Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:
Alita Octa Ningtias
2014.01.002

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2017
1. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan
menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya
sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang
dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta
mengungkapkan secara verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan
masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998).
Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
b. Tanda dan gejala :
- Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Jalan mondar-mandir
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit atau berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Melempar atau memukul benda atua orang lain
- Merusak barang atau benda
- Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan
oerilaku kekerasan

c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


1) Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang
dapat menjelaskan tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu
sebagai berikut.
 Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif. Sistem limbik sengat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
 Pengaruh Biokimia, menurut Goldsten dalam Townsend
(1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmiter
(epinefrin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon
androgen dan norepinefrin serta penurunan serotinin
danGABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan
faktor predisposisi penting yang dapat menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
 Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif
sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik
tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh
penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana).
 Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan
dengan bernagai gangguan serebral, tumor otak
(khususnya pada limbik dan lobus temporal), trauma otak,
penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal)
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.

b. Teori Psikologik
 Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta
memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengeungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
 Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik
terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan
anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.

c. Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan
menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor
eksternal dan internal.
a. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan
kelemahan, menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang
kontrol dan lain-lain.
b. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yng
dicintai, krisis dan lain-lain.
Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut :
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang
yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu
mengontrol emosi pada saat menhadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan perubahan tahap perkembangan keluarga.

d. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.

e. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien,
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme
koping yang kontruktif dalam mengekspresikan kemarahannya.
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif,
denial dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka
yang berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang
dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut
tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga
diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan
memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang
meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut akan
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungaN.
Selain diakibatkan berduka yang berkepanjangan, dukungan
keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat
mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif).
Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal
(regimen terapeutik inefektif).

3. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah

4. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif

5. Data yang Perlu Dikaji


a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
-
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.

6. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Perilaku kekerasan
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

7. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
4.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
saat jengkel/kesal.
4.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
4.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam
jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.4. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.5. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.6. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa II : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan umum :
- Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang
baik
Tindakan :
- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang laain dan lingkungan
- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan
yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing
cara penyelesian masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan
Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan :I
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan dirinya marah dan kesal bila ada orang melihat ke
arahnya dan berbisik-bisik di depannya
O : Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat, intonasi
bicara keras.
2. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan :
1). Membina hubungan saling percaya
2). Mengidentifikasi penyebab marah
4. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi terapeutik.
- SP 1 :
1) Identifikasi penyebab PK
2) Identifikasi tanda dan gejala PK
3) Identifikasi PK yang dilakukan
4) Identifikasi akibat PK
5) Ajarkan cara mengontrol PK
6) Bantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
7) Anjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Assalamu Alaikum, nama saya Rizqi, saya mahasiswa Stikes
Banyuwangi yang akan merawat bapak selama seminggu mulai jam
7.30 s/d 14.00 setiap hari, namanya siapa pak ?, senang dipanggil apa ?
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apa bapak sudah mandi ?
c. Kontrak

Topik : “bagaimana kalau kita bincang-bincang tentang hal-hal yang


menyebabkan bapak marah”
Tempat : mau dimana kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau ruangan
perawat ?
Waktu : Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 10 menit ?

2. Fase Kerja
1) Apakah ada yang membuat bapak kesal ?
2) Apakah sebelumnya bapak pernah marah ?
3) Apa yang menyebabkan bapak marah ? apakah sama dengan yang
sekarang ?
4) Jika sedang marah apa yang bapak lakukan?
5) Apa yang bapak rasakan setelah bapak marah-marah? Apa yang terjadi
setelah bapak marah-marah?
6) Kali ini saya akan mengajarkan bapak cara mengontrol perilaku marah
bapak, kita mulai sekarang y pak?
7) Nahh itu tadi salah satu cara untuk mengontrol perilaku marah bapak,
coba sekarang bapak praktekkan.
8) Kita sudah belajar cara mengontrol perilaku marah bapak hari ini,
sekarang mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak… setelah kita berbincang-bincang ?
b. Evaluasi Obyektif
“ Coba sebutkan 3 penyebab bapak… marah-marah !
c. Rencana Tindak lanjut
“ Baiklah, waktu kita sudah habis, nanti bapak….coba lagi mengingat
penyebab marah yang belum kita bicarakan.
d. Kontrak
 Topik : Nanti akan kita bicarakan perasaan bapak pada saat
marah dan cara marah yang biasa bapak lakukan.
 Tempat : mau dimana kita diskusi ? bagaimana kalau di ruang
tamu ? mau pak ya?
 Waktu : kira-kira 30 menit lagi dari sekarang, Ass. Alaikum
Wr.Wb, Sampai nanti.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan : II
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan dirinya masih marah dan kesal bila ada orang
melihat ke arahnya dan berbisik-bisik di depannya
O : Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat, intonasi
bicara keras.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. TUK (Tujuan Khusus)
1) Mengevaluasi jadwal harian klien
2) Mengajarkan cara mengontrol marah dengan cara II

4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP II :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Latih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II
3) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik : “ Assalamu Alaikum, Bapak baru bangun ya?
b. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan bapak saat ini ? Apakah
masih ada penyebab kemarahan lain yang bapak bisa ingat ?
c. Kontrak
 Topik :“Baiklah kita akan mempelajari cara mengontrol marah “
 Tempat : “mau dimana kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau
ruangan tamu?”
 Waktu : “Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 15 menit ?”

2. Fase Kerja
1) Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa bapak masih marah-marah?
2) Apakah cara mengontrol marah yang kita praktikkan bersama sudah
bapak terapkan ketika bapak marah?
3) Bagus bapak sudah menerapkan cara itu, bagaimana marah-marah
bapak setelah mempraktikkan cara itu?
4) Hari ini saya akan mengajarkan cara mengontrol marah yang lain
pak, apa bapak bersedia?
5) Mari kita mulai sekarang pak.
6) Bagaimana pak, apa bapak bersedia mempraktikkannya? Coba bapak
praktikkan sekarang.
7) Nahhh.. sekarang kita sudah mempunyai 2 cara untuk mengontrol
marah bapak, ayo kita praktekkan mulai dari cara yang pertama
hingga yang ke 2
8) Bagaimana pak, bapak bersedia mempraktekkan kedua cara ini bila
rasa marah bapak muncul?
9) Baiklah mari kita masukkan ke dalam kegiatan harian bapak

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “ bagaimana perasaan bapak… setelah kita
berbincang-bincang ?”
b. Evaluasi Obyektif : “Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ? Benar,
perasaan saat marah, apa saja tadi ? ya betul, lagi…..lagi….oke.”
c. Rencana Tindak lanjut :
“ Baiklah, sudah banyak yang telah kita bicarakan, nanti coba
diingat-ingat lagi perasaan bapak sewaktu marah, dan cara bapak
bila marah serta akibat yang terjadi. Coba Praktikkan kedua cara
yang telah kita pelajari jika rasa marah bapak muncul.”
d. Kontrak
Waktu : Besok kita ketemu lagi, jam 09.00, bagaimana pak ?
Tempat : Bagaimana kalau disini lagi?
Topik : Besok kita latihan cara marah yang baik dan sehat yang
lainnya, sampai besok.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan : III
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan dirinya masih marah dan kesal bila ada orang
melihat ke arahnya dan berbisik-bisik di depannya
O : Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat, intonasi
bicara keras.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. TUK (Tujuan Khusus)
1) Mengevaluasi jadwal harian klien
2) Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP III :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Latih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
3) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik : “ Assalamu Alaikum, Bapak kita bertemu lagi kali
ini.”
b. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan bapak saat ini ?
c. Kontrak
 Topik :“Hari ini kita akan mempelajari cara mengontrol marah
dengan cara verbal.“
 Tempat : “Sesuai perjanjian kemarin, kita bercakap-kap di tempat
yang sama seperti kemarin y pak.”
 Waktu : “Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 15 menit ?”

4. Fase Kerja
1) Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa bapak sudah bixa
mengontrol marah bapak?
2) Apakah kedua cara mengontrol marah yang kita praktikkan bersama
sudah bapak terapkan ketika bapak marah?
3) Bagus bapak sudah menerapkan cara itu, bagaimana marah-marah
bapak setelah mempraktikkan cara itu?
4) Cara mana yang lebih sering bapak praktikkan?
5) Hari ini saya akan mengajarkan cara mengontrol marah yang lain
pak, apa bapak bersedia?
6) Mari kita mulai sekarang pak.
7) Bagaimana pak, mudahkan caranya?apa bapak bersedia
mempraktikkannya? Coba bapak praktikkan sekarang.
8) Nahhh.. sekarang kita sudah mempunyai 3 cara untuk mengontrol
marah bapak, ayo kita praktekkan mulai dari cara yang pertama
hingga yang ke 3
9) Bagaimana pak, bapak bersedia mempraktekkan ketiga cara ini bila
rasa marah bapak muncul?
10) Baiklah mari kita masukkan ke dalam kegiatan harian bapak

5. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “ bagaimana perasaan bapak… setelah kita
berbincang-bincang ?”
b. Evaluasi Obyektif : “Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ? Coba
bapak sebutkan cara mengontrol marah yang sudah kita pelajari.”
c. Rencana Tindak lanjut :
“ Baiklah, sudah banyak yang telah kita bicarakan.Coba Praktikkan
ketiga cara yang telah kita pelajari jika rasa marah bapak muncul.”
d. Kontrak
 Waktu : Besok kita ketemu lagi, jam 10.00, bagaimana pak ?
 Tempat : Bagaimana kalau diteras depan?
 Topik : Besok kita latihan cara yang lainnya lagi, sampai besok.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan : IV
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan dirinya masih marah dan kesal bila ada orang
melihat ke arahnya dan berbisik-bisik di depannya
O : Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat, intonasi
bicara keras.

2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. TUK (Tujuan Khusus)
1) Mengevaluasi jadwal harian klien
2) Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP IV :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Latih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
d. Salam terapeutik : “ Assalamu Alaikum, Bapak terlihat lebih segar
hari ini.”
e. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan bapak saat ini ?
f. Kontrak
 Topik :“Kali ini kita akan mempelajari lagi cara memngontrol
marah bapak tetapi dengan cara yang berbeda dari sebelumnya “
 Tempat : “Sesuai perjanjian kemarin, kita bercakap-kap di teras
depan ya pak.”
 Waktu : “Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 15 menit ?”

2. Fase Kerja
1) Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa bapak sudah bisa
mengontrol marah bapak?
2) Apakah ketiga cara mengontrol marah yang kita praktikkan bersama
sudah bapak terapkan ketika bapak marah?
3) Bagus bapak sudah menerapkan cara itu, bagaimana marah-marah
bapak setelah mempraktikkan cara itu?
4) Cara mana yang lebih efektif mengontrol rasa marah bapak?
5) Hari ini saya akan mengajarkan cara mengontrol marah dengan cara
spiritual pak, apa bapak bersedia?
6) Mari kita mulai sekarang pak.
7) Agama bapak apa? Islam ya? Apakah bapak sering sholat? Jika rasa
marah bapak datang coba bapak mengucap Astagfirullahhal’adzim
kemudian bapak bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu.
8) Bagaimana pak, mudahkan caranya?apa bapak bersedia
mempraktikkannya?
9) Nahhh.. sekarang kita sudah mempunyai 4 cara untuk mengontrol
marah bapak, ayo kita praktekkan mulai dari cara yang pertama
hingga yang ke 3
10) Bagaimana pak, bapak bersedia mempraktekkan ketiga cara ini bila
rasa marah bapak muncul?
11) Baiklah mari kita masukkan ke dalam kegiatan harian bapak

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “ bagaimana perasaan bapak… setelah kita
berbincang-bincang ?”
b. Evaluasi Obyektif : “Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ? Coba
bapak sebutkan cara mengontrol marah yang sudah kita pelajari.”
c. Rencana Tindak lanjut :
i. “ Baiklah, sudah banyak yang telah kita bicarakan.Coba Praktikkan
keempat cara yang telah kita pelajari jika rasa marah bapak muncul.”
d. Kontrak
 Waktu : Besok kita ketemu lagi, jam 9, bagaimana pak ?
 Tempat : Bagaimana kalau disini lagi?
 Topik : Besok kita latihan cara yang lainnya lagi, sampai besok.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN

Pertemuan :V
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan dirinya masih marah dan kesal bila ada orang
melihat ke arahnya dan berbisik-bisik di depannya
O : Klien tampak berapi-api saat berinteraksi dengan perawat, intonasi
bicara keras.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. TUK (Tujuan Khusus)
1) Mengevaluasi jadwal harian klien
2) Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat

4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP IV :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Latih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik : “ Selamat pagi pak.”
b. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan bapak saat ini ?
c. Kontrak
 Topik :“Kali ini kita akan mempelajari lagi cara memngontrol
marah bapak tetapi dengan cara yang berbeda dari sebelumnya “
 Tempat : “Sesuai perjanjian kemarin, kita bercakap-cakap di teras
depan ya pak.”
 Waktu : “Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 15 menit ?”

2. Fase Kerja
1) Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa bapak sudah bisa
mengontrol marah bapak?
2) Apakah keempat cara mengontrol marah yang kita praktikkan
bersama sudah bapak terapkan ketika bapak marah?
3) Bagus bapak sudah menerapkan cara itu, bagaimana marah-marah
bapak setelah mempraktikkan cara itu?
4) Cara mana yang lebih efektif mengontrol rasa marah bapak?
5) Hari ini saya akan mengajarkan cara mengontrol marah dengan
minum obat, apa bapak bersedia?
6) Mari kita mulai sekarang pak.
7) Bagaimana pak, mudahkan caranya?apa bapak bersedia
mempraktikkannya?
8) Nahhh.. sekarang kita sudah mempunyai 4 cara untuk mengontrol
marah bapak, ayo kita praktekkan mulai dari cara yang pertama
hingga yang ke 3
9) Bagaimana pak, bapak bersedia mempraktekkan klima cara ini bila
rasa marah bapak muncul?
10) Baiklah mari kita masukkan ke dalam kegiatan harian bapak
3. Fase Terminasi
e. Evaluasi Subyektif : “ bagaimana perasaan bapak… setelah kita
berbincang-bincang ?”
f. Evaluasi Obyektif : “Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ? Coba
bapak sebutkan cara mengontrol marah yang sudah kita pelajari.”
g. Rencana Tindak lanjut :
“ Baiklah, sudah banyak yang telah kita bicarakan. Coba Praktikkan
kelima cara yang telah kita pelajari jika rasa marah bapak muncul.”
h. Kontrak
 Waktu : Besok kita ketemu lagi, jam 10, bagaimana pak ?
 Tempat : Bagaimana kalau di taman?
 Topik : Besok kita latihan cara yang lainnya lagi, sampai besok.

Anda mungkin juga menyukai