Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,


menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus
oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Salah satu
penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis.1
Peradangan konjungtiva (konjungtivitis) menjadi penyakit mata yang paling
umum di seluruh dunia, yang umumnya disebabkan eksogen, namun dapat pula
endogen.2 Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.1 Pada
konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut sebagai mata merah.
Konjungtivitis dapat pula diartikan sebagai peradangan pada konjungtiva bulbar atau
konjungtiva palpebra yang ditandai dengan pembengkakan, pembentukan cairan eksudat dan
mata tampak merah (pink eye).3
Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan
jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan
umur penduduk per tahun dan pernah menderita konjungtivitis. Data lain
menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki
tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%).1 Berdasarkan
penyebabnya konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi,
toksik. Konjungtivitis bakteri dapat disebabkan oleh Streptococcus pneuomoniae,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogens, Pseudomonas pyocyanea,
Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis, Corynabacterium diptheriae.4
Pada kebanyakan kasus dapat disebabkan oleh konjungtivitis bakteri.
Konjungtivitis bakteri dapat diklasifikasikan menjadi, konjungtivitis bakteri
hiperakut, akut, dan kronik (menahun).1,5 Konjungtivitis bakteri biasanya
mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah
banyak, berwarna kuning kehijauan.6

1
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Kebanyakan peradangan pada konjungtiva ini dapat dicegah
dan diobati, bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara
memadai.1
Oleh karena itu, laporan kasus ini disusun untuk membantu tenaga medis
memahami konjungtivitis bakteri lebih lanjut, terutama bagaimana cara
menegakkan diagnosis, menyingkirkan diagnosis banding, memberi tatalaksana
yang cepat dan tepat serta mencegah komplikasi lebih lanjut.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

I. Identifikasi
Nama : Tn. F
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Palembang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 8 Agustus 2015

II. Anamnesis
Keluhan Utama : Kedua mata merah sejak ±1 minggu yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 1 minggu yang lalu, penderita mengeluh mata kanan dan kiri merah,
pandangan kabur (-) dan silau (-). Mata kanan dirasakan lebih parah dari
mata kiri. Penderita juga mengeluh mata gatal (+), berair-air (+), dan
kotoran mata berlebih (+) kental kekuningan terutama setelah bangun tidur,
kelopak mata terasa lengket pada pagi hari saat bangun tidur (+), bengkak
pada kelopak mata (+), rasa mengganjal (+), perih (+). Riwayat mengucek
mata (+), riwayat kelilipan (-), riwayat trauma pada kedua mata (-), riwayat
demam (-). Penderita menggunakan obat tetes mata yang dibeli sendiri di
warung, namun tidak ada perbaikan.
± 1 hari yang lalu, penderita mengeluh mata kanan dan kiri bertambah
merah, gatal (+), berair-air (+), dan kotoran mata (+) kental kekuningan,
banyak terutama setelah bangun tidur. kelopak mata terasa lengket pada
pagi hari saat bangun tidur (+), bengkak pada kelopak mata (+), rasa

3
mengganjal (+), perih (+). Penderita kemudian berobat ke RSKMM
Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat keluhan mata merah sebelumnya disangkal
- Riwayat memakai kaca mata disangkal
- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal
- Riwayat atopi (asma, dermatitis, faringitis) disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat keluhan mata merah dalam keluarga disangkal, namun ada teman
kerja penderita memiliki keluhan yang sama.

III. PemeriksaanFisik
Status Generalikus
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 21x/menit
Suhu : 36,7C
Status Oftalmologikus
OkuliDextra OkuliSinistra

Visus 6/6 6/6

TekananIntraokular P=N+0 P=N+0

4
Kedudukan Bola Mata Orthoforia

Gerakan Bola Mata

Segmen Anterior:

- Palpebra Superior edema edema

- Palpebra Inferior Tenang Tenang

Konjugtiva:

- Konjungtiva Tarsal Hiperemis (+), Papil (+) Hiperemis (+), Papil (+)
superior

- Konjungtiva Bulbi Mix Injeksi, sekret (+) Mix Injeksi, sekret (+)
mukopurulen mukopurulen

Kornea Jernih Jernih

Bilik Mata Depan Sedang Sedang

Iris: Gambaran baik Gambaran baik

Pupil Bulat, sentral, reflex cahaya Bulat, sentral, reflex


(+), diameter 3 mm cahaya (+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih

Segmen Posterior
RF + +
FODS Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan

5
IV. PemeriksaanPenunjang
- Pemeriksaan mikroskopik dan biakan kerokan konjungtiva

V. Diagnosis Banding
- Konjungtivitis Bakteri ODS
- Konjungtivitis Alergi ODS
- Konjungtivitis Viral ODS

VI. Diagnosis Kerja


Konjungtivitis Bakteri ODS

VII. Penatalaksanaan
1. KIE :
- Menjelaskan bahwa penyakit mata yang diderita pasien disebabkan
infeksi bakteri, yang dapat menular.
- Mengedukasi pasien cara menjaga personal higiene dengan benar,
misalnya cara mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
kotoran mata, dan tidak menggosok mata.
- Memberitahu pasien untung control ulang seminggu kemudian
2. Farmakologi :
- LFX ED 8x1 tts ODS
- Lyteers ED 4x1 tts ODS

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam

6
VIII. Lampiran

BAB III

7
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Konjungtiva
3.1.1 Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).1 Membran kukosa konjungtiva
strukturnya sama dengan membrane mukosa mulut dan hidung, tetapi lebih
lembut dan bening. Konjungtiva tetap basah terutama karena air mata yang
dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, dan juga oleh kelenjar lakrimal aksesori yang
terdapat didalam jaringan subkonjungtiva. Dengan air mata terjadi “irigasi
biologis” pada konjungtiva dengan adanya lisozim di dalam air mata, menjadikan
kantong lakrimal relative bebas kuman. Epitel kornea yang bias mengering, selalu
dibasahi dan dibersihkan oleh konjungtiva kelopak mata setiap kali mengedip.7
Konjungtiva bersambung dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
Konjungtiva dibagi menjadi tiga bagian (lihat Gambar 1)
A. Konjungtiva Palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior ( pada fornices superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.1
B. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan
melipat berkali – kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus – Duktus kelenjar
lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior, konjungtiva bulbaris
melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya. Lipatan
Konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika
seminularis) terletak di khantus internus. Struktur epidermoid kecil semacam
daging (karankula) menempel superficial ke bagian dalam plika seminularis
dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membrane
mukosa.1

8
C. Konjungtiva Fornik yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan
konjungtiva
bulbi.1,3

Gambar 1. Bagian konjungtiva. 3

3.1.2 Histotogi Konjungtiva


Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel
silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat
limbus, di atas karunkula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi
kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.1
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat
mengandung pigmen. 1
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan
satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid
dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2
atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus
bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan
fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal
ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa
tersusun longgar pada bola mata.1

9
Gambar 2. Struktur Konjungtiva5

3.1.3 Kelenjar pada Konjungtiva


Pada konjungtiva terdapat dua jenis kelenjar :
1. Mucin secretoty glands: Merupakan sel goblet (kelenjar uniselullar
yang terletak di dalam epithelium), crypts of henle (terdapat di
konjungtiva tarsal) dan kelenjar manz (terdapat di limbal konjungtiva).
Kelenjar ini menghasilakn mucus yang beguna untuk membasahi
kornea dan konjungtiva.5
2. Kelenjar airmata asesori, meliputi:
a. Kelenjar Krause (terdapat di jaringan subkonjungtiva fornik, dimana
terdapar 42 kelenjar di fornik atas, dan 8 kelenjar di fornik bawah
b. Kelenjar Wolfring (terdapat disepanjang bagian atas dari tasus
superior maupun inferior).5

3.1.4 Pasokan Darah, Limfe dan Perdarahan

10
Arteri –arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaringan –
jaringan vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superficial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oflalmik) pertama nervus V.
saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.1

3.2 Konjungtivitis Bakteri


3.2.1 Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah infeksi mikrobial pada membran mukosa
permukaan mata yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri penginfeksi.
Konjungtivitis bakteri biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, namun
terkadang juga dapat menjadi suatu keadaan yang serius atau menandakan suatu
kelainan sistemik yang berat.5
Pada dasarnya permukaan mata memiliki daya tahan terhadap bakteri
dengan berbagai mekanisme perlawanan, konjungtivitis bakteri dapat terjadi bila
organisme dapat melewati mekanisme pertahanan tersebut. Mekanisme
pertahanan pada konjungtiva dapat terganggu pada pasien immunocompromised,
ataupun disebabkan oleh trauma.5

3.2.2 Gejala dan Tanda – Tanda konjungtivitis Bakteri


Gejala umum konjungtivitis biasanya bilateral, oleh karena itu diagnose
konjungtivitis unilateral adalah salah satu kesalahan diagnose yang paling sering
terjadi. Dengan mengingat akan sifat membrane mukosa konjungtiva, maka
biasanya konjungtivitis berbentuk datar tanpa disertai gangguan visus yang berat.
Keluhannya adalah gatal – gatal, mata terasa panas, seperti ada benda asing
didalam mata (sakit) dan fotofobia.7
Dari Pemeriksaan Fisik dapat ditemukan tanda – tanda berikut :

11
 Hiperemia, yaitu injeksi konjungtiva dapat terlihat jelas, terdapat pada
beberapa segmen ataupun keselurkan segmen konjungtiva. Gambaran
dari konjungtiva palpebra tergantung pada etiologi yang menyertainya.
 Sekret yang banyak, pada saat bangun tidur kelopak mata lengket dan
sulit dibuka.
 Kelopak mata bengkak dan berkrusta. Pada keadaan awal sekret
berbentuk serosa (watery) menyerupai konjungtivitis virus, namun
dalam beberapa hari sekret menjadi mukopurulen.8
Tabel 1. Tanda - Tanda Konjungtivitis Bakteri1
Temuan klinik dan Sitologi Bakterial
Gatal Minimal
Hiperemia Umum
Berair mata Sedang
Eksudasi Banyak
Adenopati preaurikuler Jarang
Pada kerokan dan eksudat yang dipulas Bakteri, PMN
Disertai sakit tenggorokan dan demam Kadang – kadang

3.2.3 Klasifikasi dan Etiologi


Konjungtivitis Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi :
A. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Konjungtivitis Bakteri Hiperakut biasanya disebabkan oleh bakteri
Nesseria gonorrhoeae, yaitu bakteri yang dapat menembus epithelium
kornea yang utuh. Bakteri lain yang juga sering menimbulkan
konjungtivitis bakteri hiperakut adalah staphylococcus aureus, jenis
Streptococcus, jenis Haemophilus, dan Pseudomonas aeruginosa.
Penularan infeksi pada konjungtivitis bakterial hiperakut biasanya
terjadi secara langsung melalui infeksi genitalia, dan lebih sering
dijumpai pada neonatus, remaja, dan dewasa muda.
B. Konjungtivitis Bakteri Akut

12
Merupakan suatu kondisi peradangan konjungtiva yang dapat
mengenai seluruh jenjang usia, ras, dan jenis kelamin. Konjungtivitis
bacterial akut (mukopurulen) ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
agen bakteri, yang utama adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumonia, dan jenis Haemophilus. Konjungtivitis bakterial akut sering
terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut “mata merah” oleh orang
awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemia konjungtiva
secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulent sedang. Konjungtivitis
tipe ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang dari 3
minggu.

C. Konjungtivitis Bakteri Kronik (menahun)


Merupakan konjungtivitis bakteri yang telah terjadi selama lebih
dari 4 minggu dan biasanya memiliki etiologi yang berbeda dengan
konjungtivistis bakteri akut. Konjungtivitis Bakteri Kronik bakteri
terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan
dakriosistitis menahun, ini biasanya dapat menyertai blepharitis
bakterial menahun dan disfungsi kelenjar meibom. Penyebab utama
konjungtivitis bakteri kronik ini adalah staphylococcus aureus. Angular
bleparokonjungtivitis dapat terjadi akaibat infeksi kronis dari jenis
staphylococcus ataupun moraxella.1,5

Tabel 2. Penyebab Konjungtivitis Bakteri


Klasifikasi Konjungtivitis Bakteri Bakteri Penyebab
Hiperakut (purulen) Neisseria gonnorrhoeae
Neisseria meningitidis
Neisseria gonorrhea subsp kochii

13
Akut (mukopurulen) Pnemococcus (Streptococcus
pneumonia)
Haemophillus aegyptius
Kronik (menahun) Staphylococcus aureus
Moraxella lacunata

3.2.4 Diagnosis
A. Konjungtivitis Bakterial Hiperakut
Onset sangat cepat, terdapat eksudasi purulen yang sangat banyak,
hyperemia konjungtiva berat, kemosis konjungtiva, dan edema palpebra.
Konjungtivitis bias unilateral ataupun bilateral, terdapat rasa nyeri, dan Adenopati
preaurikuler.5

B. Konjungtivitis Bakteri Akut


Konjungtivitis dikatakan akut bila peradangan konjungtiva yang terjadi
tidak melebihi jangka waktu 2-3 minggu. Pada konjungtivitis bakteri akut terdapat
eksudasi unilateral yang terjadi secara akut, iritasi, dan hiperemia konjungtiva.
Pada konjungtiva tarsal biasanya memberikan gambaran respon papil (hipertrofi
papilla). Terdapat Eksudasi yang mukopurulen/purulen, tidak dijumpai adenopati
preaurikuler. Pada anak – anak usia 6 bulan sampai 3 tahun dijumpai perubahan
warna kebituan dan pembengkakan pada kulit periorbita yang mengindikasikan
progresifitas kearah selulitis orbita oleh infeksi haemophilus influenza.5

C. Konjungtivitis Bakteri Kronik (menahun)


Tidak ditemukan gejala yang spesifik. Pasien selalu mengalami iritasi kronis
pada mata (lebih dari 4 minggu), terdapat sensasi benda asing pada mata, dan
sedikit hyperemia pada konjungtiva. Hipertrofi papil ataupun respon folikel dapat
terjadi. Konjungtivitis kronis biasanya disertai dengan hyperemia palpebra dan
sekret yang banyak terutam pada saat bangun tidur.5

14
3.2.5 Diagnosis Banding
Tabel 2. Diagnosis Banding Konjungtivitis3

3.2.6 Penatalaksanaan
Terapi Spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai
degan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih
antimikroba yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorrhoeae dan N
meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi
untuk pemeriksaan laboratorium diperoleh.1
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae
harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekter konjungtiva.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikan secara khusus higien perorangan. 1

15
Tabel 3. Commonly Used Antimicrobial Agents and Their Spectrum of Activity5
Spectrum of
Type of Activity Frequency of
Concentration
Antimicrobial Agent (Genus or Administration
Species)
Aminoglycoside Staphylococcus,
(gentamicin/tobramycin) Streptococcus,
Haemophilus,
Proteus, 0.3% q.2h. to q.i.d.
Escherichia
coli, Moraxella,
Pseudomonas
Bacitracin zinc Staphylococcus,
500 U/g
Streptococcus, q.h.s. to q.i.d.
(ointment)
Neisseria
Chloramphenicol Staphylococcus, 1.0%
Haemophilus, (ointment) q.2h. to q.i.d.
Proteus 0.5% (solution)
Erythromycin Staphylococcus,
Streptococcus, 0.5%
q.h.s. to q.i.d.
Neisseria, (ointment)
Haemophilus
Fluoroquinolone Staphylococcus,
(ciprofloxacin, Streptococcus,
0.3%−0.5% q.2h. to q.i.d.
ofloxacin, Haemophilus,
levofloxacin) Pseudomonas
Polymyxin B/neomycin Staphylococcus,
Proteus, 16,250 U; 3.5
q.i.d.
Moraxella, mg/ml
Pseudomonas

16
Polymyxin Staphylococcus,
B/trimethoprim sulfate Streptococcus,
Proteus, 10,000 U; 1
q.3h.
Escherichia mg/ml
coli,
Haemophilus
Sodium sulfacetamide Streptococcus,
Haemophilus, 10%−30% q.2h. to q.i.d.
Moraxella
Sulfisoxazole diolamine Streptococcus,
Haemophilus, 4.0% q.i.d.
Moraxella
Tetracycline Staphylococcus,
Neisseria, 1.0% q.2h. to q.i.d.
Escherichia coli

3.2.7 Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,
infeksi dapat berlangsung selama 10 – 14 hari, jika diobati memadai hanya
berlangsung 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut
menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis
gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis
meningokokus adalah septicemia dan mengingitis. Konjungtivitis bakteri
menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan
yang menyulitkan.1

17
BAB IV
ANALISIS KASUS

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh


bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata
merah, sekret pada mata dan iritasi mata. Pada konjungtivitis bakteri dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulent daripada konjungtivitis jenis lain,
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata. Infeksi
biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi dapat
menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti
seprei, kain, jabat tangan dll.
Pada kasus ini, seorang laki-laki, umur 23 tahun, datang ke poliklinik mata
RS Mata Masyarakat Palembang dengan keluhan utama kedua mata merah sejak
±1 minggu yang lalu. Mata kanan dirasakan lebih parah dari mata kiri. Penderita
juga mengeluh mata gatal (+), berair-air (+), dan kotoran mata berlebih (+) kental
kekuningan terutama setelah bangun tidur, kelopak mata terasa lengket pada pagi
hari saat bangun tidur (+), bengkak pada kelopak mata (+), rasa mengganjal (+),
perih (+), kabur (-), silau (-). Riwayat mengucek mata (+), riwayat kelilipan (-),
riwayat trauma pada kedua mata (-), riwayat demam (-). Penderita menggunakan
obat tetes mata yang dibeli sendiri di warung, namun tidak ada perbaikan.
± 1 hari yang lalu, penderita mengeluh mata kanan dan kiri bertambah
merah, gatal, berair-air, dan kotoran mata kental kekuningan, banyak terutama
setelah bangun tidur. Keluhan lain juga tidak mengjilang. Penderita kemudian
berobat ke RSKMM Palembang. Riwayat keluhan mata merah sebelumnya,
memakai kaca mata, alergi makanan dan obat-obatan serta atopi disangkal. Teman
kerja penderita memiliki keluhan yang sama.
Pada kasus ini ditemukan gejala yang dirasakan pasien yaitu mata merah
tanpa adanya penurunan penglihatan, disertai adanya sekret berlebih, sedangkan
bilik mata depan, tekanan intraokuler, pupil, kornea dan visus normal
menunjukkan gejala konjungtivitis pada umumnya. Kelopak mata terasa lengket

18
saat bangun tidur, adanya bengkak pada kelopak mata, sekret kental kekuningan,
rasa mengganjal, gatal, perih dan berair merupakan gejala penderita konjungtivitis
bakteri. Pada pemeriksaan didapatkan pula edema palpebra superior, hiperemis
dan adanya papil pada konjungtiva tarsal superior, mix injeksi pada konjungtiva
bulbi disertai sekret yang mukopurulen menujukkan tanda konjungtivitis bakteri.
Riwayat teman kerja penderita memiliki keluhan yang sama membantu
penegakkan diagnosis konjungtivis bakteri pada penderita ini.
Pengobatan konjungtivitis bakteri pada umumnya adalah dengan
mengobati secara kausal dan promotif. Terapi spesifik terhadap konjungtivitis
bakterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Pengobatan kadang-kadang
diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik didapatkan dengan antibiotic
tunggal seperti Neosporin, basitrasin, gentamisin, klaramfenikol, eritromisin dan
sulfa. Pada pasien ini diberikan LFX (Levofloxacin 5 mg) ED 8x1 tts ODS.
Antibiotic ini dipilih menimbang levofloxacin memiliki aktivitas berinterisid
terutama terhadap bakteri gram negatif seperti P. aeruiginosa E.sp, Proteus dan
Klebsiella sp, juga terhadap strain yang sensitif dari Staphylococci (termasuk
S.aureus dan Streptococci) juga termasuk S.pneumoniae. Bakteri-bakteri tersebut
kemungkinan besar bakteri penyebab konjungtivitis pada penderita ini walaupun
tidak menutup kemungkinan bakteri penyebab konjungtivitis bacterial yang lain
seperti Haemophillus juga terlibat. Bila pengobatan tidak memberikan hasil
dengan antibiotic setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil
pemeriksaan mikrobiolgiknya dan pengobatan disesuaikan. Lyteers diberikan 4
kali satu tetes sehari untuk kedua mata berguna sebagai emolien/pelembut,
pengganti air mata. Hal ini dapat mengurangi iritasi pada kedua mata. Lyteers
berisi ion natrium dan kalium dengan Benzalkonium Cl.
Jika pengobatan diberikan dengan tepat maka prognosis penyakit ini baik.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan individu
yang terinfeksi. Pasien disarankan untuk sering cuci tangan dan menghindari
penggunaan handuk, saputangan, pakaian, kacamata dan make-up secara bersama-
sama untuk mencegah penularan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta:


Widya Medika.
2. Garcia FJ, Schwab IR. 2007. Conjunctivitis. Dalam : Eva PR, Whitcher JP.
Editors General Opthalmology. New York : Mc Graw Hill.
3. Khurana, AK. 2007. Disease Of The Conjunctiva. Dalam : Kharana AK,
Author. Comprehensive Opthalmology. Ed 4th. New Delhi : New Age
International. Hal 51-87.
4. Cavuoto K, et al. 2008. Update on Bacterial Conjunctivitis. American
Academy of Opthalmology. Vol 115. Hal 51.
5. Quinn CJ, Mathews DE, et al. Care of the patient with conjunctivitis.
Lindbergh Blvd: American Optometric Association 2002
6. James, Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakatra : Erlangga.
7. Hollwich F. Oftalmologi. Edisi Kedua. Jakarta: Binarupa Aksara 1993.
8. Marlin DS. Conjunctivitis bacterial.diunduh dari:
(http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview)

20

Anda mungkin juga menyukai