LAPORAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
Praktek Indusri (PI) adalah salah satu sarana untuk mengaplikasikan teori dan
pengetahuan yang didapat di sekolah. Di tempat Industri, kegiatan ini mengenakan dan
mengajari siswa untuk siap dalam menghadapi dunia kerja secara langsung, untuk itu
siswa kelas XI ditingkat SMK termasuk SMKN 1 Cerme Gresik diwajibkan mengikuti
kegiatan tersebut.
Dalam laporan praktik kerja industri ini, kami membahas permasalahan sebagai berikut :
a. Perusahaan dapat membagi tugas pada siswa untuk mencari ilmu pengetahuan
dan teknologi (dari sekolah) demi kepentingan perusahaan.
b. Siswa dapat bekerja lebih disiplin selama proses pendidikan kerja industri.
c. Siswa dapat memberi keuntungan pada perusahaan karena telah ikut aktif dalam
proses industri dan secara tidak langsung mengurangi tenaga yang dibutuhkan.
SELAYANG PANDANG
PT. PG Candi Baru merupakan salah satu perusahaan gula di Indonesia yang
menghasilkan gula jenis SHS 1A (Superior Hooft Suiker) sebagi produk utamanya,
yang bahan bakunya dari tebu. Hasil samping dari proses pembuatan gula berupa tetes,
ampas, dan blotong. Tetes digunakan sebagai bahan baku pembuatan monosodium
glutamate (MSG), pupuk cair. Blotong digunakan sebagai pupuk kering atau kompos.
Ampas digunakan untuk bahan bakar ketel , serta kertas.
Ditinjau dalam skala nasional pendirian perkebunan tebu dan PT. PG. Candi
Baru berlatar belakang pada :
1. General Manager.
2. Financial Manager.
3. Plantatation Manager.
General Manager
Financial Manager
Plantatation Manager
1. SKW 1 1. CT 1. Pembibitan
2. SKW 2 2. Railbon 2. BST
3. SKW 3
4. SKW 4
5. SKW 5
6. SKW 6
7. SKW 7
8. SKW 8
9. SKW 9
10. SKW 10
Engineering Manager
Staff
1. Ketel
2. Gilingan
3. Listrik
4. Workshop
5. Remise & Garage
6. Bangunan
Processing Manager
Staff
2.5. Ketenagakerjaan
Ada 2 pembagian karyawan dalam pabrik, yaitu :
Honorer : 16 orang
2.7.Hasil Produksi
Produk utama PG. Candi Baru adalah gula kristal putih jenis SHS IA sedangkan
produk samping yang dihasilkan berupa tetes sebagai bahan baku pembuatan
monosodium glutamate (MSG). Ampas digunakan sebagai bahan ketel dan blotong
digunakan sebagai pupuk. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, cair, dan gas.
Peranan gula sangat penting untuk makanan, minuman juga untuk memberikan
rasa manis dan kekentalan pada beberapa makanan dan minuman.
1. Bahan Baku
Di Indonesia parik gula berusaha mendapatkan gula dalam bentuk kristal.
Bahan baku yang digunakan oleh PT.PG. Candi Baru dapat dibedakan atas bahan
dasar pembuatan gula, bahan baku utama dan bahan baku penunjang.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gula adalah:
1.Tebu
Tanaman tebu banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
gula karena mudah didapat dan ditanam. Kandungan air dalam tebu sebesar
65% - 75% dan jumlah sakarosa yang cukup besar.
2.Beet
3. Nipah
Kadar gula dalam nipah 10% - 15% lebih tinggi dari kadar gula
dalam tebu. Nipah (hypofrutrieass) cocok hidup didaerah tropis khususnya
kalimantan, sumatra, maluku, dan irian jaya, tapi nipah agak sulit didapat
dan harganya mahal maka kebanyakan pabrik gula masih menggunakan
tebu sebagai bahan dasar pembuatan gula.
2. TS (Tebu Sendiri)
Merupan tebu milik pabrik dengan system mewah tanah rakyat dan
penggarapannya dibiayai oleh pabrik.
Keuntungan :
2.12.1Stasiun Persiapan
Pada statiun ini terdiri dari tahap persiapan dari bahan baku tebu yang
dikumpulkan pada emplacement sebelum masuk pada statiun gilingan. Biasanya
secara umum pengambilan tebu dari emplacement ini dengan system FIFO
(First In First Out) baik dengan truk maupun dengan lori yang terdiri dari :
Kerugian :
Proses pembuatan gula secara umum diperoleh dari air tebu (nira)
setelah dipisahkan dari air kotorannya dengan proses pemurnian kemudian di
uapkan, dimasak dan dikristalkan. Yang menentukan jenis gula yang
dihasilkan terletak pada cara pemurnian.
1. Proses Defikasi.
Yaitu suatu proses pembuatan yang penambahan pada nira mentah
hanya ditambahkan susu kapur, sampai batas PH sekitar normal atau netral
atau alkalis lemah. Proses defikasi adalah cara paling sederhana nira
terdapat pda tebu akan bereaksi dengan air yang terdapat nira membentuk
asam phospate yang selanjutnya bersama susu kapur akan membentuk
endapan Ca3(PO4)2dengan reaksi sebagai berikut :
2. Proses Sulfitasi
Proses sulfitasi merupakan proses pembuatan gula stelah
penambahan susu kapur secara berlebihan kedalam nira mentah dengan
penambahan gas SO2 sampai batas PH netral. Proses sulfitasi lebih baik
dibandingkan dengan proses defikasi, dimana gula yang dihasilkan
berwarna putih. Karena pada proses pemurnian dipakai gas belerang
dioksida dan susu kapur.
Gas belerang dioksida sebagai hasil pembakaran belerang sangat
membantu pemurnian. dengan cara sulfitasi ini diusahakan memperoleh
tambahan endapan yang besar dan padat. Metode yang digunakan adalan
dengan memberikan susu kapur secara berlebihan. Kelebihan susu kapur
ini dinetralkan kembali dengan gas SO2 dengan membentuk ikatan padat
endapan dengan endapan yang baik.
Reaksi-reaksi yang terjadi :
P2O5 + 3H2O 2H3PO4
3Ca(OH)2 + 2H3PO4 Ca(PO4) + 6H2O
S+O2 SO2
2SO2+2H2O CaSO3 + 2H2O
BAB III
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 18
KERANGKA TEORI GULA
Glukosa Fruktosa
Kalau gula reduksi dipanaskan dalam suasana alkalis maka akan terjadi
dekomposisi dan akan menghasilkan bermacam-macam senyawa diantaranya
furfural methyl glioxyl, glyseril aldehid dan lain-lain. Adanya zat yang tidak
murni dapat menambah atau mengurangi hasil, tetapi pada umumnya
dekomposisi tergantung dari temperatur dan waktu diperbesar. Dalam pembuatan
gula diusahakan kualitas dan kuantitas saccharosa terjaga dan jangan sampai
pecah karena akan berpengaruh pada hasil akhir, dimana kemungkinan yang
terjadi adalah jumlah hasil produksi berwarna coklat atau tidak putih atau dengan
kata lain dari ekonomi perusahaan dibuat yang memenuhi selera konsumen
dengan biaya serendah-rendahnya dan hasil yang semaksimal mungkin.
Selain gula dan gula reduksi, ada senyawa lain yang terdapat dalam air
tebu yang disebut ”bukan gula (non sugar)”. Zat-zat bukan gula, gula dan gula
reduksi tersebut dalam air tebu mempunyai 3 keadaan, yaitu :
1. Larut, misal : gula, gula reduksi, garam kalium, natrium dan lain-lain.
2. Koloid, misal : putih telor, lilin.
3. Komponen terapung, misal : ampas halus, tanah yang terbawa tebu dan
lain-lain.
Gula adalah air tebu yang mengalami beberapa proses sehingga menjadi
kristal gula.
Sakarosa terdiri dari 1 mol glukosa dan 1 mol fruktosa anti terhadap asam yang
akan terhidrolis membentuk glukosa dan frukosa.
Sebaiknya glukosa dan frukosa tahan terhadap suasana basah yang akan
menghasilkan asam-asam organic. Mengakibatkan kadar kapur naik dan zat warna kristal
menjadi jelek selain sifat-sifat tersebut, sukrosa dapat terurai akibat beberapa hal.
Pertama akibat panas yaitu panas atau suhu tunggi mengakibatkan sukrosa
menjadi caramel. Kedua, Hidroksida yaitu perubahan menjadi glukosa dan frukosa.
Ketiga, mikroorganisme yaitu mikroorganisme yang menyebabkan sakarosa akan
menjadi senyawa-senyawa lain.
Nira hasil perahan tersebut akan berwarna hijau keruh dan bersifat asam dengan
PH 5,5. Untuk mencegah terjadinya hidrolisa maka akan dilakukan penetralan dengan
menambahkan basa dalam nira untuk menetralisir sifat asam tersebut. Keempat, syarat-
syarat basa yaitu mudah didapat dengan harga murah serta mempunyai pengaruh
pemurnian yang baik, untuk dipilih CaCO3 sebagai penetal.
URAIAN PROSES
Tujuan
Untuk menyiapkan tebu yang akan digiling.
Untuk menentukan berat tebu yang ada pada timbangan lori atau truk
sebelum tebu digiling.
1. Emplacement
Setelah truk muatan tebu dipindahkan ke lori sudah terkumpul 7 lori rangkaian
kereta lori akan ditarik oleh traktor untuk ditimbang.
Lori bertajuk putih beratnya 8 kw
Lori bertajuk kuning beratnya 7 kw
Lori bertajuk hijau beratnya 6 kw
Brutto – Tarra = Netto
Rangkaian kereta lori muatannya langsung ditarik menuju emplacement untuk
dimasukkan ke ban. Ban lori sesuai dengan jadwalnya untuk digiling dengan
Dari arah utara yaitu wilayah gresik, mojokerto dan sidoarjo masuk diterima
dipos.
Semua jenis tebu atau truk pengangkut tebu masuk melalui pos II, dimana pos
itu ada tim MBS (Manis Segar Bersih) dikatakan :
Manis di Pos II ada alat Heand Brix Refraktometer yaitu alat yang digunakan
untuk mengetahui kadar tebu yang dikehendaki oleh PT. PG. Candi Baru adalah
17, apabila brix kurang dari 17 maka tidak diijinkan masuk atau ditolak. Artinya
brix harus lebih dari 17.
Segar tebu dari awal masuk ke kram tebu tidak boleh lebih dari 24 jam dan
dibentuk adanya tim FIFO (First In First Out) serta harus antri pada umumnya.
Bersih bebas dari kotoran yang dimaksud dengan kotoran adalah bebas dari
daduk, pucukan, tanah, sogolan, akar, dan lain-lain dan yang diijinkan hanya 5
%.
1. Crane : alat yang digunakan untuk memindahkan tebu dari truck atau lori ke
meja tebu.
2. Meja tebu : tempat penampungan tebu yang bergerak sebelum dimasukkan ke
cane carier.
3. Cane laveler : alat untuk meratakan tebu sebelum masuk ke cane carier.
4. Cane carier I : alat yang digunakan untuk membawa tebu ke cane cutter.
5. Cane cutter : alat yang berbentuk pisau yang berfungsi untuk memotong tebu
menjadi potongan-potongan kecil.
imbibisi air yaitu diatas 70 ( sekitar 80-90 ). Fungsi imbibisi air adalah
mengambil nira yang mungkin masih melekat atau tersisa pada ampas.
Jika ampas masih mengandung kadar gula dapat mengakibatkan kerak
pembakaran. Imbibisi air juga berfungsi untuk membuka sel-sel tebu agar
mudah diperah. Jumlah imbibisi air sekitar 25-30% dari berat tebu yang
akan digiling. Pemberian imbibisi air dilakukan melalui talang berlubang
yang dipasang melintang pada IMC digilingan II dan III.
b. Imbibisi Nira
Imbibisi nira adalah nira yang berasal dari gilingan III dan IV.
Tujuan dari imbibisi nira yaitu sebagai pelicin atau memperkecil gesekan
antar Roll gilingan. Pemberian imbibisi nira dilakukan pada gilingan I
kemudian nira dipompa masuk ke juice heater I dengan suhu ± 75 , juice heater I
berfungsi untuk mempercepat reaksi pengendapan dan membunuh bakteri yang ada
dalam nira.
Dari juice heater I nira masuk ke defecator I ditambahkan Ca(OH)2 sampai pH
7,2. Setelah itu nira masuk ke defecator II ditambahkan lagi Ca(OH)2 sampai pH 8,5-
9,0. Penambahan gas SO2 sampai pH 7 yang berfungsi untuk menetralkan pH dan nira
suhu ± 105 . selanjutnya nira masuk ke dalam Flash Tank yang bertujuan untuk
menghilangkan gas-gas (O2, NH3,dan SO2) yang terdapat dalam nira agar tidak
mengganggu proses pengendapan kotoran.
Dari Flash Tank nira masuk ke dalam single tray clarifier ditambah dengan
floculant yang berfungsi untuk mengikat kotoran menjadi satu hingga terbentuk flok-
flok besar agar endapan cepat turun. Didalam single tray clarifier terjadi dua endapan
bagian atas terdapat nira jernih dan bagian bawah terdapat nira kotor.
Setelah itu nira jernih yang berasal dari single tray clarifier diluapkan ke DSM
Screen untuk disaring. Nira jernih setelah disaring masuk ke juice heater III dengan
suhu ±110 . Lalu dipompa masuk ke evaporator (penguapan) sedangkan nira kotornya
dipompa dengan Membran Pump dan masuk ke Mix Juice. Di Mix Juice terjadi
campuran antara ampas halus dari gilingan IV dengan nira kotor sampai homogen. Lalu
dimasukkan ke rotary vacum filter dengan dispray tujuan dispray adalah agar nira yang
masih mengandung gula keluar dari kotoran. Kotoran yang ada di Rotary Vacum Filter
dikeringkan dan menghasilkan blotong. Sedangkan nira tapisnya dipompa masuk ke
bak penampungan nira mentah.
Evaporator I. Pada Evaporator I dituangkan dengan uap bekas (Steam) dari gilingan
(dari Turbin) dengan tekanan 0,5 kg/cm 2. Uap bekas ini masuk lewat pipa dan
dihasilkan dari Evaporator II digunakan sebagai pemanas di evaporator III. Nira dari
Evaporator II dialirkan ke Evaporator III melalui bagian bawah Evaporator.
Pada Evaporator III nira diuapkan dengan suhu ± 90 uap nira yang
dihasilkan dari Evaporator III digunakan sebagai pemanas di Evaporator IV. Nira dari
Evaporator III dialirkan ke Evaporator IV melalui bagian bawah Evaporator III.
Pada Evaporator IV nira diuapkan dengan suhu ± 80 uap nira yang
Stasiun Masakan
Tujuan : Merubah sukrosa yang berbentuk larutan ( Nira Kental ) menjadi kristal gula
yang sesuai ukuran standart. Proses dalam pan kristalisasi dilakukan dalam
Jenis pan masakan di PG. Candi Baru adalah jenis Calandria dengan lubang di
tengah ( untuk sirkulasi ) yang berdiameter 1/3 meter badan pan masakan.
2. Vacuum Trog D: Cadangan untuk masakan D.
3. Vacuum Trog A : Cadangan untuk masakan A.
4. Plung pendingin : Tempat penampungan hasil masakan yang berfungsi untuk
kristalisasi lebih lanjut dan untuk mengurangi kadar gula dalam tetes yang ada
pada masakan D. Pan ini berjumlah 15 buah , 6 buah untuk masakan D, 2 untuk
masakan C, dan 7 buah untuk masakan A.
5. Rappid coller : untuk mendinginkan masakan D sehingga proses kristalisasi bisa
berlanjut. Rappid coller dibagi menjadi 2, yaitu : sebagain luas untuk pendinginan
dan sebagian lain untuk pemanas.
6. Peti tunggu : untuk menampung gula C, klare SHS, leburan gula DII, nira kental,
stroop A, stroop C, dan klare D.
7. Bak nira kental : tempat untuk menampung nira kental tersulfitir dari stasiun
penguapan
8. Magma C : tempat untuk proses pembibitan masakan A
Proses Masakan
Masakan D
Bahan yang di gunakan pada maakan D adalah Nira Kental ( diksap ), stroop
A, stroop C, Fondan, dan babonan D. Mula – mula nira kental sebanyak ± 100 Hl di
Masakan C
Bahan yang digunakan adalah babonan DII, stroop A, dan Nira Kental.
Masakan C ini diolah di pan III, bibit awalnya adalah babonan DII ditarik ± 700 Hl
dan nira kental 30 Hl, karena kristal masih berbalut kotoran maka di cuci dengan air
panas dan bila sudah bersih ditarik stroop A sampai 200 Hl . apabila HK sudah
mencapai 72 – 73 , masakan C turun ke palung pendingin yang berjumlah 2 buah
kemudian masakan dipompa ke stasiun putaran.
Masakan A
Bahan yang digunakan adalah Nira Kental Tersulfitir , babonan C, dan klare
SHS. Mula – mula nira kental dari peti tarik nira kental dialirkan ke pan masakan V30
mHl dan di masak sampai berbentuk benangan kemudia di tarik babona C 70 Hl.
Proses pembibitan ini harus dikontrol agar terbentuk inti kristal palsu , kristal palsu ini
di cuci dengan air panas kemudian ditarik klare SHS sampai 400 Hl, selanjutnya
dimasak sampai HK 76-77 . Bila sudah terbentuk kristal yang di inginkan masakan di
pindah ke Vacuum Trog A dan ke pan masakan IV, VI , VII dengan penambahan nira
kental tersulfitir dan klare SHS.
Tujuan : untuk memisahkan kristal gula dari larutan dengan cara Centrifugal .
Peralatan Yang Digunakan :
1. Rapid coller : Untuk mendinginkan hasil masakan D sehingga terjadi kristal
lebih lanjut
2. Peti tunggu Babonan : untuk menampung babonan D yang digunakan untuk
bibitan D masakan A dan C.
3. Automatic : Untuk memisahkan gula dari larutannya (memutar centrifuge
putaran masakan D)
Putaran BMA terdiri dari :
a. 3 Putaran BMA D1 : Untuk memutar masakan D menjadi D1 dan tetes.
b. 2 PutaranBMA D2 : Untuk memutar D2 dan klare D
c. 1 Buah BMA putaran C : Untuk memutar ( memisahkan ) masakan menjadi
gula C dan stroop C
4. Batch Centrifugal : Untuk memisahkan gula A (jumlahnya 1 bus) dan untuk
memisahkan gula SHS
5. Peti Tunggu : Untuk menampung klare SHS,stroop A,stroop C,dan klare D.
6. Mixer D1 : Tempat terjadinya pengenceran gula D1 dan klare D
Proses Putaran
Di dalam stasiun putaran kristal gula dipisahkan kristal gula dipisahkan dari
cairannya dengan gaya centrifugal dengan bantuan air kondensat ini berfungsi untuk
mencuci kotoran dan stroop yang masih menempel. Dalam proses ini kristal gula akan
tertahan dan melekat pada dinding saringan sedangkan cairannya akan turun melalui
saringan yang berbentuk tromol berputar.
Dari palung pendingin masakan D dibawa oleh screw convier / talang ulir
(khusus untuk larutan kental) kemudian dipompa masuk ke rapid coller untuk di
kristalkan lagi,sehingga diperoleh kristal yang lebih banyak. Di rapid coller terjadi 2
tahapan kristalisasi yaitu pendinginan dan pemanasan,tahap pertama masakan D di
dinginkan hingga suhu ± 30 - 35 ºC dengan air pendingin yang bersuhu ± 18 ºC.
Tujuan pendingin ini adalah untuk pembentukan kristal yang lebih banyak lagi dan
masakan ini akan mempersulit pemisahan kristal gula dengan tetesnya (kristal banyak
yang terikat pada tetes) sehingga dilakukan tahapan kedua.
Dari rapid coller masakan dipompa ke talang U yang terletak di atas putaran
BMA D1,kemudian masakan ini akan jatuh ke putaran D1 yang terdiri dari 3 unit
puteran. Pada puteran D1 masakan disiram dengan air dingin,cairan yang diperoleh
dari putaran BMA D1 disebut tetes. Kemudian tetes ini dialirkan ke talang penampung
tetes sedangkan kristal gula yang diperoleh disebut gula D1 putaran. Selanjutnya gula
Tujuan : Untuk mengeringkan gula SHS (produk) serta menyeleksi ukuran kristal sampai
pengemasan dan siap untuk dipasarkan.
1. Talang Goyang : merupakan alat transportasi dari stasiun putaran ke sugar bin
yang berfungsi untuk mengeringkan gula.
vibrating screen.
6. Mesin jahit otomatis : Untuk menjahit karung gula produksi yang telah berisi
gula
7. Gudang gula : Tempat penyimpanan gula sementara yang telah dikemas
kemudian disalurkan ke konsumen
8. Sugar dryer : Untuk memanaskan kristal gula dengan melewatkan uap panas
c. Pengayakan.
Disini terdapat 2 vibrating screen, yang masing – masing berukuran 8 mesh
dan 18 mesh. Pertama tama gula diletakkan saringan yang berukuran 8 mesh.
Kristal gula yang tidak tersaring berupa gumpalan kristal gula maupun pengotor
lainnya , seperti kerikil akan di tampung untuk kemudian di lebur kembali bersama
nira kental. Krista gula yang tersaring kemudian di lewatkan saringan berukuran 18
mesh untuk memisahkan gula halus yang nantinya dimasak kembali sebagai
4.8. Ketel
Tujuan : untuk menghasilkan uap.
Alat :
LABORATORIUM
5.I. Laboratorium
Prosedur :
1. Bilas terlebih dahulu tabung mohl dengan nira ( sample ) yang akan
diperiksa kemudian isi hingga meluap ( nira di alirkan melalui dinding
tabung agar tidak terbentuk gelembung udara ).
2. Biarkan sebentar ± 10 menit agar kotoran kasar mengendap.
3. Masukkan brix weigher kedalam tabung mohl dengan hati – hati dan
pelan – pelan supaya bagian brix wheigher yang tidak tenggelam tetap
kering. Brix wheigher harus berdiri tegak lurus.
4. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh dinding
mohl, baca skala brixnya dan suhu nira dengan tepat.
5. Kemudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh harga brix
yang terkoreksi ( %brix)
Contoh pembacaan
Hasil pembacaan brix wheigher (2-13) : 11.0
Suhu nira : 32 ºC
Tabel koreksi brix : 0,32
Harga brix terkoreksi : 11,0 + 0,32 = 11,32
a. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample) ke dalam labu ukur yang berukuran 110 ml
sebanyak 100 ml
2. Tambahkan 5cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest
sampai tanda batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen kemudian saring.
Contoh pembacaan :
Pembacaan pol : 25,5
Brix terkoreksi : 11,0
Persen yang sesungguhnya ( lihat tabel ) : 70,0 %
Kemudian mencari harga kemurnian dengan cara %pol di bagi dengan %
brix
Hasil Analisa
A.Nira Gilingan I
Brix : 14,3
Suhu : 30 ºC
Pol : 40,2
% brix : 14,46
% pol : 10,90
HK : 75,4
B.Nira Gilingan II
Brix : 5,0
Suhu : 30 ºC
Pol : 13,4
% brix : 5,31
% pol : 376
HK :70,8
D.Nira Gilingan IV
Brix : 1,3
Suhu : 32 ºC
Pol : 3,6
% brix : 1,61
% pol : 1,03
HK : 64,0
E.Nira Mentah
Brix : 9,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 9,8
% pol : 713
HK : 72,7
F.Nira Encer
Brix :12,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 36,2
% brix : 2,81
% pol : 9,88
HK : 77,1
G.Nira Tapis
Brix : 10,5
Suhu : 32 ºC
Pol : 25,8
% brix : 0,81
% pol : 710
HK : 65,7
Prosedur :
a. Penetapan brix
1. Menimbang nira 500 gr dan tambahkan air hinggaa 1500 gr.
2. Aduk hingga homogen, lau masukkan kedalam tabung mohl
sampai penuh.
3. Biarkan sebentar ± 10 menit.
4. Kemudian masukkan brix wheigher ke dalam tabung mohl
dengan hati- hati dan pelan – pelan supaya bagian brix
wheigher yang tidak tenggelam tetap kering.
5. Setelah brix wheigher terapung bebas dan tidak menyentuh
dinding mohl, baca skala brix dan suhu nira dengan tepat.
6. Kenudian lihat di tabel koreksi brix maka akan diperoleh
harga brix dengan terkoreksi. Hasil analisa di kali 3 adalah
angka % brix nira kental.
Contoh pembacaan :
Hasil pembacaan brix wheigher (13-21) : 17,0
Suhu nira : 32 ºC
% brix (Analit) : 17,0 + 0,32 = 17,32
% brix nira kental : 17,32 x 3 =51,96
b. Penetapan pol
1. Masukkan nira (sample ) kedalam labu ukur yang berukuran 110 ml
sebanyak 100 ml.
2. Tambahkan 5 cc timbal asetat {Pb (CH₃COO)₂} dan 5 cc aquadest sampai
tanda batas.
3. Kocok larutan tersebut sampai homogen, kemudian disaring.
4. Ulangi filtrate sampai 3 kali, setelah itu masukkan filtrate kedalam
pembuluh polar yang berukuran 200 mm.
5. Letakkan pembuluh polar pada polarimeter, sebelum meletakkannya terlebih
dahulu lihat cahaya yang terlihat pada polarimeter. Atur hingga berbentuk 2
cahaya yaitu setengah terang dan setengah redup maka angka yang terlihat
adalah angka nol, setelah diletakkan pembuluh polarnya atur cahaya kedua
tersebut hingga tampak cahaya redup yang sama maka lihat angka yang
terbentuk dan selanjutnya catat nilai polnya.
6. Mencari persen pol dengan menggunakan tabel yang diperoleh dari
hubungan brix.
b. Nira Tersulfitir
Brix : 22,0
Suhu : 32 ºC
Pol : 65,6
% brix : 22,32 x 3 = 66,96
% pol : 17,24 x 3 = 51,72
% HK : 77,2
Prosedur :
a. Penentuan pol
1. Ambil contoh ampas dari gilingan IV, ditimbang seberat 1 kg,
sebelum wadah ampas sudah diketahui taranya.
2. Masukkan ampas tadi dan didihkan selama 1 jam terhitung mulai
ada tanda uap yang keluar (menetas) akibat adanya pendinginan.
3. Kemudian ampasnya diambil dan cairan ekstraksi yang didapat
diambil jumlah yang cukup untuk labu ukur 100 atau 110 ml.
4. Labu ukur yang berisi tadi harus didinginkan secepat mungkin,
sesudah dingin tercapai suhu kamar maka labu diisi sampai garis
100 ml.
5. Tambahkan ± 1,5 – 2 ml ATB untuk penjernihan dan ditambah
dengan H2O sampai garis tanda 110 ml, tapis dengan kertas saring.
6. Hasil tapisan/filtrate, dimasukkan kedalam pembuluh polarisasi
yang berukuran 400 mm, pembuluh harus dibilas dulu dengan
larutan filtrate, usahakan jangan sampai ada gelombang udara
sewaktu pengisian akan terganggu waktu pengamatan.
7. Hasil pengamatan dicatat, jangan lupa koreksi mata untuk
mendapatan hasil yang lebih akurat , dengan pertolongan tabel
dengan pembacaan polarimeter dan kadar air ampas.
Hasil analisa :
Jam : 04:00
Kaleng :2
Blotong : 20
Kaleng dan blotong ; 56,8
Selama 4 jam : 42,7
Air : 14,1
Air dalam 100 blotong : 70,5
Bahan kering : 29,5
Gula : 4,3
Prosedur
Laporan Praktik Industri di PT. PG. Candi Baru Sidoarjo 61
a. Penetapan brix
Masakan ditimbang kemudian ditambah air sampai rata hingga gula larut
seluruhnya.
Data berat timbang masakan , sebagai berikut :
a. Klare SHS : 150 gr
b. Klare D : 150 gr
c. Stroop A : 150 gr
d. Stroop C : 150 gr
e. Babonan D : 150 gr
f. Babonan C : 150 gr
g. Masakan D : 150 gr
h. Masakan A : 300 gr
i. Masakan C : 300 gr
j. Puteran D I : 300 gr
k. Puteran D II : 300 gr
l. Puteran C : 300 gr
m. Puteran A : 300 gr
n. Puteran SHS : 300 gr
o. Tetes : 150 gr
Hasil pengamatan
Pada tanggal 30 Agustus 2012
a. Klare SHS
Brix : 7,3
Suhu : 30ºC
Pol : 21,8
% brix : 7,3 + 0,16 = 746 →746 x 10 =7460 (pengenceran
10 kali)
% pol : 606 x 10 = 6060 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(6060 : 7460) x 100% = 81,2
b. Klare D
Brix : 8.2
Suhu : 30ºC
Pol :15.0
% brix :8.2 + 0,16 = 836 → 836 x 10 = 8360
(pengenceran 10 kali)
% pol : 416 x 10 = 4160 (pengenceran 10 kali (pol lihat
tabel))
HK :(4160 : 8360) x 100 % = 49,8
c. Stroop A
Brix : 8,3
Suhu : 30ºC
Pol : 17,9
% brix : 8,3 + 0,16 = 846 → 846 x 10 = 8460
( pengenceran 10 kali )
% pol : 496 x 10 = 4960 ( pengenceran 10 ( pol lihat
tabel))
HK :(4960 : 8460) x 100 % = 58,6
d. Stroop C
Brix : 8,0
Suhu : 30,5ºC
Pol : 17,1
% brix : 8,0 + 0,21 = 821 → 821 x 10 = 8210
( pengenceran 10 kali )
% pol : 475 x 10 = 4750 ( pengenceran 10
( pol lihat
tabel ))
HK : (4750 : 8210) x 100 % = 57,9
e. Babonan D
Brix : 9,1
Suhu : 29,5ºC
Pol : 29,3
% brix : 9,1 + 0,13 = 923 → 923 x 10 = 9230
Hasil pengamatan
Perhitungan :
b. Bahan
1. CaO ( Kalium Oksida )
2. N2O
Prosedur :
1. Timbang kapur 150 gram, masukkan kedalam cawan porselen.
2. Tambahkan 1000 ml air, masukan kedalam cawan porselen (usahakan
menjauh dari cawan karena setelah diberi air kapur menimbulkan percikan
panas.
3. Setelah percikan sudah hilang aduk sampai homogen
4. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
5. Endapkan selama 2 jam , lihat berapa volume larutan beningnya
Hasil Pengamatan :
Sisa endapan : 91 ml
1. Timbangan analitik
2. Labu ukur 250 ml
3. Gelas tapis
4. Kertas saring kering
5. Pipet volume 5 ml,3 ml,10 ml,100 ml,200 ml
6. Gelas ukur 50 ml
7. Buret bengkok
8. Erlenmeyer 300 ml
9. Pemanas ( hot plate )
Hasil pengamatan :
Tanggal 27 Juli 2012 pukul 08.00
1. Nira Perahan Pertama ( NPP )
Titrasi : 25,5
%pol : 11,15
75 = 13,17 = 3,16
15,5 X z Y
305)
X = 325 – (20)
X = 325-10
X = 315
Y = 322 – (322-301)
Y = 322-10,5
Y = 311,5
Z = 315 – 0,56
Z = 314,4
Z= 100 = 1.31 %
2. Nira terhitung
Titrasi : 26
% Pol : 12,38
75 = 12,38 = 2,97
26,0 X Z Y
183,7)
X = 198,4 – 7,35
X = 191,05
Y = 196,0 – 7,25
Y = 188,75
Z= 100% = 79%
Hasil pengamatan
3. Nira Encer
Titrasi : 29,0
% Pol : 11,06
75 = = 2,65
29,0 X Z Y
171,4 169,3
X = 171,4
Y = 169,3
Z = 171,4 – 1,365
Z= = 0,71%
Alat:
a. Beaker Glass10 ml
b. Pipet Titrasi
Bahan :
Analisa TDS
Alat :
a. Intelligent Meter
b. Probe untuk TDS
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan :
a. Air sample ( Feed water dan Boyler water )
Prosedur :
1. Hidupkan intelligent meter dan pasang probenya.Setelah itu
dimasukkan probe kedalam air sample.
2. Lihat hasilnya
Analisa PH
Alat :
a. Intelligent meter
b. Probe untuk PH
c. Gelas kimia 5 ml
Bahan
a. Air sample ( Feed Water dan Boiler Water )
Prosedur
1. Hidupkan Intellegent Meter dan pasang probenya. Setelah itu
dimasukkan prpbe ke dalam air sample ( Feed Water dan Boyler Water )
2. Lihat hasilnya.
5.1.12. Analisa Air Kondesat
Air kondesat adalah air yang digunakan ntuk mengisi ketel air pengisi
ketel tidak boleh mengandung gula. Untuk mengetahui air kondesat ini bergula
atau tidak, maka dilakukan penambahan asam sulfat dan alfanaptol dengan
perbandingan 12 : 4 jika iar kondesat ini bergula maka akan berubah menjadi
merah dan jika air kondesat ini tidak bergula maka warnya tetap tau tidak
berubah.
Bahan :
1. Air Kondesat
Alat :
1. Tabung Reaksi
Prosedur Analisa
1. Ambil sample sedikit saja.
2. Teteskan alfanaptol 4 tetes dan asam sulfat 12 tetes.
BAB VI
UTILITAS
6.1. Utilitas
6.1.1 Air
a. Air Proses
Air proses yaitu air yang digunakan sebagai air imbibisi, sor pencuci
pada vakum pan dan pada putaran. Air peoses mengandung gula dari pemnas
nira.
Air proses digunakan untuk :
1. Vacuum Filter, untuk menyaring kotoran dari nira kotor ( pencuci blotong
).
2. Putaran BMA, putaran A dan putaran SHS , untuk membersihkan Kristal
gula dari kotoran.
3. Membersihkan untuk melarutkan kembali Kristal gula palsu.
4. Gilingan sebagai imbibisi.
Air proses yang tidak mengandung gula digunakan sebagai pemanas dan
pendingin pada Rapid Coller.
Air di dapat dari air kondesat yang telah ditampung dalam bak
penampung ( tendon air imbibisi dari air kondesat) , terutama yang masih
mengandung nira ditambah dengan air sungai. Jika air sungai suhunya terlalu
tinggi atau rote air kondesat kurang.
b. Air panas
Digunakan Rapid Coller , suhu air panas ini sekitar 70 ºC air panas ini
juga kontak langsung dengan gula sehingga di ambil langsung dari air
sungai.
Pembuatan Air Panas.
Air sungai dipanaskan di heat exchanger dengan mengalirkan steam (uap
jenuh) daari ketel tekanan rendah dengan tekanan 6 kg/cm² dan suhu
180 ºC.
c. Air Sanitasi.
Yaitu air yang digunakan sehari-hari bagikaryawan dan pegawai di
lingkungan pabrik yang didapat dari PDAM.
Syarat-syarat Air Sanitasi.
a. Suhu optimum atau suhu dibawah udara
b. Bebas dari bakteri dan tidak mengandung racun (bacillus anthras)
c. Tidak bewarna, tidak berbau dan tidak terasa
d. Ph = 7
d. Air Injeksi / Pendingin Kondensor dan pendingin mesin.
Air ini juga diambil dari air sungai , digunakan pada kondensor untuk
menimbulkan ruang vacuum.
6.1.2 Steam.
Steam pada PT. PG Candi Baru digunakan sebagai berikut :
6.1.3 Udara.
Kebutuhan udara ini dibutuhkan untuk :
Pereaksi pembuatan SO₂ pada tabung belerang , unsur udara yang diambil
adalah O₂ yang sebelumnya dilewatkan dari Denunidifer, untuk menghilangkan
kandungan airnya.
6.1.4 Listrik.
Kebutuhan Listrik pada PLN pada kapasitas 1000 KW dipenuhi turbin generator
hingga kapasitas 2000 KW dilengkapi dengan Travo 6000 V / 280 V selain
listrik terdapat diesel genser (350 KVA).
PENGOLAHAN LIMBAH
Pabrik Gula Candi Baru merupakan salah satu usaha perkebunan yang mempunyai
limbah , hal ini menjadi sumber pencemaran apabila tidak dilakukan peenanganan secara
tepat, oleh karena itu PG. Candi Baru sebagai salah satu masyarakat industri menyadari
sepenuhnya atas tanggung jawab sosial dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, tanpa
mengesampingkan tanggung jawab internal perusahaan.
Pabrik gula Candi Baru sebagai perusahaan lingkungan , oleh karenanya telah
mengambil langkah-langkah pengamanan, baik secara internal maupun dengan bantuan P3GI
maupun dari konsultan.
Dalam hal ini sebagai landasan kerja adalah segala undang-undang , peraturan serta
keputusan dikeluarkan pemerintah.
Undang-Undang dan peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup antara lain :
Tahun 1989
Tahun 1992
1. Penyempurnaan skat dan IPAL
2. Pembuatan perangkap minyak di IPAL , modifikasi ex. Bak tetes menjadi bak
pengendapan I.
Tahun 1992
1. Penyempurnaan / peningkatan in house keeping
2. Pemisahan saluran dari Dust Colection dengan saluran limbah cair lainnya
3. Modifikasi bak pendapatan I menjadi 2 bagian yang beroperasi secara
bergantian
4. Modifikasi bak pengendapan II.
Tahun 1995
1. Modifikasi bak pengendapan I di IPAL menjadi bak Equaser
2. Memasang pompa lumpur dan drying bach
3. Pembuatan talang getar dan bunker abu basah.
Tahun1996
1. Pemisahan saluran berpolutan dan yang bersih dalam pabrik pemasang water
meter di IPAL.
Tahun 1997
1. Pembuatan pengendapan abu continue limbah cair dari west Dust Collector.
Tahun 1998
1. Membuat kolom air injeksi untuk rencana pemasangan water meter.
2. Memodifikasi ex. Pengendapan abu II untuk IPAL system aerobic ( belum di
operasikan )
a. Pada sumur pompa yang menuju IPAL juga ditambah tawas sebanyak 1
kg/jam ( 11-15 ppm ) untuk membantu pengendapan di IPAL.
b. Cara pemberian tawas, tawas dimasukkan kedalam drum atau tangki 1
kg/jam dan di aliri air dari control pompa, sehingga tawas larut sedikit
demi sedikit.
c. Sepanjang saluran yang menuju sumur pompa, di beri saringan kasar
dibeberapa tempat untuk menangkap kotoran atau sampah secara periodik
di ambil dengan selot supaya tidak mengganggu kelancaran pompa.
d. Pada pengendapan akhir ditambah Ca(OH)₂ sampai pit outlet limbah IPAL
( instalasi pengolahan air limbah)
Penanganan Limbah Cair di PG. Candi Baru dengan sistem aerated ragoon
dengan penambahan koagulan berupa Ca (OH)₂ dan mikroba.
1. Ampas
Ampas termasuk limbah padat yang dihasilkan dari proses
gilingan. Ampas ini kemudian digunakan untuk pengisian botol
sebagai bahan bakar dari ketel tersebut.
2. Blotong
Blotong termasuk limbah padat yang dihasilkan dari proses
pemurnian nira dimana proses pemisahanya menggunakan alat penapis
vacum filter. Bidang sulfitas walaupun limbah namun masih
Penanganannya :
a. Blotong yang keluar dari vacum filter di bunter untuk sementara
dengan tujuan mengatur pengisian di dalam truk.
b. Pengangkutan tebu menggukunakan satu buah truk colt diesel dari
2 buah dump truk milik perusahaan.
c. Banyaknya angkutan truk terbatas pada tunas yang telah di
tentukan oleh OLLAJR. Cara pengangkutannya truk yang telah di
tutup dengan terpal supaya tidak berceceran di jalan dan tidak
mengganggu kebersihan umum.
3. Abu
Abu di bedakan menjadi 2 yaitu :
a. Abu kering merupakan limbah pada sisa pembakaran goset
dapur ketel tekanan rendah dan mencegah jumlahnya ± 28,8
ton/hari. Pembuangan disentralisir emplasemen desa
ngeban, kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo milik PT. PG
Candi Baru. Adapun apabila di butuhkan oleh masyarakat
untuk tanah di haruskan masyarakat mematuhi SOP
( Standart Operasional Prosedur ) yang telah di buat oleh
PG. Candi Baru.
b. Abu basah merupakan limbah pada sisa pembakaran ketel
ke kanan menengah yang telah ditangkap oleh Dust
Collector (system basa) selanjutnya fraksi yang kasar
ditangkap oleh saringan talang getar dan fraksi yang halus
diendapkan di pengendapan continue.
BAB VIII
Dalam menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini, PT. PG Candi Baru
Sidoarjo membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), yang
meliputi beberapa bidang yaitu :
PENUTUP
9.1. KESIMPULAN
1. PT. PG. Candi Baru memproduksi gula jenis SHS 1A dari bahan baku tebu
dengan kapasitas produksi sekitar 25.000 kwintal tebu /hari.
2. System operasi continue dipergunakan mulai stasiun persiapan sampai
evaporator. Pada stasiun masakan dan putaran ( kecuali puteran BMA) dipakai
system batch.
3. Stasiun proses dapat diklasifikasikan dalam 7 tahap yaitu : stasiun persiapan,
gilingan, pemurnian, penguapan,masakan, putaran, dan penyelesaian
4. Gangguan-gangguan yang dialami oleh pabrik selama beroperasi antara lain :
- Gilingan selip
- Hujan yang menyebabkan ketersediaan tebu sebagai
bahan baku merosot. Hal ini karena pada saat hujan tebu
pengangkut truk tidak dapat masuk sampai ke pinggir
lading. Setelah itu hujan menyebabkan rendemen tebu
menurun.
5. Keistimewaan PT. PG. Candi Baru adalah system pembangkit tenaganya . bahan
bakar untuk boiler murni menggunakan ampas tebu (sama sekali tidak
menggunakan BBM)
6. Industry gula di masa mendatang menghadapi tantangan antara lain ,
meningkatnya para petani beralih menanam padi serta makin rendahnya mutu
tebu yang dihasilkan
9.2. SARAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan demi peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi :
1. Kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan terutama dalam lingkungan
pabrik.
2. Peningkatan kualitas kesehatan kerja dan keselamatan kerja misalnya :
- Walaupun pabrik kosong dalam keadaan shutdown , para pekerja
yang melakukan perawatan peralatan dan mesin tersebut sebaiknya
menggunakan helm pengaman dan kaos tangan untuk perlindungan
kerja serta perlengkapan kerja.
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas gula yang dihasilkan sehingga
permintaan konsumen meningkat.
Mei Linda Ningn Aisha,dkk 2009. Laporan Praktik Kerja Industri di PT.PG.Candi Baru
Sidoarjo.Gresik.SMK Negeri 1 Cerme.
SMK Negeri 1 Cerme Gresik 2010, Laporan Praktik Kerja Industri di PT.PG.Candi Baru
Sidoarjo.
SMK Negeri 1 Grati 2012, laporan praktik kerja industri di PT.PG.Candi Baru Sidoarjo.