Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN DAKWAH

Disusun Oleh:

Arif Budi Setiawan 1500022063

Alfn Fajar Rochim 1500022064

Fatih Al-Barid 1500022065

Nindi Atika 1500022067

Yunita Dwi Andriliana 1500022069

Berza Handika Sanjaya 1500022070

Moch Faizal Deva Prayogo 1500022071

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa

menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita

curahkan kepada baginda Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita

jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat

indah.

Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah

menyelesaikan makalah Manajemen Dakwah sebagai tugas mata kuliah Ilmu

Dakwah. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang Pengertian

Manajemen dakwah,Komponen-komponen manajemen dakwah,Langkah-langkah

manajemen dakwah,dan Prinsip-prinsip manajemen dakwah.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika

makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami

butuhkan guna memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.

Yogyakarta, 13 Mei 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian ajaran Islam. Dakwah
Islam adalah dakwah ke arah kualitas puncak dari nilai-nilai kemanusiaan, dan
peradaban manusia.Dengan tujuan utama mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT, yakni dengan
menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan
yang diridhai oleh Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.
Salah satu dari unsur dakwah adalah materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan
yang disampaikan kepada mitra dakwah. Dalam hal ini pesan dakwah adalah ajaran
Islam itu sendiri. Inti ajaran agama Islam adalah meliputi akidah, syariah dan akhlak.
Akidah merupakan pondasi utama dalam beragama, yang didalamnya memuat sistem
keyakinan atau iman. Syariah meliputi sistem peribadatan makhluk dengan khaliqnya,
sedangkan akhlak meliputi sistem relasi antar makhluk.
Setiap muslim wajib untuk berdakwah, menyeru kepada kebajikan dan
mencegah kepada kemunkaran. Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan hendaklah
diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron:104) Menurut Hamka (1982), dakwah bukan
hanya dilakukan dengan ucapan, tetapi dapat dilakukan dengan, perbuatan, tingkah
laku, ramah-tamah, dan kasih sayang. Dakwah dapat dilakukan di mana saja, seperti
di masjid, rumah, lingkungan masyarakat, kampus, dan lain-lain. Dalam makalah ini
hanya akan diterangkan tentang dakwah dalam keluarga, lingkungan masyarakat dan
kampus.
Oleh karena itu seorang da’i atau mitra dakwah harus memiliki manajemen
dakwah yang baik. Sehingga dakwah yang disampaikan akan terserap dan didengar
dengan baik. Dakwah memerlukan suatu manajemen agar pesan yang akan
disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Manajemen yang terkandung dalam
dakwah perlu untuk dikaji dan diterapkan dalam aktifitas dakwah.

B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu manajemen dakwah?
2. Seeberapa pentingkah manajemen dakwah dalam berdakwah?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah ilmu dakwah
yang berisi materi tentang metode-metode dakwah serta hal-hal yang berkaitan
dengan metode dakwah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah merupakan sebuah disiplin ilmu yang relatif baru dalam
ranah ilmu manajemen. Terdiri dari dua kata yaitu Manajemen dan Dakwah, keduanya
merupakan bentuk integrasi dari dua kutub yang sama sekali berbeda. Manajemen
identik dengan ilmu ekonomi yang sekuler, sedangkan istilah “dakwah” mengacu
pada konsep agama yang menekankan pada keseimbangan dunia dan akhirat. Kedua
konsep ini melebur dan menjadi satu disiplin ilmu tersendiri untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan profesionalitas organisasi dakwah dalam menjalankan aktivitasnya.
Untuk dapat memahami dengan lebih mendalam mengenai konsep manajemen
dakwah ini, kita dapat memulai dari aspek pengertiannya. Menurut Mahmuddin,
manajemen dakwah adalah suatu proses dalam memanfaatkan sumber daya (insani
dan alam) dan dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai tujuan
bersama.Sedangkan menurut M. Munir dalam bukunya mendefinisikan manajemen
dakwah sebagai pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau
aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan
dakwah.Pengertian tersebut membawa kepada pemahaman bahwa di dalam sebuah
manajemen dakwah terdapat sistem yang cukup kompleks sehingga membutuhkan
sinergisitas semenjak awal perencanaan yang ditetapkan hingga pada implementasi
aktifitas dakwah.
Dari pendapat beberapa ilmuwan di atas mengenai pengertian manajemen
dakwah, dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah aktifitas organisasi
dakwah untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki melalui proses
perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan dakwah yaitu
amar ma’ruf nahi munkar.
Manajemen dakwah sangat dibutuhkan mengingat tantangan dakwah yang
semakin berat. Jika dakwah dilakukan dengan sporadis dan tanpa perencanaan, bisa
dipastikan akan dikalahkan oleh kejahiliyahan yang dilakukan oleh profesional.
Dakwah harus dikemas dan dirancang sedemikian rupa, sehingga gerak dakwah
merupakan upaya nyata yang sejuk dan menyenangkan dalam usaha meningkatkan
kualitas aqidah dan spiritual, sekaligus kualitas kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
dan politik umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.Sehingga dengan demikian manajemen dakwah dapat menjadi penuntun
dan arah dalam pelaksanaan dakwah yang profesional.

B. Komponen Manajemen Dakwah


Seperti telah disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa
manajemen dakwah sebagai pengembangan dari ilmu manajemen akan selalu
berkaitan dengan unsur-unsur yang menjadi komponen penyusunnya. Dalam konteks
manajemen secara umum, unsur-unsur tersebut antara lain : man, money, material,
machine, method, dan market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan pasar) yang
sering disingkat menjadi 6M.Dalam manajemen dakwah komponen dakwah ini
diuraikan ke dalam beberapa unsur, antara lain da’i (pelaku dakwah), mad’u
(sasaran/objek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah
(metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).

1. Da’i (Pelaku Dakwah)


Munir mendefiniskan da’i sebagai orang yang melaksanakan dakwah baik
melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,
kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.Nasaruddin Latief medefinisikan bahwa
da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amalian
pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru
penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama
Islam.
Berkaitan dengan manajemen dakwah, maka da’i ini tidak hanya sekedar
menyampaikan dakwah, namun ada aspek profesionalitas yang tertuntut di
dalamnya. Profesionalitas yang dimaksud di sini berkaitan dengan kapasitas dalam
diri seorang da’i meliputi aspek pendidikan, ilmu dan wawasan keislaman, politik,
sosial, ekonomi, kemasyarakatan, iptek, di samping jugas aspek ketrampilan
khusus.

2. Mad’u (Objek Dakwah).


Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.
Menurut Jamaludin Kafie sasaran dakwah adalah yang menjadi objek dakwah yaitu
manusia, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan dan seluruh
dunia.Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki
ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non
muslim, kesemuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam, semua berhak
menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.
Dinamika persoalan yang dihadapi pada aspek mad’u ini juga cukup
kompleks, meliputi masalah keimanan dan ketauhidan, masalah ekonomi, masalah
sosial, dan masalah budaya sekularistik dan hedonistik. Oleh karenanya objek
dakwah haruslah diklasifikasikan agar memudahkan pelaksanaan dakwah. Dasar
klasifikasinya bisa berdasarkan tingkat intelektualitasnya, berdasarkan profesinya,
berdasarkan lokasi tinggalnya, berdasarkan usia, berdasarkan jenis kelamin, dan
lain-lain. Klasifikasi ini akan membuat proses dakwah lebih efektif dalam
mencapai tujuan dan juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

3. Maddah (Materi Dakwah)


Materi dakwah (maddah ad-Da’wah ) adalah pesan-pesan dakwah atau
sesuatu yang harus disampaikan subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan
ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Secara
umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu
masalah akidah (keimanan), masalah syariah (fiqh), masalah sosial (muamalah),
dan masalah moral (akhlaq). Masalah akidah adalah topik-topik dakwah yang
membahas tentang keimanan kepada Allah swt dan menjadi pendasaran bagi
keseluruhan perilaku manusia, oleh karenanya topik ini yang pertama kali harus
disampaikan kepada mad’u.
Materi dakwah yang bersifat syariah sangat luas cakupannya, kelebihan dari
materi syariah Islam adalah sifatnya yang universal menjelaskan hak-hak umat
muslim dan non muslim bahkan hak seluruh umat manusia. Pada topik mu’amalah
menekankan pada aspek hubungan antar manusia, bahkan porsinya di dalam Al
Quran lebih besar daripada urusan ibadah. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih
besar daripada ibadah. Hal ini wajar mengingat Al Quran dan Hadits adalah sumber
hukum Islam yang diorientasikan pada terciptanya sistem masyarakat yang baik.
Materi dakwah yang terakhir adalah masalah akhlaq. Pembahasannya
menerangkan batasan-batasan tentang mana akhlaq yang baik, mulia, dan terpuji
serta mana pula yang buruk, hina, dan tercela.

4. Wasilah (Media Dakwah)


Ali Aziz mengemukakan bahwa media (wasilah) dakwah merupakan alat
bantu yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)
kepada mad’u. Sedangkan Syukir menjelaskan bahwa media dakwah adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang
telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat,
kondisi tertentu, dsb (Syukir, 1983). Hamzah Ya’qub membagi lima golongan
media dakwah menjadi lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan
akhlaq.

5. Thariqah (Metode Dakwah)


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan metode sebagai cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.Maka jika
dihubungkan dengan dakwah, metode dakwah bisa diartikan sebuah cara yang
dipakai seorang da’i untuk menyampaikan ajaran materi dakwahnya kepada
mad’u.
Metode dakwah pada konteks saat ini sebenarnya bisa dikembangkan dengan
model antara lain : pendekatan persuasif dan motivatif, pendekatan konsultatif, dan
pendekatan partisipatif.Pendekatan persuasif dan motivatif dilakukan dengan
mengajak objek dakwah dengan kesejukan dan mendorongnya dari sisi psikologis.
Pendekatan konsultatif dilakukan dengan cara menjalin interaksi posiotif, dinamis,
dan kreatif antara da’i dengan mad’u. Sedangkan pendekatan partisipatif
menekankan pada adanya saling pengertian antara da’i dengan mad’u tidak hanya
terbatas pada tingkat pertemuan langsung, melainkan diwujudkan dalam bentuk
saling bekerja sama dalam proses pemecahan masalah.

6. Atsar (Efek Dakwah)


Sebagai sebuah proses, aktivitas dakwah pasti berupa aksi dan akan
menghasilkan reaksi. Artinya setelah aktivitas dakwah dilakukan maka akan
memunculkan respon dan efek dari mad’u. Munir dalam bukunya menyatakan
bahwa efek (atsar) bisa disebut dengan feedback (umpan balik) dari proses dakwah
sering dilupakan dan tidak menjadi perhatian dari para dai’i, padahal atsar sangat
besar pengaruhnya dalam penentuan langkah-langkah dakwah selanjutnya. Analisis
terhadap atsar yang dilakukan secara cermat dan tepat akan memunculkan
penyempurnaan-penyempurnaan yang diperlukan dalam dakwah Pada
ujungnya.akan menghasilkan tindakan korektif (corrective action) yang
menjadikan dakwah sebagai aktivitas yang well managed.

C. Langkah-Langkah Manajemen Dakwah.


Seperti layaknya ilmu manajemen secara umum, pelaksanaan manajemen
dakwah juga akan melalui tahapan langkah, antara lain : perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengendalian dan evaluasi dakwah.

1. Perencanaan Dakwah (Takhtith)


Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan.Secara alami,
perencanaan merupakan bagian dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana
Allah swt menciptakan alam semesta dengan dan perencanaan yang matang
disertai dengan tujuan yang jelas.
Maka dalam konteks manajemen dakwah, perencanaan dakwah memiliki
kedudukan yang cukup penting agar tujuan dakwah bisa tercapai. Rasulullah
sendiri mencontohkan sebagaimana sabda beliau :
“Jika engkau ingin mengerjakan suatu pekerjaan, maka pikirkanlah akibatnya,
maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah, dan jika perbuatan itu jelek, maka
tinggalkanlah.”
Dalam bahasa Arab perencanaan diistilahkan dengan takhthith. Perencanaan dalam
dakwah Islam bukan merupakan sesuatu yang baru, Rasulullah sendiri banyak
memberikan contoh pentingnya perencanaan, misanya dalam kasus hijrahnya
Rasulullah dari Mekkah ke Madinah merupakan hasil dari sebuah perencanaan
yang panjang.

2. Pengorganisasian dakwah (Thanzhim)


Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan sumber daya manusia (sdm),
sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan job description sedemikian rupa
agar tercipta suatu organisasi yang dapat bergerak dalam satu kesatuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa
pengorganisasian merupakan langkah pertama ke arah pelaksanaan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Pengorganisasian (tahnzhim) menekankan pada aspek
bagaimana sebuah pekerjaan dapat dilakukan dengan rapi, teratur, sistematis, serta
sinergis antar elemen organisasi

3. Penggerak Dakwah
Penggerakan dakwah adalah langkah lanjutan dari perencanaan dan
pengorganisasian dakwah, setelah seluruh tindakan dakwah dipilah-pilah menurut
bidang tugas masing-masing, maka selanjutnya diarahkan pada pelaksanaan
kegiatan.Inti kegiatan penggerakan dakwah adalah bagaimana seorang pemimpin
menyadarkan seluruh elemen organisasi untuk dapat bergerak bersama dan
bekerjasama secara sinergis untuk menjalankan program organisasi.
Adapun beberapa poin penggerakan dakwah yang menjadi kunci dari kegiatan
dakwah antara lain: pemberian motivasi, pemberian bimbingan, penyelenggaraan
komunikasi, dan pengembangan dan peningkatan kualitas pelaksana
dakwah.Motivasi diartikan sebagai kemampuan manajer untuk memberikan
semangat dan kegairahan kepada seluruh anggota organisasi agar bekerja secara
total. Sedangkan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh manajer dakwah
dilakukan dengan jalan memberikan instruksi sekaligus memberikan petunjuk
bagaimana cara untuk melaksanakan instruksi tersebut, hasilnya bawahan akan
merasakan kepercayaan diri dalam menjalankan amanah dari atasan karena telah
mengetahui secara tepat instruksi dan cara menjalankannya.
4. Pengendalian dan Evaluasi Dakwah
Pengendalian dakwah akan membantu seorang manajer dakwah untuk
memonitor efektifitas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, serta
kepemimpinan mereka.Pengendalian dakwah dilakukan dengan cara menetapkan
standart yang akan menjadi tolok ukur kinerja organisasi yang berjalan secara
efektif, efisien dan produktif, dilanjutkan dengan proses pengukuran kinerja yang
terjadi secara riel di lapangan dengan tolok ukur yang sudah ditetapkan, dari sana
akan terlihat lini dakwah yang berjalan dengan baik ataukah tidak. Pada lini yang
berjalan dengan baik, manajer dakwah dapat memberikan apresiasi berupa
penghargaan atau reward, sedangkan pada lini yang mengalami kesulitan, manajer
dapat langsung memberikan petunjuk sehingga kegagalan dakwah bisa dideteksi
secara dini dan dihindari oleh manajer dakwah.

D. Prinsip-Prinsip Manajemen Dakwah


Prinsip – prinsip yang di miliki manajemen dakwah yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip Konsolidasi
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu
dalam keadaan mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhindar dari perpecahan,
baik lahiriah maupun batiniah.
2. Prinsip Koordinasi
Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperlihatkan kesatuan
gerak dalam satu komando. Ketertiban dan keteraturan merupakn ciri khasnya,
karena prinsip koordinasi mengisyaratkan betapapun banyaknya pembagian
kelmpok kerja dan jauhnya rentang kendali dalam medan yang luas, namun denyut
nadinya tetap satu.
3. Prinsip Tajdid
Prinsip ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima
dan energik, penuh vitalitas dan inovatif. Personal – personalnya harus cerdas dan
pintar membaca kemajuan zaman.tapi semua itu tetap dalam konteks perpaduan
iman, ilmu, dan amal.
4. Prinsip Ijtihad
Prinsip ini melahirkan ruh jihad dalam arti menyeluruh melalui
penyalahgunaan nalar, rasio, dan logika yang memadai dalam mencari interprestasi
baru baik isi kandungan al – Quran dan as sunnah. Ijtihad dalam pengertian
sesungguhnya adalah mencari berbagai terobosan hukum sebagai jalan keluar
untuk mencapai tujuan, sehingga ijtihad mampu memberikan jawaban terhadap
bermacam – macam persoalan kehidupan umat dari berbagai dimensi, baik politik,
sosial, maupun ekonomi.
5. Prinsip Pendataan dan Kaderisasi
Prinsip ini mengingatkan bahwa setiap organisasi dakwah harus berusaha
mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari
sumber – sumber yang halal dan tidak mengikat. Disamping itu, organisasi dakwah
dengan manajemen yang baik juga harus kader yang andal dan propesional,
sehingga tidak terjadi kevakuman gerak dari waktu ke waktu. Kader yang
diamkasud harus terdiri dari tenaga – tenaga yang beriman dan bertakwa, berilmu,
berakhlak dan bermental jihad.
6. Prinsip Komunikasi
Prinsip ini memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya
harus komunikatif dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak. Meskipun
esensi dakwah menyampaikan kebenaran dan kebenaran itu kadang kala keras dan
pahit, namun dalam penyampaiannya tetap dituntut bijaksana dan dengan bahasa
komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya, umat tidak antipat
melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat.
7. Prinsip Integral dan Komprehensif
Prinsip ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaa kegiatan dakwah
tidak hanya terpusat di masjid atau di lembaga – lembaga keagamaan semata, akan
tetapi harus integrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang
menyeluruh dari segenap strata sosial masyarakat.
8. Prinsip penelitian dan pengembangan
Kompleksitas permasalahn umat harus menjadi kajian dakwah yang
mendalam. Karena dakwah akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada
satu sisi.
9. Prinsip sabar dan Istiqomah
Nilai – nilai sabar dan istiqomah yang digerakkan denagn landasan iman dan
takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohanaih yag menjadikan dakwah
sebagai kebutuhan umat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulan bahwa sebuah proses manajemen dakwah pasti tidak
dilakukan oleh 1 (satu) orang saja, melainkan dilakukan secara bersama-sama
dalam sebuah ikatan organisasi. Dalam kacamata manajemen dakwah, organisasi
merupakan wadah perjuangan yang sangat strategis. Adapun di dalam manajemen
dakwah terdapat komponen (Pelaku dakwah,objek dakwah,materi dakwah,
metode dakwah,dan efek dakwah) yang jika salah satunya tidak ada maka akan
tidak sempurna suatu manajemen tersebut.

REFERENSI

http://www.psda.web.id/2014/03/pengertian-prinsip-dan-unsur-manajemen.html
http://digilib.uinsby.ac.id/19076/5/Bab%202.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/8493/3/bab%201.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1480/1/AMIRULLAH.PDF

Anda mungkin juga menyukai