Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan


manusia untuk lebih aktif dalam bidang industri agar dapat mengikuti perkembangan
zaman. Salah satu perwujudan untuk meningkatkan kualitas siswa-siswi dalam dunia
industri dan untuk memenuhi tenaga kerja ahli diantaranya adalah melaksanakan praktek
kerja industri yang dalam pelaksanaannya diharapkan dapat memberikan manfaat lebih
bagi siswa itu sendiri keterampilan yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Praktek Indusri (PI) adalah salah satu sarana untuk mengaplikasikan teori dan
pengetahuan yang didapat di sekolah. Di tempat Industri, kegiatan ini mengenakan dan
mengajari siswa untuk siap dalam menghadapi dunia kerja secara langsung, untuk itu
siswa kelas XI ditingkat SMK termasuk SMKN 1 Cerme Gresik diwajibkan mengikuti
kegiatan tersebut.

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Dalam laporan praktik kerja industri ini, kami membahas permasalahan sebagai berikut :

a.Sejarah berdirinya perusahaan


b.Lokasi pabrik
c.Struktur organisasi
d.Kegiatan usaha
e.Produk yang dihasilkan
f.Ketenagakerjaan
g.Hasil Produksi

1.3. Tujuan Praktik Kerja Industri


1.3.1. Tujuan Pelasanaan Praktik Kerja Industri
a. Menyelaraskan antara teori yang di peroleh siswa di sekolah dengan yang ada
di suatu industri.
b. Melatih siswa agar dapat memiliki rasa disiplin dan tanggung jawab.
c. Membekali siswa dengan pengalaman dan pengenalan kimia industri secara
luas sebelum terjun ke dunia kerja setelah tamat belajar.

1.3.2. Tujuan Penulisan Laporan Praktik Industri

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 1


a. Sebagai bukti yang tertulis mengenai apa yang telah dilakukan siswa selama
mengikuti praktik kerja industri.
b. Siswa dapat lebih menguasai materi dan memahami serta mampu menyusun
laporan.
c. Siswa dapat memecahkann masalah yang lebih luas dan terperinci dalam
membentuk laporan.
d. Melengkapi pelajaran yang diperoleh siswa di sekolah tentang industri,
sehingga dapat menunnjang peningkatan taraf pengetahuan siswa.
e. Berguna sebagai acuan siswa yang akan datang dalam pelaksanaan praktik
kerja industri tersebut.

1.4. Manfaat Praktik Kerja Industri


1.4.1. Manfaat Bagi Pihak Industri

a. Perusahaan dapat membagi tugas pada siswa untuk mencari ilmu pengetahuan
dan teknologi (dari sekolah) demi kepentingan perusahaan.

b. Siswa dapat bekerja lebih disiplin selama proses pendidikan kerja industri.

c. Siswa dapat memberi keuntungan pada perusahaan karena telah ikut aktif dalam
proses industri dan secara tidak langsung mengurangi tenaga yang dibutuhkan.

1.4.2. Manfaat Bagi Pihak Sekolah

a. Pihak sekolah dapat menjalin hubungan baik dengan perusahaan.

b. Sekolah dapat mengetahui bagaimana proses yang tterjadi di perusahaan


melalui siswa.

c. Siswa dapat mempraktikan teori yang di dapat dari perusahaan terhadap


sekolah.

1.4.3. Manfaat Bagi Siswa

a. Siswa dapat memproleh tambahan pengalaman sebagi bekal kerja nanti.

b.Siswa dapat belajar bersosialisasi dengan lingkungan perusahaan sebelum


memulai kerja.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 2


BAB II

SELAYANG PANDANG

2.1. Latar Belakang Perusahaan

PT. PG Candi Baru merupakan salah satu perusahaan gula di Indonesia yang
menghasilkan gula jenis SHS 1A (Superior Hooft Suiker) sebagi produk utamanya,
yang bahan bakunya dari tebu. Hasil samping dari proses pembuatan gula berupa tetes,
ampas, dan blotong. Tetes digunakan sebagai bahan baku pembuatan monosodium
glutamate (MSG), pupuk cair. Blotong digunakan sebagai pupuk kering atau kompos.
Ampas digunakan untuk bahan bakar ketel , serta kertas.

Ditinjau dalam skala nasional pendirian perkebunan tebu dan PT. PG. Candi
Baru berlatar belakang pada :

 Menunjang kebijakan pemerintah untuk mendukung swasembada serta


 Menungkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat petani tebu
serta membuka lapangan kerja baru.
 Meningkatkan devisa negara melalui sektor pajak dan ikut serta meratakan
hasil pembangunan.

Dengan diveridifikasi tanaman di lahan petani, khususnya penanaman tebu


diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian pada
umumnya.

2.2. Sejarah Perusahaan


PT. PG. Candi Baru Sidoarjo berlokasi di Desa Bligo, Kecamatan Candi,
Kabupaten Sidoarjo. PT. PG. Candi Baru didirikan pada tahun 1832 oleh keluarga The
Goen Tjing dengan nama N.V. Suiker Fabriek “ Tjandi”. Pada 31 Oktober 1911
kepemilikan beralih pada keluara Kapten Tjoa dengan nama N.V Suiker Pabrik
“Tjandi” yang disahkan oleh badan hukum pengadilan Negeri Surabaya No. 12 sesudah
PD II, perusahaan ini sempat dikuasai oleh perusahaan Negara perkebunan XXII. Jenis
gula yang dihasilkan SHS ( Superior Hooft Suiker ). Kapasitas pada waktu itu 7500
kubik tebu/hari.
Tahun 1941 pabrik ditutup dan di operasikan lagi 1950 oleh orang Belanda
setelah dinasionalisasi, dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) tanggal 8 Februari

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 3


1962 yang disahkan oleh keputusan menteri kehakiman RI No. Y.A.5/122/1 tanggal 14
Oktober 1962 yang namanya berubah menjadi PT. Pabrik Gula Tjandi. Sebagian saham
dijual ke H. Wirontono Bakrie. Tahun 1975 kapasitas ditingkatkan menjadi 12.500
ku/hari dan ditingkatkan lagi tahun 1981 menjadi 15.000 ku/hari dengan produk gula
jenis SHS.
Sejak tahun 1991, manajemen pabrik gula tjandi di pegang oleh PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (PT RNI). Kemudian pada tahun 1992, PT. RNI memutuskan
untuk mengambil alih saham PT. PG. Tjandi sebesar 55 % dari H. Wironto Bakrie, dan
mulai masa giling tahun1993 namanya berubah menjadi PT. Candi Baru dan kapasitas
giling ditingkatkan menjadi 17.500 kw/hari. Pada tahun 2004 saham PT RNI menjadi
98 % dan pada tahun 2006 kapasitasnya menjadi 21.000 kw/hari, dengan gula yang
dihasilkan adalah 1550 kw/hari.

2.3. Lokasi Pabrik


Lokasi PT. PG. Candi Baru terletak di Desa Bligo, Kecamatan Candi,
Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur. Pabrik ini terletak di pinggir jalan raya
Surabaya -Malang, kurang lebih 26 Km dari Sidoarjo ke arah selatan dengan ketinggian
4 m di atas permukaan laut.
Batas – batas lokasi pabrik :
 Sebelah Barat : Jl. Raya Surabaya – Malang
 Sebelah Timur : Perumahan Penduduk
 Sebelah Utara : Sungai Kedung Uling dan Perumahan PG. Candi Baru
 Sebelah Selatan : Emplasement Penimbunan lori tebu
Luas Area Pabrik
 Area pabrik : 54.000 m²
 Luas perkantoran : 6.000 m²
 Luas perumahan : 3.500 m²
 Luas keseluruhan : 95.000 m²
Keuntungan Lokasi
 Tenaga kerja mudah didapat karena dekat dengan pemukiman penduduk.
 Dekat dengan sungai sehingga air mudah didapat.
 Bahan baku mudah diperoleh karena terdapat perkebunan di dekat pabrik.

2.4. Struktur Organisasi Pabrik

PT. PG Candi Baru salah satu perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan


Terbatas). Perusahaan dipegang oleh General Manager yang dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh beberapa manager, yaitu :

1. General Manager.
2. Financial Manager.
3. Plantatation Manager.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 4


4. Engineering Manager.
5. Processing Manager.
Masing – masing manager dibantu oleh beberapa staff :

SKEMA STRUKTUR ORGANISASI

General Manager

Financial Plantation Plantation Plantation


Manager Manager Manager Manager

2.4.1. General Manager

Tugas General Manager

 Mengadakan rapat kerja dengan kepala bagian


 Mengontrol semua bidang dan menjelaskan masalah, baik internal
maupun external.
 Memberi intruksi baik berupa teknis maupun non teknis
 Bertanggung jawab kepada direksi.

2.4.2. Financial Manager

Financial Manager

Personalia & Finance Accounting


General Affair

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 5


Staff Staff
Staf
SDM & UMUM 1. 1. Keuangan
1. ATR
2. 2. Anggaran
2. Timbangan
3. 3. Gudang
4. Material
5. 4. Gudang Gula
6. 5. Kasir
7.

Tugas Financial Manager

 Menyelenggarakn pembukuan perusahaan.


 Membuat rencana anggaran pendapatan dan belanja perusahaan
 Menyelenggarakan administrasi kepegawat.
 Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan perusahaan.
 2.4.3. Plantation Manager

Plantatation Manager

Field Coord Haruasting & Riset & Development


Transportation
1. SKK (PAS)
2. SKK (SDA,
GRS)

Staff Staff Staff

1. SKW 1 1. CT 1. Pembibitan
2. SKW 2 2. Railbon 2. BST
3. SKW 3
4. SKW 4
5. SKW 5
6. SKW 6
7. SKW 7
8. SKW 8
9. SKW 9
10. SKW 10

Tugas Platation Manager :

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 6


 Bertanggung jawab kepada general manager dalam hal tanaman
 Menyusun rencana anggaran belanja dalam bidang tanaman
 Menyusun rencana kebutuhan awal tanaman
 Membuat laporan berkala

2.4.4. Engineering Manager

Engineering Manager

Staff

1. Ketel
2. Gilingan
3. Listrik
4. Workshop
5. Remise & Garage
6. Bangunan

Tugas engineering manager

 Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan maintenance terhadap


instalasi pabrik
 Mengadakan pergantian dan perbaikan alat-alat produksi
 Bertanggung jawab atas kelancaran pemakaian peralatan pabrik

2.4.5. Processing Manager

Processing Manager

Staff

1. Pemurnian & Penguapan


2. Kristalisasi & Pendinginan
Laporan Praktik Industri di PT. PG.
3. Candi Baru&
Putaran Sidoarjo
Penyelesaian 7
4. Lab. Limbah & Timbangan
Tugas processing manager

 Merencanakan pengolahan pabrikasi


 Menyusun rencana kerja dana anggaran belanja dalam bidang pabrikasi
 Melaksanakan kebijakan perusuhan
 Bertanggung jawab atas ketepatan pelaksanaan tehnik

2.5. Ketenagakerjaan
Ada 2 pembagian karyawan dalam pabrik, yaitu :

1. Karyawan staf pabrik


Staf : 43 orang

KNS : 2 orang Dokter Kesehatan sebagai tenaga medis

2. Karyawan non staf pabrik


Bulanan tetap : 399 orang

Harian tetap : 25 orang

Bulanan kampanye :391 orang

Harian kampanye :92 orang

Musiman : 168 orang

Honorer : 16 orang

Harian borongan : 72 orang

Total : 1163 orang

Total karyawan PT. PG. Candi Baru Sidoarjo : 1206 karyawan


2.6 Kegiatan Usaha

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 8


PT. PG. Candi Baru memproduksi gula jenis SHS IA (superior hooft suiker)
sebagai produk utama dari bahan baku tebu dan produk samping yang dihasilkan adalah
tetes, ampas, dan blotong yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan monosodium
glutamate (MSG), pupuk cair, pupuk kering, bahan bakar ketel serta kertas.

2.7.Hasil Produksi

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 9


Periode Produksi Total Produksi
per minggu per kw
17 Mei - 20 Mei
1416
2012
21 Mei - 27 Mei
1856
2012
28 Mei - 03 Juni
1693
2012
04 Juni - 10 Juni
1756
2012
11 Juni - 17 Juni
1836
2012
18 Juni - 24 Juni
1414
2012
25 Juni - 01 Juli
1614
2012
02 Juli - 08 Juli
1712
2012
09 Juli - 15 Juli
1630
2012
16 Juli - 22 Juli
1727
2012
23 Juli - 29 Juli
1628
2012
Rata – rata 1662
2.8.Produk Yang Dihasilkan

Produk utama PG. Candi Baru adalah gula kristal putih jenis SHS IA sedangkan
produk samping yang dihasilkan berupa tetes sebagai bahan baku pembuatan
monosodium glutamate (MSG). Ampas digunakan sebagai bahan ketel dan blotong
digunakan sebagai pupuk. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, cair, dan gas.

2.9. Pemasaran Produksi

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 10


Gula yang dihasilkan oleh PT. PG. Candi Baru sebelumnya dipasarkan ke
konsumen melalui BULOG (Badan Urusan Logistik). BULOG memberikan surat DO
(Delivery Order) kepada grosit yang hendak membeli gula,kemudian grosir ini yang
mengambil gula di gudang gula PG. Candi Baru. Namun sejak pertengahan tahun 1998
gula produksi tidak lagi dijual ke BULOG,untuk itu pemasaran ditangani sendiri oleh
PT. RNI melalui anak perusahaannya yang bergerak dibidang perdagangan yaitu PT.
Rajawali Nusindo. Dari gula yang diproduksi,66% gula tersebut menjadi milik petani
dan 34% milik pihak pabrik yang dipasarkan secara bebas atau melalui PT. Rajawali
Nusindo. Sedangkan gula milik petani (Ex bagi hasil) dijual secara lelang melalui
panitia lelang yang anggotanya terdiri dari kelompok tani binaan PT. PG. Candi Baru.
Adapun tempat atau fasilitas pelelangan gula disediakan pihak PT. PG. Candi Baru

2.10. Kegunaan Produk

Peranan gula sangat penting untuk makanan, minuman juga untuk memberikan
rasa manis dan kekentalan pada beberapa makanan dan minuman.

2.11. Tinjauan Pustaka

1. Bahan Baku
Di Indonesia parik gula berusaha mendapatkan gula dalam bentuk kristal.
Bahan baku yang digunakan oleh PT.PG. Candi Baru dapat dibedakan atas bahan
dasar pembuatan gula, bahan baku utama dan bahan baku penunjang.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gula adalah:

1.Tebu
Tanaman tebu banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
gula karena mudah didapat dan ditanam. Kandungan air dalam tebu sebesar
65% - 75% dan jumlah sakarosa yang cukup besar.

2.Beet

Untuk menggantikan tebu sebagai bahan bakar industri gula yang


cocok di tanam pada daerah yang beriklim dingin. Beet (beta vulgaris)
mengandung 13% - 17% dan 0,8% abu. Pemisahan kristal sakarosa dari
umbi tanaman beet lebih sulit dari tanaman tebu karena banyaknya senyawa

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 11


organik sakarosa yang terletak pada pertumbuhannya. Kadar gula dalam
tetesnya sangat tinggi karena sulit penjernihannya.

3. Nipah

Kadar gula dalam nipah 10% - 15% lebih tinggi dari kadar gula
dalam tebu. Nipah (hypofrutrieass) cocok hidup didaerah tropis khususnya
kalimantan, sumatra, maluku, dan irian jaya, tapi nipah agak sulit didapat
dan harganya mahal maka kebanyakan pabrik gula masih menggunakan
tebu sebagai bahan dasar pembuatan gula.

 Bahan Baku Utama


1. TRI (Tebu Rakyat Intenfikasi)
Merupakan tebu yang pengolahannya dibiayai oleh BRI dan dapat
perhatian khusus dari pabrik dalam hal penanaman.

2. TS (Tebu Sendiri)

Merupan tebu milik pabrik dengan system mewah tanah rakyat dan
penggarapannya dibiayai oleh pabrik.

3. TRB (Tebu Rakyat Bebas)

Merupakan tebu milik petani sekitar pabrik maupun luar wilayah


yang telah mendapatkan kredit dari pihak BRI maupun dari pabrik.

Kriteria terbayang bermutu baik layak digiling dapat disingkat


BSM , artinya :

1. B adalah Bersih , jika kadar trash (kotoran tebu) tidak lebih


dari 5%
2. S adalah Segar , waktu antara tebu ditebang dan digiling tidak
lebih dari 24 jam
3. M adalah Manis , tebu memiliki potensi sacharosa yang tinggi

Kemunduran tebu sebelum ditebang dapat disebabkan oleh


penyakit lama ,kerusakan oleh cuaca,dll. Sesudah ditebang dapat
menyebabkan pembusukan oleh bakteri

Cara praktis mengantisipasi kemunduran tebu setelah ditebanng


dengan cara :
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 12
a. Mengurangi waktu anntara tebu ditebang sampai gilingan max 24
jam
b. Sanitasi gilingan dengan penyemprotan uap atau pemberian bahan
kimia anti bakteri (biocide)
 Bahan pembantu
Adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu gula,yaitu:
1. Kapur Tohor (CaO)
Penambahan dalam bentuk susu kapur atau suspensi,bertujuan :
a. Menaikkan PH
b. Mencegah terjadinya inverse
c. Menjernihkan nira

Keuntungan :

a. Reaksi kapur dengan nira mentah berjalan lebih cepat dan


sempurna sehingga diperoleh nira yang jernih
b. Mudah diperoleh dan harganya murah

Syarat kapur tohor yang digunakan :

a. Kadar zat tak larut dalam asam keras max 2%


b. Kadar asam silikat max 2%
c. SO3 max 2%
d. Oksidasi besi dan alumunium max 2%
e. CO2 dan Mg0 max 2%
f. Daya pemadam kapur baik dengan kadar reside max 2%
g. Dispersitas baik
h. Reaktifitas baik dengan waktu reaksi 10 detik
2. Sulfur (SO2)
Digunakan dalam pembuatan gas SO2 pada proses pemurnian.
Belerang ini ditambahkan dalam bentuk gas yang diperoleh melalui
pembakaran belerang padat dengan udara kering sebagai sumber
oksigen.
Kegunaan :
 sebagai pemucat warna karena mereduksi senyawa
berwarna menjadi tidak berwarna.

Syarat belerang yang digunakan :

a. Kadar air max 1%


b. Kadar abu max 0,1%
c. Bitominous substance max 0,1%
d. Arsen max 0,05%
e. Rest after incenerator max 1%
3. Floculan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 13


Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan kotoran dalan
nira. Floculan adalah suatu senyawa kimia yang bermuatan
negative. Floculan yang digunakan adalah Acco Floc AA – 110
sebanyak 2 kg per 8 jam dengan konsentrasi 2,5 - 3ppm per hari
Fungsi penambahan floculan adalah mengikat endapan agar ukuran
menjadi lebih besar sehingga dapat mempercepat proses
pengendapan. Di dalam nira, floculan membentuk ikatan berantai
sehingga akan mengendap bersama sama dengan kotoran yang
terkandung dalam nira.
4. Kaporit (NaClO)
Ditambahkan pada nira masing – masing setiap shift sebanyak 3 x
3 kg untuk membunuh jasad renik yang dapat mengakibatkan
pembusukan nira mentah
5. Asam Phosphate (H3PO4)
Digunakan untuk menambahkan kandungan fosfat dalam nira,
penambahan tergantung dari jumlah fosfat yang terkandung dalam
nira sesuai dengan keadaan standartnya. Dalam pemakaian asam
phosphate terlebih dahulu di campur dengan air. Apabila kandungan
fosfat pada nira kurang, maka ion Ca2+ tidak bisa mengikat ion PO3
untuk membentuk endapan Ca3 (PO4)2
6. Caustic soda flake.
Caustic soda flake berupa padatan atau solid yang digunakan
pada pembersihan evaporator. Pemurnian caustic soda flake
bertujuan untuk melunakkan kerak yang ada.
7. Tawas
Berfungsi untuk mengendapkan air sungai yang digunakan
sebagai feed water boiler. Pemakaian air tawas tergantung
kekeruhan air sungai, artinya jika air sungai keruh maka kebutuhan
tawas lebih banyak.
8. Fondan
Digunakan untuk bibitan gula D ysng membantu
pembentukan inti kristal.
9. MPQ, MCP, dan Oxytrol
Berfungsi untuk mengikat ion Ca, Mg, dan Si yang terlarut
dalam air ketel agar terbentuk endapan yang lunak berupa sludge
agar mudah di bluedown.

10. Larutan Karmand SN 01

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 14


Kebutuhan Karmand SN 01 per hari adalah 9 kg.
Ditambahkan pada nira IV sebagai pengganti nira imbibisi II yang
akan masuk pada gilingan III, dan berfungsi juga untuk
menurunkan tegangan permukaan air sehingga proses pemerahan /
distraksi gilingan supaya baik.

2.12. Proses Produksi

2.12.1Stasiun Persiapan

Pada statiun ini terdiri dari tahap persiapan dari bahan baku tebu yang
dikumpulkan pada emplacement sebelum masuk pada statiun gilingan. Biasanya
secara umum pengambilan tebu dari emplacement ini dengan system FIFO
(First In First Out) baik dengan truk maupun dengan lori yang terdiri dari :

 Lori Putih (8 Kwintal)


 Lori Hijau (6 kwintal)
 Lori Kuning (7 Kwintal)
Untuk mengetahui berat tebu, tebu ditimbang terlebih dahulu pada
timbangan lori yaitu dengan cara berat total dikurangi berat lori seperti diatas,
demikian juga dengan penimbangan truk.

2.12.2. Stasiun Gilingan


Proses pada gilingan merupakan proses lanjutan dari proses persiapan
bahan baku untuk mendapatkan nira atau air perasan tebu seoptimal
mungkin. Tugas dari gilingan tebu pertama sampai selanjutnya pada
prinsipnya mempunyai tugas yang sama, yaitu memisahkan nira dari ampas
yang dilakukan dengan cara diperas. Langkah pertama yaitu tebu dari lori
dibawa ke meja tebu, tebu diratakan dengan mesin yang disebut Cane
Laveller agar tidak terjadi penumpukan pada Cane Carier. Tebu selanjutnya
jatuh dan dibawa oleh mesin yang disebut Cane Carier. tebu selanjutnya
dipotong dengan mesin yang disebut Cane Cutter hingga berukuran lebih
kecil ±25 cm. Dan dicacah menjadi serabut dengan mesin unigrator,
kemudian dietruskan di penggilingan. Ampas yang keluar dari gilingan
pertama akan masuk ke gilingan selanjutnya untuk diperas ulang. Hasil dari
gilingan II dan III ini dikembalikan ke gilingan selanjutnya sebagai SAP atau
nira imbibisi.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 15


 Imbibisi pada ampas gilingan, diberikan untuk melarutkan
kadar gula yang masih terkandung dalam ampas. Temperatur
air imbibisi dapat dibedakan menjadi :
a. Imbibisi Panas
Air ini bertemperature >80 dengan keuntungan :
 Dapat mengencerkan nira dalam ampas dengan lebih baik karena
dapat lebih membuka pori-pori dalam ampas.
 Dapat menonaktifkan bakteri-bakteri yang dapat merusak nira.
 Dapat melarutkan zat-zat lain yang bukan gula.
b. Imbibisi Dingin
Keuntungan :
 Tidak melarutkan zat-zat pengotor nira.
 Tidak menyulitkan proses gilingan karena jika suhu tinggi
dapat menyebabkan “selip”.

Kerugian :

 Proses pelarutan nira dalam ampas kurang sempurna.


 Mikroorganisme yang terkandung masih aktif.
Penggunaan gilingan pada pabrik gula di indonesia terdiri dari :
1. Empat Gilingan
Tebu digiling dari gilingan pertama akan keluar nira
perahan pertama, sedang ampasnya masuk ke gilingan ke tiga
dan ke empat. Digilingan ke empat diberi imbibisi dari gilingan
ke tiga sebagai imbibisi pada gilingan pertama, sedangkan nira
pada gilingan empat digunakan sebagai imbibisi pada gilingan
ke dua.
2. Lima Gilingan
Pada umumnya lima gilingan sama dengan empat
gilingan, perbedaannya pada pemberian air imbibisi. Air
imbibisi pada gilingan lima diberikan pada gilingan lima dan
nira yang akan dimurnikan diperoleh dari gilingan kesatu dan
kedua.

2.12.3. Stasiun Pemurnian.

Proses pembuatan gula secara umum diperoleh dari air tebu (nira)
setelah dipisahkan dari air kotorannya dengan proses pemurnian kemudian di
uapkan, dimasak dan dikristalkan. Yang menentukan jenis gula yang
dihasilkan terletak pada cara pemurnian.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 16


Macam – Macam proses pemurnian gula yaitu :

1. Proses Defikasi.
Yaitu suatu proses pembuatan yang penambahan pada nira mentah
hanya ditambahkan susu kapur, sampai batas PH sekitar normal atau netral
atau alkalis lemah. Proses defikasi adalah cara paling sederhana nira

mentah dipanaskan pada temperature 70 - 75

Selanjutnya dimasukkan kedalam peti pencampur (mixer defector)


dan ditambahkan susu kapur samapai PH 7-7,2.CaO yang dipakai sekitar
0,1 – 0,13 % dan dengan kekentalan 6ºBe. Setelah penetralan, nira

dipanaskan lagi samapai titik didih antara 100 - 105 . P O5 yang

terdapat pda tebu akan bereaksi dengan air yang terdapat nira membentuk
asam phospate yang selanjutnya bersama susu kapur akan membentuk
endapan Ca3(PO4)2dengan reaksi sebagai berikut :

3Ca2+ + 2PO42- → Ca3(PO4)2

2. Proses Sulfitasi
Proses sulfitasi merupakan proses pembuatan gula stelah
penambahan susu kapur secara berlebihan kedalam nira mentah dengan
penambahan gas SO2 sampai batas PH netral. Proses sulfitasi lebih baik
dibandingkan dengan proses defikasi, dimana gula yang dihasilkan
berwarna putih. Karena pada proses pemurnian dipakai gas belerang
dioksida dan susu kapur.
Gas belerang dioksida sebagai hasil pembakaran belerang sangat
membantu pemurnian. dengan cara sulfitasi ini diusahakan memperoleh
tambahan endapan yang besar dan padat. Metode yang digunakan adalan
dengan memberikan susu kapur secara berlebihan. Kelebihan susu kapur
ini dinetralkan kembali dengan gas SO2 dengan membentuk ikatan padat
endapan dengan endapan yang baik.
Reaksi-reaksi yang terjadi :
P2O5 + 3H2O 2H3PO4
3Ca(OH)2 + 2H3PO4 Ca(PO4) + 6H2O
S+O2 SO2
2SO2+2H2O CaSO3 + 2H2O

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 17


3. Proses Karbonatasi
Proses ini dilakukan dengan memberikan susu kapur yang
berlebihan dan gas CO2 sebagai penetral. Endapan yang terbentuk adalah
endapan kalsium karbonat. Nira sebelum dikarbonatasi dipanasi terlebih
dahulu mencapai suhu 55ºC dengan pertimbangan bahwa diatas suhu
tersebut akan terjadi kerusakan pada gula reduksi yang dapat
menimbulkan warna gelap gula sedangkan dibawah suhu tersebut reaksi
berjalan lambat.

Perbedaan ketiga proses tersebut selain pada cara pemurnian nira


juga pada hasil produksi gula. Proses defekasi yaitu gula yang dihasilkan
berwarna merah coklat yang disebut gula SHS, namun biaya
pemurniannya relatif murah. Sedangkan proses sulfitasi dihasilkan gula
SHS 1 yang berwarna putih karena proses pemurniannya lebih sempurna
daripada proses defekasi, tetapi biayanya lebih mahal dibandingkan
dengan proses defekasi. Untuk proses karbonatasi gula yang dihasilkan
paling baik dan biaya pemurniannya lebih mahal dari kedua proses
lainnya.

BAB III
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 18
KERANGKA TEORI GULA

3.1. Definisi Dan Rumus Kimia Gula


Gula merupakan senyawa organic golongan karbohidrat atau dikenal juga
sebagai sakrosa dengan rumus C12H22O11. Penggunaan secara luas sebagai bahan
makanan, karena mudah dicerna tubuh sebagai kalori. Merupakan disakarida yang
terdiri atas 2 komposisi monosakarida adalah A-D-Glucopyranosyl, B-D-
Froktofuranosida. Selain sebagai bahan makanan, gula merupakan bahan baku pembuat
alcohol, bahan campuran obat-obatan, bahan pembuat margarine, dan pengawet
makanan yang dapat dibuat dari nipah, aren, tebu, kelapa dan lain-lain. Dalam hal ini
yang akan ditinjau adalah gula yang dibuat dari bahan baku tebu (saccharum
officinarum).
Gula yang banyak diperdagangkan adalah gula yang berbentuk sukrosa, yang
berbentuk kristal putih. Gula fruktosa banyak digunakan untuk penderita diabetes, gula
manosa dan gula maltose. Gula yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
berasal dari tanaman tebu.
Gula dihasilkan dari proses fotosintesis yang terjadi pada daun tebu berklorofil
dibentuk glukosa dan fruktosa yang kemudian diubah menjadi sukrosa dan disimpan
dalam batang tebu. Pembuatan monosakarida terjadi pada siang hari dengan bantuan
sinar matahari.
Reaksi akan menghasilkan berupa D-Glukosa dan D-Frukosa, Glukosa dan
frukosa dinamakan sebagai gula reduksi dalam tehnologi gula. Sintesis bio kimia dan
monosakarida akan membentuk disakarida yaitu sukrosa.
Sukrosa, Glukosa, dan Frukosa optis aktif. Jika berada dalan laruta maka akan
memutar bidang cahaya polarisasi cahaya monokromatis ke kanan (Dexborotary),
sedangkan frukosa memutar cahaya monokromatis ke kiri (Leforotary).

3.1.1Pengertian Gula sebagai Produk


Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai bahan makanan,
sebab gula mudah dicerna dalam tubuh sebagai sumber kalori. Disamping sebagai
bahan makanan, pencampur obat-obatan, bahan baku bagi pembuatan alcohol,
pencampur mentega, dsb. (Goutara dan Wijadi, 1975).

Kristal gula yang sehari-hari umumnya di Indonesia dibuat dari tanaman


tebu (Saccharum Officinarum). Gula pasir merupakan salah satu dari sembilan
bahan pokok yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian di

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 19


Indonesia. Seseorang yang kekurangan gula akan menjadi lemah dan tidak
mempunyai energi apabila didalam tubuh terjadi pembakaran dengan reaksi :

2C12H22O11 + 24O2 → 24CO2 + 22H2O + kalori

Gula adalah disacharida dengan rumus molekul C12H22O11 yang tersusun


dari glukosa dan fruktosa yang mempunyai berat molekul 342. Larutan gula bila
dipanaskan pada suhu tinggi akan terhidroksi, hidrolisis bertambah cepat dengan
adanya asam sebagai katalis. Pemecahan saccharosa ini disebut gula invert
dengan reaksi :

C12H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6

Glukosa Fruktosa

Kalau gula reduksi dipanaskan dalam suasana alkalis maka akan terjadi
dekomposisi dan akan menghasilkan bermacam-macam senyawa diantaranya
furfural methyl glioxyl, glyseril aldehid dan lain-lain. Adanya zat yang tidak
murni dapat menambah atau mengurangi hasil, tetapi pada umumnya
dekomposisi tergantung dari temperatur dan waktu diperbesar. Dalam pembuatan
gula diusahakan kualitas dan kuantitas saccharosa terjaga dan jangan sampai
pecah karena akan berpengaruh pada hasil akhir, dimana kemungkinan yang
terjadi adalah jumlah hasil produksi berwarna coklat atau tidak putih atau dengan
kata lain dari ekonomi perusahaan dibuat yang memenuhi selera konsumen
dengan biaya serendah-rendahnya dan hasil yang semaksimal mungkin.

Dan biasanya harga kemurnian dalm pabrik gula dirumuskan :

Harga Kemurnian : x 100 %

Dimana : % Pol menunjukkan pendekatan kadar gula

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 20


% Brix menunjukkan kadar zat kering (semu)

3.1.2.Pengertian Tebu sebagai Bahan Baku


Tebu yang ditanam pada tanah yang banyak mengandung humus
pertumbuhannya baik, tetapi mengandung rendemen yang rendah. Tetapi bila
ditanam di daerah berpasir dan sedikit humus, maka pertumbuhannya akan
kurang baik, demikian juga tebu yang tumbuh di daerah asin. Tebu tumbuh baik
di daerah subur, gembur dan dapat menahan air, tetapi juga mudah melepaskan
air. Di tanah kering tebu tumbuhnya lambat, ruasnya pendek, sedangkan yang
ditanam di daerah yang tergenang air akan mati, karena akar-akarnya busuk,
karena inilah membuat saluran yang lebar dan dalam. Karena saluran tersebut
untuk mengatur drainase yang sangat penting bagi tanaman tebu.
( Notojoewono, 1975 ).

Komposisi nira dari suatu jenis tanaman dipengaruhi oleh beberapa


faktor yaitu antara lain : Varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman,
keadaan tanah, iklim, pemupukan dan pengairan. Demikian pula setiap jenis
tanaman mempunyai komposisi nira yang berlainan dan umumnya terdiri dari
air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain dan bahan anorganik. Air dalam
nira tebu merupakan bagian yang terbesar yaitu 77 – 88%, 8 – 21% gula, 0,33 –
3,0% gula reduksi, 0,5 – 1,0% senyawa organik lain dan 0,2 – 6,0% senyawa
anorganik. (Goutara dan Wijadi, 1975).

Selain gula dan gula reduksi, ada senyawa lain yang terdapat dalam air
tebu yang disebut ”bukan gula (non sugar)”. Zat-zat bukan gula, gula dan gula
reduksi tersebut dalam air tebu mempunyai 3 keadaan, yaitu :

1. Larut, misal : gula, gula reduksi, garam kalium, natrium dan lain-lain.
2. Koloid, misal : putih telor, lilin.
3. Komponen terapung, misal : ampas halus, tanah yang terbawa tebu dan
lain-lain.

3.1.3. Pengertian gula menurut buku.

Gula adalah air tebu yang mengalami beberapa proses sehingga menjadi
kristal gula.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 21


3.1.4.Rumus Kimia Gula

Rumus senyawa gula adalah C12H22O11

3.2. Klarifikasi Teori Dasar Proses Fabrikasi

3.2.1.Teori Perpindahan Panas.

Tenaga panas diperoleh dari hasil pembakaran, panas tidak langsung


digunakan sebelum diubah ke dalam bentuk uap yang berlangsung pada ketel uap.

3.2.2 Teori Penguapan.

Penguapan pada pabrik berlangsung dengan tekanan uap vacum. Uap


yang dihasilkan dari Evaporator II digunakan untuk menguapkan air pada
Evaporator II dan seterusnya.

3.2.3. Teori Kristalisasi.

Kristalisasi terjadi pada saat proses penguapan dalam keadaan lewat


jenuh. Daerah lewat jenuh dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Daerah Meta Mantap : Molekul sukrosa yang ada dalam larutan belum bisa
membentuk inti kristal. Tapi jika dalam larutan tersebut dimasukkan inti kristal
sukrosa disamping menempel, molekul sukrosa akan membentuk inti kristal.
2. Daerah Intermediet : molekul sukrosa yang ada dalam larutan belum
membentuk inti kristal, tapi jika dalam larutan tersebut dimasukkan inti kristal
sukrosa disamping menempel, molekul sukrosa akan membentuk inti kristal.
3. Daerah Labil : molekul sukrosa yang ada dalam larutan tersebut sudah dapat
membentuk inti kristal sendiri.

3.2.4.Cara Pembuatan Kristal.

Cara pembuatan kristal ada 3 yaitu :


1. Waiting Methode : dengan cara menguapkan air dari nira kental dalam pan
masak sampai kejenuhan mencapai daerah labil dimana molekul sukrosa yang
ada dalam ira kental akan membentuk kristal. Kemudian tingkat kejenuhan
diturunkan sampai daerah mantap untuk dibesarkan sampai ukuran yang
diinginkan. Cara ini dapat memakan waktu yang lama dan kristal yang
dihasilkan tidak homogen.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 22


2. Shock Seeding : dengan cara menguapkan air dari nira kental dalam pan
masak sampai kejenuhan mencapai daerah intermediete, kemudian
didalamnya dimasukkan inti kristal sukrosa. Dengan hadirnya inti kristal
tersebut serentak molekul sukrosa yang ada dalam nira kental akan
membentuk kristal. Selanjutnya tingkat kejenuhan diturunkan sampai daerah
meta mantap. Untuk membesarkan kristal sampai mencapai ukuran yang
diinginkan. Waktu lebih pendek tapi kristal juga tidak homogen.
3. Full Seeding : dengan cara menguapkan air dari nira kental dalam pan masak
sampai kejenuhan mencapai daerah meta mantap kemudian dimasukkan inti
kristal sukrosa dengan jumlah tertentu, selanjutnya dibesarkan sampai ukuran
yang diinginkan. Waktu masak lebih cepat dengan hasil kristal ukuran
homogen.

3.3. Komposisi Senyawa Penyusun Tebu


PT. PG. Candi Baru berusaha mendapatkan gula dalam bentuk inti kristal dengan
memerah tebu yang merupakan campuran kompleks dari berbagai penyusun.

3.4. Sifat-Sifat Sakarosa

Sakarosa terdiri dari 1 mol glukosa dan 1 mol fruktosa anti terhadap asam yang
akan terhidrolis membentuk glukosa dan frukosa.

C12H22O11 C6H12O6 + C6H12O6

Sebaiknya glukosa dan frukosa tahan terhadap suasana basah yang akan
menghasilkan asam-asam organic. Mengakibatkan kadar kapur naik dan zat warna kristal
menjadi jelek selain sifat-sifat tersebut, sukrosa dapat terurai akibat beberapa hal.

Pertama akibat panas yaitu panas atau suhu tunggi mengakibatkan sukrosa
menjadi caramel. Kedua, Hidroksida yaitu perubahan menjadi glukosa dan frukosa.
Ketiga, mikroorganisme yaitu mikroorganisme yang menyebabkan sakarosa akan
menjadi senyawa-senyawa lain.

Nira hasil perahan tersebut akan berwarna hijau keruh dan bersifat asam dengan
PH 5,5. Untuk mencegah terjadinya hidrolisa maka akan dilakukan penetralan dengan
menambahkan basa dalam nira untuk menetralisir sifat asam tersebut. Keempat, syarat-
syarat basa yaitu mudah didapat dengan harga murah serta mempunyai pengaruh
pemurnian yang baik, untuk dipilih CaCO3 sebagai penetal.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 23


BAB IV

URAIAN PROSES

PT.PG CANDI BARU SIDOARJO

4.I. Stasiun pendahuluan

Tujuan
 Untuk menyiapkan tebu yang akan digiling.
 Untuk menentukan berat tebu yang ada pada timbangan lori atau truk
sebelum tebu digiling.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 24


Peralatan
1. Railban : jalan lori yang menghubungkan dari tempat penimbangan tebu
dengan pabrik.
2. Lori : kereta pengangkut tebu sebelum masuk ke meja tebu.
3. Truk : untuk mengangkut tebu dari desa penghasil tebu yang jauh dari pabrik.
4. Timbangan : alat pengukur berat tebu sebelum diangkut ke lori.
5. Emplacement tebu : tempat antrian tebu yang akan digiling.
6. Travelling Cane : alat yang digunakan untuk mengangkat tebu dari lori atau truk
menuju ke cane table.
7. Cane Table : tempat penampungan tebu yang bergerak sebelum dimasukkan ke
cane carier
8. Cane Leveller : untuk meratakan tebu sebelum jatuh ke Cane Carrier I.
9. Cane Carrier I : alat yang digunakan untuk membawa tebu ke Cane Cutter.
10. Cane Cutter : alat yang berbentuk pisau yang berfungsi untuk memotong tebu
menjadi potongan-potongan keil.
11. Cane Carrier II : alat yang digunakan untuk membawa potongan tebu ke
Unigrator.
12. Unigrator : alat yang diguanakan untuk memecah dan memukul tebu menjadi
serabut-serabut sehingga tebu mudah diperah.
Macam – macam timbangan, timbangan ada 2 jenis yaitu :

 Timbangan Truck : selain digunakan menimbang tebu juga dapat digunakan


untuk menimbang blotong.
 Timbangan Lori : digunakan untuk menimbang tebu yang diangkat dengan lori
berat brix sudah terdekat.

Stasiun persiapan terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Emplacement
Setelah truk muatan tebu dipindahkan ke lori sudah terkumpul 7 lori rangkaian
kereta lori akan ditarik oleh traktor untuk ditimbang.
 Lori bertajuk putih beratnya 8 kw
 Lori bertajuk kuning beratnya 7 kw
 Lori bertajuk hijau beratnya 6 kw
Brutto – Tarra = Netto
Rangkaian kereta lori muatannya langsung ditarik menuju emplacement untuk
dimasukkan ke ban. Ban lori sesuai dengan jadwalnya untuk digiling dengan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 25


menggunakan sistem FIFO (First in First Out) tebu yang akan datang petama masuk
digiling dulu selanjutnya lori tersebut diarahkan kemeja tebu untuk yang ditimbang
timbangan loti adalah TS (Tebu Sendiri) dan TR (Tebu Rakyat).
2. Stasiun Timbangan
SOP (Standart Operational Prosedur) Kerja tim ada 2 penimbangan yaitu :
1. Timbangan Truk
2. Timbangan Lori

Standart Operational Prosedurnya sebagai berikut :

Dari arah utara yaitu wilayah gresik, mojokerto dan sidoarjo masuk diterima
dipos.

Dari arah selatan yaitu wilayah kediri, kertosono, jombang, mojokerto


sidoarjo, pasuruan, kebun grati (KGA) lumajang dan malang semuanya diterima dipos
II.

Semua jenis tebu atau truk pengangkut tebu masuk melalui pos II, dimana pos
itu ada tim MBS (Manis Segar Bersih) dikatakan :

 Manis di Pos II ada alat Heand Brix Refraktometer yaitu alat yang digunakan
untuk mengetahui kadar tebu yang dikehendaki oleh PT. PG. Candi Baru adalah
17, apabila brix kurang dari 17 maka tidak diijinkan masuk atau ditolak. Artinya
brix harus lebih dari 17.
 Segar tebu dari awal masuk ke kram tebu tidak boleh lebih dari 24 jam dan
dibentuk adanya tim FIFO (First In First Out) serta harus antri pada umumnya.
 Bersih bebas dari kotoran yang dimaksud dengan kotoran adalah bebas dari
daduk, pucukan, tanah, sogolan, akar, dan lain-lain dan yang diijinkan hanya 5
%.

Gambar Stasiun Persiapan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 26


4.2. Stasiun Gilingan
Tujuan :
 Untuk memisahkan nira sebagai fase dari ampas atau bahan sabut
sebanyak mungkin dan mengusahakan kandungan gula dalam
ampas seminimal mungkin.

Peralatan Yang Digunakan :

1. Crane : alat yang digunakan untuk memindahkan tebu dari truck atau lori ke
meja tebu.
2. Meja tebu : tempat penampungan tebu yang bergerak sebelum dimasukkan ke
cane carier.
3. Cane laveler : alat untuk meratakan tebu sebelum masuk ke cane carier.
4. Cane carier I : alat yang digunakan untuk membawa tebu ke cane cutter.
5. Cane cutter : alat yang berbentuk pisau yang berfungsi untuk memotong tebu
menjadi potongan-potongan kecil.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 27


6. Cane carier II : alat yang digunakan untuk membawa tebu yang berasal dari
cane cutter menuju unigrator.
7. Unigrator : alat yang digunakan untuk memecah dan memukul tebu menjadi
serabut-serabut sehingga tebu mudah diperah.
8. Faeeding Roll : alat yang berfungsi untuk membantu mengumpankan cacahan
tebu ke bagian depan roll pemerah.
9. Roll Pemerah : alat yang terdiri dari 3 buah roll yaitu front Roll (roll Muka),
Back Roll (Roll Belakang), Top Roll (Roll Atas).
10. Scraper atau Sisir : alat pembersih ampas yang masih melekat pada alur roll.
11. Trase Plate : alat yang berfungsi untuk menghubungkan Front Roll dan Back
Roll sebagai tempat nira perahan Front Roll.
12. Intermediet Cane : alat yang digunakan untuk membawa ampas tebu dari
gilingan berikutnya.
13.DSM Screen : alat yang digunakan untuk mengangkut ampas halus yang
tersaring oleh DSM Screen ke IMC.
14. Cush-Cush : alat yang digunakan untuk mengenkut ampas halus Elevator yang
tersaring oleh DSM Screen ke IMC.
15.Bagase Carier : alat yang berfungsi untuk membawa ampas dari gilingan IV
menuju ketel.
16.Rotary Bagase : sisi untuk memindahkan ampas kasar dan Tumbler ampas
halus.
Bahan-Bahan Yang Digunakan
1. Cacahan tebu dari stasiun gilingan yang keluar dari Unigrator (Stasiun I)
2. Imbibisi yang terdiri dari
a. Imbibisi Air
Berasal dari air kondesat yang masih ada kadar gulanya. Suhu

imbibisi air yaitu diatas 70 ( sekitar 80-90 ). Fungsi imbibisi air adalah

mengambil nira yang mungkin masih melekat atau tersisa pada ampas.
Jika ampas masih mengandung kadar gula dapat mengakibatkan kerak
pembakaran. Imbibisi air juga berfungsi untuk membuka sel-sel tebu agar
mudah diperah. Jumlah imbibisi air sekitar 25-30% dari berat tebu yang
akan digiling. Pemberian imbibisi air dilakukan melalui talang berlubang
yang dipasang melintang pada IMC digilingan II dan III.
b. Imbibisi Nira
Imbibisi nira adalah nira yang berasal dari gilingan III dan IV.
Tujuan dari imbibisi nira yaitu sebagai pelicin atau memperkecil gesekan
antar Roll gilingan. Pemberian imbibisi nira dilakukan pada gilingan I

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 28


yang berasal dari nira gilingan III dan pada gilingan II yang berasal dari
gilingan IV.
Proses Gilingan
Tebu yang sudah ditimbang dipindahkan dari lori atau truk ke meja tebu
dengan Travelling Crane yang digerakkan oleh motor listrik. Setelah sampai di
meja tebu, tebu diratakan dengan pisau perata (cane Laveler) agar permukaan
tumpukan tebu tidak terlalu tebal. Sehingga tebu yang akan mauk ke cane cutter
dapat terkendali. Melalui cane carier I tebu diangkat ke cane cutter, didalam cane
cutter tebu dipotong hingga berukuran ± 25 cm. Selanjutnya masuk ke cane carier
II dan dilanjutkan ke unigrator untuk dicacah sehingga dapat meningkatkan
jumlah nira yang terambil.
Tebu masuk gilingan I. Pada gilingan I ada penambahan imbibisi nira
yang berasal dari gilingan III, setelah tebu digiling dan menghasilkan nira dan
ampas. Nira ini disebut NPP (Nira Perahan Pertama). Nira pada perahan I
dialirkan ke bak penampungan nira mentah sedangkan ampasnya dibawa oleh
IMC I sebagai umpan gilingan II.
Tebu masuk gilingan II amapas diperah lagi dan diberi dua jenis imbibisi
yaitu imbibisi iar dan imbibisi nira yang berasal dari gilingan IV. Hasul perahan
dari Gilingan II diberi Ca(OH)2 dan H3PO4. Kemudian dialirkan ke bak
penampungan nira mentah. Sedangkan ampasnya dibawa oleh IMC II sebagai
umpan gilingan III.
Pada gilingan III ampas diperah lagi dan diberi imbibisi air, nira hasil
perahan dialirkan ke gilingan I sebagai imibibisi nra. Sedangkan ampasnya
dibawa oleh IMC III sebagai umpan gilingan IV.
Pada gilingan IV ampas diperah lagi nira yang dihasilkan dijadikan
imbibisi nira gilingan II. Ampas gilingan IV diangkut oleh bagase carier.
Sebagian ke ketel cheng chen (KCC) yang bertekanan 17 kg/cm 2 digunakan
sebagai bahan bakar. Sebagian lagi dibawa ke ketel tekanan rendah (KTM) yang
bertekanan 6 kg/cm2.
Nira yang sudah dimasukkan ke dalam bak penampungan nira mentah
menuju DSM Screen untuk dibersihkan ampasnya dari nira mentah. Dalam bak
penampungan nira mentah ada penampungan H3PO4 untuk proses selanjutnya.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 29


Gambar St. Gilingan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 30


4.3 Stasiun Pemurnian
Tujuan :
 Untuk memisahkan nira dari kotoran yang ikut ke dalam nira mentah
sehingga didapatkan nira jernih.
Peralatan yang digunakan :
1. Timbangan Boulogne : timbangan yang berfungsi untuk mengetahui berat
nira mentah yang dihasilkan oleh stasiun gilingan.
2. Peti terik nira : digunakan untuk menampung nira mentah dari timbangan
boulogne.
3. Pompa nira mentah : pompa yang berfungsi memompa nira mentah
tertimbsng menuju ke juice heater I
4. Juice Heater I : alat pemanas pendahuluan yang berfungsi untuk
memanaskan nira mentah.
5. Defikator I dan II : sebagai tempat pencampuran nira dan susu kapur
Ca(OH)2 yang dilengkapi dengan alat pengaduk (agigator) agar hasil
pencampuran menjadi homogen.
6. Sulfitator I : sebagai tempat gas SO 2 dengan nira mentah dari defikator
yang berfungsi menetralkan susu kapur.
7. Peti tarik nira : digunakan untuk menampung nira mentah tersulfitir.
8. Pompa Nira Mentah tersulfitir : digunakan untuk memompa nira mentah
menuju ke tersulfitir juice heater II.
9. Tobong Belerang : digunakan untuk memindahkan gas SO 2 menuju
sulfitator I.
10. Peti Tunggu Susu : untuk menampung susu kapur sementara.
11. Pompa Susu Kapur : untuk memompa susu kapur menuju defikator I dan
II.
12. Flash Thank : untuk mengeluarkan gas-gas (NH 3,O2,dan SO2) yang
terdapat dalam nira agar tidak menganggu proses pengendapan di single
tray clarifier.
13. Single Tray Clarifier : digunakan untuk mengendapkan flok-flok yang
berbentuk sehingga diperoleh nira jernih.
14. DSM Screen : untuk menyaring kotoran yang ikut ke dalam nira jernih.
15. Pompa Nira jernih : untuk memompannira jernih menuju ke juice heater
III.
16. Rotary vacum filter : untuk menyaring nira kotor yang berasal dari single
tray clarifier juga menyaring ampas halus yang terbawa oleh nira sehingga
menghasilkan nira tapis dan limbah blotong.
Bahan Yang Digunakan
1. Nira mentah : nira yang dihasilkan dari stasiun gilingan I dan II
2. HaPO4 : untuk proses pengendapan dan penyempurnaan reaksi
3. Ca(OH)2 : untuk membantu menaikkan pH, menghemat pertumbuhan
mikroorganisme dan membantu proses pengendapan.
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 31
4. SO2 : berfungsi untuk menetralkan pH dalam nira dan mengikat unsur yang
belum bereaksi di defecator.
5. Floculant : digunakan untuk membantu proses pengendapan.
Proses Pemurnian
Nira disaring, hasil penyaringan ditimbang dengan timbangan bolougne yang
berkapasitas 25 Ku/circle. Sedangkan ampas halus sisa penyaringan dipindahkan ke
gilingan II. Setelah itu nira ditampung dalam bak penampung ditambah dengan H 3PO4

kemudian nira dipompa masuk ke juice heater I dengan suhu ± 75 , juice heater I

berfungsi untuk mempercepat reaksi pengendapan dan membunuh bakteri yang ada
dalam nira.
Dari juice heater I nira masuk ke defecator I ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH
7,2. Setelah itu nira masuk ke defecator II ditambahkan lagi Ca(OH)2 sampai pH 8,5-
9,0. Penambahan gas SO2 sampai pH 7 yang berfungsi untuk menetralkan pH dan nira

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 32


yang dihasilkan akan lebih jernih. Dari sulfitator I nira masuk ke juice heater II dengan

suhu ± 105 . selanjutnya nira masuk ke dalam Flash Tank yang bertujuan untuk

menghilangkan gas-gas (O2, NH3,dan SO2) yang terdapat dalam nira agar tidak
mengganggu proses pengendapan kotoran.
Dari Flash Tank nira masuk ke dalam single tray clarifier ditambah dengan
floculant yang berfungsi untuk mengikat kotoran menjadi satu hingga terbentuk flok-
flok besar agar endapan cepat turun. Didalam single tray clarifier terjadi dua endapan
bagian atas terdapat nira jernih dan bagian bawah terdapat nira kotor.
Setelah itu nira jernih yang berasal dari single tray clarifier diluapkan ke DSM
Screen untuk disaring. Nira jernih setelah disaring masuk ke juice heater III dengan

suhu ±110 . Lalu dipompa masuk ke evaporator (penguapan) sedangkan nira kotornya

dipompa dengan Membran Pump dan masuk ke Mix Juice. Di Mix Juice terjadi
campuran antara ampas halus dari gilingan IV dengan nira kotor sampai homogen. Lalu
dimasukkan ke rotary vacum filter dengan dispray tujuan dispray adalah agar nira yang
masih mengandung gula keluar dari kotoran. Kotoran yang ada di Rotary Vacum Filter
dikeringkan dan menghasilkan blotong. Sedangkan nira tapisnya dipompa masuk ke
bak penampungan nira mentah.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 33


Gambar St. Pemurnian

4.4. Stasiun Penguapan.


Tujuan :
 Untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira jernih sebanyak
mungkin hingga kondisi larutan mendekati jenuh dengan kadar Brix
nira encer berkisar antara 12-15% sedangkan Brix nira kental yang
diperoleh sekitar 56-60%.
 Karena nira tidak tahan pada suhu tinggi maka penguapan dilakukan

pada kondisi vacum sehingga titik ddihnya turun menjadi 60 .

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 34


 Pada proses penguapan ini uap yang dihasilkan dari satu Evaporator
digunakan untuk menguapkan air pada Evaporator selanjutnya. Dengan
demikian maka dapat menghemat bahan bakar.
Peralatan Yang Digunakan :
1. Evaporator : untuk menguapkan nira jernih dan nira kental. Evaporator yang
digunakan di PG. Candi Baru terdapat 6 buah. Tetapi pada pelaksanaan
proses hanya dipakai 4 unit. Karena yang 2 sedang dibersihkan.
2. Pompa Hampa Udara : untuk menurunkan tekanan dalam Evaporator sentral
sampai tekanan vacum. Terdiri dari 3 bagian pompa vacum, pompa air
injeksi dan kondesor (Barrometri Condensor).
3. Barrometris Condensor : untuk menghisap gas dan uap yang terbentuk
sehingga kondisi dalam evaporator berada dalam tekanan rendah.
4. Pompa Air Kondesat : memompa air kondesat dari proses penguapan
menuju tendon.
5. Tangki Sulfitator II : untuk proses sulfitasi (penambahan SO2 pada nira
kental) agar pada proses nira menjadi jernih (mengkilat) dan gula yang
dihasilkan lebih putih.
6. Peti Tarik Nira Kental : untuk menampung nira kental hasil proses
Evaporator.
7. Pompa Nira Kentral : untuk memompa nira kental menuju Sulfitator II.
8. Tendon penampung : terdapat dua tendon yaitu :
 Kondesat tandon I : menampung air kondesat pengisi KCC dan FCB
(KTM) serta juga pengisi kondesat pada ketel lama (KTR). Air
kondesat pada tandon ini tidak mengandung kadar gula (pure
condesat) pada tandon I ini untuk menampung air kondesat dari
Evaporator I, II, dan III.
 Tandon II :menampung air kondesat yang mengandung kadar gula.
Air kondesat ini digunakan untuk masakan, puteran, gilingan dan
spray pada rotary vacum filter. Pada tandon II ini untuk menampung
air kanodesat dari Evaporator IV.
Bahan Yang Digunakan :
1. Nira encer yang berasal dari Juice Heater III.
2. Uap bekas gilingan (dari turbin) digunakan sebagai pemanas Evaporator.
3. NaOH digunakan untuk pembersih Evaporator.
Proses Penguapan :
Nira Encer dengan suhu ± 100-105 dari juice heater II dipompa masuk ke

Evaporator I. Pada Evaporator I dituangkan dengan uap bekas (Steam) dari gilingan
(dari Turbin) dengan tekanan 0,5 kg/cm 2. Uap bekas ini masuk lewat pipa dan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 35


memanaskan nira yang mengalir dalam pipa. Dengan adanya perbedaan suhu antara
steam dengan nira, maka steam akan terkondensasi menjadi air kondesat dan larutan
nira akan menguap. Uap Nira yang terbentuk akan mengalir melalui bagian atas
evaporator I . sebagian uap nira ini digunakan sebagai pemanas pada Evaporator II. Di

evaporator I nira diuapkan dengan suhu ± 110 kemudian nira dialirkan ke

Evaporator II melalui bagian bawah Evaporator.


Pada Evaporator II nira diuapkan dengan suhu ± 100 uap nira yang

dihasilkan dari Evaporator II digunakan sebagai pemanas di evaporator III. Nira dari
Evaporator II dialirkan ke Evaporator III melalui bagian bawah Evaporator.
Pada Evaporator III nira diuapkan dengan suhu ± 90 uap nira yang

dihasilkan dari Evaporator III digunakan sebagai pemanas di Evaporator IV. Nira dari
Evaporator III dialirkan ke Evaporator IV melalui bagian bawah Evaporator III.
Pada Evaporator IV nira diuapkan dengan suhu ± 80 uap nira yang

dihasilkan dari Evaporator IV dilairkan ke kondensor. Uap nira tersebut mengalir


karena adanya tarikan vacum dari pompa sentral. Sedangkan nira yang berasal dari
Evaporator IV masuk ke Sulfitator II.
Air kondesat dari masing-masing Evaporator dialirkan ke tandon untuk
Evaporator I,II,III yang tidak mengandung kadar gula dialirkan ke tendon I.
Sedangkan dari Evaporator IV yang mengandung kadar gula dialirkan ke tendon II.
Sebelum air masuk ke tendon air tersebut diperiksa terlebih dahulu dengan indicator
PAN dan H2SO4. Dari hasil analisa dapat ditentukan air kondesat yang mengandung
kadar gula akan berubah menjadi merah kehitaman jika ditetesi dengan indikator
tersebut, dan bila tidak mengandung kadar gula air kondesat tersebut tidak berubah
jika ditetesi indikator. Air kondesat mengandung kadar gula digunakan untuk
menghilangkan kristal palsu dengan larutan induknya pada proses putaran, imbibisi
pada stasiun gilingan, spray pada rotary vacum filter dan masakan. Air kondesat yang
tidak mengandung kadar gula digunakan sebagai air pengisi ketel (KTR dan KCC).
Dari evaporator IV nira dialirkan ke Peti Tarik Nira Kental dengan pH 7,0
kemudian nira dipompa masuk ke Sulfitator II untuk proses pemucatan (Bleaching),
agar nira lebih jernih dan nira yang dihasilkan putih. Pada Sulfitator II nira kental
dikontakkan dengan SO2 yang berasal dari tobong belerang agar pH 5,6-5,8 nira
tersulfitir dapat dilakukan analisa dengan menggunakan CPR. Dari Sulfitator II nira
dimasukkan ke Peti Tarik Nira Kental Tersulfitir untuk proses selanjutnya (masakan).

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 36


Gambar St. Penguapan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 37


4.5 .

Stasiun Masakan
Tujuan : Merubah sukrosa yang berbentuk larutan ( Nira Kental ) menjadi kristal gula
yang sesuai ukuran standart. Proses dalam pan kristalisasi dilakukan dalam

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 38


ruang hampa dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kerusakan sukrosa
yang di akibatkan oleh suhu tinggi.
Peralatan yang digunakan ;
1. Pan masakan untuk pembentukan proses kristalisasi dengan jalan menguapkan air
lebih lanjut sehingga terbentuk kristal yang beragam.
Terdapat 7 buah pan masakan :
a. Pan I , untuk masakan D dengan kapasitas 200 Hl.
b. Pan II, untuk masakan D dengan kapasitas 400 Hl.
c. Pan III, untuk masakan C dengan kapasitas 200 Hl.
d. Pan IV, untuk masakan A dengan kapasitas 400 Hl.
e. Pan V,untuk masakan A dengan kapasitas 400 Hl.
f. Pan VI, untuk masakan A dengan kapasitas 400 Hl.
g. Pan VII, untuk masakan A dengan kapasitas 400 Hl.

 Jenis pan masakan di PG. Candi Baru adalah jenis Calandria dengan lubang di
tengah ( untuk sirkulasi ) yang berdiameter 1/3 meter badan pan masakan.
2. Vacuum Trog D: Cadangan untuk masakan D.
3. Vacuum Trog A : Cadangan untuk masakan A.
4. Plung pendingin : Tempat penampungan hasil masakan yang berfungsi untuk
kristalisasi lebih lanjut dan untuk mengurangi kadar gula dalam tetes yang ada
pada masakan D. Pan ini berjumlah 15 buah , 6 buah untuk masakan D, 2 untuk
masakan C, dan 7 buah untuk masakan A.
5. Rappid coller : untuk mendinginkan masakan D sehingga proses kristalisasi bisa
berlanjut. Rappid coller dibagi menjadi 2, yaitu : sebagain luas untuk pendinginan
dan sebagian lain untuk pemanas.
6. Peti tunggu : untuk menampung gula C, klare SHS, leburan gula DII, nira kental,
stroop A, stroop C, dan klare D.
7. Bak nira kental : tempat untuk menampung nira kental tersulfitir dari stasiun
penguapan
8. Magma C : tempat untuk proses pembibitan masakan A

Bahan – bahan yang digunakan :


1. Nira Kental dan Nira Kental Tersulfitir dari stasiun penguapan.
2. Air kondesat yang berfungsi untuk mencuci gula dari kristal palsu.
3. Fondan sebagai bibit gula yang membantu prosespembesaran ukuran kristal gula
pada pan masakan D.
4. Masakan D : stroop C, Babona D, Stroop A, Fondan, dan Klare D.
5. Masakan C : stroop A, babonan DII, dan Klare D.
6. Masakan A : Babonan C dan Klare SHS.

Proses Masakan
Masakan D
Bahan yang di gunakan pada maakan D adalah Nira Kental ( diksap ), stroop
A, stroop C, Fondan, dan babonan D. Mula – mula nira kental sebanyak ± 100 Hl di

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 39


masukkan ke dalam pan I dan dimasak sampai berbentuk benanagan, selanjutnya
dimasukkan fondan sebanyak 2 gelas aqua ( ± 500 ml ) di masak selama ± 15 menit
hingga keluar kristal. Pada saat pemasakan kristal masih berbalut dengan kotoran
maka dicuci dulu dengan air panas secukupnya. Kalu sudah bersih ditarik stroop A
sebanyak ± 200 Hl, kemudian masakan di bagi menjadi 2, yaiutu di Vacuum Trog Hl
dan di pan II ± 100 Hl. Di pan II ditambahkan stroop A, klare D, stroop C sampai ±
400 Hl. Bila di pan II kristal agak keras ditambahkan stroop C lebih banyak dan jika
kristal agak lembek, maka ditambahkan stroop A. HK yang ada pada masakan D
adalah 60. Setelah itu masakan turun ke palung pendingin ysng berjumlah 6 buah
kemudian masakan ditarik dengan Rapid coller menuju stasiun putaran untuk di
proses menjadi gula DI, gula D II , tetes , dan klare D.

Masakan C
Bahan yang digunakan adalah babonan DII, stroop A, dan Nira Kental.
Masakan C ini diolah di pan III, bibit awalnya adalah babonan DII ditarik ± 700 Hl
dan nira kental 30 Hl, karena kristal masih berbalut kotoran maka di cuci dengan air
panas dan bila sudah bersih ditarik stroop A sampai 200 Hl . apabila HK sudah
mencapai 72 – 73 , masakan C turun ke palung pendingin yang berjumlah 2 buah
kemudian masakan dipompa ke stasiun putaran.

Masakan A
Bahan yang digunakan adalah Nira Kental Tersulfitir , babonan C, dan klare
SHS. Mula – mula nira kental dari peti tarik nira kental dialirkan ke pan masakan V30
mHl dan di masak sampai berbentuk benangan kemudia di tarik babona C 70 Hl.
Proses pembibitan ini harus dikontrol agar terbentuk inti kristal palsu , kristal palsu ini
di cuci dengan air panas kemudian ditarik klare SHS sampai 400 Hl, selanjutnya
dimasak sampai HK 76-77 . Bila sudah terbentuk kristal yang di inginkan masakan di
pindah ke Vacuum Trog A dan ke pan masakan IV, VI , VII dengan penambahan nira
kental tersulfitir dan klare SHS.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 40


Gambar St. Masakan dan St. Puteran

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 41


Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 42
4.6. Stasiun Puteran

Tujuan : untuk memisahkan kristal gula dari larutan dengan cara Centrifugal .
Peralatan Yang Digunakan :
1. Rapid coller : Untuk mendinginkan hasil masakan D sehingga terjadi kristal
lebih lanjut
2. Peti tunggu Babonan : untuk menampung babonan D yang digunakan untuk
bibitan D masakan A dan C.
3. Automatic : Untuk memisahkan gula dari larutannya (memutar centrifuge
putaran masakan D)
Putaran BMA terdiri dari :
a. 3 Putaran BMA D1 : Untuk memutar masakan D menjadi D1 dan tetes.
b. 2 PutaranBMA D2 : Untuk memutar D2 dan klare D
c. 1 Buah BMA putaran C : Untuk memutar ( memisahkan ) masakan menjadi
gula C dan stroop C
4. Batch Centrifugal : Untuk memisahkan gula A (jumlahnya 1 bus) dan untuk
memisahkan gula SHS
5. Peti Tunggu : Untuk menampung klare SHS,stroop A,stroop C,dan klare D.
6. Mixer D1 : Tempat terjadinya pengenceran gula D1 dan klare D

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 43


7. Mixer D2 : Tempat terjadinya pengeceran D2 dengan air dingin
8. Mixer C : Tempat terjadinya pengeceran C dengan air dingin
9. Mixer SHS : Tempat terjadinya pengeceran gula A dengan klare SHS

Bahan yang digunakan :


1. Hasil masakan dari stasiun masakan yang telah didiamkan di palung pendingin
yang meliputi masakan D,masakan A,dan masakan C.
2. Air kondensat (air panas)yang mengandung gula dari tandon 2 dan air dingin
untuk spray.
3. Uap dari ketel.

Proses Putaran

Di dalam stasiun putaran kristal gula dipisahkan kristal gula dipisahkan dari
cairannya dengan gaya centrifugal dengan bantuan air kondensat ini berfungsi untuk
mencuci kotoran dan stroop yang masih menempel. Dalam proses ini kristal gula akan
tertahan dan melekat pada dinding saringan sedangkan cairannya akan turun melalui
saringan yang berbentuk tromol berputar.

Proses Putaran Masakan D

Dari palung pendingin masakan D dibawa oleh screw convier / talang ulir
(khusus untuk larutan kental) kemudian dipompa masuk ke rapid coller untuk di
kristalkan lagi,sehingga diperoleh kristal yang lebih banyak. Di rapid coller terjadi 2
tahapan kristalisasi yaitu pendinginan dan pemanasan,tahap pertama masakan D di
dinginkan hingga suhu ± 30 - 35 ºC dengan air pendingin yang bersuhu ± 18 ºC.
Tujuan pendingin ini adalah untuk pembentukan kristal yang lebih banyak lagi dan
masakan ini akan mempersulit pemisahan kristal gula dengan tetesnya (kristal banyak
yang terikat pada tetes) sehingga dilakukan tahapan kedua.

Tahapan kedua , masakan dipanaskan hingga bersuhu ± 70 ºC. Dengan air


panas yang bersuhu + 60 oC. Dengan pemanasanini,viskositas masakan akan turun
sehingga masakan menjadi lebih encer.

Dari rapid coller masakan dipompa ke talang U yang terletak di atas putaran
BMA D1,kemudian masakan ini akan jatuh ke putaran D1 yang terdiri dari 3 unit
puteran. Pada puteran D1 masakan disiram dengan air dingin,cairan yang diperoleh
dari putaran BMA D1 disebut tetes. Kemudian tetes ini dialirkan ke talang penampung
tetes sedangkan kristal gula yang diperoleh disebut gula D1 putaran. Selanjutnya gula

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 44


ini ditampung di mixer D1 dengan ditambahkan air (terletak dibawah putaran BMA
D1) lalu dialirkan ke talang U yang terletak diatas putaran BMA D2 . Putaran BMA
D2 terdiri dari 2 unit dengan proses yang sama , putaran BMA D2 akan menghasilkan
cairan yang disebut klare D, sedangkan gula D2 ditampung di talang penampung D2,
Gula D2 disebut juga kristal bibitan D2 yang kemudian gula D2 ini dialirkan ke peti
babonan sebagai bibitan kristal pada masakan C.

Proses Putaran Masakan C

Dari palung pendingin masakan C dipompa menuju putaran BMA C. Putaran


BMA yang dipakai adalah putaran ke-6,jika jumlah gula banyak maka putaran BMA
yang ke-5 juga dapat dipakai untuk memutar gula C. Dari putaran ini stroop C
dialirkan ke tangki penampung yang akan digunakan kembali pada masakan D ,
sedangkan gula C yang telah dipisahkan ditambah air yang disebut dengan babonan
C ,dan babonan tersebut dipompa ke masakan sebagai bibitan masakan A.

Proses Putaran Masakan A

Dari palung pendingin masakan A dipompa ke putaran A lalu disiram dengan


air kondensat sehingga diperoleh stoop A dan gula A. Stroop A dipompa ke peti
tunggu stroop A sedangkan gula di proses lebih lanjut di mixer SHS dengan adanya
penambahan air kondensat dan steam. Dari mixer SHS gula diputar lagi diputaran
SHS untuk menyempurnakan penghilangan kotoran . Hasil putaran SHS adalah gula
SHS dan klare SHS . Klare SHS kemudian di tampung di peti tunggu klare
SHS,sedangkan gula SHS yang terbentuk akan di proses lebih lanjut di stasiun
penyelesaian.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 45


Gambar St. Masakan dan St.Putaran

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 46


Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 47
4.7. Stasiun Penyelesaian

Tujuan : Untuk mengeringkan gula SHS (produk) serta menyeleksi ukuran kristal sampai
pengemasan dan siap untuk dipasarkan.

Alat yang digunakan :

1. Talang Goyang : merupakan alat transportasi dari stasiun putaran ke sugar bin
yang berfungsi untuk mengeringkan gula.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 48


2. Tangga Yacob : alat yang berfungsi untuk membawa gula dari penampungan
gula hasil saringan ke sugar bin.
3. Sugar bin : merupakan tempat untuk menampung gula yang telah di ayak dan

siap untuk proses pengemasan.


4. Vibrating Screen : untuk menyaring gula yang keluar dari centrifuge SHS.
5. Vibrating Conveyor : untuk membawa gula dari centrifuge menuju ke

vibrating screen.
6. Mesin jahit otomatis : Untuk menjahit karung gula produksi yang telah berisi

gula
7. Gudang gula : Tempat penyimpanan gula sementara yang telah dikemas
kemudian disalurkan ke konsumen
8. Sugar dryer : Untuk memanaskan kristal gula dengan melewatkan uap panas

dari ketel (suhu >100o C)


9. Super player : Untuk menghisap debu atau kotoran yang terbawa oleh gula

dengan bantuan blower


 Bahan :
- Kristal gula SHS
- Uap ketel
 Prosedur:
Setelah selesai distasiun putaran maka gula dikeringkan dan menuju ayaan
berfungsi untuk memisahakn kristal gula yang diinginkan sebagai gula produk dan
bongkahannya ditampung untuk di reycle. Adapun tahapan – tahapan perlakuan pada
gula sampai ditempatkan dalam kantong dan siap dipasarkan adalah sebagai berikut :
a. Pengeringan.
Gula dari centrifuge SHS diangkut dengan Vibrating Conveyer sambil
dilewatkan udara panas di atasnya sebagai pengering kristal gula. Hal ini dilakukan
untuk meghindari saling melekatnya kristal gula yang membentuk gumpalan dan
untuk menghancurkan gumpalan gula yang terlanjur terbentuk.
b. Pendinginan
Lintasan talang dibuat panjang sehingga terjadi pendinginan saat memasuki sugar
bin gula sudah dalam keadaan dingin. Gula yang panas akan menyebabkan reaksi
browning (pencoklatan).

c. Pengayakan.
Disini terdapat 2 vibrating screen, yang masing – masing berukuran 8 mesh
dan 18 mesh. Pertama tama gula diletakkan saringan yang berukuran 8 mesh.
Kristal gula yang tidak tersaring berupa gumpalan kristal gula maupun pengotor
lainnya , seperti kerikil akan di tampung untuk kemudian di lebur kembali bersama
nira kental. Krista gula yang tersaring kemudian di lewatkan saringan berukuran 18
mesh untuk memisahkan gula halus yang nantinya dimasak kembali sebagai

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 49


bibitan C. Bahan kristal gula yang bertahan saringan masuk ke penampungan gula
dimana terdapat Buchket elevator yang akan mengangkutnya masuk ke sugar bin.
d. Penimbangan.
Hasil saringan berupa kristal berukuran , dimasukkan ke kantong
berukuran 50 kg menggunakan Sugar bin. Agar berat gula yang berada dalam
karung dibiarkan terbuka beberapasaat agar suhunya menurun untuk kemudian di
jahit dan dilakukan pengangkutan secara manual menuju gudang penyimpanan.

Gambar St. Penyelesaian

4.8. Ketel
 Tujuan : untuk menghasilkan uap.

 Alat :

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 50


1. Sevice Tank : berfungsi sebagai tempat penampungan air kondesat sebelum
masuk ke boyler.
2. Pompa water : berfungsi memompa air dari service tank menuju boyler 3.
3. Heater : sebagai tempat pembagian uap pokok menuju gilingan I,II,III, & IV
dan sebagai penggerak turbin shinko.
 Bahan :
1. Air kondesat : berfungsi sebagai air pengisi boyler. Air kondesat yang
digunakan adalah air kondesat yang tidak mengandung gula.
2. Ampas tebu dari gilingan IV : berfungsi sebagai bahan bakar boyler
3. MPQ 5181 & Oxytrol : berfungsi mengikat kandungan zat yang dapat
menimbulkan kerak.
4. Ph Booster : berfungsi untuk menaikkan Ph air dengan standart 7,5.
 Proses Pada Ketel
Air kondesat dari evaporator 80 ºC – 90 º C di pompa menuju service tank
dan ditambahkan 30 kg MPQ 5181, 10 kg , oxytrol dan air sampai 200 L tiap 24
jam. Di service tank suhu air diharapkan dalam keadaan normal yaitu 80 ºC – 90
ºC dengan ph 10. Apabila PHB kurang dari 10 harus ditambahkan PH Booster ,
sebaliknya ph lebih dari 10 harus dilakukan blowdown. Pengaruh yang
ditimbulkan jika ph air tidak sesuai dengan ketentuan mengakibatkan kerak
didalam pipa. Dari service tank air ditarik pompa feet water menuju boyler. Di
boyler terjadi pemanasan air hingga suhu > 100 ºC dengan bantuan pembakaran
ampas. Temperature ruang bakar ± 800 ºC. Uap yang dihasilkan dari boyler
masuk ke heater yang selanjutnya digunakan untuk penggerak turbin gilingan
I,II,III,IV . Abu sisa pembakaran di buang dan sebagian lagi abu dimasukkan
dalam wed push collector di spray lalu disaring dengan talang getar. Abu hasil
saringan ditampung dalam bak penampung abu basah dan di buang.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 51


BAB V

LABORATORIUM

5.I. Laboratorium

Laboratorium di PG. Candi Baru merupakan urat nadi hasil produksi


Laboratorium di PG. Candi Baru ada tiga yaitu lab inti,lab umum,dan lab pantau. Lab inti
yaitu laboratorium yang digunakan untuk analisa inti hasil produksi,diantaranya analisa
gula reduksi,analisa sacharosa, dan analisa turbidisi. Lab umum yaitu laboratorium yang
digunakan untuk analisa proses. Semua yang sedang diproses oleh pabrik tidak lepas dari
pengawasan lab analisa yang digunakan antara lain analisa nira,tetes,klare,stroop,gula
A,gula SHS,hingga ampas tebu dan blotong. Sedangkan lab pantau berfungsi untuk
menganalisa pendahuluan,tiap truk/lori dianalisa dalam lab pantau. Salah satu fungsi
analisanya yaitu untuk mengetahui nilai rendemen tebu dan biaya yang dikeluarkan
untuk membayar tebu. Pada intinya fungsi ketiga laboratorium tersebut sama ,yaitu
memantau hasil produksi.

Analisa laboratorium dalam pabrik penting dilakukan karena hasil analisa


digunakan sebagai dasar perhitungan dan pengawasan proses yang dilakukan setiap hari
agar memperoleh mutu gula yang tinggi serta dapat menghasilkan gula semaksimal
mungkin.

Analisa laboratorium untuk mengendalikan kualitas atau mutu dilaksanakan


dengan menganalisa terhadap bahan baku, bahan pembantu yaitu bahan ada dalamproses,
produk dan hasil samping. Untuk keperluan pengawasan proses di pabrik gula tersebut di

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 52


perlukan data analisa untuk kadar gula diantaranya : % brix, % pol, kadar gula reduksi,
kadar kapur, ph dan zat kering. Data tersebut dipakai sebagai dasar perhitungan
mengenai mutu hasil dan mutu limbah.

Langkah pengendalian proses pabrikasi di perlukan untuk mencapai hasil yang


optimal baik kuantitas maupun kualitas. Contoh yang di ambil mewakili secara
keseluruhan karena itu harus diperhatikan :

1. Cara pengambilan contoh.


2. Tempat pengambilan contoh.
3. Perlakuan setelah contoh di ambil.
Jenis analisa yang dilakukan di Lab. PT. PG Candi Baru, meliputi :
1. Analisa pendahuluan.
2. Analisa nira.
3. Analisa Ampas.
4. Analisa Blotong.
5. Analisa masakan dan stroop
6. Analisa tetes / Nlolases.
7. Analisa air kondesat.

5.1.1 Analisa Pendahuluan


Tujuan dari analisa pendahuluan adalah untuk mengetahui apakah tebu
sudah siap ditebang agar ditetapkan waktu tebang yang tepat. Pengamatan
dilakukan dengan brix dan pol.
Tebu dipotong menjadi 3 bagian yaitu , atas, tengah , dan bawah. Masing
masing tebu di giling dan nira masing – masing bagian di analisa brix dan pol
nya. Kemudian semua nira yang berasal dari ketiga bagian tebu dicampur dalam
bejana kemudian ditimbang sehingga didapatkan faktor tebu.
 Penetapan Brix
Nira dimasukkan kedalam tabung reaksi sampai penuh dan dibiarkan
sehingga kotoran yang terikut akan mengendap. Kemudian brix wheigher
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi nira tersebut. Skala di amati setelah
keadaan stabil brix weigher di angkat dan suhu nira dibaca. Dari skala nira dan
suhu nira di dapatkan brix terkoreksi.
 Penetapan Pol
Nira dimasukkan kedalam labu ukur takar 100 ml sampai tanda batas.
Tambahkan 5 ml aquadest dan 5 ml Pb Asetat, di kocok lalu disaring dan
filtratnya di masukkan dalam tabung polarisasi dan di ukur pol nya dengan
polarimeter sehingga diperoleh harga pol yang belum terkoreksi. Dari tabel
hubungan brix, pol hasil pembacaan dan faktor koreksi akan diperoleh pol
terkoreksi.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 53


5.1.2 Analisa Nira
Tujuan : untuk menentukan harga kemurnian ( HK ) , % brix, % pol, dan untuk
mengendalikan derajat keasaman ( ph ) agar gula yang hilang dapat
ditekan.
Peralatan yang digunakan :
1. Tabung Mohl
2. Brix Wheigher dengan skala 2-13,13-21,19-27
3. Gelas Kimia 250 ml.
4. Kertas Saring Kering
5. Pembuluh Polar ukuran 200 mm
6. Labu ukur 110 ml
7. Polarimeter

Bahan yang digunakan :


1. Nira ( gilingan I,II,III,IV, Nira tertimbang , Nira encer, dan Nira tapis )
2. Timbal Asetat { Pb (CH₃COO)₂}
3. Aquadest

Prosedur :
1. Bilas terlebih dahulu tabung mohl dengan nira ( sample ) yang akan
diperiksa kemudian isi hingga meluap ( nira di alirkan melalui dinding
tabung agar tidak terbentuk gelembung udara ).
2. Biarkan sebentar ± 10 menit agar kotoran kasar mengendap.
3. Masukkan brix weigher kedalam tabung mohl dengan hati – hati dan
pelan – pelan supaya bagian brix wheigher yang tidak tenggelam tetap
kering. Brix wheigher harus berdiri tegak lurus.
4. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh dinding
mohl, baca skala brixnya dan suhu nira dengan tepat.
5. Kemudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh harga brix
yang terkoreksi ( %brix)

Rumus : Harga brix terkoreksi = brix belum terkoreksi + koreksi brix

Contoh pembacaan
Hasil pembacaan brix wheigher (2-13) : 11.0
Suhu nira : 32 ºC
Tabel koreksi brix : 0,32
Harga brix terkoreksi : 11,0 + 0,32 = 11,32

a. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample) ke dalam labu ukur yang berukuran 110 ml
sebanyak 100 ml
2. Tambahkan 5cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest
sampai tanda batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen kemudian saring.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 54


4. Ulangi filtrat sampai 3 kali kemudian masukkan filtrat kedalam
pembuluh polar yang berukuran 200 mm
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, atur hingga terbentuk 2
cahaya. Setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat
yaitu nol. Setelah itu letakkan pembuluh polar, atur kedua cahaya
tersebut hingga tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang
terbentuk, selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dan
hubungan brix.

Contoh pembacaan :
Pembacaan pol : 25,5
Brix terkoreksi : 11,0
Persen yang sesungguhnya ( lihat tabel ) : 70,0 %
Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara %pol di bagi dengan %
brix

Rumus : Harga kemurnian = x 100

Hasil Analisa

Pada tanggal 28 Juli 2017 , Pukul 10.00

A.Nira Gilingan I

Brix : 14,3
Suhu : 30 ºC
Pol : 40,2
% brix : 14,46
% pol : 10,90
HK : 75,4

B.Nira Gilingan II
Brix : 5,0
Suhu : 30 ºC
Pol : 13,4
% brix : 5,31
% pol : 376
HK :70,8

C.Nira Gilingan III


Brix : 2,2
Suhu : 32 ºC
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 55
Pol : 6,1
% brix : 0,51
% pol : 1,73
HK : 68,9

D.Nira Gilingan IV
Brix : 1,3
Suhu : 32 ºC
Pol : 3,6
% brix : 1,61
% pol : 1,03
HK : 64,0

E.Nira Mentah
Brix : 9,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 9,8
% pol : 713
HK : 72,7

F.Nira Encer
Brix :12,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 36,2
% brix : 2,81
% pol : 9,88
HK : 77,1

G.Nira Tapis
Brix : 10,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 0,81
% pol : 710
HK : 65,7

5.1.2.1 Analisa Nira Kental dan Nira Tersulfitir


Peralatan yang digunakan :
1. Tabung mohl.
2. Labu ukur 110 ml.
3. Pembuluh polar 200 mm.
4. Polarimeter.
5. Gelas kimia 250 ml.
6. Kertas saring kering.
7. Neraca analitik.
8. Brix wheigher skala 13 – 21
9. Pengaduk.

Bahan yang digunakan :

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 56


1. Nira kental dan Nira tersulfitir.
2. Aquadest
3. Timbal asestat Pb (CH₃COO)₂

Prosedur :
a. Penetapan brix
1. Menimbang nira 500 gr dan tambahkan air hinggaa 1500 gr.
2. Aduk hingga homogen, lau masukkan kedalam tabung mohl
sampai penuh.
3. Biarkan sebentar ± 10 menit.
4. Kemudian masukkan brix wheigher ke dalam tabung mohl
dengan hati- hati dan pelan – pelan supaya bagian brix
wheigher yang tidak tenggelam tetap kering.
5. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh
dinding mohl, baca skala brix dan suhu nira dengan tepat.
6. Kenudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh
harga brix dengan terkoreksi. Hasil analisa di kali 3 adalah
angka % brix nira kental.

Contoh pembacaan :
Hasil pembacaan brix wheigher (13-21) : 17,0
Suhu nira : 32 ºC
% brix (Analit) : 17,0 + 0,32 = 17,32
% brix nira kental : 17,32 x 3 =51,96

b. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample ) kedalam labu ukur yang berukuran 110 ml
sebanyak 100 ml.
2. Tambahkan 5 cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest sampai
tanda batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen, kemudian disaring.
4. Ulangi filtrate sampai 3 kali, setelah itu masukkan filtrate kedalam
pembuluh polar yang berukuran 200 mm.
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, sebelum meletakkannya terlebih
dahulu lihat cahaya yang terlihat pada polarimeter. Atur hingga berbentuk 2
cahaya yaitu setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat
adalah angka nol, setelah diletakkan pembuluh polarnya atur cahaya kedua
tersebut hingga tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang
terbentuk dan selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dari
hubungan brix.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 57


Contoh pembacaan :
Pembacaan polarimeter : 49,1
Brix terkoreksi : 17,0
% pol ( Analit ) : 13,17
% pol nira kental : 13,17 X 3 = 39,51

Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara % pol dibagi dengan %


brix.

Rumus : Harga kemurnian = x 100

Hasil analisa pada tanggal 30 Agustus 2012 pukul 14.00


a. Nira Kental
Brix : 21,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 66,0
% brix : 22,62 x 3 = 67,86
% pol : 17,34 x 3 = 52,02
% HK : 76,7

b. Nira Tersulfitir
Brix : 22,0
Suhu : 32 ºC
Pol : 65,6
% brix : 22,32 x 3 = 66,96
% pol : 17,24 x 3 = 51,72
% HK : 77,2

5.1.3 Analisa Ampas


Tujuan : Untuk mengetahui hasil gula dari sejumlah tebu yang digiling
dan mengetahui kadar gula yang tertinggi pada ampas
sehingga dapat ditentukan banyaknya air yang harus
ditambahkan.

Peralatan yang digunakan :


a. Penetapan pol
1. Tabung ampas
2. Alat extraksi ampas
3. Labu ukur 100 ml
4. Gelas tipis
5. Kertas saring kering
6. Pembuluh polar 400 iron
7. Polarimeter

b. Penetapan berat kering ampas.


1. Oven pengering ampas
2. Tabung ampas
3. Timbangan digital

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 58


Bahan yang dibutuhkan :
a. Penetapan pol
1. Hasil ekstraksi ampas
2. Aquadest
3. Timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂}
b. Penetapan berat kering ampas
1. Ampas gilingan IV

Prosedur :
a. Penentuan pol
1. Ambil contoh ampas dari gilingan IV, ditimbang seberat 1 kg,
sebelum wadah ampas sudah diketahui taranya.
2. Masukkan ampas tadi dan didihkan selama 1 jam terhitung mulai
ada tanda uap yang keluar (menetas) akibat adanya pendinginan.
3. Kemudian ampasnya diambil dan cairan ekstraksi yang didapat
diambil jumlah yang cukup untuk labu ukur 100 atau 110 ml.
4. Labu ukur yang berisi tadi harus didinginkan secepat mungkin,
sesudah dingin tercapai suhu kamar maka labu diisi sampai garis
100 ml.
5. Tambahkan ± 1,5 – 2 ml ATB untuk penjernihan dan ditambah
dengan H2O sampai garis tanda 110 ml, tapis dengan kertas saring.
6. Hasil tapisan/filtrate, dimasukkan kedalam pembuluh polarisasi
yang berukuran 400 mm, pembuluh harus dibilas dulu dengan
larutan filtrate, usahakan jangan sampai ada gelombang udara
sewaktu pengisian akan terganggu waktu pengamatan.
7. Hasil pengamatan dicatat, jangan lupa koreksi mata untuk
mendapatan hasil yang lebih akurat , dengan pertolongan tabel
dengan pembacaan polarimeter dan kadar air ampas.

b. Penetapan berat kering ampas


1. Menimbang 1000 gram ampas, sebelumnya wadah ampas sudah
diketahui taranya.
2. Masukkan ampas kedalam tahang pengering ampas.
3. Panaskan selama 1 jam dengan suhu sekitar 105o C.
4. Perhitungan :
-berat tahang + ampas sesudah dikeringkan = A gram
-berat tahang = B gram
-berat bahan kering ampas (A-B) = C gram
-kadar bahan kering ampas C/1000 x 100 = C/10
-kadar air ampas = 100-C/10

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 59


Hasil analisa :
Pengambilan contoh tanggal 17 Juli 2017 pikul 08.00
Berat tahang masak + 1 kg gram masak : 1542,1
Berat tahang masak + ampas gram kering : 1044,2
Berat air (a) : 497,9
Kadar air = a : 10 (b) : 49,79
Kadar zat kering = 100 – b : 50,21
Percobaan polarimeter : 1,5
Kadar pol ( lihat daftar) : 2,25
HK Nira Gilingan x 100 : 67,0
Kadar brix : 3, 36
Kadar zat kering : 50,21
Kadar brix : 3,36
Kadar serat ampas : 46,85

5.I.4 Analisa Blotong


Tujuan : Untuk menentukan bahan kering blotong % pol serta untuk
mengetahui kada gula yang masih terkandung dalam blotong.
Peralatan yang digunakan :
1. Neraca analitik
2. Kaca arloji
3. Mortar dan pester
4. Botol semprot
5. Labu ukur 200 ml berleher lebar
6. Gelas kimia 200 ml
7. Kertas saring kering
8. Pembuluh polar 200 mm
9. Polarimeter
10. Oven pengering blotong
Bahan yang di butuhkan :
1. Blotong
2. Aquadest
3. Timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂}
Prosedur :
a. Penetapan pol
1. Timbang 50 gram contoh blotong dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analitik.
2. Masukkan kedalam mortar porselin dan tambahkan 15 gram
ammonium nitrat, lalu digerus lalu tambahkan sedikit
aquadest agar blotong bias jadi seperti bubur.
3. Masukkan kedalam labu takar 200 ml dan tambahkan 5 ml
asetat timbal basis, kemudian ditambahkan aquadest sampai
tanda garis gojak dan ditapis.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 60


4. Filtrat dimasukkan kedalam dimasukan kedalam pembuluh
polarisasi 200 mm dan dilakukan pengamatan polarisasi pada
polarimeter.
b. Penentuan zat kering blotong
1. Menimbang 20gr blotong pada kurs porseline yang telah
diketahui takarannya
2. Blotong diratakan dan dikeringkan dalam oven selama 4 jam
pada suhu 100oC
3. Kemudian didinginkan pada eksikator
4. Bahan kering = (berat porselin dan blotong – tarra kurs porselin)
x 5.

Hasil analisa :

Jam : 04:00
Kaleng :2
Blotong : 20
Kaleng dan blotong ; 56,8
Selama 4 jam : 42,7
Air : 14,1
Air dalam 100 blotong : 70,5
Bahan kering : 29,5
Gula : 4,3

5.1.5 Analisa Masakan dan Stroop


Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula dalam masakan.
Untuk menentukan % pol , % brix, serta menetapkan harga kemurnian.

Alat yang digunakan :


1. Timbangan analitik
2. Labu ukur 110 ml
3. Gelas kimia 250 ml
4. Pengaduk
5. Sample
6. Kertas saring kering
7. Tabung mohl
8. Brix wheigher
9. Tahang
10. Pembuluh polar 100 mm dan 200 mm
11. Polarimeter

Bahan yang digunakan :


1. Sample masakan
2. Aquadest
3. Timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂}

Prosedur
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 61
a. Penetapan brix
Masakan ditimbang kemudian ditambah air sampai rata hingga gula larut
seluruhnya.
Data berat timbang masakan , sebagai berikut :
a. Klare SHS : 150 gr
b. Klare D : 150 gr
c. Stroop A : 150 gr
d. Stroop C : 150 gr
e. Babonan D : 150 gr
f. Babonan C : 150 gr
g. Masakan D : 150 gr
h. Masakan A : 300 gr
i. Masakan C : 300 gr
j. Puteran D I : 300 gr
k. Puteran D II : 300 gr
l. Puteran C : 300 gr
m. Puteran A : 300 gr
n. Puteran SHS : 300 gr
o. Tetes : 150 gr

Analisa Masakan dan Stroop


a. Penetapan Brix
1. Timbang 300 gram sample dan ditambahkan air 1200 gram hingga
jumlah seluruhnya 1500 gram
2. Aduk sampai merata dan masukkan pada tabung mohl.
3. Masukkan brik weighter ukuran 13-21 yang dan biarkan terapung
bebas dan tidak menyentuh dinding tabung mohl, baca skala briknya.
Kemudian angkat brix weighternya lalu baca suhunya.
4. Kemudian lihat ditabel koreksi brix maka akan diperoleh harga brix
yang terkoreksi.
b. Penetapan pol
1. Sisa campuran masakan masukkan kedalam labu ukur yang
berukuran 110 ml sebanyak 100 ml.
2. Tambahkan 5 cc timbal asetat { Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest
sampai tanda batas
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen kemudian saring, lalu
ulangi filtrate tersebut sampai 3 kali
4. Setelah itu masukkan filtrate yang terakhir ke dalam pembuluh polar
dengan ukuran 200 mm dan untuk filtrate analisa tetes dimasukkan
kedalam pembuluh polar ukuran 100 mm
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter. Atur cahaya hingga
tampak cahaya redup yang sama dan lihat nilai polnya
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dari
hubungan brix

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 62


7. Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara %pol di bagi %
brix

Hasil pengamatan
Pada tanggal 30 Agustus 2012
a. Klare SHS
Brix : 7,3
Suhu : 30ºC
Pol : 21,8
% brix : 7,3 + 0,16 = 746 →746 x 10 =7460 (pengenceran
10 kali)
% pol : 606 x 10 = 6060 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(6060 : 7460) x 100% = 81,2
b. Klare D
Brix : 8.2
Suhu : 30ºC
Pol :15.0
% brix :8.2 + 0,16 = 836 → 836 x 10 = 8360
(pengenceran 10 kali)
% pol : 416 x 10 = 4160 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(4160 : 8360) x 100 % = 49,8
c. Stroop A
Brix : 8,3
Suhu : 30ºC
Pol : 17,9
% brix : 8,3 + 0,16 = 846 → 846 x 10 = 8460
( pengenceran 10 kali )
% pol : 496 x 10 = 4960 ( pengenceran 10 ( pol lihat
tabel))
HK :(4960 : 8460) x 100 % = 58,6
d. Stroop C
Brix : 8,0
Suhu : 30,5ºC
Pol : 17,1
% brix : 8,0 + 0,21 = 821 → 821 x 10 = 8210
( pengenceran 10 kali )
% pol : 475 x 10 = 4750 ( pengenceran 10
( pol lihat
tabel ))
HK : (4750 : 8210) x 100 % = 57,9
e. Babonan D
Brix : 9,1
Suhu : 29,5ºC
Pol : 29,3
% brix : 9,1 + 0,13 = 923 → 923 x 10 = 9230

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 63


( pengenceran 10 kali )
% pol : 810 x 10 = 8100 ( pengenceran 10
( pol lihat
tabel ))
HK :(8100 : 9230) x 100 % = 87,8
f. Babonan C
Brix : 9,1
Suhu : 30ºC
Pol : 29,6
% brix : 9,1 + 0,16 = 926 → 926 x 10 = 9260
( pengenceran 10 kali )
% pol : 819 x 10 = 8190 ( pengenceran 10
(pol lihat
tabel ))
HK :(8190 : 9260) x 100 % = 88,4
g. Masakan D
Brix : 9,8
Suhu : 29ºC
Pol : 23,0
% brix : 9,8 + 0,09 = 989 → 989 x 10 = 9890
( pengenceran 10 kali )
% pol : 629 x 10 = 6290 ( pengenceran 10
( pol lihat
tabel ))
HK :(6290 : 9890) x 100 % = 63,6
h. Masakan A
Brix : 18,3
Suhu : 28,5ºC
Pol : 55,1
% brix : 18,3 + 0,06 = 1836 → 1836 x 5 = 9180
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1472 x 5 = 7360 ( pengenceran 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(7360 : 9180) x 100 % = 80,2
i. Masakan C
Brix : 19,1
Suhu : 30,5ºC
Pol : 51
% brix : 19,1 + 0,21 = 1931 → 1931 x 5 = 9655
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1357 x 5 = 6785 ( pengenceran 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(6785 : 9655) x 100 % = 70,3
j. Puteran D1
Brix : 19,4
Suhu : 29ºC

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 64


Pol : 60
% brix : 19,4 + 0,09 = 1949 → 1949 x 5 = 9745
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1593 x 5 = 7965 ( pengenceran 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(7965 : 9745) x 100 % = 81,7
k. Puteran DII
Brix : 19,2
Suhu : 29ºC
Pol : 66
% brix : 19,2 + 0,09 = 1929 → 1929 x 5 = 9645
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1756 x 5 = 8780 ( pengenceran 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(8780 : 9645) x 100 % = 91,0
l. Puteran C
Brix : 19,4
Suhu : 29,3ºC
Pol : 67,8
% brix : 19,4 + 0,11 = 1951 → 1951 x 5 = 9755
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1792 x 5 = 8960 ( pengencera 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(8960 : 9755) x 100 % = 91,9
m. Puteran A
Brix : 19,5
Suhu : 30ºC
Pol : 72,6
% brix : 19,5 + 0,16 = 1966 → 1966 x 5 = 9830
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1929 x 5 = 9645 ( pengenceran 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(9830 : 9645) x 100 % = 98,1
n. Puteran SHS
Brix : 19,7
Suhu : 29,5ºC
Pol : 74,5
% brix : 19,7 + 0,13 = 1983 → 1983 x 5 = 9915
( pengenceran 5 kali )
% pol : 1975 x 5 = 9875 ( pengenceran 5 ( pol
lihat
tabel ))
HK :(9875 : 9915) x 100 % = 99,6Puteran SHS
o. Tetes

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 65


Brix : 8,7
Suhu : 30ºC
Pol : 5,8 x 2 = 11,4
% brix : 88,6
% pol : 31,55
HK : ( 31,55 : 88,6 ) x 100 % = 35,6

5.1.6. Analisa Air Kondesat


Tujuan dari analisa air kondesat adalah untuk mengetahui apakah air
kondesat mengandung gula atau tidak.Air kondesat yang mengandung gula
dialirkan ke tandon II sedangkan air kondensat yang tidak mengandung
gula dialirkan ke tandon I sebagai air pengisi ketel
Cara analisanya adalah ambil 10 ml air kondesat kemudian
tambahkan 4 tetes PAN ( phtelein alpha naptol ) dan 12 tetes Asam Sulfat
kemudian amati perubahan warnanya,jika warnanya menjadi ungu
kehitaman berarti air tersebut positif mengandung gula dan jika tidak terjadi
perubahan warna maka air tersebut negatif mengandung gula.

5.1.7. Analisa Kadar Kapur


Tujuan : Mengetahui banyak sedikitnya kadar kapur yang terkandung dalam
nira mentah,nira encer, dan nira tapis
Alat yang digunakan :
1.Gelas Ukur 5 ml
2.Gelas Ukur 10 ml
3.Pipet Tetes
4.Mortar/ cawan porselen
5.Pengaduk
6.Kertas saring kering
7.Gelas penampung
Bahan yang dibutuhkan
1.Nira yang akan di analisa
2.Nira sebelum ditambahkan
3.Nira tertimbang
4. Nira jernih
5. Nira defikator II
6. Nira tersulfitir
7. Aquadest
8. Kalium sianida (KCN)
9. Buffer
10. Eriochrome Black Thymol (EBT)
11. Ethylene Diwnine Tetra Acetal (EDTA)
Prosedur:
1. Ambil nira yang akan di analisa sebanyak 5 ml gelas ukur (khusus
nira defikator I, II dan nira tersulfitir, serta nira sebelum di tambah
kapur harus di saring dahulu menggunakan kertas saring kering dan

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 66


di tampung dengan gelas penampung gram nira lebih jernih dan
bebas dari kotoran.
2. Masukkan nira ke dalam mortar.
3. Ambil aquadest sebanyak 45 ml, masukkan ke dalam mortar.
4. Tambahkan kalium sianida (KCN) dan buffer 3ml dengan pipet.
5. Tambahkan tiga tetes indikator Eriochrome Black Thymol (EBT),
lalu di aduk.
6. Titrasi dengan Ethylene Diamine Tetra Acetal (EDTA) sambil di
aduk hingga berubah warna menjadi hijau kebiruan.
7. Ukur beberapa volume yang di perlukan dalam campuran sampai
warna hijau kebiruan.
8. Hitung beberapa kadar kapur dalam nira.
9. Lakukan tahapan yang sama dalam analisa selanjutnya.

Hasil pengamatan

Rumus : volume titrasi EDTA x 1,0060 x 1000/5 = kadar kapur

Contoh : volume titrasi EDTA = 4,70

Hasil perhitungan = 4,70 x 1,0060 x 1000/5 = 946

5.1.8. Analisa Kadar Kapur Cao dalam CaCO₃

1. Timbang 1 gram kalium karbonat (CaCO) halus

2. Masukkan dalam erlenmeyer dan tambahkan 2 ml air, kocok sampai


terjadi suspensi

3. Tambahkan 10 ml Asam Klorida 6N dan tambahkan 2-3 tetes asam


nitrat.

4. Kemudian panaskan sampai kering.

5. Larutkan dengan 40 ml Asam Klorida (HCl) 6N dan 25 ml air


kemudian saring.

6. Filtratnya ditambahkan NH₄OH (Amonium hidroksida) pekat sampai


basa (lekat dengan lakmus)

7. Terjadinya endapan sempurna dan saring.

8. Filtratnya tambahkan larutan NH₄OH (Amonium Hidroksida)

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 67


9. Biarkan selama 10 menit supaya terjadi endapan yang sempurna

10. Endapan di saring dan dipindahkan dalam erlenmeyer

11. Endapan dilarutkan 25 ml H2SO4 6N dan dipanaskan dengan suhu


70ºC selama 10-15 menit

12. Titrasi dengan larutan KMNO4 (Kalium Permanganat) 0,1 N hingga


warna menjadi merah muda

Perhitungan :

Kadar CaO : Volume titrasi x N. KMNO4 x 0,5 x BE CaO x 100

100 x berat CaCO3 ( mg sample )

5.1.9 Dispersitas Kapur


Tujuan : Untuk mengetahui kualitas kapur ( 15ºBE )
Alat dan bahan :
a. Alat
1. Cawan porselen
2. Gelas ukur 100 ml
3. Pengaduk kayu
4. Gelas ukur 1000 ml

b. Bahan
1. CaO ( Kalium Oksida )
2. N2O

Prosedur :
1. Timbang kapur 150 gram, masukkan kedalam cawan porselen.
2. Tambahkan 1000 ml air, masukan kedalam cawan porselen (usahakan
menjauh dari cawan karena setelah diberi air kapur menimbulkan percikan
panas.
3. Setelah percikan sudah hilang aduk sampai homogen
4. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
5. Endapkan selama 2 jam , lihat berapa volume larutan beningnya

Hasil Pengamatan :

Susu kapur pada BE 15º : 100%

Larutan bening selama 2 jam : 9 ml

Sisa endapan : 91 ml

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 68


Dispersitas kapur :

5.1.10 Analisa Gula Reduksi

Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula reduksi dalam nira.

Alat yang digunakan :

1. Timbangan analitik
2. Labu ukur 250 ml
3. Gelas tapis
4. Kertas saring kering
5. Pipet volume 5 ml,3 ml,10 ml,100 ml,200 ml
6. Gelas ukur 50 ml
7. Buret bengkok
8. Erlenmeyer 300 ml
9. Pemanas ( hot plate )

Bahan yang digunakan ;


1. NPP , NM tertimbang
2. Aquadest
3. ATN 10% (Acetat Timbale Neural)
4. Natrium Phosphat Kalium Oksalat
5. Fehling I
6. Fehling II
7. Indicator MB (Metil Biru)
Prosedur :
1. Timbang 75 gram masing-masing nira
2. Masukkan masing – masing nira dalam labu takar 250 ml,
tambahkan 12 ml larutan ATN 10% dan tambah aquadest sampai
garis batas , kocok lalu saring.
3. Filtrat I diambil 200 ml denga pipet kemudian masukkan 10 ml
larutan Natrium Phosphate Kalium Oksalat. Tambahkan aquadest
sampai garis batas,kocok lalu saring dan dapat filtrate II.
4. Filtrate II dimasukkan kedalam buret bengkok ( buret harus bersih
dan kering )
5. Setelah itu siapkan labu erlenmeyer isi dengan larutan fehling
normal yaitu fehling I 5ml dan fehling II 5 ml dengan gelas ukur.
Tambahkan batu didih.
6. Lakukan titrasi,letakkan labu erlenmeyer diatas hot plate dengan
temperature 100ºC setelah mendidih tambahkan 3-4 tetes indicator
MB.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 69


7. Tambahkan filtrat II sedikit demi sedikit ke dalam labu erlenmeyer .
usahakan hasil titrasi antara 10-15 ml
8. Waktu titrasi 3 menit sampai warna titrasi menjadi merah batu ( jika
diberi indicator MB warna bata tidak berubah, berarti volume titrasi
sudah ditemukan )
9. Ukur volum yang diperlukan dalam titrasi dan hitung kadar gula
reduksinya.

Hasil pengamatan :
Tanggal 27 Juli 2012 pukul 08.00
1. Nira Perahan Pertama ( NPP )
Titrasi : 25,5
%pol : 11,15

75 = 13,17 = 3,16

3,0 3,16 4,0

15,0 325 322

15,5 X z Y

16,0 305 301 X = 325 – (325-

305)

X = 325 – (20)
X = 325-10
X = 315

Y = 322 – (322-301)

Y = 322- (0,5) (21)

Y = 322-10,5

Y = 311,5

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 70


Z = 311,5 – (315 - 311,5)

Z = 315 – (0,16) (3,5)

Z = 315 – 0,56

Z = 314,4

Z= 100 = 1.31 %

2. Nira terhitung
Titrasi : 26
% Pol : 12,38

75 = 12,38 = 2,97

2,0 2,97 3,0

25,0 198,4 196,0

26,0 X Z Y

27,0 183,7 181,5


X = 198,4 – (198,4 –

183,7)

X = 198,4 - (198,4 – 183,7)

X = 198,4 – (0,5) (14,7)

X = 198,4 – 7,35

X = 191,05

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 71


Y = 196,0 – (196,0 -181,5)

Y = 196,0 – (0,5) (14,5)

Y = 196,0 – 7,25

Y = 188,75

Z = 191,05 – (196,0 – 181,5)

Z = 191,05 – (0,97) (2,3)

Z= 100% = 79%

Hasil pengamatan

Pada tanggal 4 september 2012

3. Nira Encer
Titrasi : 29,0
% Pol : 11,06

75 = = 2,65

2,0 2,65 3,0

29,0 X Z Y

171,4 169,3

X = 171,4

Y = 169,3

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 72


Z = 171 – (171,4 – 169,3)

Z = 171,4 – (171,4 – 169,3)

Z = 171,4 – 1,365

Z= = 0,71%

5. 1. 11 Analisa Air Boiler

Air yang berasal dari sungai kedung uling di letakkan di bak


penampungan lalu di pompa ke bak pengendapan kemudian di tambahkan
tawas lalu di salurkan ke sand filter. Setelah itu masuk ke karbon filter dan di
pompa ke sydle basing menuju ke kation lalu ke anion. Pada tabung di
tambahkan HCl sebanyak 60 kg sedangkan di tabung anion di tambahkan
soda sebanyak 30 kg, dari tabung anion dan kation air di masukkan ke tabung
WET yang berjumlah 4 buah. Dengan kapasitas tangki penampung yaitu 150
Hl (30 m3/ plat), 250 Hl (50 m3/ plat) dan Hoohl (120 -125 m 3/ plat). Tangki
WET ini juga digunakan untuk menampung air kondensat yang berlebihan.

1. Boiler Water adalah air yang ada dalam ketel


 TDS ( Total Disolfit Solid)
 PH
2. Feed Water adalah air umpan atau air yang akan masuk ke boiler.
 Total Harnes
 TDS (Total Disolfit Solid)
 PH

Analisa Total Hardnes

Alat:

a. Beaker Glass10 ml
b. Pipet Titrasi
Bahan :

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 73


a. Indicator ( Reagent H-1 )
b. Indicator ( Reagent H-2 )
c. Air sample
Prosedur :
1. Ambil sample air sebanyak 5 ml pada gelas kimia 10 ml
2. Teteskan insicator H-1 sebanyak 3 tetes hingga berubah menjadi ungu
3. Masukkan Reagent H-2 ke dalam pipet titrasi
4. Titrasi air dengan Reagent H-2 sampai berubah warna menjadi ungu
5. Lihat ukuran pembacaan pada pipa.

Analisa TDS
Alat :
a. Intelligent Meter
b. Probe untuk TDS
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan :
a. Air sample ( Feed water dan Boyler water )
Prosedur :
1. Hidupkan intelligent meter dan pasang probenya.Setelah itu
dimasukkan probe kedalam air sample.
2. Lihat hasilnya

Analisa PH
Alat :
a. Intelligent meter
b. Probe untuk PH
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan
a. Air sample ( Feed Water dan Boiler Water )
Prosedur
1. Hidupkan Intellegent Meter dan pasang probenya. Setelah itu
dimasukkan prpbe ke dalam air sample ( Feed Water dan Boyler Water )
2. Lihat hasilnya.
5.1.12. Analisa Air Kondesat
Air kondesat adalah air yang digunakan ntuk mengisi ketel air pengisi
ketel tidak boleh mengandung gula. Untuk mengetahui air kondesat ini bergula
atau tidak, maka dilakukan penambahan asam sulfat dan alfanaptol dengan
perbandingan 12 : 4 jika iar kondesat ini bergula maka akan berubah menjadi
merah dan jika air kondesat ini tidak bergula maka warnya tetap tau tidak
berubah.
Bahan :
1. Air Kondesat
Alat :
1. Tabung Reaksi
Prosedur Analisa
1. Ambil sample sedikit saja.
2. Teteskan alfanaptol 4 tetes dan asam sulfat 12 tetes.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 74


3. Lihatlah hasilnya.

BAB VI

UTILITAS

6.1. Utilitas

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 75


adalah sarana yang diperlukan untuk menunjang proses produksi, sarana yang
menunjang proses tersebut anatara lain :

6.1.1 Air

Air merupakan bahan penunjang yang sangat penting dalam Industri,


kualitasnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Maka perlu dilakukan
pengolahannya air untuk mengetahui kualitas air yang diperlukan pengolahan aie
untuk mengetahui kualitasnya yang diperlukan.

Kebutuhan air dibedakan menjadi 5 yaitu :

a. Air Proses
Air proses yaitu air yang digunakan sebagai air imbibisi, sor pencuci
pada vakum pan dan pada putaran. Air peoses mengandung gula dari pemnas
nira.
Air proses digunakan untuk :
1. Vacuum Filter, untuk menyaring kotoran dari nira kotor ( pencuci blotong
).
2. Putaran BMA, putaran A dan putaran SHS , untuk membersihkan Kristal
gula dari kotoran.
3. Membersihkan untuk melarutkan kembali Kristal gula palsu.
4. Gilingan sebagai imbibisi.

Air proses yang tidak mengandung gula digunakan sebagai pemanas dan
pendingin pada Rapid Coller.
Air di dapat dari air kondesat yang telah ditampung dalam bak
penampung ( tendon air imbibisi dari air kondesat) , terutama yang masih
mengandung nira ditambah dengan air sungai. Jika air sungai suhunya terlalu
tinggi atau rote air kondesat kurang.

b. Air Pengisi Ketel


Air pengisi ketel diambil dari kondesat yang tidak bergula ( tendon 1 )
dan air sungai yang ada di water treatment ( WT) , sehingga memenuhi syarat
sebagi air boyler dan feed water dalam FTR , sedangkan untuk KCC air pengisi
ketel di ambil oleh air kondesat tidak memenuhi syarat, maka di suplay air water
treatment.
Menurut analisa air syarat air pengisi ketel KCC antara lain;
1. Total hardness : 55 ppm.
2. P. Alkaliniti : 120 ppm.
3. M. Alkaliniti : 150 ppm.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 76


4. Phosphat : 800 – 40 ppm.
5. Silikat : 50 ppm.
6. Chloride : 100 ppm.
7. Oksigen : 0,1 ppm.
8. Total ion : 0,2 ppm.
9. Total dissolved : 700 ppm.
10. Ph pada 25 ºC : 10 – 11 ppm.
11. Fat / lemak : Nol.
Sistem pengelolahan air pengisi air ketel terdiri dari prefreatment
koagulasi, sendimentasi, filtrasi, dan pelunakan air. Sistem pengelolahan air
sungai ( water treatment plan ) di PT. PG Candi Baru terdiri dari :
1. Pre Treatment.
Adalah tahap awal untuk membersihkan air ketel.
a. Koagulasi
Adalah proses penambahan koagulan untuk membentik gumpalan kecil
yang disebut pin flok. Proses pencampuran melalui “ In Line Mixer “.
Pasokan tawas di injeksi dengan menggunakan doring pang.
b. Flokulasi
Adalah penambahan flokulan yang bertujuan untuk mengikat pin flok –
pin flik menjadi flok yang berukuran lebih besar atau lebih mudah untuk
mengendap.
c. Sedimentasi
Adalah proses pemindahan padatan yang tidak larut dalam air ( flok
yang terbentuk dari proses koagulasi ). Di sedimentasi di sediakan 4
buah bak pengendap yang sedemikian rupa sehingga air mengalir dari
satu bak ke bak lain. Sedangkan pengambilan air yang dilakukan
beberapa cm dari permukaan air blowdown setiap satu bulan sekali.
d. Filtrasi
Filtrasi digunakan untuk meyaring flok halus yang tidak mengendap.
Agar proses penyaringan berjalan dengan baik dilakukan backwashing
beberapa menit.
2. Pelunakan air ( demineralisasi water )
Alat yang digunakan adalah tangki penukar kation ( K. Tower )
tangki pembangunan gas ( D. Tower ) dan tangki penukaran ion (A. Tower )
sebagai regenerasi alat ini menggunakan HCl, NaOH, untuk regenerasi
resin penukaran anion dan kation yang telh kehulangan . “ kemampuan
penukaran “ air bersih dari hasil filtrasi masih belum memenuhi syarat
sebagai air pengisi ketel karena keadaannya masih tinggi untuk mengurangi
kesaaran air dari karbo aktiv towerr dilewatkan kation untuk menarik ion–
ion , disamping itu kandungan oksigen terlarut perlu dihilangkan untuk

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 77


mencegah terjainya busa-busa , untuk itu air dari K. Tower masuk ke
degasiver tower masuk ke anion water dapat dipisahkan dari air degasiver
tower air masuk ke anion water untuk menarik ion-ion negative yang
terlarut dalam air.
- Pembuangan gas
- Pengendapan
a. Air Pendingin.
Air ini digunakan Rapid Coler , suhu air ini sekitar 18 ºC, air pendingin
ini tidak kontak langsung dengan gula dari air sungai Kedung Uling,
sedangkan untuk turbin digunakan PDAM yang di inginkan dalam
Cooling Water.
Pembuatan Air Pendingin.
Air sungai sekitar 31 ºC dipompa ke kondensor , ruang vacuum ini
dihubungkan dengan tangki air dingin (tangki II) sehingga
terjadiperpindahan panas dari tangki yang tidak vaacum ke tangki I akan
turun kemudian dari tangki II dialirkan ke Rapid Coller.

b. Air panas
Digunakan Rapid Coller , suhu air panas ini sekitar 70 ºC air panas ini
juga kontak langsung dengan gula sehingga di ambil langsung dari air
sungai.
Pembuatan Air Panas.
Air sungai dipanaskan di heat exchanger dengan mengalirkan steam (uap
jenuh) daari ketel tekanan rendah dengan tekanan 6 kg/cm² dan suhu
180 ºC.
c. Air Sanitasi.
Yaitu air yang digunakan sehari-hari bagikaryawan dan pegawai di
lingkungan pabrik yang didapat dari PDAM.
Syarat-syarat Air Sanitasi.
a. Suhu optimum atau suhu dibawah udara
b. Bebas dari bakteri dan tidak mengandung racun (bacillus anthras)
c. Tidak bewarna, tidak berbau dan tidak terasa
d. Ph = 7
d. Air Injeksi / Pendingin Kondensor dan pendingin mesin.
Air ini juga diambil dari air sungai , digunakan pada kondensor untuk
menimbulkan ruang vacuum.
6.1.2 Steam.
Steam pada PT. PG Candi Baru digunakan sebagai berikut :

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 78


Pembangkit listrik tenaga pada mesin uap dan turbin uap pemanas pada
UDCW dan Vacuum Pan Steam an dibutuhkan dan diproduksi oleh dua ketel
yaitu KCC dan FCB.

6.1.3 Udara.
Kebutuhan udara ini dibutuhkan untuk :
Pereaksi pembuatan SO₂ pada tabung belerang , unsur udara yang diambil
adalah O₂ yang sebelumnya dilewatkan dari Denunidifer, untuk menghilangkan
kandungan airnya.

6.1.4 Listrik.
Kebutuhan Listrik pada PLN pada kapasitas 1000 KW dipenuhi turbin generator
hingga kapasitas 2000 KW dilengkapi dengan Travo 6000 V / 280 V selain
listrik terdapat diesel genser (350 KVA).

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 79


BAB VII

PENGOLAHAN LIMBAH

Pabrik Gula Candi Baru merupakan salah satu usaha perkebunan yang mempunyai
limbah , hal ini menjadi sumber pencemaran apabila tidak dilakukan peenanganan secara
tepat, oleh karena itu PG. Candi Baru sebagai salah satu masyarakat industri menyadari
sepenuhnya atas tanggung jawab sosial dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, tanpa
mengesampingkan tanggung jawab internal perusahaan.

Pabrik gula Candi Baru sebagai perusahaan lingkungan , oleh karenanya telah
mengambil langkah-langkah pengamanan, baik secara internal maupun dengan bantuan P3GI
maupun dari konsultan.

Dalam hal ini sebagai landasan kerja adalah segala undang-undang , peraturan serta
keputusan dikeluarkan pemerintah.

7.1 Undang-Undang dan Peraturan.

Undang-Undang dan peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup antara lain :

1. Undang-undang RI No.4 Tahun 1982 tentang pokok pengolahan lingkungan hidup.


2. Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 1993 yang mengganti peraturan pemerintah
RI No.29 Tahun 1986 tentang analisa dampak lingkungan.
3. Surat keputusan Menteri Pertanian No. 363/KPTS/ RC220/6/1986 tentang pedoman
teknis penyusun analisa dampak lingkungan di lingkungan Departemen Pertanian.
4. Keputusan 51/Men KLH/6/1987 tentang pedoman penyusunan studi evaluasi
mengenai dampak lingkungan.
7.2 Penyempurnaan Sarana Fisik Penanganan Limbah.
Pabrik Gula Candi Baru mulai membangun sarana fisik pengolahan limbah 1983,
hal ini seiring dengan diterbitkannya Undang-undang baru atau ketentuan pokok
pengolahan hidup tahun 1982 yaitu berupa hak pengendapan, ukuran 4,7 m x 4,35 m x 3
m, sebanyak 8 buah , terdiri dari unit yang beroperasi secara bergantian tahun 1986.
Pembuatan sarana penangkap minyak tahun 1987. Pembuatan sarana Dust
Collecter, cerobong asap, ketel chen-cheng dengan tujuan menekan polusi udara
(menangkap debu sisa pembakaran) tahun 1988.
Mengubah Exkolom penampung tetes menjadi kolom derasi (dengan deraktor
berkekuatan 2 hp)

Tahun 1989

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 80


1. Pembuatan saluran untuk memisahkan air injeksi dengan air tercemar
( menekan debit limbah)
2. Pembuatan saluran khusus limbah cair ke IPAL (ex. Spray pora)
3. Pembelian pompa-pompa untuk limbah cair.

Tahun 1992
1. Penyempurnaan skat dan IPAL
2. Pembuatan perangkap minyak di IPAL , modifikasi ex. Bak tetes menjadi bak
pengendapan I.

Tahun 1992
1. Penyempurnaan / peningkatan in house keeping
2. Pemisahan saluran dari Dust Colection dengan saluran limbah cair lainnya
3. Modifikasi bak pendapatan I menjadi 2 bagian yang beroperasi secara
bergantian
4. Modifikasi bak pengendapan II.

Tahun 1995
1. Modifikasi bak pengendapan I di IPAL menjadi bak Equaser
2. Memasang pompa lumpur dan drying bach
3. Pembuatan talang getar dan bunker abu basah.

Tahun1996
1. Pemisahan saluran berpolutan dan yang bersih dalam pabrik pemasang water
meter di IPAL.

Tahun 1997
1. Pembuatan pengendapan abu continue limbah cair dari west Dust Collector.

Tahun 1998
1. Membuat kolom air injeksi untuk rencana pemasangan water meter.
2. Memodifikasi ex. Pengendapan abu II untuk IPAL system aerobic ( belum di
operasikan )

7.3 Limbah PT. PG. Candi Baru dan Penanganannya


PG. Candi Baru merupakan usaha perkebunan tebu dengan kapasitas giling
sebesar 18.500 kw tebu/hari. PG. Candi Baru berlokasi di Desa Bligo , Kecamatan Candi
, Kabupaten Sidoarjo , Provinsi Jawa Timur (pinggir jalan Surabaya-Malang).
Oleh karena itu letak PG. Candi Baru di sebelah selatan sungai Kedung Uling ,
maka untukmemenuhi kebutuhan air sarana produksi, memanfaatkan air dari sungai
Kedung Uling sebesar 728 m³/jam.

7.3.1 Penanganan Limbah Cair.


1. In House Keeping (tindakan pencegahan)

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 81


Tindakan pencegahan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya , hal ini
menunjang efesiensi produksi, juga mengefektifkan sarana pengolahan limbah
air yang dengan tujuan :
a. Jumlah/debit limbah cair sekecil mungkin
b. Konsentrasi serendah mungkin
Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal yang harus dilakukan :
a. Tempat-tempat yang sering terjadi tumpahan – tumpahan poktan
(dilokalisasi) dan di lengkapi ijektor untuk reycle.
b. Memisahkan saluran dari Dust Collektor , karena mengandung karbon
dengan konsentrasi tinggi
c. Memisahkan air yang tidak tercemar (air bebas polutan) , yaitu air
kondensor rotary valcumfilter dan air kondensor rapid coller.

2. Limbah Cair dari Dust Collector


Kandungan pencemarannya adalah abu sisa pembakaran ketel tekanan
menengah yang ditangkap oleh Dust Collector bawah (Wet Dust Collector) :
a. Fraksi yang paling kasar ditangkap dengan screen eksentrik yang
beroperasi /berjalan continue dan abu yang tertangkap ditampung
Debunker Abu dengan belt convenyor
b. Fraksi yang halus di endapkan di bejana pengendapan continue, airnya
yang jernih di recycle untuk spray water.
c. Penggunaan spray Water Dust Collection ± 15 ltr/dt dengan suplisi ± 10 %
d. Data teknis pengendapan abu continue jenis alat :
1. Dimenti
2. Volume
3. Retention time

Petunjuk operasional penanganan limbah pada west dust collector :

a. Limbah cair yang keluar dari Dust Collector dilewatkan ke talang


getar dengan tujuan fraksi yang kasar dapat ditangkap disaringan
kasar.
b. Abu yang ditangkap di saringan getar ditampung di bunker dengan
menggunakan alat conveyor
c. Air yang lolos saringan masih mengandung abu partikelnya halus di
endapkan di pengendapan continue
d. Air bersih keluar dari pengendapan continue dipompa lagi untuk spray
water ditambah air suplisi 10 %
e. Air yang kotor di kembalikan ke talang exentrik secara continue.

3. Limbah Cair dalam Pabrik

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 82


a. Limbah cair dari dalam pabrik kandungan pencemaran adalah polutan (sisa-
sisa ceceran nira) . Air serapan mengandung soda ( juice heater) ,
evaporator.

b. Debit limbah cair dalam pabrik 10 lt/detik

c. Limbah cair dalam pabrik Ph nya ± 8 dengan penambahan Ca(OH)₂

d. Sepanjang saluran yang menuju sumber pompa dipasang saringan di


beberapa tempat untuk menangkap kotoran atau sampah dari sebagian
minyak , hal ini sangat mengurangi beban IPAL.

Petunjuk Operasional Penanganan Limbah Cair dari dalam Pabrik :

a. Pada sumur pompa yang menuju IPAL juga ditambah tawas sebanyak 1
kg/jam ( 11-15 ppm ) untuk membantu pengendapan di IPAL.
b. Cara pemberian tawas, tawas dimasukkan kedalam drum atau tangki 1
kg/jam dan di aliri air dari control pompa, sehingga tawas larut sedikit
demi sedikit.
c. Sepanjang saluran yang menuju sumur pompa, di beri saringan kasar
dibeberapa tempat untuk menangkap kotoran atau sampah secara periodik
di ambil dengan selot supaya tidak mengganggu kelancaran pompa.
d. Pada pengendapan akhir ditambah Ca(OH)₂ sampai pit outlet limbah IPAL
( instalasi pengolahan air limbah)

Penanganan Limbah Cair di PG. Candi Baru dengan sistem aerated ragoon
dengan penambahan koagulan berupa Ca (OH)₂ dan mikroba.

7.3.2 Penanganan Limbah Padat

Limbah padat di PG. Candi Baru ada 5 macam:

1. Ampas
Ampas termasuk limbah padat yang dihasilkan dari proses
gilingan. Ampas ini kemudian digunakan untuk pengisian botol
sebagai bahan bakar dari ketel tersebut.
2. Blotong
Blotong termasuk limbah padat yang dihasilkan dari proses
pemurnian nira dimana proses pemisahanya menggunakan alat penapis
vacum filter. Bidang sulfitas walaupun limbah namun masih

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 83


mengandung unsur – unsur yang penting bagi pertumbuhan tanaman
(zat hara) komposisi blotong berdasarkan hasil analisa P3G1 adalah
sebagai berikut:
N : 2,9%
Humus : 64,45%
P2O5 : 1,85%
K2O : 1,68%
CaO : 7,78%
MgO : 0,64%
C atau H : 21,39%
Oleh karena itu blotong di PG. Candi Baru dapat di
manfaatkan sebagai tambahan pupuk organik di kebun tebu. Jumlah
blotong yang di hasilkan PG. Candi Baru tiap hari ± 35 ton ( 2 % tebu
).

Penanganannya :
a. Blotong yang keluar dari vacum filter di bunter untuk sementara
dengan tujuan mengatur pengisian di dalam truk.
b. Pengangkutan tebu menggukunakan satu buah truk colt diesel dari
2 buah dump truk milik perusahaan.
c. Banyaknya angkutan truk terbatas pada tunas yang telah di
tentukan oleh OLLAJR. Cara pengangkutannya truk yang telah di
tutup dengan terpal supaya tidak berceceran di jalan dan tidak
mengganggu kebersihan umum.

Aplikasi atau pelaksanaan :


a. Sasaran penyaluran blotong adalah keseluruhan wilayah kerja pada
PG. Candi Baru dan di utamakan untuk menyuburkan lahan –
lahan kritis dan bahan kering, oleh karenanya mayoritas
pengiriman adalah kabupaten pasuruhan.
b. Untuk tanaman TRI I di olah sacara reynosa, di aplikasikan secara
merata keseluruhan hamparan kebun setelah itu baru di bajak
dengan tujuan supaya blotong bisa cepat kering dan bercampur
dengan lapisan tanah secara merata.
c. Untuk tanaman TRI yang di olah reynose, siap di aplikasikan pada
gantalan lubang ( antara lubang dengan lubang ). Tujuannya untuk
di keringkan dulu supaya saat terjadi fermentasi tidak terkena
tanaman, setelah kering baru diturunkan secara bertahap bersama-
sama dengantanahnya.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 84


d. Untuk tanaman TRI II di aplikasikan seperti TRI I yang diolah
secara Teynosa, perlu di ketahui bahwa hasil percobaan P3G1
Pasuruan PG. Candi Baru, Malang menunjukkan bahwa blotong
dapat di adakan kerjasama dengan P3G1 Pasuruan dalam rangka
pembuatan pupuk kompas dan bahan blotong dan abu ketel.

3. Abu
Abu di bedakan menjadi 2 yaitu :
a. Abu kering merupakan limbah pada sisa pembakaran goset
dapur ketel tekanan rendah dan mencegah jumlahnya ± 28,8
ton/hari. Pembuangan disentralisir emplasemen desa
ngeban, kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo milik PT. PG
Candi Baru. Adapun apabila di butuhkan oleh masyarakat
untuk tanah di haruskan masyarakat mematuhi SOP
( Standart Operasional Prosedur ) yang telah di buat oleh
PG. Candi Baru.
b. Abu basah merupakan limbah pada sisa pembakaran ketel
ke kanan menengah yang telah ditangkap oleh Dust
Collector (system basa) selanjutnya fraksi yang kasar
ditangkap oleh saringan talang getar dan fraksi yang halus
diendapkan di pengendapan continue.

4. Kertas Saring Kering.


Kertas saring dari laboratorium ditampung dalam tong atas drum
khusus penampung kertas saring secara periode dan abunya ditempat
yang aman.

7.3.3.Penanganan Limbah Gas.


1. Untuk menanggulangi pencemaran udara dalam menunjang program langit
biru, PG. Candi Baru telah memasang Dust Collector System tanah basah
(Wet dust collector) karena system ini diangap paling efektif dalam
mengangkat tebu.
2. Pada cerobong asap juga dilengkapi sampling pan untuk analisa atau
memonitor gas yang keluar dari cerobong asap.
3. Untuk gas SO₂ yang tidak bereaksi sempurna disulfir penanganannya
masih belum di usahakan , namun selama ini diusahakan jumlah SO₂ yang
tidak bereaksi sempurna sedikit mungkin, sementara gas SO₂ di buang
bebas melalui cerobong asap.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 85


4. Disamping hal-hal diatas PG. Candi Baru masih terus berusaha untuk
mengadakan beberapa penelitian dengan tujuan berupaya pembakaran
dapur betel sesempurna mungkin untuk menekan sisi pembakaran sekecil-
kecilnya.

7.3.4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun)


Limbah B3 (oli bekas, abu bekas, kertas saring bekas, filtrate
bekas/nrobal accetat) ruang dan dan lokassi tempat penyimpanan
sementara dan ke took penerimaan dan pengeluaran.
Untuk oli bekas bekerja sama dengan PT. Ejib Gempol Pasuruan dan
untuk accu bekas bekerja sama dengan PT. IMLI Surabaya, sebagai
persyaratan yang telah ditetapkan dan harus memenuhi kredibilitaas dari
LH, BLH, Propinsi, BLH kabupaten/kota.

BAB VIII

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 86


Peningkatan produktivitas pabrik erat kaitannya dengan keselamatan kerja dari semua
karyawannya. Oleh karena itu jumlah kecelakaan kepada para pekerja harus diperkecil. Hal
ini juga diatur dalam Undang-undang keselamatan kerja No. 1 th. 1970 Pasal 10.

Dalam menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini, PT. PG Candi Baru
Sidoarjo membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), yang
meliputi beberapa bidang yaitu :

8.1 Sie Kesehatan


Meliputi :

a. Memberikan pelayanan kesehatan.


b. Memelihara dan melengkapi gambar-gambar keselamatan kerja
yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Memberikan pengarahan cara dan alat perlindungan kerja yang
berhubungan dengan kesehatan.
1.2 Sie Keamanan
Meliputi :

a. Memelihara keamanan lingkungan dan alat-alat produksi.


b. Memelihara keamanan alat-alat PMK yang ada.
c. Memelihara keamanan gambar-gambar atau rambu-rambu yang ada.
d. Melengkapi gambar-gambar atau rambu-rambu yang berhubungan
dengan keamanan.
e. Mengadakan latihan kerja penanggulangan kebakaran dan
keselamatan.
1.3 Sie Peralatan PMK
Meliputi :

a. Memelihara alat-alat pemadam kebakaran yang ada untuk siap


dipakai.
b. Melengkapi alat-alat pemadam kebakaran.
c. Memelihara dan melengkapi gambar-gambar atau rambu-rambu
keselamatan kerja yang berhubungan dengan alat-alat mekanik yang bergerak.
d. Memberi pengarahan cara alat-alat yang berhubungan dengan
keselamatan dan kesehatan itu bekerja.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 87


1.4 Sie Kebersihan Lingkungan
Meliputi :

a. Memelihara kebersihan pabrik dan lingkungannya.


b. Memelihara fasilitas dalam pabrik.
c. Memelihara dan melengkapi alat-alat yang berhubungan dengan
kebersihan lingkungan.
1.5 Sie Perlengkapan
Meliputi :

a. Pemeriksaan dan mengadakan kelengkapan gambar-gambar atau rambu-rambu


keselamatan dan kesehatan kerja yang kurang.
b. Pemeriksaan dan mengajukan pengadaan alat-alat keselamatan kerja.
c. Memelihara dan melengkapi alat-alat dan sarana keselamatan kerja.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 88


BAB IX

PENUTUP

9.1. KESIMPULAN

1. PT. PG. Candi Baru memproduksi gula jenis SHS 1A dari bahan baku tebu
dengan kapasitas produksi sekitar 25.000 kwintal tebu /hari.
2. System operasi continue dipergunakan mulai stasiun persiapan sampai
evaporator. Pada stasiun masakan dan putaran ( kecuali puteran BMA) dipakai
system batch.
3. Stasiun proses dapat diklasifikasikan dalam 7 tahap yaitu : stasiun persiapan,
gilingan, pemurnian, penguapan,masakan, putaran, dan penyelesaian
4. Gangguan-gangguan yang dialami oleh pabrik selama beroperasi antara lain :
- Gilingan selip
- Hujan yang menyebabkan ketersediaan tebu sebagai
bahan baku merosot. Hal ini karena pada saat hujan tebu
pengangkut truk tidak dapat masuk sampai ke pinggir
lading. Setelah itu hujan menyebabkan rendemen tebu
menurun.
5. Keistimewaan PT. PG. Candi Baru adalah system pembangkit tenaganya . bahan
bakar untuk boiler murni menggunakan ampas tebu (sama sekali tidak
menggunakan BBM)
6. Industry gula di masa mendatang menghadapi tantangan antara lain ,
meningkatnya para petani beralih menanam padi serta makin rendahnya mutu
tebu yang dihasilkan

9.2. SARAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan demi peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi :
1. Kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan terutama dalam lingkungan
pabrik.
2. Peningkatan kualitas kesehatan kerja dan keselamatan kerja misalnya :
- Walaupun pabrik kosong dalam keadaan shutdown , para pekerja
yang melakukan perawatan peralatan dan mesin tersebut sebaiknya
menggunakan helm pengaman dan kaos tangan untuk perlindungan
kerja serta perlengkapan kerja.
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas gula yang dihasilkan sehingga
permintaan konsumen meningkat.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 89


DAFTAR PUSTAKA

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 90


Mujiati,dkk.2005.Laporan Praktik Kerja di PT.PG.Candi Baru Sidoarjo.Gresik.SMK Negeri 1
Cerme.

Endah Widya Ningrum, Yuana Veronika Setiawan.2008. Laporan Kerja Praktik di


PT.PG.Candi Sidoarjo.Surabaya.Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Mei Linda Ningn Aisha,dkk 2009. Laporan Praktik Kerja Industri di PT.PG.Candi Baru
Sidoarjo.Gresik.SMK Negeri 1 Cerme.

SMK Negeri 1 Cerme Gresik 2010, Laporan Praktik Kerja Industri di PT.PG.Candi Baru
Sidoarjo.

Asma’ul Khosyi’ Okfaria Musyaffa’,dkk.2011.Laporan Praktik Kerja Industri di PT.PG.Candi


Baru Sidoarjo.Gresik.SMK Negeri 1 Cerme

Desy Dwi Wulandari,dkk.2012 . Laporan Praktik Kerja Industri di PT.PG.Candi Baru


Sidoarjo.Gresik.SMK Negeri 1 Cerme.

SMK Negeri 1 Grati 2012, laporan praktik kerja industri di PT.PG.Candi Baru Sidoarjo.

Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 91

Anda mungkin juga menyukai