Anda di halaman 1dari 3

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari


pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-
kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi
potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungki terjadi.(Rijanto,
2010 ).

Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan


upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Purnama, 2010).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).

Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan


kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo,
2009). Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan
mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan
kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan
yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya
mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program
perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002).

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap


pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi
permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundang-undangan di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya
yaitu Veilighheids Reglement, STBI No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak
memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan


atau kondisi tida selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan
kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah
memulai pekerjaannya (Bennett N.B. Silalahi, 1991).

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih


tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu perkembangan pembangunan
yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU no. 14 tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
no. 12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksanaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena
itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada
di masyarakat, meningkatnya sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai