Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI

Disusun Oleh:
Alita octa ningtias
2014.01.002

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2016
1. Masalah Utama
Isolasi sosial : menarik diri

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
cakap dengan klien lain/perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-
cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
 Posisi janin saat tidur.

b. Tanda dan gejala


 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi).
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri).
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
c. Rentang Respon Sosial
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada
dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon
adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma – norma sosial
dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons
maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma – norma
sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari – hari adalah menarik diri, tergantung (dependen),
manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.

Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada


dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada
bagan berikut :
a) Respon Adaptif
adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1) Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan
seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan
setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan
dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan
sosial.
3) Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam
hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
4) Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.

b) Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan
dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Respon maladaptif terdiri dari :
1) Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
2) Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat
pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek.
Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
3) Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu,
tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4) Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang
rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang
lain tidak mendukung.
5) Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk
berfungsi secara sukses.
6) Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan
diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-
hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan
individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.

d. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

3. Pohon masalah:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

4. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

5. Data yang perlu dikaji


Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri


Data Subyektif:
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri
hidup.
6. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

7. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara
dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan
seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber
pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya
secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri
atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
▪ Klien – Perawat
▪ Klien – Perawat – Perawat lain
▪ Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
▪ K – Keluarga atau kelompok masyarakat
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
▪ Kegiatan mandiri
▪ Kegiatan dengan bantuan sebagian
▪ Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Daftar Pustaka

Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta.
ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
(PERTEMUAN PERTAMA)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya
O: Klien tampak menyendiri, klien terlihat mengurung diri, klien tidak mau
bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien
 SP 1 :
1) Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
3) Diskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan
orang lain
4) Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Taslimatur
Rizqi, biasa di panggil Rizqi, saya mahasiswa STIKES Banyuwangi. Saya
praktek disini mulai dari hari ini. Nama Bapak siapa? Senang di panggil
apa?
2. Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang terjadi sehingga Bapak
dibawa kesini??”
3. Kontrak :
 Topik : “Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus
agar bapak dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain?
 Waktu: “ Berapa lama pak? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
 Tempat : “Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah,
di ruangan ini saja kita berbincang-bincang.”
FASE KERJA :
 “Bapak, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?”
 “Menurut bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?”
 “Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling
menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian”.
 “Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus, bapak dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal
kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subyektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang tadi?”
 Evaluasi Objektif: “Coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi
dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?”
2. Tindak Lanjut: “Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya
harap bapak dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang
lain!“
3. Kontrak yang akan datang
 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita
akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat
dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain”.
 Waktu: “Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
 Tempat: “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya
besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di
teras depan saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
(PERTEMUAN KEDUA)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan malas berinteraksi
O: Klien menyendiri di kamar, klien tidak mau melakukan aktivitas di luar
kamar, klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain
c. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien
 SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang
3) Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya?
Benar bapak! saya suster Sinar”.
2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan
yang kemarin saya ajarkan?”
3. Kontrak :
 Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan
mempraktekkan bagaimana cara berkenalan dengan satu orang”.
 Waktu : “Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan
melakukannya selama 15 menit, bagaimana menurut bapak?
 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di
teras depan, apakah bapak setuju?”

FASE KERJA :
 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan
kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”
 “Hebat, bapak dapat melakukannya dengan baik. Sekarangvmari kita
melakukannya dengan satu orang yang bapak belum kenal!!”
 “Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan
apa yang saya ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan
orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?”

FASE TERMINASI :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang tadi?” Siapa nama orang yang bapak ajak
berkenalan tadi?”
 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang
baru di kenalnya sebanyak 1 orang”.
2. Tindak Lanjut :“Bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal
seperti yang bapak lakukan tadi dengan orang yang belum bapak kenal,
kemudian bapak ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa
bapak catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang
 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita
akan melakukan berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang
atau lebih?”
 W aktu : “Berapa lama bapak punya waktu untuk interaksi dengan
orang lain? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15
menit?”
 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Bagaimana
kalau besok kita melakukannya di tempat ini lagi? Selamat siang
bapak!!!”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
(PERTEMUAN KETIGA)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
O: Klien tampak sudah mau keluar kamar, klien dapat melakukan aktivitas
di ruangan
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien
 SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegitan harian pasien
2) Berikan kesempatan pada klien berkenalan
3) Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : “ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar
bapak! saya suster Sinar”.
2. Validasi : “ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang
kemarin bapak lakukan?”
3. Kontrak :
 Topik : “ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan
melakukan interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih
pada orang yang tidak bapak kenal atau orang baru”
 W aktu : “ Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan
melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”
 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras,
apakah bapak setuju?”

FASE KERJA :
 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat
melakukannya dengan baik”.
 “Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak
kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan
dengan baik dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain”.
 “Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal
di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

FASE TERMINASI :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang tadi? Siapa saja nama orang yang bapak ajak
berkenalan tadi?”
 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru
di kenalnya sebanyak 3 orang”.
2. Tindak Lanjut : “nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal
seperti yang ibu lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal...
kemudian bapak ingat nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa
bapak catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang:
 Topik : “Baiklah, pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa
yang telah kita pelajari dari kemarin ya pak. Apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau
besok kita melakukannya selama 15 menit?”
 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita
melakukannya di sini saja. Selamat siang bapak!!!”

Anda mungkin juga menyukai