Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Kenali Mioma Uteri Sejak Awal

Sasaran : Keluarga dan pasien Poli Kandungan Rumah Sakit Dr. Soetomo
Surabaya
Hari/ Tanggal : Kamis, 19 November 2015
Tempat : Ruang Tunggu Pasien Poli Kandungan Rumah Sakit Dr. Soetomo
Surabaya
Pelaksana : Kelompok 1A
Waktu : 07.00 - selesai

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan sasaran dapat memahami
tentang penyakit Mioma Uteri
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, sasaran dapat :
1) Mengetahui pengertian Mioma Uteri
2) Mengetahui penyebab Mioma Uteri
3) Mengetahui klasifikasi Mioma Uteri
4) Mengetahui tanda dan gejala Mioma Uteri
5) Mengetahui penanganan Mioma Uteri
6) Mengetahui komplikasi Mioma Uteri
3. Materi
1) Definisi Mioma Uteri
2) Penyebab Mioma Uteri
3) Klasifikasi Mioma Uteri
4) Tanda dan gejala Mioma Uteri
5) Proses perjalanan Mioma Uteri
6) Pemeriksaan untuk mengetahui Mioma Uteri
7) Cara penanganan dan pencegahan Mioma Uteri
8) Komplikasi Mioma Uteri
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab
5. Media
X- Banner, Leaflet
6. Pengorganisasian
Penyaji : Prajna Paramita M.
Moderator : Tsuwaibatul Islamiyah
Fasilitator : Wahyu Indriyanto, Choirul Anwar
Observer : Alifiana Rahimasari A.
7. Pelaksanaan
No. Tahap dan Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1. Pendahuluan Pembukaan : 1. Menjawab salam dan
5 menit 1. Mengucapkan salam dan memfokuskan
memperkenalkan diri perhatian pada peneliti
2. Menjelaskan kontrak 2. Mendengarkan kontrak
waktu dan mekanisme kegiatan
kegiatan 3. Mendengarkan tujuan
3. Menyampaikan tujuan dari pendidikan
dan maksud dari kesehatan
pendidikan kesehatan 4. Mendengarkan materi
4. Menyebutkan materi yang diberikan
pendidikan kesehatan
yang diberikan
2. Kegiatan inti Pelaksanaan : 1. Mendengarkan dan
15 menit 1. Menggali pengetahuan memperhatikan
dan pengalaman sasaran 2. Peserta mengajukan
pendidikan kesehatan pertanyaan tentang
mengenai Mioma Uteri materi yang kurang
2. Menjelaskan materi: dipahami
1. Definisi Mioma 3. Peserta dapat
Uteri memahami penjelasan
2. Penyebab Mioma tentang materi yang
Uteri kurang dipahami
3. Klasifikasi Mioma
Uteri
4. Tanda dan gejala
Mioma Uteri
5. Proses perjalanan
penyakit Mioma
Uteri
6. Pemeriksaan untuk
mengetahui Mioma
Uteri
7. Cara penanganan
Mioma Uteri
8. Komplikasi Mioma
Uteri
3. Memberikan
kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan
untuk materi yang
belum dipahami
4. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
sasaran
3. Penutup Evaluasi : 1. Peserta menjawab
5 menit 1. Menanyakan kembali pertanyaan yang
materi yang telah diberikan peneliti
disampaikan 2. Sasaran menerima
2. Petugas membagikan leaflet dan
leaflet tentang Mioma memanfaatkannya
Uteri kepada keluarga
pasien
3. Menutup acara dan
memberi salam

8. Evaluasi
1) Kriteria struktur
Pembuatan leaflet sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan.
2) Kriteria proses
(1) Sasaran antusias terhadap materi pendidikan kesehatan.
(2) Sasaran mendengarkan dan memahami materi pendidikan kesehatan.
(3) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana program pendidikan
kesehatan.
3) Kriteria Hasil
(1) Sasaran ikut berpartisipasi dalam pendidikan kesehatan.
(2) Pasien dan keluarga mampu memahami materi Mioma Uteri
Materi Penyuluhan Mioma Uteri

Konsep Penyuluhan Mioma Uteri


1.1 Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau fibromioma
uteri fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering didapatkan pada
wanita. Mioma uteri merupakan tumor paling umum pada traktus genitalis.
Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan pada beberapa kasus berasal
dari otot polos pembuluh darah rahim. (Derek, 2002)
1.2 Penyebab Mioma Uteri
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2
teori yang berpendapat :
1. Teori stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan
mioma uteri.
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002).
1.1 Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus,
dapat dibagi dalam 3 jenis :
1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering
menyebabkan perdarahan yang banyak. Adanya mioma submukosa
dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret).
Kemungkinan degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis ini.
Mioma uteri dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui serviks (miomgeburt).
2. Interstinal atau intramural
Terletak di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim
dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak
pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi. Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak nyaman karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah.
3. Subserosa atau subperitoneal
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan
uters melalui tungkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di
dalam ligamentum latum dan disebut juga mioma intraligamenter.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, dan mioma
ini dikeal sebagai jenis parasitik. (Prawirohardjo, 2002).

1.2 Tanda dan Gejala Mioma Uteri


Berikut adalah menifestasi klinis mioma uteri yang sering terjadi :
1. Tumor (massa di perut bawah)
Sering kali penderita mioma uteri datang untuk memeriksakan
dirinya saat merasakan adanya massa pada perut bagian bawah.
2. Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorraghia (perdarahan pada menstruasi),
dan didapat pada mioma submukosa. Ini diakibatkan oleh pecahnya
pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat
menimbulkan anemia yang berat. Mioma intramural juga dapat
menyebabkan perdarahan, oleh karena ada gangguan kontraksi otot
uterus. Jenis mioma subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang
abnormal.
3. Nyeri
Nyeri bukan merupakan gejala yang khas untuk mioma, meskipun
sering terjadi. Keluhan yang sering diutarakan adalah rasa berat dan
dysmeorrhe. Kemungkinan disebabkan adanya gangguan peredaran
darah, yang juga disertai nekrose setempat, atau disebabkan proses
radang dengan perlekatan ke omentum usus.
Rasa nyeri juga bisa disebabkan oleh karena torsi pada mioma
subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut dan disertai dengan rasa mual
dan muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan terhadap urat saraf, dan menjalar ke
pinggang serta tungkai bawah.
4. Akibat tekanan
Penekanan pada organ disekitar tumor, seperti kandung kemih,
ureter, rectum, atau organ-organ yang ada di rongga panggul lainnya
dapat menimbulkan gangguan buang air kecil dan gangguan buang air
besar, pelebaran pembulluh darah vena dalam panggul, serta gangguan
ginjal karena pembengkakan tangkai miom. Apabila terjadi tekanan
pada vena cava inferior akn terjadi odem tungkai bawah.

5. Infertilitas dan abortus


Dapat terjadi gangguan untuk sulit hamil (infertilitas) jika mioma
intramural menutup atau menekan pars interstitialis tubae. Mioma
submukosa memudahkan terjadinya abortus. Bila ditemukan mioma pada
wanita dengan keluhan infertilitas harus dilakukan pemeriksaan yang
seksama terhadap sebab-sebab lain dari infertilitas sebelum
menghubungkan dengan kemungkinan adanya mioma uteri.
1.3 Pengobatan Mioma Uteri
Pilihan terapi meliputi tindakan nonbedah dan tindakan bedah.
Terapi farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka waktu yang lama
bagi tumor fibroid. (Kowalak, 2011)
Di samping metode observasi, metode nonbedah meliputi:
1. Preparat agonis GnRH untuk dengan cepat mensupresi pelepasan
gonadotropin hipofisis yang menimbulkan hipoestrogenemia berat,
berkurangnya volume uterus hingga 50 % (efek puncaknya tercapai
setelahterapi memasuki minggu ke-12), dan mengecilnya tumor
sebelum operasi serta berkurangnya perdarahan selama pembedahan
dan peningkatan hematokrit prabedah.
Terapi ini tidak menyembuhkan karena tumor akan terus membesar
setelah terapi dihentikan. Peningkatan ukuran tumor selama terapi
dapat menunjukkan sarcoma uteri.
Terapi dengan preparat agonis GnRH sebaiknya dilakukan
prabedah atau selama kurun waktu hingga enam bulan pada wanita
perimenopaus, yang setelah itu segera mengalami menopause alami
sehingga tindakan bedah dapat dihindari.
2. NSAID (Nonsteroid Antiinflammatory Drugs)
Ibuoprofen sebagai obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengatasi
dismenore dan gangguan rasa nyaman pada panggul. (Kowalak, et.al,
2011).

Terapi nonfarmakologis untuk mioma uteri antara lain :


1. Observasi
Bila uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu,
tanpa disertai penyulit lain.
2. Ekstirpasi
Atau pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya untuk
mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir, umumnya dilanjutkan
dengan tindakan D/K.
3. Laparotomi dan miomektomi
Hal ini dilakukan bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan dan
secara teknis masih memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk mioma intramural, subserosa,
dan subserosa bertangkai.
Namun walaupun hanya dilakukan miomektomi, kemungkinan
infertilitas pascatindakan sangat mungin terjadi.
4. Laparotomi dan histerektomi
Tindakan ini dilakukan bila:
a. Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
b. Pertumbuhan tumor sangat cepat
c. Sebagai tindakan hemostasis, dimana terjadi perdarahan yang terus-
menerus dan tidak membaik dengan pengobatan.
Histerektomi yang dilakukan adalah histerektomi totalis tanpa
ovariektomi, namun bila mengalami kesulitan, dapat dilakukan
histerektomi subtotalis.
5. Ovariektomi Bilateral
Tindakan ini dilakukan untuk penderita dengan usia di atas 50 tahun.
Setelah dilakukan tindakan ini, penderita mendapatkan substitusi
hormonal (Achadiat, 2004).

1.4 Komplikasi Mioma Uteri


Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, (2007:340) yaitu:
1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis, sehingga terjadi
sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan
infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
3. Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini
kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder, penderita mengeluh
tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau metrogania dan leukea.
4. Perdarahan sampai terjadi anemia.

Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.


1. Pengaruh mioma terhadap kehamilan .
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
2. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
DAFTAR PUSTAKA
Derek LJ, 2011. Dasar obstetri dan Genekologi. Edisi Ke – 6.Jakarta: Hipokkrater

Prawirohardjo, sarwono. 2002. Edisi Ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan . Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai