PENDAHULUAN
Pada sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang cepat atau bisa
terjadi paralisis dari tungkai atas, tungkai bawah, otot – otot pernafasan dan
wajah. Sindrom ini dapat terjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter dan
dikenal sebagai Landry;s Paralisis ascending. Pertama dideskripsikan oleh Landry,
1859 menyebutnya sebagai suatu penyakit akut, ascending dan paralysys motoric
dengan gagal nafas.1,2
Penyakit ini terdapat diseluruh dunia pada semua umur dan setiap musim.
Insidensi GBS bervariasi antara 0,6 sampai 1,9 kasus per 100.000 orang pertahun.
SGB sering berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus GBS
yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80% yaitu 1 sampai 4
minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atau
infeksi gastrointestinal.1,2
Angka kejadian penyakit GBS kurang lebih 0,6 - 1,6 setiap 10.000 -
40.000 penduduk. Perbedaan angka kejadian di negara maju dan berkembang
tidak nampak. Kasus ini cenderung lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
Data RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan pada akhir tahun
2010-2011 tercatat 48 kasus GBS dalam satu tahun dengan berbagai varian
jumlahnya perbulan. Pada tahun 2012 berbagai kasus di RSCM mengalami
kenaikan sekitar 10%.1,2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2
sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-
laki dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan
April s/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.5 GBS
merupakan salah satu penyebab kelumpuhan yang utama di negara maju atau
berkembang seperti Indonesia. pada usia dewasa muda. SGB tampil sebagai
salahsatu penyebab kelumpuhan yang utama di negara maju atau berkembang
seperti Indonesia.4
2.3 Etiologi
Sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya
dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan / penyakit yang
mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya GBS, antara lain :5
a. Infeksi
b. Vaksinasi
c. Pembedahan
d. Penyakit sistematik
Keganasan
Systemic lupus erythematosus
Tiroiditis
Penyakit Addison
e. Kehamilan atau dalam masa nifas
3
GBS seringkali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1
sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul sepertii nfeksi saluran
pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.5
2.4 Klasifikasi 2
4
4. Miller Fisher Syndrome
Merupakan kelainan yang jarang terjadi. Secara cepat menimbulkan
ataksia, arefleksia dan kelemahan anggota gerak ringan serta
oftalmoplegia. Hilangnya sensoris jarang terjadi, namun proprioceptive
dapat terpengaruh. Demielinasi dan inflamasi nervus kranialis III dan
IV, spinal ganglia, dan nervus perifer. Berkurangnya atau hilangnya
potensial aksi nervus. Pemulihan terjadi dalam 1 hingga 3 bulan.
5. Acute Panautonomic Neuropathy
Merupakan jenis yang paling jarang terjadi. Sistem saraf simpatis,
parasimpatis ikut terkena. Seringkali disertai dengan keterlibatan
kardiovaskuler seperti hipotensi postural, takikardi, hipertensi,
disritmia. Penglihatan kabur, mata kering, dan anhidrosis. Pemulihan
terjadi secara bertahap dan seringnya tidak sepenuhnya pulih,
seringkali terkombinasi dengan gangguan sensoris.
2.5 Patologi
2.6 Patogenesis
5
dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang
terjadi pada sindroma ini adalah melalui mechanism imunlogi.6
Bukti – bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang
menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah :6
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell
mediatedimmunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibody terhadap sistem saraf tepi
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi
saraf tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya,
yang paling sering adalah infeksi virus.6
6
Gambar 2.3. Lokasi GBS yang menyerang sistem nervus perifer8\
7
2.7 Gejala Klinis
1. Kelemahan
3. Perubahan Sensorik
4. Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan GBS, 89% pasien
melaporkan nyeri yang disebabkan GBS pada beberapa waktu selama
8
perjalanannya. Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung,
pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini
sering digambarkan sebagai sakit atau berdenyut. Gejala dysesthetic diamati ada
dalam sekitar 50% dari pasien selama perjalanan penyakit mereka. Dysesthetias
sering digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau sensasi shoclike dan
sering lebih umum di eksterimitas bawah daripada di ekstremitas atas.
Dysesthetias dapat bertahan tanpa batas waktu pada 5-10% pasien. Sindrom nyeri
lainnya yang biasa dialami pasien dengan GBS adalah sebagai berikut: myalgic,
nyeri visceral, dan rasa sakit yang terkait dengan kondisi imobilitas( misalnya.
tekanan palsy saraf, ulkus dekubitus). 9
5. Perubahan Otonom
6. Pernapasan
2.8 Diagnosa
9
Gambar 2.5. Gejala Klinis GBS4
a) Ciri-ciri klinis:
Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat,
maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2
minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
Relatif simetris
Gejala gangguan sensibilitas ringan
Gejala saraf kranial ± 50% terjadi parese N VII dan sering
bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang
mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang < 5% kasus
neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti,
dapat memanjang sampai beberapa bulan.
Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural,
hipertensi dangejala vasomotor.
10
Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
1. Pemeriksaan LCS
2. Pemeriksaan EMG
3. Pemeriksaan MRI
11
Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan
kira-kira pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan
memperlihatkan gambaran cauda equina yang bertambah besar.9
Gejala klinis GBS biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria
diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus
dibedakan dengan keadaan lain, seperti:5
Mielitis akuta
Poliomyelitis anterior akuta
Porphyria intermitten akuta
Polineuropati post difteri
2.11 Terapi
a. Sistem Pernapasan
b. Fisioterapi
12
Gerakan pasif pada kaki yang lumpuh untuk mencegah kekakuan
sendi. Segera setelah penyembuhan mulai, maka fisioterapi aktif
dimulai untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot.9
c. Kortikosteroid
Imunoglobulin IV
13
2.12 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal nafas, aspirasi makanan, atau
cairan ke dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko terjadinya infeksi,
thrombosis vena dalam, paralisis permanen pada bagian tubuh tertentu, dan
kontraktur pada sendi.9
2.13 Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
14
ascenden, yang biasanya terjadi 1 - 3 minggu dan kadang 8 minggu setelah suatu
infeksi akut.
Pada sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang cepat atau bisa
terjadi paralisis dari tungkai atas, tungkai bawah, otot – otot pernafasan dan
wajah. Sindrom ini dapat terjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter dan
dikenal sebagai Landry;s Paralisis ascending. Pertama dideskripsikan oleh Landry,
1859 menyebutnya sebagai suatu penyakit akut, ascending dan paralysys motoric
dengan gagal nafas.
Diagnosa GBS terutama ditegakkan secara klinis. GBS ditandai dengan
timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon
dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai
disosiasi sitoalbumin pada likuor dan gangguan sensorik dan motorik perifer.
Pengobatan secara umum bersifat simptomatik. Akan tetapi meskipun dikatakan
bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang
cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa) yang cukup tinggi sehingga
pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi khususnya adalah untuk
mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan melalui sistem
imunitas (imunoterapi). Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik
tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa.
15
DAFTAR PUSTAKA
3. http://mobile.journals.lww.com/jaapa/_layouts/15/oaks.journals.mobile/arti
cleviewer.aspx?year=2015&issue=07000&article=00004#ath
16