Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PERAN PEMASARAN PRODUK AGRIBISNIS DALAM PROSES PEMBANGUNAN


EKONOMI DI INDONESIA

(KOMUDITI BAWANG MERAH)

Oleh:

NAMA : PATRIO MARCELINO TULLE

NIM : 162 383 048

PRODI : TPH/IV

PROGRAM STUDI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian
nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75% angkatan kerja nasional termasuk
di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga diperhitungkan maka
sebesar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantung hidupnya pada sektor agribisnis.
Peranan sektor agribisnis yang demikian besar dalam perekonomian nasional memiliki implikasi
penting dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan (Saragih,1997). Apabila perencanaan
pembangunan pertanian dan pelaksanaannya dikelola dengan baik, pembangunan pertanian yang
dilaksanakan dengan seksama dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan
berkelanjutan. Pada akhirnya, hasil pembangunan tersebut dapat memakmurkan masyarakat
Indonesia secara keseluruhan.

Perkembangan sektor pertanian selanjutnya dipacu oleh kemajuan teknologi yang sangat
pesat di sektor industri (kimia dan mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi semakin maju
dan kompleks dengan ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan
sarana produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida). Kegiatan
pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya. Namun, petani hanya
melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan sarana produksi pertanian didominasi
oleh sektor industri. Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai
keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis,
maka kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui prosespengolahan,
produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan danpemasarannyapun menjadi
lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor.Pada tahap ini pembagian kerja
di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas, yaitu:kegiatan budidaya (farming) sebagai
kegiatan pertanian dalam arti sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai
industri hulu dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi
fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas meliputi seluruh
kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan
keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.
Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satujenis komoditas
hortikultura. Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama
telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok
rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat
tradisional.
Bawang merah (allium ascalonicum l) family lilyceae yang berasaldari asia tengah
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sering,digunakan sebagai penyedap masakan.
Selain itu, bawang merah juga,mengandung gizi dan senyawa yang tergolong zat non gizi serta
enzim yangbermanfaat untuk terapi, serta meningkatkan dan mempertahankan kesehatantubuh
manusia. Kebutuhan bawang merah di indonesia dari tahun ke tahunmengalami peningkatan
sebesar 5%. Hal ini sejalan dengan bertambahnyajumlah populasi indonesia yang setiap
tahunnya juga mengalami peningkatan. Badan pusat statistik (BPS) dan direktorat jenderal
holtikultura (djh)menyebutkan bahwa produksi bawang merah di indonesia dari tahun 2006-2010
selalu mengalami peningkatan yaitu sebesar 794.929 ton, 802.810 ton,853.615 ton, 965.164 ton,
1.048.934 ton. Akan tetapi, sepanjang tahun 2010impor bawang merah di indonesia tercatat
sebesar 73.864 ton dan dalam tigabulan pertama tahun 2011, impor bawang merah di indonesia
mencapai85.730 ton. Hal itu membuktikan bahwa kebutuhan akan bawang merah didalam negeri
masih tinggi dibandingkan ketersediaannya. Dengan demikian,produktivitas bawang merah
dalam negeri perlu ditingkatkan.
Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang
memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Selama periode
1989-2004, pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah adalah sebesar 5,4% per tahun,
dengan kecenderungan (trend) pola pertumbuhan yang konstan. komponen pertumbuhan areal
panen (4,3%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi
bawang merah dibandingkan dengan komponen produktivitas (1,1%). konsumsi rata-rata bawang
merah untuk tahun 2004 adalah 4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kapita/bulan (ditjen
hortikultura, 2004). Estimasi permintaan domestik untuk tahun 2010 mencapai 976.284 ton,
dimana 824.284 ton diantaranya untuk konsumsi, 97.000 ton untuk benih, 20.000 ton untuk
industri, dan 35.000 ton diekspor.
Analisis data ekspor-impor 1983-2003 mengindikasikan bahwa selama periode tersebut
indonesia adalah netimporter bawang merah, karena volume ekspor untuk komoditas tersebut
secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volume impornya. Berbagai indikator
menyangkut status, potensi dan prospek pengembangan komoditas bawang merah di atas secara
implisit tidak saja menunjukkan sisi positif perkembangan bawang merah, tetapi juga celah dan
kesenjangan (sumber pertumbuhan produksi bawang merah yang lebih didominasi oleh
pertumbuhan areal serta peningkatan impor yang semakin mengancam daya saing bawang merah
domestik) yang perlu mendapat perhatian lebih serius untuk segera ditangani.

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
https://vinasiringoringo95.blogspot.com/2016/12/tentang-bawang-merah.html

Anda mungkin juga menyukai