PENDAHULUAN
1
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Kebanyakan peradangan pada konjungtiva ini dapat dicegah
dan diobati, bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara
memadai.1
Oleh karena itu, laporan kasus ini disusun untuk membantu tenaga medis
memahami konjungtivitis bakteri lebih lanjut, terutama bagaimana cara
menegakkan diagnosis, menyingkirkan diagnosis banding, memberi tatalaksana
yang cepat dan tepat serta mencegah komplikasi lebih lanjut.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identifikasi
Nama : Tn. F
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Palembang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 8 Agustus 2015
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Kedua mata merah sejak ±1 minggu yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 1 minggu yang lalu, penderita mengeluh mata kanan dan kiri merah,
pandangan kabur (-) dan silau (-). Mata kanan dirasakan lebih parah dari
mata kiri. Penderita juga mengeluh mata gatal (+), berair-air (+), dan
kotoran mata berlebih (+) kental kekuningan terutama setelah bangun tidur,
kelopak mata terasa lengket pada pagi hari saat bangun tidur (+), bengkak
pada kelopak mata (+), rasa mengganjal (+), perih (+). Riwayat mengucek
mata (+), riwayat kelilipan (-), riwayat trauma pada kedua mata (-), riwayat
demam (-). Penderita menggunakan obat tetes mata yang dibeli sendiri di
warung, namun tidak ada perbaikan.
± 1 hari yang lalu, penderita mengeluh mata kanan dan kiri bertambah
merah, gatal (+), berair-air (+), dan kotoran mata (+) kental kekuningan,
banyak terutama setelah bangun tidur. kelopak mata terasa lengket pada
pagi hari saat bangun tidur (+), bengkak pada kelopak mata (+), rasa
3
mengganjal (+), perih (+). Penderita kemudian berobat ke RSKMM
Palembang.
III. PemeriksaanFisik
Status Generalikus
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 21x/menit
Suhu : 36,7C
Status Oftalmologikus
OkuliDextra OkuliSinistra
4
Kedudukan Bola Mata Orthoforia
Segmen Anterior:
Konjugtiva:
- Konjungtiva Tarsal Hiperemis (+), Papil (+) Hiperemis (+), Papil (+)
superior
- Konjungtiva Bulbi Mix Injeksi, sekret (+) Mix Injeksi, sekret (+)
mukopurulen mukopurulen
Segmen Posterior
RF + +
FODS Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
5
IV. PemeriksaanPenunjang
- Pemeriksaan mikroskopik dan biakan kerokan konjungtiva
V. Diagnosis Banding
- Konjungtivitis Bakteri ODS
- Konjungtivitis Alergi ODS
- Konjungtivitis Viral ODS
VII. Penatalaksanaan
1. KIE :
- Menjelaskan bahwa penyakit mata yang diderita pasien disebabkan
infeksi bakteri, yang dapat menular.
- Mengedukasi pasien cara menjaga personal higiene dengan benar,
misalnya cara mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
kotoran mata, dan tidak menggosok mata.
- Memberitahu pasien untung control ulang seminggu kemudian
2. Farmakologi :
- LFX ED 8x1 tts ODS
- Lyteers ED 4x1 tts ODS
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
6
VIII. Lampiran
BAB III
7
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Konjungtiva
3.1.1 Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).1 Membran kukosa konjungtiva
strukturnya sama dengan membrane mukosa mulut dan hidung, tetapi lebih
lembut dan bening. Konjungtiva tetap basah terutama karena air mata yang
dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, dan juga oleh kelenjar lakrimal aksesori yang
terdapat didalam jaringan subkonjungtiva. Dengan air mata terjadi “irigasi
biologis” pada konjungtiva dengan adanya lisozim di dalam air mata, menjadikan
kantong lakrimal relative bebas kuman. Epitel kornea yang bias mengering, selalu
dibasahi dan dibersihkan oleh konjungtiva kelopak mata setiap kali mengedip.7
Konjungtiva bersambung dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
Konjungtiva dibagi menjadi tiga bagian (lihat Gambar 1)
A. Konjungtiva Palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior ( pada fornices superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.1
B. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan
melipat berkali – kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus – Duktus kelenjar
lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior, konjungtiva bulbaris
melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya. Lipatan
Konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika
seminularis) terletak di khantus internus. Struktur epidermoid kecil semacam
daging (karankula) menempel superficial ke bagian dalam plika seminularis
dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membrane
mukosa.1
8
C. Konjungtiva Fornik yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan
konjungtiva
bulbi.1,3
9
Gambar 2. Struktur Konjungtiva5
10
Arteri –arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak
vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya-membentuk jaringan –
jaringan vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva
tersusun dalam lapisan superficial dan lapisan profundus dan bersambung dengan
pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oflalmik) pertama nervus V.
saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri.1
11
Hiperemia, yaitu injeksi konjungtiva dapat terlihat jelas, terdapat pada
beberapa segmen ataupun keselurkan segmen konjungtiva. Gambaran
dari konjungtiva palpebra tergantung pada etiologi yang menyertainya.
Sekret yang banyak, pada saat bangun tidur kelopak mata lengket dan
sulit dibuka.
Kelopak mata bengkak dan berkrusta. Pada keadaan awal sekret
berbentuk serosa (watery) menyerupai konjungtivitis virus, namun
dalam beberapa hari sekret menjadi mukopurulen.8
Tabel 1. Tanda - Tanda Konjungtivitis Bakteri1
Temuan klinik dan Sitologi Bakterial
Gatal Minimal
Hiperemia Umum
Berair mata Sedang
Eksudasi Banyak
Adenopati preaurikuler Jarang
Pada kerokan dan eksudat yang dipulas Bakteri, PMN
Disertai sakit tenggorokan dan demam Kadang – kadang
12
Merupakan suatu kondisi peradangan konjungtiva yang dapat
mengenai seluruh jenjang usia, ras, dan jenis kelamin. Konjungtivitis
bacterial akut (mukopurulen) ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis
agen bakteri, yang utama adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumonia, dan jenis Haemophilus. Konjungtivitis bakterial akut sering
terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut “mata merah” oleh orang
awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemia konjungtiva
secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulent sedang. Konjungtivitis
tipe ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang dari 3
minggu.
13
Akut (mukopurulen) Pnemococcus (Streptococcus
pneumonia)
Haemophillus aegyptius
Kronik (menahun) Staphylococcus aureus
Moraxella lacunata
3.2.4 Diagnosis
A. Konjungtivitis Bakterial Hiperakut
Onset sangat cepat, terdapat eksudasi purulen yang sangat banyak,
hyperemia konjungtiva berat, kemosis konjungtiva, dan edema palpebra.
Konjungtivitis bias unilateral ataupun bilateral, terdapat rasa nyeri, dan Adenopati
preaurikuler.5
14
3.2.5 Diagnosis Banding
Tabel 2. Diagnosis Banding Konjungtivitis3
3.2.6 Penatalaksanaan
Terapi Spesifik terhadap konjungtivitis bakteri tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai
degan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih
antimikroba yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorrhoeae dan N
meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi
untuk pemeriksaan laboratorium diperoleh.1
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae
harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekter konjungtiva.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikan secara khusus higien perorangan. 1
15
Tabel 3. Commonly Used Antimicrobial Agents and Their Spectrum of Activity5
Spectrum of
Type of Activity Frequency of
Concentration
Antimicrobial Agent (Genus or Administration
Species)
Aminoglycoside Staphylococcus,
(gentamicin/tobramycin) Streptococcus,
Haemophilus,
Proteus, 0.3% q.2h. to q.i.d.
Escherichia
coli, Moraxella,
Pseudomonas
Bacitracin zinc Staphylococcus,
500 U/g
Streptococcus, q.h.s. to q.i.d.
(ointment)
Neisseria
Chloramphenicol Staphylococcus, 1.0%
Haemophilus, (ointment) q.2h. to q.i.d.
Proteus 0.5% (solution)
Erythromycin Staphylococcus,
Streptococcus, 0.5%
q.h.s. to q.i.d.
Neisseria, (ointment)
Haemophilus
Fluoroquinolone Staphylococcus,
(ciprofloxacin, Streptococcus,
0.3%−0.5% q.2h. to q.i.d.
ofloxacin, Haemophilus,
levofloxacin) Pseudomonas
Polymyxin B/neomycin Staphylococcus,
Proteus, 16,250 U; 3.5
q.i.d.
Moraxella, mg/ml
Pseudomonas
16
Polymyxin Staphylococcus,
B/trimethoprim sulfate Streptococcus,
Proteus, 10,000 U; 1
q.3h.
Escherichia mg/ml
coli,
Haemophilus
Sodium sulfacetamide Streptococcus,
Haemophilus, 10%−30% q.2h. to q.i.d.
Moraxella
Sulfisoxazole diolamine Streptococcus,
Haemophilus, 4.0% q.i.d.
Moraxella
Tetracycline Staphylococcus,
Neisseria, 1.0% q.2h. to q.i.d.
Escherichia coli
3.2.7 Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,
infeksi dapat berlangsung selama 10 – 14 hari, jika diobati memadai hanya
berlangsung 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut
menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan konjungtivitis
gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis
meningokokus adalah septicemia dan mengingitis. Konjungtivitis bakteri
menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan
yang menyulitkan.1
17
BAB IV
ANALISIS KASUS
18
saat bangun tidur, adanya bengkak pada kelopak mata, sekret kental kekuningan,
rasa mengganjal, gatal, perih dan berair merupakan gejala penderita konjungtivitis
bakteri. Pada pemeriksaan didapatkan pula edema palpebra superior, hiperemis
dan adanya papil pada konjungtiva tarsal superior, mix injeksi pada konjungtiva
bulbi disertai sekret yang mukopurulen menujukkan tanda konjungtivitis bakteri.
Riwayat teman kerja penderita memiliki keluhan yang sama membantu
penegakkan diagnosis konjungtivis bakteri pada penderita ini.
Pengobatan konjungtivitis bakteri pada umumnya adalah dengan
mengobati secara kausal dan promotif. Terapi spesifik terhadap konjungtivitis
bakterial tergantung temuan agen mikrobiologiknya. Pengobatan kadang-kadang
diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik didapatkan dengan antibiotic
tunggal seperti Neosporin, basitrasin, gentamisin, klaramfenikol, eritromisin dan
sulfa. Pada pasien ini diberikan LFX (Levofloxacin 5 mg) ED 8x1 tts ODS.
Antibiotic ini dipilih menimbang levofloxacin memiliki aktivitas berinterisid
terutama terhadap bakteri gram negatif seperti P. aeruiginosa E.sp, Proteus dan
Klebsiella sp, juga terhadap strain yang sensitif dari Staphylococci (termasuk
S.aureus dan Streptococci) juga termasuk S.pneumoniae. Bakteri-bakteri tersebut
kemungkinan besar bakteri penyebab konjungtivitis pada penderita ini walaupun
tidak menutup kemungkinan bakteri penyebab konjungtivitis bacterial yang lain
seperti Haemophillus juga terlibat. Bila pengobatan tidak memberikan hasil
dengan antibiotic setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil
pemeriksaan mikrobiolgiknya dan pengobatan disesuaikan. Lyteers diberikan 4
kali satu tetes sehari untuk kedua mata berguna sebagai emolien/pelembut,
pengganti air mata. Hal ini dapat mengurangi iritasi pada kedua mata. Lyteers
berisi ion natrium dan kalium dengan Benzalkonium Cl.
Jika pengobatan diberikan dengan tepat maka prognosis penyakit ini baik.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta
memperhatikan higiene pribadi dan menghindari kontak erat dengan individu
yang terinfeksi. Pasien disarankan untuk sering cuci tangan dan menghindari
penggunaan handuk, saputangan, pakaian, kacamata dan make-up secara bersama-
sama untuk mencegah penularan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20