori toksik. Dampak negatif ditumbuhkan pada Luria Bertani broth
pewarna sintetik terjadi karena zat warna menghasilkan pigmen warna jingga yang
sintetik umumnya bersifat toksik, diidentifikasi sebagai senyawa karatenoid.
karsinogenik, serta sulit terombak di Maskey et al. (2003) melaporkan bakteri
lingkungan (Pandey et al., 2007). Pseudonocardia sp. menghasilkan pigmen
Menyikapi dampak negatif pewarna warna kuning yang tergolong sebagai
sintetik, banyak penelitian telah dilakukan senyawa penazin.
untuk memperoleh alternatif pewarna lain Beberapa jenis jamur telah diteliti
untuk menggantikan pewarna sintetik. berpotensi sebagai penghasil warna karena
Sumber pewarna alternatif berasal dari jamur dapat menghasilkan metabolit
tumbuhan dan mikroorganisme. Pewarna sekunder berupa pigmen selama masa
alami dari tumbuhan dapat diperoleh dari pertumbuhannya. Dhale (2009) melaporkan
akar, daun, batang, bunga, dan buah dari Penicillium sp NIOM-02 yang diisolasi dari
bagian tumbuhan. Adrian Nur et al. (2005) sedimen laut dapat menghasilkan pigmen
melaporkan bahwa ektrak hati nanas merah. Sastrawidana dan Siti Maryam
menghasilkan pigmen warna kuning yang (2013), melakukan ekplorasi jamur potensial
cocok digunakan sebagai pewarna penghasil pigmen warna dan menemukan
makanan. Sutara (2009) melaporkan bahwa tiga jenis jamur penghasil pigmen yaitu
beberapa perusahaan tenun di daerah jamur Penicillium sp. penghasil pigmen
Gianyar, Bali menggunakan berbagai jenis warna merah, Neurospora sitophila
tumbuhan sebagai pewarna alami seperti penghasil pigmen kuning dan Trichoderma
daun gambir (kuning kecoklatan), kulit kayu sp. penghasil pigmen hijau kebiruan.
jambal (merah kecoklatan), daun jambu Chintapenta et al. (2014) melakukan analisis
klutuk (hijau), daun jati (coklat), kulit buah terhadap Penicillium sp. dan melaporkan
juwet (hitam), kulit akar mengkudu (coklat bahwa jamur Penicillium sp. dapat
muda), daun tarum (biru), dan masih banyak menghasilkan pigmen warna merah.
lagi. Selain itu, masyarakat secara umum Kuantitas pigmen warna yang
sering menggunakan pewarna alami seperti dihasilkan oleh jamur tidak serta merta
kunyit, daun suji, dan kesumba sebagai banyak dan melimpah. Pigmen yang
pewarna makanan. dihasilkan jamur dipengaruhi oleh kondisi
Meskipun beberapa tumbuhan lingkungan hidup jamur seperti ketersediaan
menunjukkan potensi sebagai pengganti nutrien, pH, suhu, dan waktu inkubasi.
pewarna sintetik, akan tetapi terdapat Pradeep et al. (2013) melaporkan bahwa
beberapa kelemahan pewarna dari produksi pigmen merah oleh Fusarium
tumbuhan seperti tidak memiliki pilihan moniliforme optimum pada pH 5,5, suhu
warna yang beragam dan warna yang 28±1oC, penambahan ekstrak ragi 2%
dihasilkan kurang menarik. Hal ini akan sebagai sumber nitrogen, dan glukosa 2%
membatasi kreasi dalam membuat produk sebagai sumber karbon. Produksi pigmen
dan dapat menurunkan nilai jual produk oleh Chaetomium cupreum optimum pada
yang dibuat. Kelemahan lainnya adalah pH 6, suhu 35oC, waktu inkubasi 6 hari,
ketersediaan bahan yang tidak mencukupi penambahan dekstrosa 2%, dan campuran
kebutuhan pasar. Produksi pewarna alami pepton dengan ekstrak ragi (0,4%) (Soumya
et al., 2013). Hernández et al. (2013) Setelah 7 hari inkubasi, kultur jamur yang
melaporkan kondisi pH dan suhu optimum diperoleh ditempatkan pada lemari
produksi pigmen dari Penicillium pendingin.
purpurogenum GH2 dengan metode
submerged fermentation menggunakan 2.3 Produksi Pigmen
media PDA adalah pH 10 dan suhu 24 oC. 2.3.1 Variasi Solid Support
Januariawan (2015) berhasil Produksi pigmen dilakukan
mengisolasi jamur Penicillium menggunakan metode submerged
purpurogenum dari tanah tercemar limbah fermentation pada kondisi pH 9, suhu 30 oC,
susu kambing yang mampu memproduksi penambahan larutan pati 2% (w/v) dan
pigmen warna merah menggunakan media ekstrak ragi 2% (w/v). Sebanyak 10 mL
PDA. Penelitian ini bertujuan untuk dapat media PDB dimasukkan ke dalam dua labu
mengoptimalkan produksi pewarna alami Erlenmeyer yang masing-masing
ramah lingkungan yang berasal dari jamur ditambahkan dengan solid support ampas
Penicillium purpurogenum yang diisolasi dari kelapa dan rumput laut kemudian
tanah tercemar susu kambing. Pada disterilisasi menggunakan autoklaf.
penelitian ini difokuskan untuk menganalisis Selanjutnya 5 mL kultur jamur dimasukkan
kondisi optimum produksi pigmen merah ke masing-masing labu Erlenmeyer dan
oleh jamur Penicillium purpurogenum diinkubasi selama 12 hari. Pigmen yang
dengan 6 jenis variasi yaitu solid support berada pada media cair disaring dengan
(ampas kelapa dan rumput laut), pH (4-10), kertas saring Whatman no 1 dan pigmen
waktu inkubasi (1-12 hari), suhu (30oC, yang berada pada solid support diekstraksi
35oC, 40oC, dan 45oC), sumber karbon menggunakan aquades selanjutnya dikocok
(glukosa, sukrosa, dan pati), dan sumber pada 200 rpm selama 30 menit dan
nitrogen (ektrak ragi, pepton, dan NaNO 3). kemudian disaring dengan kertas saring
Whatman no 1. Pigmen hasil penyaringan
2. Metode pertama dan kedua dijadikan satu kemudian
2.1 Alat dan Bahan serapan pigmen diuji menggunakan
Alat-alat yang digunakan dalam spektronik 20+ pada panjang gelombang
penelitian ini adalah tabung reaksi, 490 nm.
spektronik 20+, shaker, , oven, pipet
volumetri, pipet ukur, hot plate, autoclave,
sentrifuge, bunsen, neraca, kaca arloji, 2.3.2 Variasi Suhu
corong, spatula, pipet tetes, batang Produksi pigmen dari jamur Penicillium
pengaduk, gelas kimia 100 mL, 250 mL, purpurogenum dilakukan menggunakan
cawan petri, inkubator, labu ukur 50 mL, metode submerged fermentation dengan
Erlenmeyer 100 mL, 250 mL, dan botol kondisi pH 9, penambahan larutan pati 2%
penyimpanan bahan. Bahan-bahan yang (w/v) dan ekstrak ragi 2% (w/v) pada variasi
digunakan antara lain rumput laut, ampas suhu inkubasi. Sebanyak 10 mL media PDB
kelapa (usam), aquades, alkohol 70%, dan 0,2 gram solid support yang
dekstrosa, sukrosa, pati , glukosa, pepton, memberikan hasil produksi pigmen merah
ekstrak ragi, natrium nitrat, kloramfenicol, paling baik pada uji variasi solid support
kentang, bacto agar, indikator pH universal, dimasukkan ke dalam 4 labu Erlenmeyer
kapas, NaOH, HCl, kantong plastik bening, kemudian disterilisasi menggunakan
plasticwrap dan aluminium foil. autoklaf. Sebanyak 5 mL kultur jamur
dimasukkan ke setiap labu Erlenmeyer
2.2 Kulturisasi Jamur kemudian diinkubasi dengan suhu berbeda-
Kulturisasi jamur dilakukan dengan beda yaitu 30oC, 35oC, 40oC, 45oC, selama
metode submerged fermentation 12 hari. Pigmen yang berada pada media
menggunakan media PDB yang telah steril. cair disaring dengan kertas saring Whatman
Sebanyak 5 mL suspensi jamur ditransfer no 1 dan pigmen yang berada pada solid
secara aseptik ke dalam labu erlenmeyer support diekstraksi menggunakan aquades
yang berisi 30 mL media PDB, kemudian selanjutnya dikocok pada 200 rpm selama
diinkubasi pada suhu 30 oC selama 7 hari. 30 menit dan kemudian disaring dengan
kertas saring Whatman no 1. Pigmen hasil dengan suhu yang memberikan hasil
penyaringan pertama dan kedua dijadikan produksi pigmen merah paling baik pada uji
satu kemudian serapan pigmen diuji variasi suhu inkubasi, selama 1 sampai 12
menggunakan spektronik 20+ pada panjang hari. Pigmen yang berada pada media cair
gelombang 490 nm. disaring dengan kertas saring Whatman no
1 dan pigmen yang berada pada solid
2.3.3 Variasi pH support diekstraksi menggunakan aquades
Produksi pigmen dari jamur Penicillium selanjutnya dikocok pada 200 rpm selama
purpurogenum dilakukan menggunakan 30 menit dan kemudian disaring dengan
metode submerged fermentation dengan kertas saring Whatman no 1. Pigmen hasil
penambahan larutan pati 2% (w/v) dan penyaringan pertama dan kedua dijadikan
ekstrak ragi 2% (w/v) pada variasi pH. satu kemudian serapan pigmen diuji
Sebanyak 10 mL media PDB dan 0,2 gram menggunakan spektronik 20+ pada panjang
solid support yang memberikan hasil gelombang 490 nm. Ektraksi pigmen dan
produksi pigmen merah paling baik pada uji pengujian absorbansi dilakukan dari hari ke-
variasi solid support dimasukkan ke dalam 7 1 hingga hari ke-12 terhadap pigmen pada
labu Erlenmeyer. Kondisi pH pada masing- masing-masing labu Erlenmeyer.
masing labu diatur dengan pH
4,5,6,7,8,9,dan 10 kemudian disterilisasi 2.3.5 Variasi Sumber Karbon
menggunakan autoklaf. Sebanyak 5 mL Produksi pigmen dari jamur Penicillium
kultur jamur dimasukkan ke setiap labu purpurogenum dilakukan menggunakan
Erlenmeyer kemudian diinkubasi dengan metode submerged fermentation dengan
suhu yang memberikan hasil produksi penambahan ekstrak ragi 2% (w/v) pada
pigmen merah paling baik pada uji variasi variasi sumber karbon. Sebanyak 10 mL
suhu inkubasi, selama 12 hari. Pigmen yang media PDB dan 0,2 gram solid support yang
berada pada media cair disaring dengan memberikan hasil produksi pigmen merah
kertas saring Whatman no 1 dan pigmen paling baik pada uji variasi solid support
yang berada pada solid support diekstraksi dimasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer.
menggunakan aquades selanjutnya dikocok Masing-masing labu ditambahkan dengan
pada 200 rpm selama 30 menit dan sumber karbon yang berbeda yaitu glukosa,
kemudian disaring dengan kertas saring sukrosa, dan pati dengan konsentrasi 2%
Whatman no 1. Pigmen hasil penyaringan (w/v). Kondisi pH diatur sesuai dengan pH
pertama dan kedua dijadikan satu kemudian yang memberikan hasil produksi pigmen
serapan pigmen diuji menggunakan merah paling baik pada uji variasi pH,
spektronik 20+ pada panjang gelombang kemudian labu Erlenmeyer disterilisasi
490 nm. menggunakan autoklaf. Sebanyak 5 mL
kultur jamur dimasukkan ke setiap labu
2.3.4 Variasi Waktu Inkubasi Erlenmeyer kemudian diinkubasi dengan
Produksi pigmen dari jamur Penicillium suhu dan waktu inkubasi yang memberikan
purpurogenum dilakukan menggunakan hasil produksi pigmen merah paling baik
metode submerged fermentation dengan pada uji variasi suhu dan waktu inkubasi.
penambahan larutan pati 2% (w/v) dan Pigmen yang berada pada media cair
ekstrak ragi 2% (w/v) pada variasi waktu disaring dengan kertas saring Whatman no
inkubasi. Sebanyak 10 mL media PDB dan 1 dan pigmen yang berada pada solid
0,2 gram solid support yang memberikan support diekstraksi menggunakan aquades
hasil produksi pigmen merah paling baik selanjutnya dikocok pada 200 rpm selama
pada uji variasi solid support dimasukkan ke 30 menit dan kemudian disaring dengan
dalam 12 labu Erlenmeyer. Kondisi pH diatur kertas saring Whatman no 1. Pigmen hasil
sesuai dengan pH yang memberikan hasil penyaringan pertama dan kedua dijadikan
produksi pigmen merah paling baik pada uji satu kemudian serapan pigmen diuji
variasi pH, kemudian labu Erlenmeyer menggunakan spektronik 20+ pada panjang
disterilisasi menggunakan autoklaf. gelombang 490 nm.
Sebanyak 5 mL kultur jamur dimasukkan ke
setiap labu Erlenmeyer kemudian diinkubasi
2.3.6 Variasi Sumber Nitrogen

Absorbansi
Produksi pigmen dari jamur Penicillium 0.30
0.20 Pengulangan 1
purpurogenum dilakukan menggunakan 0.10
Pengulangan 2
0.00
metode submerged fermentation dengan Ampas Kelapa Rumput Laut Pengulangan 3
Solid Support
penambahan 2% (w/v) sumber karbon yang
memberikan hasil produksi paing baik pada
Gambar 1. Kurva hubungan solid support
uji variasi sumber karbon pada variasi
dengan nilai absorbansi pigmen warna merah
sumber nitrogen. Sebanyak 10 mL media yang diukur pada panjang gelombang 490 nm.
PDB dan 0,2 gram solid support yang
memberikan hasil produksi pigmen merah Berdasarkan hasil uji absorbansi
paling baik pada uji variasi solid support sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1,
dimasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer. pigmen yang dihasilkan oleh jamur
Masing-masing labu ditambahkan dengan Penicillium purpurogenum yang
sumber nitrogen yang berbeda yaitu ekstrak ditumbuhkan pada media yang
ragi, pepton, dan NaNO3 dengan disuplementasi ampas kelapa memiliki nilai
konsentrasi 2%. Kondisi pH diatur sesuai absorbansi (0,22; 0,23; 0,22) yang lebih
dengan pH yang memberikan hasil produksi besar dari pada pigmen yang dihasilkan
pigmen merah paling baik pada uji variasi dengan menggunakan media yang
pH, kemudian labu Erlenmeyer disterilisasi disuplementasi dengan rumput laut (0,06;
menggunakan autoklaf. Sebanyak 5 mL 0,05; 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
kultur jamur dimasukkan ke setiap labu suplementasi media pertumbuhan jamur
Erlenmeyer kemudian diinkubasi dengan Penicillium purpurogenum dengan ampas
suhu dan waktu inkubasi yang memberikan kelapa lebih baik dari pada rumput untuk
hasil produksi pigmen merah paling baik produksi pigmen warna merah.
pada uji variasi suhu dan waktu inkubasi. Jamur Penicillium purpurogenum
Pigmen yang berada pada media cair dalam penelitian ini diisolasi dari tanah yang
disaring dengan kertas saring Whatman no tercemar limbah susu kambing
1 dan pigmen yang berada pada solid (Januariawan, 2015). Susu kambing
support diekstraksi menggunakan aquades merupakan sumber protein dan lemak yang
selanjutnya dikocok pada 200 rpm selama cukup tinggi (Zain, 2013). Ampas kelapa
30 menit dan kemudian disaring dengan mengandung protein 11,35% dan lemak
kertas saring Whatman no 1. Pigmen hasil sebesar 23,36% (Miskiyah et al., 2006),
penyaringan pertama dan kedua dijadikan sedangkan kadar protein dan kadar lemak
satu kemudian serapan pigmen diuji rumput laut Sargassum crassifolum J.
menggunakan spektronik 20+ pada panjang Agardh adalah 5,19% dan 1,36%
gelombang 490nm. (Handayani et al., 2004). Kemiripan kondisi
solid support ampas kelapa dengan kondisi
3. Hasil dan Pembahasan
lingkungan awal jamur Penicillium
3.1 Produksi Pigmen
pupurogenum dapat meningkatkan produksi
3.1.1 Variasi Solid Support
metabolit sekunder jamur tersebut.
Produksi pigmen warna merah dari
Sebagaimana dilaporkan oleh Bigelis et al.
jamur Penicillium purpurogenum pada
(2006) efektifitas penambahan solid support
variasi solid support menggunakan metode
disesuaikan dengan sifat alami pertumbuhan
SmF dengan media PDB. Produksi pigmen
jamur yang diisolasi.
dilakukan selama 12 hari pada suhu 30 oC
dengan kondisi pH 9, penambahan larutan
3.1.2 Variasi Suhu
pati 2% dan ekstrak ragi 2%. Hasil uji
Produksi pigmen merah dari jamur
absorbansi pigmen warna menggunakan
Penicillium purpurogenum dengan variasi
spektronik 20+ pada panjang gelombang
suhu dilakukan dengan metode SmF
490 nm disajikan pada Gambar 1.
menggunakan media PDB yang
disuplementasi dengan solid support ampas
kelapa. Media PDB yang diatur memiliki pH
9 ditambahkan dengan ekstrak ragi 2% (w/v)
dan larutan pati 2% (w/v). Hasil uji menggunakan metode SmF dengan media
absorbansi pigmen warna pada variasi suhu PDB yang disuplementasi oleh ampas
inkubasi sebagai representasi jumlah kelapa, pH 9, dan penambahan ekstak ragi
pigmen merah disajikan pada Gambar 2. dan pati sebesar 2%.

3.1.3 Variasi pH
Absorbansi

1.00

0.50
Pengulangan 1 Produksi pigmen merah dari jamur
0.00
Pengulangan 2 Penicillium purpurogenum pada variasai pH
30 35 40
Suhu ( oC)
45 Pengulangan 3 dilakukan dengan metode SmF
menggunakan media PD Broth yang
Gambar 2. Kurva hubungan suhu dengan nilai
disuplementasi dengan ampas kelapa dan
absorbansi pigmen warna merah yang diukur penambahan ekstrak ragi 2% (w/v) dan
pada panjang gelombang 490 nm. larutan pati 2% (w/v), diinkubasi selama 12
hari pada suhu 30oC. Hasil uji absorbansi
Berdasarkan uji absorbansi terhadap ekstrak pigmen merah pada setiap kondisi
pigmen merah sebagaimana disajikan pada pH disajikan pada Gambar 3.
Gambar 2, pigmen yang dihasilkan dengan
suhu inkubasi 30oC memiliki absorbansi 1.00
0.80

Absorbansi
paling tinggi dibandingkan dengan suhu 0.60 Pengulangan 1
inkubasi lain yang diujikan. Hasil ini 0.40
0.20 Pengulangan 2
menunjukkan bahwa jumlah pigmen merah 0.00
4 5 6 7 8 9 10
Pengulangan 3

yang dihasilkan oleh jamur Penicillium pH

purpurogenum yang ditumbuhkan dengan


metode submerged fermentation Gambar 3. Kurva hubungan pH inkubasi dengan
menggunakan media PDB dan nilai absorbansi pigmen warna merah yang
disuplementasi dengan ampas kelapa paling diukur pada panjang gelombang 490 nm.
banyak pada suhu inkubasi 30oC.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Berdasarkan hasil uji absorbansi
hasil dari Ebinuma et al. (2013) yang terhadap ekstrak pigmen dari jamur
melaporkan bahwa produksi pigmen merah Penicillium purpurogenum sebagaimana
dari jamur Penicillium purpurogenum disajikan pada Gambar 3, pigmen yang
menggunakan metode submerged diproduksi pada kondisi pH 5 memiliki nilai
fermentation optimum pada suhu 30oC. absorbansi terbesar dibandingkan dengan
Selain itu, Dhake et al. (2005) menyatakan produksi pada kondisi pH yang lain. Hasil ini
bahwa proses metabolisme Penicillium menunjukkan bahwa jumlah pigmen merah
purpurogenum maksimal pada suhu yang diproduksi oleh jamur Penicillium
inkubasi 30oC. Hasil penelitian lain purpurogenum dengan metode submerged
meyebutkan bahwa produksi pigmen dari fermentation menggunakan media PDB
jamur Fusarium verticillioides optimum pada yang disuplementasi dengan ampas paling
suhu 30oC (Boonyapranai et al., 2008), banyak dihasilkan pada pH 5.
jamur Chaetomium cupreum optimum pada Hasil ini sejalan dengan penelitian
35oC (Soumya et al., 2013), dan jamur yang dilakukan oleh Mendez et al. (2011)
Fusarium moniliforme optimum pada 28oC yang melaporkan bawha jamur Penicillium
(Pradeep et al., 2013). Hasil berbeda purpurogenum GH2 menghasilkan pigmen
diungkapakan oleh Hernandez (2013) secara optimum pada pH 5 menggunakan
bahwa suhu optimum Penicillium Czapek-Dox modified broth. Gunasakaran &
purpurogenum GH2 untuk menghasilkan Poorniammal (2008) melaporkan produksi
pigmen adalah 24oC. Perbedaan ini dapat pigmen merah dari jamur Penicillium sp.
disebabkan karena penggunaan metode dan menggunakan metode submerged
media serta kondisi lingkungan lainnya yang fermentation optimum pada pH 9. Produksi
berbeda. Hernandez (2013) menggunakan pigmen merah oleh jamur Monascus
metode SSF dengan media berupa PDA dan sanguineus optimum pada pH 6,5 (Rashmi
pH 10, sedangkan dalam penelitian ini & Padmavathi, 2013) dan oleh jamur
lignicolous optimum pada pH 6 (Tudor,
2013). Kondisi pH lingkungan pertumbuhan hari ke-6 dengan metode SmF
akan mempengaruhi tugas fisiologis dan menggunakan media malt extract yang
biokimia suatu mikroorganisme (Hernandez, diinkubasi pada suhu 24 oC. Perbedaan ini
2013). Penicillium purpurogenum dapat disebabkan karena perbedaan media
menghasilkan metabolit sekunder berupa dan kondisi lingkungan yang digunakan
pigmen warna sebagai mekanisme dalam proses produksi pigmen.
pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan Berdasarkan data absorbansi pigmen,
salah satunya kondisi pH (Hernández pada hari ke-12 terjadi penurunan
Rivera, 2006). absoebansi pigmen. Hal ini dapat
disebabkan karena terjadi degradasi pigmen
3.1.4 Variasi Waktu Inkubasi seperti yang dilaporkan oleh Pastrana et al.
Produksi pigmen warna merah dari (1995) bahwa pigmen dari Monascus sp
jamur Penicillium purpurogenum yang berada pada suatu larutan
menggunakan metode SmF, media berupa terdegradasi dalam beberapa hari.
PD Broth yang disuplementasi dengan Degradasi dapat disebebkan karena pigmen
menggunakan ampas kelapa, penambahan sensitif terhadap panas, cahaya, dan
ekstrak ragi 2% (w/v), larutan pati 2% (w/v), oksigen (Mapari et al., 2009).
dan pH 5, diinkubasi dengan suhu 30 oC.
Hasil uji absorbansi ektrak pigmen merah 3.1.5 Variasi Sumber Karbon
yang menunjukkan jumlah pigmen yang Produksi pigmen warna merah dari
dihasilkan setiap harinya disajikan pada jamur Penicillium purpurogenum
Gambar 4. menggunakan metode SmF, media berupa
PD Broth yang disuplementasi dengan
1.00 menggunakan ampas kelapa, penambahan
0.80
ekstrak ragi 2% (w/v), dan pH 5, diinkubasi
Absorbansi

0.60
0.40
Pengulangan 1
selama 11 hari dengan suhu 30 oC. Hasil uji
Pengulangan 2
0.20
0.00
absorbansi terhadap pigmen warna merah
Pengulangan 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 disajikan pada Gambar 5.
Waktu Inkubasi (Hari)

Gambar 4. Kurva hubungan waktu inkubasi 0.80


Absorbansi

dengan nilai absorbansi pigmen warna merah 0.60


0.40
Pengulangan 1

yang diukur pada panjang gelombang 490 nm. 0.20 Pengulangan 2


0.00
Glukosa Suksosa Pati Pengulangan 3

Berdasarkan uji absorbansi terhadap Sumber Karbon

pigmen merah sebagaimana disajikan pada


Gambar 4.8, jumlah pigmen yang dihasilkan Gambar 5. Kurva hubungan sumber karbon
semakin banyak seiring dengan dengan nilai absorbansi pigmen warna merah
bertambahnya waktu inkubasi. Pada hari ke- yang diukur pada panjang gelombang 490 nm.
11, absorbansi pigmen warna merah paling
besar (0,85; 0,82; 0,89) kemudian Berdasarkan hasil uji absorbansi
mengalami penurunan pada hari ke-12 (Gambar 5), penambahan sukrosa sebagai
(0,82; 0,74; 0,72). Hasil ini menunjukkan sumber karbon pada produksi pigmen
bahwa jumlah produksi pigmen warna merah oleh jamur Penicillium purpurogenum
merah dari jamur Penicillium purpurogenum menghasilkan nilai absorbansi paling besar
paling banyak pada hari inkubasi ke-11. dibandingkan dengan penambahan glukosa
Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil maupun pati. Hasil ini merepresentasikan
Ebinuma (2013) yang menyakatan produksi bahwa jumlah pigmen merah dari jamur
pigmen merah dari jamur Penicillium Penicillium purpurogenum yang terbentuk
purpurogenum dengan menggunakan media dengan penambahan sukrosa lebih banyak
CYA dan suhu inkubasi 25oC optimum pada dari pada sumber karbon glukosa dan pati.
hari ke 12. Sedangkan menurut Hernandez Hasil ini sejalan dengan penelitian
(2013) Penicillium purpurogenum yang dilakukan oleh Ebinuma (2013) yang
menghasilkan pigmen merah optimum pada melaporkan bahwa sukrosa adalah sumber
karbon yang paling baik untuk produksi
pigmen warna merah jamur Penicillium menunjukkan bahwa jumlah pigmen warna
purpurogenum. Sumber karbon berupa merah yang diproduksi oleh jamur
glukosa memberikan hasil produksi optimum Penicillium purpurogenum dengan metode
pigmen dari jamur Fusarium verticillioides submerged fermentation lebih banyak pada
(Boonyapranai et al., 2008) dan Fusarium penambahan ektrak ragi sebagai sumber
moniliforme (Pradeep et al., 2013). nitrogen. Penambahan NaNO3 tidak
Gunasakaran & Poorniammal (2008) menghasilkan pigmen warna merah akan
melaporkan produksi pigmen merah dari tetapi menghasilkan pigmen warna biru.
jamur Penicillium sp. optimum dengan Hasil ini sejalan denga hasil dari
penambahan pati sebagai sumber karbon. Ebinuma (2013) yang melaporkan sumber
Jamur memerlukan sumber karbon yang nitrogen terbaik untuk menghasilkan pigmen
berasal dari lingkungan luar. Beberapa adalah ekstrak ragi. Ebinuma (2013)
jamur menggunakan senyawa kompleks menyatakan bahwa ekstrak ragi merupakan
yang mengandung karbon, akan tetapi sumber asam amino dan vitamin terbaik
kebanyakan jamur lebih selektif untuk dalam proses metabolisme dibandingkan
memilih sumber karbon yang sesuai dengan dengan sumber nitrogen lain. Ekstrak ragi
keperluan metabolismenya (Ebinuma, juga dapat mengoptimumkan produksi
2103). Dalam hal ini, produksi pigmen dari pigmen warna dari jamur Fusarium
jamur Penicillium purpurogenum lebih verticillioides (Boonyapranai et al., 2008).
optimum jika ditambahkan dengan sukrosa Sedangkan dalam penelitian lain, pepton
dibandingkan dengan glukosa dan pati. mampu mengoptimumkan produksi pirgen
warna dari jamur Penicillium sp.
3.1.6 Variasi Sumber Nitrogen (Gunasakaran & Poorniammal, 2008) dan
Produksi pigmen merah oleh jamur jamur Fusarium moniliforme (Pradeep et al.,
Penicillium purpurogenum pada variasi 2013). Natium nitrat (NaNO3) yang
sumber nitrogen menggunakan metode SmF merupakan sumber nitrogen utama
dengan media PDB yang disuplementasi memberikan dampak yang buruk dalam
ampas kelapa, penambahan sumber karbon produksi pigmen warna merah oleh jamur
sukrosa 2% (w/v), pH 5, diinkubasi selama Penicillium purpurogenum. Kehadiran
11 hari pada suhu 30oC. Hasil uji absorbansi sumber nitrogen secara langsung dapat
sebagai representasi jumlah pigmen merah mengakibatkan terbentuknya senyawa
yang dihasilkan disajikan pada Gambar 6. toksik yang akan menghambat proses
pertumbuhan dan metabolisme organisme
(Ebinuma, 2013).
0.70
0.60
0.50 4. Penutup
Absorbansi

pengulangan 1
0.40
0.30 Pengulangan 2
4.1 Simpulan
0.20
Pengulangan 3
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
0.10
0.00 bawha produksi pigmen merah dari jamur
pepton ekstrak ragi
Sumber Nitrogen
Penicillium purpurogenum optimum dengan
menggunakan solid support ampas kelapa,
Gambar 6. Kurva hubungan sumber nitrogen suhu 30oC, pH 5, inkubasi 11 hari, sumber
dengan nilai absorbansi pigmen warna merah karbon sukrosa dan sumber nitrogen ekstrak
yang diukur pada panjang gelombang 490 nm. ragi.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil uji absorbansi Berkaitan dengan hasil penelitian ini
pigmen warna merah sebagaimana perlu dilakuakn uji toksisitas terhadap
ditunjukkan oleh Gambar 6, pigmen yang pigmen yang dihasilkan, perlu dilakukan uji
dihasilkan oleh jamur Penicillium penggunaan pigmen dalan sektor pangan
purpurogenum akibat penambahan ekstrak maupun non-pangan, dan perlu dilakukan uji
ragi memiliki absorbansi paling besar tentang produksi pigmen dalam skala yang
dibandingkan pigmen yang dihasilkan lebih besar.
dengan penambahan pepton. Hasil ini
5. Daftar Pustaka de pigmentos por Penicillium
Adrian Nur, Arif Jumari, Endang Kwartiningsih. purpurogenum GH-2. BSc Thesis.
2005. Ekstraksi Limbah Hati Nanas Universidad Autónoma de Coahuila,
Sebagai Bahan Pewarna Makanan Alami México.
Dalam Tangki Berpengaduk. Ekuilibrium. Hernandez, Tanya Cecilia Espinoza, Raúl
4: 92-99 Rodríguez-Herrera, Cristóbal Noé Aguilar-
Al-Sabti, K. 2000. Chlorotriazine Reactive Azo González, Faustino Lara-Victoriano,
Red 120 Textile Dye Induces Micronuclei Manuel Humberto Reyes-Valdés, and
in Fish. Ecotoxicology and Environmental Francisco Castillo-Reyes. 2013.
Safety, 47: 149-155. Characterization of three novel pigment-
Bigelis, Ramunas, Haiyin He, Hui Y. Yang, Li- producing Penicillium strains isolated from
the Mexican semi desert. African Journal
Ping Chang, Michael Greenstein. 2006.
of Biotechnology. 12(22): 3405-3413.
Production of Fungal Antibiotics Using
Polimeric Solid Support in Solid-State and Januariawan, I Wayan. 2015. Isolasi dan
Liquid Fermentation. J Ind Microbiol Identifikasi Jamur dari Tanah Tercemar
Biotechnol. 33: 815-826. Limbah Susu Serta Karakterisasi Pigmen
Boonyapranai, Kongsak, Rudeewan Tungpradit, yang Dihasilkannya [Skripsi]. Universitas
Sorasak Lhieochaiphant, and Suree Pendidikan Ganesha.
Phutrakul. 2008. Optimization of Mapari, S. A. S., A. S. Meyer, U. Thrane, and J.
Submerged Culture for the Production of C. Frisvad. 2009. Identification of
Naphthoquinones Pigment by Fusarium potentially safe promising fungal cell
verticillioides. Chiang Mai J. Sci. 35(3): factories for the production of polyketide
457-466. natural food colorants using
chematoxonomic rationale. Microb. Cell
Chintapenta, Lathadevi Karuna, Chandi Charan
Rath, Bapuji Maringinti, Gulnihal Ozbay. Fact. 8: 1-15.
2014. Pigment Production from a Maskey, R. P., I. Kock, E. Helmke, and H.
Mangrove Penicillium. African Jaournal of Laatsch. 2003. Isolation and structure
Biotechnology. 13(26):2668-2774. determination of phenazostatin D, a new
phenazine from a marine actinomycete
Dhake, A.B. and M.B. Patil. 2005. Production of isolate Pseudonocardia sp. B6273.
ß-Glucosidase by Penicillium Zeitschrift für Naturforschung. 58b (7):692-
purpurogenum. Brazilian Journal of 694.
Microbiology. 36:170-176.
Mendez, Alejandro, Catalina Pérez, Julio Cesar
Dhale, Mohan A. and Vijay-Raj A. S. 2009. Montañéz,Gabriela Martínez, Cristóbal
Pigment and amylase production in Noé Aguilar. 2011. Red pigment
Penicillium sp NIOM-02 and its radical production by Penicillium purpurogenum
scavenging activity. Int. J. Food Sci. GH2 is influenced by pH and temperature.
Technol. 44(12): 2424-2430. Journal of Zhejiang University-SCIENCE B
Ebinuma, Santos, Valeria Carcalho, Maria (Biomedicine & Biotechnology). 12(12):
Francisca Simas Teixeira, and Adalberto 961-968.
Pessoa Jr. 2013. Submerged Culture Miskyah, Ira Mulyawati, and Winda Haliza. 2006.
Conditions for the Production of Alternative Pemanfaatan Ampas Kelapa Limbah
Natural Colorants by a New Isolated Pengolahan Minyak Kelapa Murni Menjadi
Penicillium purpurogenum DPUA 1275. Pakan. Seminar Nasional Teknologi
Journal of Microbiology and Peternakan dan Veteriner. 880-884.
Biotechnology. 23(6):802-810.
Pandey, A., Singh, P Iyengar L. 2007. Bacterial
Fenical, W. 1993. Chemical studies of marine decolorization and degradation of azo
bacteria: Developing a new resource. dyes. [review] International
Chem. Rev. 93 (5):1673-1683. Biodeterioration & Biodegradation. 59: 73-
Gunasekaran, S., Poorniammal, R. 2008. 84.
Optimization of Fermentation Conditions Pastrana, L., P. J. Blanc, A. L. Santerre, M.
for Red Pigment Production from Loret, and G. Goma. 1995. Production of
Penicillium sp. Under Submerged red pigments by Monascus ruber in
Cultivation. African Jaournal of synthetic media with a strictly controlled
Biotechnology. 7(12):1894-1898. nitrogen source. Process Biochem. 30:
Hernández, Rivera JS.2006. Efecto de la fuente 333-341.
de carbón y nitrógeno sobre la producción
Pradeep, F. Stanly, M. Shakila Begam, M. Soumya, K. Narasimha Murthy K, Sreelatha G L,
Palaniswamy and B.V. Pradeep. 2013. Srinivas C and Sharmila T. 2013. Influence
Influence of Culture Media on Growth and of growth factors on pigmentation of
Pigment Production by Fusarium Chaetomium cupreum SS – 02 and the
moniliforme KUMBF1201 Isolated from antibacterial efficacy of the pigment
Paddy Field Soil. World Applied Sciences against Ralstonia solanacearum.
Journal. 22 (1): 70-77. International Journal of Advanced
Rashmi, Dikshit and Tallapragada Padmavathi. Research. 1(10): 212-219.
2013. Exploring Monascus sanguineus as Tudor, Daniela, Sara C. Robinson, Paul A.
a Potential Natural Source for Pigment Cooper. 2013. The influence of pH on
Production. International Research Journal pigment formation by lignicolous fungi.
of Biological Sciences. 2(5): 59-67. International Biodeterioration &
Sastrawidana, Siti Maryam, dan Sukarta. 2012. Biodegradation. 80: 22-28.
Perombakan air limbah tekstil Wijaya, L. A., Marcel P.S., Fenny S. 2009.
menggunakan jamur pendegradasi kayu Mikroenkapsulasi Antosianin Sebagai
jenis Polyporus sp. teramobil pada serbuk Pewarna Makanan Alami Sumber
gergaji kayu. Jurnal Bumi Lestari. Antioksidan Berbasis Limbah Kulit
12(2):382-389 Manggis (Garcinia mangostana L). Bogor:
Sastrawidana dan Sukarta. 2011. Uji Toksisitas Institut Pertanian Bogor.
air limbah tekstil hasil pengolahan pada Zain, W. N. H. 2013. Kualitas Susu Kambing
reaktor biofilm konsorsium bakteri Segar di Peternakan Umban Sari dan
anaerob-aerob menggunakan ikan nila. Alam Raya Kota Pekanbaru. Jurnal
Jurnal Penelitian dan pengembangan Peternakan. 10:24-30.
Sains dan Humaniora. 5(3):271-278.

Anda mungkin juga menyukai