Anda di halaman 1dari 44

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (3)


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Pasal 66 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan
Kebidanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
IndonesiaTahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 169);
-2-
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014
tentang Upaya Kesehatan Anak (
5. Permenkes nomorr 97 tahun 2014 ttg…………
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
954);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEBIDANAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Pelayanan Kebidanan adalah pedoman yang
diikuti oleh bidan dalam melakukan pelayanan
kebidanan.
2. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Services) adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan berupa
asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan.
4. Asuhan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan pada proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan
sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
-3-
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
6. Pasien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan
Kebidanan.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
8. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun
bidan secara nasional dan berbadan hukum sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Kebidanan bertujuan
untuk:
a. memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan
Kebidanan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan;
b. memberikan acuan dalam pengembangan pelayanan
Kebidanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
c. memberikan kepastian hukum bagi Bidan; dan
d. melindungi Pasien sebagai penerima pelayanan.

Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kebidanan meliputi
penyelenggaraan pelayanan kebidanan, manajemen
pelayanan kebidanan, dan sumber daya.
(2) Standar Pelayanan Kebidanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus diterapkan dalam pemberian
pelayanan kepada Pasien pada semua kasus.
(3) Penatalaksanaan pada masing-masing kasus disusun
oleh Organisasi Profesi dan disahkan oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan
Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
-4-
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4
(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Standar Pelayanan Kebidanan sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota melibatkan organisasi
profesi.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan; dan
b. mengembangkan pelayanan Kebidanan yang
efektif dan efisien.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan; dan/atau
c. pemantauan dan evaluasi.

Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-5-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR


Telah diperiksa dan disetujui
Kepala Biro Hukum Direktur Pelayanan Direktur Jenderal Sekretaris Jenderal
dan Organisasi Kesehatan Rujukan Pelayanan Kesehatan
tanggal tanggal tanggal tanggal
Paraf Paraf Paraf Paraf
-6-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEBIDANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan pembangunan
kesehatan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
kesetaraan gender, non diskriminatif dan kesesuaian dengan norma-
norma agama, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian pada
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak dan usia lanjut, serta
keluarga miskin.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
peran dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), serta menyiapkan generasi penerus masa depan
yang berkualitas dengan memberikan pelayanan kebidanan yang
bermutu, berkesinambungan dan paripurna, bagi ibu dan anak
diantaranya meliputi pelayanan kesehatan pada masa sebelum hamil,
masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan
keluarga berencana yang berfokus pada aspek pencegahan melalui
pendidikan kesehatan dan konseling, promosi persalinan normal,
dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan, serta
melakukan deteksi dini, pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
dan rujukan yang aman.
-7-

Pelayanan kebidanan yang bermutu merupakan kegiatan


dan/atau serangkaian kegiatan berupa asuhan kebidanan yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi (interprofesional health
provider collaboration), dan/atau rujukan dilaksanakan oleh tenaga
bidan yang kompeten, memegang teguh falsafah kebidanan, dilandasi
oleh etika dan kode etik, standar profesi, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional serta didukung sarana dan prasarana
yang terstandar.
Untuk memenuhi ketentuan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 66 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
serta guna memenuhi tuntutan pelayanan kebidanan di fasilitas
pelayanan kesehatan diperlukan standar pelayanan kebidanan,
sehingga pelayanan kebidanan di setiap jenjang fasilitas pelayanan
kesehatan memiliki keseragaman, bermutu, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menstandarisasi pelayanan kebidanan di setiap tatanan fasilitas
pelayanan kesehatan, mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
primer dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat sekunder dan
tersier

Tujuan Khusus
1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
2. Sebagai acuan bagi Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan
di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
3. Sebagai acuan bagi Penanggung jawab fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat primer dan fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tingkat sekunder dan tersier dalam pembinaan pelayanan
kebidanan.
4. Sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam pembinaan pelayanan kebidanan.
5. Sebagai informasi bagi masyarakat dan acuan bagi organisasi
profesi terkait dalam pembinaan pelayanan kebidanan

BAB II
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEBIDANAN
-8-

A. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan,
promosi kesehatan, pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah,
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga
berencana yang berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan
kesehatan dan konseling, promosi persalinan normal, dengan
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan, serta
melakukan deteksi dini, pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
dan rujukan yang aman.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada
keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup persiapan menjadi
orang tua, dan pendidikan pada masa antenatal, kesehatan
perempuan, kesehatan reproduksi serta asuhan anak.
Akan ditambahkan terkait renstra persalinan di fasyankes oleh dit.
Kesga
Bidan dapat melakukan pelayanan keprofesiannya di berbagai
fasilitas pelayanan kesehatan, berdasarkan kompetensi dan
kewenangannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan, diantaranya pada pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)
dan jaringannya, klinik, rumah sakit, tempat praktik mandiri
bidan,dan unit kesehatan lainnya.
1. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas dan jaringannya
a. Pelayanan kebidanan di Polindes/Poskesdes, merupakan
pelayanan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara
dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta
pelayanan keluarga berencana, meliputi :
1) Asuhan kebidanan essensial dan komprehensif
2) Upaya promotif dan preventif,
3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
4) Pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri
neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan
-9-
dilanjutkan dengan tindakan rujukan (kesga akan
memberikan masukan).
5) Pembinaan Posyandu dan menghimpun berbagai UKBM yang
ada di desa.
6) Pengelolaan pelayanan KIA termasuk PWS KIA di wilayah
kerjanya.
7) Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan
program Pemerintah.
8) Selain melakukan tugas pokoknya, juga berupaya
meningkatkan peran aktif masyarakat melalui penggerakan
peran serta masyarakat, pemberdayaaan masyarakat,
memberikan pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan
kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan masyarakat (survailens sederhana), kesiap-siagaan
kesehatan dan bencana.
b. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Non PONED dan Puskesmas
Pembantu, merupakan pelayanan kebidanan pada masa sebelum
hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan, serta pelayanan keluarga berencana, meliputi :
1) Asuhan kebidanan essensial dan komprehensif
2) Upaya promotif dan preventif,
3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
4) Pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri
neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan
dilanjutkan dengan tindakan rujukan
5) Pembinaan Posyandu dan menghimpun berbagai UKBM yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Pembantu.
6) Pengelolaan pelayanan KIA termasuk PWS KIA di wilayah
kerja Puskesmas Pembantu.
7) Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan
program Pemerintah
8) Selain melakukan tugas pokoknya, juga berupaya
meningkatkan peran aktif masyarakat melalui penggerakan
peran serta masyarakat, pemberdayaaan masyarakat,
memberikan pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan
-10-
kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan masyarakat (survailens sederhana), kesiap-siagaan
kesehatan dan bencana.
Catt: akan ditambahkan oleh Kesga, gradasi pelayanan yang
dapat dilakukan di polindes dan pustu ( a dan b).

c. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri


Neonatal Emergensi Dasar (PONED), merupakan pelayanan
kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta
pelayanan keluarga berencana, meliputi :
1) Asuhan kebidanan esensial dan komprehensif
2) Upaya promotif dan preventif,
3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
4) Kolaborasi (Interprofessional health provider collaboration)
pada kasus-kasus non fisiologis maternal neonatal, dan
kasus-kasus fisiologis dengan penyakit penyerta.
5) Pelayanan kebidanan kolaborasi dengan tim kesehatan lain
(interprofesional health provider collaboration) dalam
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk
tindakan pra rujukan dilanjutkan dengan tindakan rujukan.
6) Pembinaan Posyandu dan berbagai UKBM yang ada di
wilayah kerja Puskesmas.
7) Pengelolaan pelayanan KIA termasuk PWS KIA di wilayah
kerja Puskesmas dan jaringannya.
8) Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan
program Pemerintah.
9) Selain melakukan tugas pokoknya, juga berupaya
meningkatkan peran aktif masyarakat melalui penggerakan
peran serta masyarakat, pemberdayaaan masyarakat,
memberikan pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan
kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan masyarakat (survailens sederhana), kesiap-siagaan
kesehatan dan bencana.
-11-
2. Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama
(Kelas D, C dan B non pendidikan), merupakan pelayanan
kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi
baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga
berencana, meliputi:
a. Penapisan (skrining) awal kasus non fisiologis dan komplikasi
serta kegawatdaruratan maternal neonatal dan Stabilisasi
b. Kolaborasi (Interprofessional health provider collaboration) pada
kasus-kasus non fisiologis maternal neonatal, dan kasus-kasus
fisiologis dengan penyakit penyerta dan Penanganan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) termasuk dalam tim
pelayanan bedah obstetri ginekologi
c. Melaksanakan tugas pelimpahan dalam pelayanan kebidanan
d. Asuhan lanjut pasca tindakan medik pada kasus non fisiologis
dan komplikasi maternal neonatal (Interprofessional health
provider collaboration)

3. Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut (Kelas


B Pendidikan dan Kelas A), merupakan pelayanan kebidanan pada
masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir,
bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana,
meliputi :
a. Bersama Tim melakukan Penapisan (skrining) awal kasus non
fisiologis dan komplikasi serta kegawatdaruratan maternal
neonatal dan Stabilisasi
b. Kolaborasi (Interprofessional health provider collaboration) pada
kasus-kasus non fisiologis maternal neonatal, dan kasus-kasus
fisiologis dengan penyakit penyerta dengan kompleksitas yang
tinggi serta Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) termasuk dalam tim pelayanan bedah
obstetri ginekologi
c. Melaksanakan tugas pelimpahan dari Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan dalam pelayanan kebidanan.
-12-
d. Asuhan lanjut pasca tindakan medik pada kasus kasus non
fisiologis dan komplikasi maternal neonatal (Interprofessional
health provider collaboration).
Catt : nomor 2 dan 3 akan digabungkan.
4. Pelayanan Kebidanan pada Praktik Mandiri Bidan, merupakan
pelayanan kebidanan pada masa pra hamil, hamil, bersalin, nifas,
menyusui, masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak
balita dan anak pra sekolah serta pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, meliputi :
a. Asuhan kebidanan essensial dan komprehensif
b. Upaya promotif dan preventif
c. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
d. Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan program
Pemerintah
e. Pertolongan Pertama pada Kegawat-daruratan Obstetri Neonatal
(PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan dilanjutkan dengan
tindakan rujukan

Alur Pelayanan Kebidanan


Alur pelayanan kebidanan berfokus pada Pasien melalui alur
yang dapat diakses secara langsung ataupun melalui rujukan. Alur
pelayanan kebidanan tersebut harus tertuang dalam Standar Prosedur
Operasional (SPO) sesuai dengan tatanan pelayanan kebidanan baik di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan tingkat lanjutan (Gambar alur pelayanan
kebidanan). Rujukan kebidanan dapat dilakukan baik melalui rujukan
vertikal maupun horizontal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mekanisme sistem rujukan.
Rujukan vertikal dilakukan karena adanya keterbatasan sarana dan
prasarana fasilitas pelayanan kesehatan, ke fasilitas pelayanan
kesehatan lain yang lebih lengkap. Sedangkan rujukan horizontal
dilakukan dalam rangka kebutuhan Pasien akan pelayanan kesehatan
oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi dan kewenangan yang
sesuai. Rujukan tersebut harus disertai dengan surat keterangan
rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
-13-

GAMBAR ALUR PELAYANAN KEBIDANAN

Pasien datang

Perumusan diagnosa
kebidanan

Perencanaan Perencanaan

Merujuk*:
 Stabilisasi
 Persiapan rujukan termasuk
komunikasi ke fasyankes rujukan
dan pendokumentasian
 Melaksanakan rujukan

Keterangan:
* Merujuk dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
sumber daya manusia yang kompeten, memiliki kewenangan, dan
ketersediaan sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
penatalaksanaan kasus
** Konsultasi atau kolaborasi hanya dapat dilakukan pada kondisi fasilitas
pelayanan kesehatan memiliki sumber daya manusia yang kompeten,
memiliki kewenangan, dan ketersediaan sarana prasarana yang
memadai.
-14-
Alur Pelayanan Kebidanan Pada PUSKESMAS
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)

Lab
Dokter/Bidan

Rujuk
neonatal
yankes maternal &
Pasien datang Gawat Darurat sesuai standar
Instalasi/ Unit kasus rujukan
Prosedur tindakan

Tindakan Inap/Nifas
Kamar Rawat
Lab
standar pelayanan
rujukan sesuai
normal kasus Bangsal
Perinatologi
Farmasi Prosedur persalinan
Instalasi
Bersalin
Kamar

Neonatal Maternal

Rujukan/Non Rujukan

Pendaftaran
Alur Pelayanan Kebidanan Pada Rumah Sakit
(PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF)
IGD

Ruang Neonatal Ruang Bersalin

Ruang Bedah

ICU Ruang Rawat


Ruang Anak/Bayi
Kebidanan

Rujuk Ke RS Pulang Pulang


Pulang Paksa
Lain Sembuh Meninggal
-15-

Catt: dalam tiap gambar alur harap di narasikan


B. Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan,mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan.
Langkah-langkah dalam asuhan kebidanan meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi Pasien secara holistik meliputi bio-psiko-sosio-spiritual
dan kultural. Bidan melakukan pengkajian secara efektif dan
efisien untuk mendapatkan data fokus mulai saat pertama kontak
dengan Pasien, dilanjutkan selama proses asuhan berlangsung
sesuai kebutuhan.
Pengkajian yang dilakukan oleh bidan memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Data tepat, akurat, relevan dan lengkap.
b. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan
utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang
sosial budaya) dan data objektif (hasil pemeriksaan fisik,
psikologis dan pemeriksaan penunjang).
-16-
c. Data yang dikaji harus fokus sesuai dengan kondisi/
permasalahan Pasien, ada korelasi/hubungan dan menjadi
dasar/justifikasi dari diagnosa dan/atau masalah kebidanan
yang ditegakkan.
2. Perumusan Diagnosis dan Masalah/Kebutuhan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian serta
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosis dan masalah/kebutuhan yang tepat. Diagnosis dan
masalah/kebutuhan ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Diagnosis dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian;
b. Masalah/kebutuhan dirumuskan sesuai dengan kondisi
Pasien; dan
c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan, baik secara
mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

Diagnosis pada lingkup asuhan kebidanan meliputi:


1) Diagnosis ibu:
a) Pada masa kehamilan: meliputi hamil/Gravida ke
berapa, pernah melahirkan atau Para berapa kali, dan
pernah keguguran/Abortus berapa kali, usia
kehamilan saat itu lalu diikuti kondisi klinis Pasien.
Dapat dituliskan: Contoh G2 P1 A0, 40 minggu, janin
tunggal, hidup. (sesuai dengan diagnosis klinis).
b) Pada masa persalinan kala I sampai kala II: meliputi
hamil/Gravida ke berapa, pernah melahirkan atau
Para berapa kali, dan pernah keguguran/Abortus
berapa kali, usia kehamilan saat itu, kala berapa, lalu
diikuti kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh
G2 P1 A0, 40 minggu inpartu kala I, janin tunggal,
hidup. (sesuai dengan diagnosis klinis).
c) Pada masa persalinan kala III sampai kala IV:
diagnosis meliputi pernah melahirkan atau Para
berapa kali, dan pernah keguguran/Abortus berapa
kali, kala berapa lalu diikuti kondisi klinis Pasien.
Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 partus kala III (sesuai
dengan diagnosis klinis).
-17-
d) Pada 24 jam post partum: diagnosis meliputi Para ke
berapa, dan keguguran/Abortus berapa kali, post
partum berapa jam diikuti kondisi klinis Pasien. Dapat
dituliskan: Contoh P2 A0 post partum 6 jam (sesuai
dengan diagnosis klinis).
e) Setelah 24 jam post partum dan masa nifas: diagnosis
meliputi Para ke berapa, dan keguguran/Abortus
berapa kali nifas hari ke berapa diikuti kondisi klinis
Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 Nifas hari ke 2
(sesuai dengan diagnosis klinis).
f) Pada kesehatan reproduksi: diagnosis meliputi Para ke
berapa, Abortus berapa kali, diikuti dengan kondisi
Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 akseptor IUD
(sesuai dengan diagnosis klinis).
2) Diagnosis janin: meliputi jumlah janin (tunggal/gemelli),
hidup/mati dan presentasi janin yang ditentukan setelah
kehamilan memasuki trimester 3 diikuti dengan kondisi
klinis janin misalnya gawat janin dan lain-lain. Dapat
dituliskan: Contoh janin tunggal, hidup (diagnosis janin
ditulis setelah diagnosis ibu dituliskan seluruhnya).
3) Diagnosis bayi baru lahir sampai umur 28 hari: meliputi
neonatal dengan kriteria sesuai usia kehamilan, usia bayi
(jam atau hari) dan diikuti kondisi bayi. Dapat dituliskan:
NCB/NKB/NLB usia ... jam atau hari ke ... dengan ...
(sesuai dengan diagnosis klinis).
4) Diagnosis bayi/balita: meliputi bayi/balita usia berapa,
diikuti dengan kondisi bayi/balita. Dapat dituliskan:
Bayi/Balita umur….. dengan…..(sesuai dengan diagnosis
klinis).
5) Diagnosis pada pelayanan Keluarga Berencana (KB):
meliputi Para ke berapa, Abortus berapa kali, akseptor
atau calon akseptor jenis kontrasepsi, diikuti dengan
kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0
calon akseptor suntik/pil/IUD/AKBK dengan .. (sesuai
dengan diagnosis klinis).
-18-
Masalah/kebutuhan pada lingkup asuhan kebidanan
meliputi:
a. Pada masa kehamilan, contoh: nyeri pinggang, kehamilan tidak
diinginkan, belum siap menjadi orang tua, dll
b. Pada masa persalinan, contoh: nyeri, kelelahan, dll
c. Pada masa nifas, contoh: kesulitan menyusui, dll
d. Bayi baru lahir,contoh: lingkungan kurang kondusif, dll
e. Bayi/balita, contoh: tidak mau makan, dll
f. Pada pelayanan Keluarga Berencana (KB), contoh: mens tidak
teratur, keputihan, dll

3. Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis
dan masalah/kebutuhan yang dirumuksan. Perencanaan yang
dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi Pasien: tindakan segera, tindakan antisipasi, dan
asuhan secara komprehensif melibatkan Pasien dan/atau
keluarga.
b. Mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosial budaya
Pasien/keluarga.
c. Memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat dan
aman untuk Pasien (patient safety).
d. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.

4. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan yang sudah ditetapkan
secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman (patient safety).
Pelaksanaan asuhan dapat berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi ataupun rujukan sesuai kewenangan. Implementasi
rencana asuhan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memperhatikan keunikan Pasien sebagai makhluk bio-psiko-
sosial-spiritual-kultural (asuhan kebidanan holistik).
-19-
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
Pasien dan/atau keluarganya (informed consent), kecuali pada
keadaan gawat darurat.
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan SPO.
d. Melibatkan Pasien dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Menjaga privasi Pasien.
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g. Mengikuti perkembangan kondisi Pasien secara
berkesinambungan.
h. Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada
dan sesuai standar.
i. Melakukan tindakan sesuai standar.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan dilakukan oleh bidan secara sistematis dan
berkesinambungan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang
telah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi
Pasien. Evaluasi dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan standar dan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada Pasien
dan/atau keluarga serta ditindaklanjuti.

6. Pencatatan Asuhan Kebidanan


Bidan melakukan pencatatan asuhan secara lengkap, akurat,
singkat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pencatatan
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (rekam medis/status Pasien/buku
KIA).
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
c. S adalah data Subyektif, mencatat hasil anamnesa.
d. O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
e. A adalah hasil Asesmen, mencatat diagnosis dan masalah
kebidanan.
-20-
f. P adalah Penatalaksanaan, mencatat seluruh kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan. Sedangkan langkah-langkah dalam melaksanakan
kegiatan tertuang di dalam Standar Prosedur Operasional
(SPO).
g. Pendokumentasian asuhan kebidanan dilakukan terintegrasi
dengan tenaga kesehatan lain, dicatat pada Rekam
Medis/Kartu Ibu/Kartu Bayi, dan Buku KIA secara manual
maupun elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dengan memperhatikan prinsip
pencatatan dibawah ini :
1) Menulis nama Pasien pada setiap halaman.
2) Selalu dimulai dengan menulis tanggal dan waktu.
3) Dokumen singkat, padat, jelas, dan akuntabel (ringkas,
mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru
atau hitam).
4) Isi dokumen memiliki nilai administratif, hukum,
ekonomi, pengendalian mutu (quality control), edukasi
dan penelitian.
5) Gunakan singkatan atau simbol yang telah disepakati
dan disahkan oleh pimpinan untuk mempercepat proses
pencatatan.
6) Jangan biarkan halaman kosong, beri tanda garis
penutup.
7) Hindari penulisan kata-kata yang mengakibatkan multi
interpretasi, misalnya: tampaknya, rupanya dan yang
bersifat umum.
8) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret
kata/kalimat yang salah, bubuhkan paraf disampingnya
kemudian tulis kata/kalimat yang benar dan jangan
dihapus karena validitas pencatatan akan rusak tidak
diperkenankan menggunakan tipe ex.
9) Tulis nama jelas dan tanda tangan pemberi asuhan
setiap selesai mencatat tindakan yang dilakukan.
-21-
10) Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda
tangani dan tulis kembali waktu.

C. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan (Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 yang mengacu pada
Midwifery Practice Standart WHO Tahun 2012 dan International
Confederation of Midwives (ICM).

Praktik kebidanan mencakup:


1. Umum
a. Persiapan Kehamilan, Persalinan, dan Periode Nifas yang
Sehat
Bidan memotivasi dan mendorong ibu, keluarga dan
masyarakat dalam memahami dan mengenali proses
reproduksi manusia, perubahan-perubahan yang terjadi dan
kebutuhan yang harus dipenuhi selama kehamilan,
persalinan dan masa nifas, untuk mencapai kehamilan,
persalinan dan masa nifas yang sehat termasuk persiapan
persalinan, laktasi dan keluarga berencana serta pencegahan
penularan IMS/HIV- AIDS dan Malaria.
b. Pendokumentasian
Bidan mencatat semua kegiatan yang dilakukan di klinik
maupun di masyarakat, dengan melibatkan kader dan
stakeholder, menggunakan formulir pencatatan dan
pelaporan yang terstandar dan meninjau catatan secara
teratur untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana
kegiatan.

2. Kesehatan Ibu Dan Anak


a. Pelayanan Ibu Hamil
1) Identifikasi Ibu Hamil
Bidan mengidentifikasi dan memeriksa ibu hamil di
klinik atau di masyarakat, memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi melalui pendekatan budaya, dan
mendorong perempuan, suami dan anggota keluarga
-22-
untuk pemeriksaan antenatal sejak dini dan teratur,
serta merencanakan persalinan ditolong oleh bidan.
2) Pemeriksaan Antenatal dan Deteksi Dini Komplikasi
Bidan memberikan asuhan antenatal dan deteksi dini
komplikasi sesuai standar, memastikan ibu hamil
merencanakan persalinan termasuk KIE rencana
penggunaan alat kontrasepsi KB pasca persalinan, dan
mampu mengambil keputusan yang tepat dalam
merujuk.
3) Asuhan Ibu Hamil dengan Anemia
Bidan mengenali dan memberikan tindakan yang tepat
untuk mencegah, mendeteksi dan mengelola dan/atau
merujuk, sesuai dengan pedoman nasional.
4) Persiapan Persalinan
Bidan mengelola ibu dan keluarga agar termotivasi dan
terdorong kemandiriannya dalam merencanakan
persalinan dan menyiapkan bila terjadi
kegawatdaruratan, memastikan dukungan masyarakat
dan lingkungan untuk rujukan terencana.
5) Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Bidan melakukan deteksi HIV-AIDS, bersamaan
pemeriksaan laboratorium rutin di daerah epidemi
meluas terkonsentrasi pada semua ibu hamil, dan
epidemi rendah pada semua ibu hamil (diprioritaskan
pada ibu hamil dengan IMS dan TB), memberikan KIE
dan konseling pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak, kepada ibu hamil dan pasangan, meliputi pilihan
persalinan, pemberian makan pada bayi dan
penggunaan kontrasepsi pasca salin. Bidan melakukan
penapisan IMS pada ibu hamil dan TB.

b. Pelayanan Ibu Bersalin


1) Penatalaksanaan Persalinan
Standar penatalaksanaan persalinan terdiri dari 2, yaitu
Standar Persalinan Kala I dan Standar Persalinan Kala II
sampai dengan Kala IV.

Kala I
-23-
Bidan mengenali tanda awal persalinan, melakukan
deteksi dini komplikasi, memantau kesejahteraan ibu
dan janin dengan partograf, konsisten dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi, memberikan
asuhan kebidanan dengan dukungan penuh,
pertolongan persalinan aman, tindakan
kegawatdaruratan, berkolaborasi dengan profesi terkait
dan/atau merujuk.

Kala II sampai dengan Kala IV


Bidan menolong persalinan yang bersih dan aman
dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bila
syarat terpenuhi, Manajemen Aktif Kala III, observasi
pada 2 jam pertama pasca salin, langkah cepat dan tepat
dalam pertolongan pertama kegawatdaruratan dan
komplikasi serta rujukan yang efektif dengan
menggunakan prinsip sayang ibu dan bayi serta
menghargai budaya setempat.

2) Asuhan Ibu Post Partum


Bidan memantau komplikasi pada ibu dan bayi segera,
memberikan asuhan masa 2–6 jam post partum
termasuk pemberian pelayanan KB pasca persalinan,
memastikan tidak ada perdarahan non fisiologis
patologis, bayi mendapat ASI, dan melakukan rujukan
jika diperlukan.

3) Asuhan Ibu dan Bayi selama Masa Postnatal


Bidan melakukan asuhan ibu dan bayi masa nifas
dengan melakukan kunjungan rumah minimal 3 (tiga)
kali dalam 42 hari pertama setelah lahir sesuai dengan
pedoman yang berlaku, manajemen BBLR,
kegawatdaruratan jika ditemukan tanda bahaya selama
masa nifas dan merujuk bila perlu, dan memberikan KIE
tentang tanda bahaya, kebersihan, gizi, pelayanan KB
pasca persalinan kontrasepsi, perawatan bayi, ASI
eksklusif, dan imunisasi

c. Pelayanan Kesehatan Anak


-24-
1) Asuhan Segera Pada Bayi Baru Lahir Normal
Bidan memastikan bayi bernafas spontan, mencegah
hipoksia, hipotermia, hipoglikemia, melakukan KIE,
mendukung pemberian ASI Eksklusif dengan
memfasilitasi IMD dan mendeteksi/menilai kondisi dan
kelainan, dan melakukan rujukan jika diperlukan.
2) Asuhan Neonatus
Bidan memantau tanda bahaya atau komplikasi,
melakukan stabilisasi, dan melakukan rujukan,
memberikan KIE, membantu dan mendukung pemberian
ASI eksklusif, serta membuat surat kelahiran.
3) Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Bidan mempromosikan tentang imunisasi dasar, jenis-
jenisnya dan manfaatnya dengan melibatkan aparat desa
dan tokoh masyarakat atau anggota keluarga untuk
membawa bayi ke fasilitas pelayanan kesehatan.
4) Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi, Anak Balita, dan
Anak Prasekolah
Bidan melakukan pemantauan tumbuh kembang dan
melaksanakan program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada bayi, anak balita
dan anak pra sekolah dengan kemitraan serta
melibatkan masyarakat.
5) Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bidan menilai tanda-tanda klinis, melaksanakan
tatalaksana BBLR tanpa komplikasi dan memantau
tumbuh kembang BBLR, prematur/Kecil Masa
Kehamilan (KMK).

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga


Berencana
a. Kesehatan Reproduksi Perempuan
Bidan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi
perempuan dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya
kepada masyarakat untuk mempromosikan kehidupan
keluarga yang sehat, merencanakan kehamilan, dan
-25-
meningkatkan status kesehatan perempuan sepanjang siklus
kehidupan.
b. Konseling dan Persetujuan Tindakan Kebidanan
Bidan memotivasi dan mendorong Pasien memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang cocok dan aman sesuai
dengan kondisi Pasien. Bidan memotivasi dan mendorong
Pasien bertanggung jawab terhadap pilihannya.
c. Pelayanan Kontrasepsi Pil dan Kondom
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai
kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi
pil dan Kondom, serta memantau pasca pelayanan secara
periodik.
d. Pelayanan Kontrasepsi Suntik
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai
kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi
suntik dan memantau pasca pelayanan secara periodik.
e. Pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implan
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai
kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi
implan dan memantau efek samping pasca pelayanan secara
periodik.
f. Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra
Uterine Device (IUD)
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai
kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan AKDR/IUD
dan memantau efek samping pasca pelayanan secara
periodik.

4. Pelayanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


a. Asuhan Pada Perdarahan dalam Kehamilan Muda
(< 22 minggu)
Bidan mengenali tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan < 22 minggu secara dini dan tepat, mengambil
tindakan yang tepat, memberikan asuhan kebidanan, dan
merujuk ibu atau melaksanakan penanganan awal
kegawatdaruratan dengan tepat dan segera.
b. Asuhan pada perdarahan dalam kehamilan ( > 22 minggu)
-26-
Bidan mengenali tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan > 22 minggu secara dini dan tepat, mengambil
tindakan yang tepat, memberikan asuhan kebidanan, dan
merujuk ibu atau melaksanakan penanganan awal
kegawatdaruratan dengan tepat dan segera.
c. Asuhan pada preeklamsia dan eklamsia
Bidan mengenali secara dini tanda dan gejala preeklamsia
ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan mengambil
tindakan yang tepat, memulai asuhan kebidanan, dan
merujuk ibu atau melaksanakan penanganan awal
kegawatdaruratan yang tepat dan segera.
d. Asuhan pada partus lama/macet
Bidan mengenali tanda dan gejala partus lama/macet dan
mengelola dengan cepat, tepat, dan segera merujuk.
e. Asuhan pada gawat janin
Bidan mengenali tanda dan gejala gawat janin pada
kehamilan dan persalinan kala I, merujuk dengan cepat dan
tepat. Bila gawat janin terjadi pada kala II dan kepala sudah
di dasar panggul, melakukan episiotomi untuk mempercepat
persalinan.
f. Asuhan pada retensio plasenta
Bidan mengenali tanda dan gejala retensio plasenta dan
membuat tindakan yang cepat dan tepat ketika plasenta
belum lahir sebagian atau seluruhnya.
g. Asuhan pada perdarahan post partum primer
Bidan mengenali tanda dan gejala perdarahan post partum
dan mengambil tindakan pertolongan yang cepat dan tepat
pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer
terutama atonia uteri dan melaksanakan penanganan awal
kegawatdaruratan yang tepat dan segera.
h. Asuhan pada perdarahan post partum sekunder
Bidan mampu mengenali tanda dan gejala perdarahan post
partum sekunder secara dini dan tepat, dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan/atau
merujuknya.
i. Asuhan pada sepsis puerperalis
-27-
Bidan mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis secara
tepat dan memberikan asuhan dengan segera serta
merujuknya.
j. Asuhan pada asfiksia neonatorum
Bidan mengenali tanda dan gejala bayi baru lahir dengan
asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai
resusitasi bayi baru lahir, mengusahakan bantuan medis
yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan cepat dan
tepat, serta memberikan asuhan kebidanan lanjutan yang
tepat.

D. Kinerja Bidan
Kinerja bidan berkaitan dengan pelayanan dan asuhan kebidanan
kepada pasien yang menggambarkan kemampuan perilaku bidan
dalam menjalankan peran profesionalnya.
Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, bidan harus
memperlihatkan kinerja profesional sesuai dengan yang dipersyaratkan
meliputi:
1. Kualitas Pelayanan Kebidanan
Dalam memberikan pelayanan, bidan harus berorientasi pada
kualitas melalui penerapan standar pelayanan kebidanan,
berlandaskan etika dan kode etik profesi serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, bidan
harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan berkelanjutan
3. Kerjasama
Dalam melaksanakan pelayanan, bidan harus membangun
kerjasama dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan
4. Kolaborasi
Dalam memberikan pelayanan, bidan melakukan kolaborasi
dengan profesi lain sesuai kebutuhan.
5. Pemanfaatan Sumber Daya
-28-
Penanggung jawab pelayanan dapat menetapkan kebutuhan dan
memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien dalam
mendukung pelayanan kebidanan berkualitas.

BAB III
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

A. Organisasi
Pelayanan kebidanan dalam sistem pelayanan kesehatan
merupakan proses pelayanan profesional yang diberikan oleh tenaga
bidan kepada individu, kelompok, dan masyarakat, baik secara
mandiri, tim, kolaborasi (Interprofessional Health Care Provider),
dan/atau rujukan. Pelayanan kebidanan dilaksanakan pada berbagai
jenjang tatanan fasilitas pelayanan sesuai dengan sistem pelayanan
kesehatan yang ada, mulai dari tingkat primer sampai rujukan yang
tersusun dalam suatu mekanisme rujukan timbal balik.
Pengorganisasian pelayanan kebidanan dikelola secara
profesional, diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan berfokus
pada Pasien. Penyelenggaraan pelayanan kebidanan di tingkat primer
pada 1) pelayanan kebidanan di Puskesmas dan jaringannya dikelola
secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, dan Polindes/Poskesdes oleh Bidan Penanggung jawab KIA-
KB, 2) penyelenggaraan pelayanan kebidanan di tingkat rujukan dapat
dikelola oleh penanggung jawab pelayanan kebidanan di Rumah Sakit,
dan 3) praktik mandiri bidan dikelola secara mandiri.
Dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan diperlukan pembinaan
teknis dan manajemen yang terarah serta sistematis, agar kualitas
pelayanan dapat ditingkatkan dan dipertahankan sesuai standar.
Pembinaan pada fasilitas pelayanan kebidanan di tingkat primer
dilakukan oleh bidan koordinator dan bidan penanggung jawab KIA-
KB, dilaksanakan dengan memaksimalkan kegiatan penyeliaan
(supervisi) fasilitatif secara berkesinambungan. Pembinaan pada
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dilakukan oleh bidan
supervisor di rumah sakit/ klinik utama.
Bidan supervisor sekurang-kurangnya berpendidikan bidan
profesi dan memiliki kecakapan manajemen dalam memimpin,
-29-
membina dan mengarahkan anggotanya untuk meningkatkan mutu
pelayanan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Bidan supervisor
bertanggung jawab kepada pimpinan terkait upaya peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan Pasien, serta terlibat aktif dalam
perencanaan pengembangan pelayanan kebidanan di fasilitas
pelayanan kesehatan.

B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu pelayanan kebidanan dinilai berdasarkan indikator
mutu dan upaya perbaikan mutu dalam rangka menjamin Keselamatan
Pasien (patient safety) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

1. Indikator Mutu
Sebagai tolok ukur penilaian mutu ditetapkan beberapa indikator
mutu pelayanan kebidanan, meliputi:
a. Keselamatan Pasien

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (1)


Keselamatan Pasien
-30-
Dimensi mutu Keselamatan Pasien

Tujuan Pasien selamat dan sehat

Definisi operasional Persentase Pasien yang terhindar dari cedera,


cacat, dan kematian disebabkan oleh kesalahan
atau kelalaian akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan

Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data

Periode analisis 1 tahun

Numerator Jumlah Pasien yang terhindar dari cedera,


cacat, dan kematian disebabkan oleh kesalahan
atau kelalaian akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

Denominator Jumlah kunjungan Pasien

Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Kartu Bayi dan


Rekam Medik

Standar 90 %

Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan


-31-
b. Mutu Pelayanan Kebidanan Ibu Hamil

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (2)


Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil

Dimensi mutu Kesejahteraan ibu dan janin

Tujuan Ibu dan janin sehat

Definisi operasional Persentase ibu hamil yang mendapatkan


pelayanan antenatal care sesuai standar

Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data

Periode analisis 1 tahun

Numerator Jumlah ibu hamil yang mendapatkan


pelayanan antenatal care sesuai standar

Denominator Jumlah kunjungan ibu hamil

Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Rekam medik

Standar 90 %

Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan


-32-
c. Mutu Pelayanan Kebidanan Ibu Bersalin

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (3)


Pelayanan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Dimensi mutu Kesejahteraan ibu dan janin

Tujuan Ibu dan janin sehat

Definisi operasional Persentase persalinan yang ditolong oleh bidan


yang selamat dan sehat

Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data

Periode analisis 1 tahun

Numerator Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan


yang selamat dan sehat

Denominator Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan

Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Rekam medik

Standar 90 %

Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan

d. Mutu Pelayanan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


-33-

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (4)


Pelayanan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Dimensi mutu Kesejahteraan bayi baru lahir

Tujuan Bayi baru lahir selamat dan sehat

Definisi Persentase bayi baru lahir pervaginam


operasional normal yang difasilitasi Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dalam 1 jam pertama oleh Bidan

Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data

Periode analisis 1 tahun

Numerator Jumlah bayi baru lahir pervaginam normal


yang difasilitasi IMD dalam 1 jam pertama
oleh bidan

Denominator Jumlah bayi baru lahir yang ditolong oleh


bidan

Sumber data Register Kohort, Kartu Bayi, Rekam medik

Standar 90 %

Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan


-34-
e. Mutu pelayanan kebidanan pada ibu nifas

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (5)


Pelayanan Kebidanan pada Ibu Nifas

Dimensi mutu Kesejahteraan ibu nifas

Tujuan Ibu selamat dan sehat

Definisi Persentase ibu nifas partus normal tanpa


operasional komplikasi

Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data

Periode analisis 1 tahun

Numerator Jumlah ibu nifas partus normal tanpa


komplikasi

Denominator Jumlah ibu nifas partus normal yang


ditolong oleh bidan

Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Rekam medik

Standar 90 %

Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan

f. Mutu pelayanan kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)


-35-

INDIKATOR MUTU
PELAYANAN KEBIDANAN (6)

Pelayanan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Dimensi mutu Kesejahteraan ibu

Tujuan Ibu menggunakan alat kontrasepsi

Definisi Persentase ibu menggunakan obat dan alat


operasional kontrasepsi yang difasilitasi oleh bidan

Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data

Periode analisis 1 tahun

Numerator Jumlah wanita usia subur (wus) yang


menjadi akseptor KB yang difasilitasi oleh
bidan

Denominator Jumlah wanita usia subur

Sumber data Register KB

Standar 60%

Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan

2. Upaya Perbaikan Mutu


Perbaikan mutu dilakukan melalui metode penyeliaan. Penyeliaan
dilakukan oleh bidan koordinator/supervisor dan/atau
penanggung jawab pelayanan kebidanan dengan menggunakan
pendekatan penyeliaan fasilitatif.

Bidan koordinator/supervisor dan/atau penanggung jawab


pelayanan kebidanan memiliki tugas dan fungsi serta harus
memenuhi kompetensi dan kualifikasi minimal sebagai bidan
profesi.

Bidan koordinator/supervisor dan/atau penanggung jawab


pelayanan kebidanan diberikan tanggung jawab untuk membina
bidan pelaksana serta menilai kinerja bidan melalui pengamatan
langsung, kajian dokumen, dan wawancara.
a. Pengamatan langsung menilai fasilitas/sarana pendukung
(ruangan, obat, dan alat) dengan menggunakan Instrumen
Audit Standar Praktik Bidan:
-36-
1) Untuk penyeliaan keterampilan klinis paling ideal bidan
koordinator/supervisor dan/atau penanggung jawab
pelayanan kebidanan melakukan pengamatan langsung
terhadap bidan yang diselia pada saat melakukan
pelayanan kebidanan sehingga tahu tingkat kepatuhan
bidan yang diselia.
2) Bila pengamatan langsung pada Pasien tidak mungkin
dilakukan, maka pada saat pertemuan konsultatif dapat
dimanfaatkan untuk Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
b. Kajian Dokumen
Bidan koordinator / supervisor dan/atau penanggung jawab
mengkaji pencatatan hasil pelayanan kebidanan dengan
menggunakan rekam medik (status ibu, partograf, status bayi
atau dokumen lain yang telah diisi) disesuaikan dengan
standar.
c. Wawancara
Bidan koordinator / supervisor dan/atau penanggung jawab
pelayanan kebidanan dapat mengidentifikasi masalah dan
membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi bidan
dalam memberikan pelayanan serta mendorong bidan untuk
selalu mempelajari kembali standar asuhan kebidanan.
Setelah selesai melaksanakan penyeliaan, membuat
kesimpulan tertulis tentang semua temuan dalam kunjungan
(kekurangan maupun kelebihan/hal yang baik),
tindakan/upaya untuk memperbaiki kekurangan dan cara
pemecahan masalah yang ditemui saat kunjungan
penyeliaan.

Hasil penyeliaan dapat juga digunakan untuk pengembangan


manajemen kinerja klinis pelayanan kebidanan dalam rangka
melakukan perbaikan sesuai tanggung jawab masing-masing.

C. Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien merupakan sistem keselamatan pasien pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang membuat asuhan Pasien lebih
aman meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
-37-
berhubungan dengan risiko Pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Insiden adalah kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada Pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian
nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian potensial cedera :
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), insiden yang mengakibatkan
cedera pada Pasien.
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), insiden yang belum sampai
terpapar ke Pasien
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC), insiden yang sudah terpapar ke
Pasien tetapi tidak timbul cedera
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC), kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera tetapi belum terjadi insiden.
5. Kejadian sentinel, merupakan KTC yang mengakibatkan kematian
atau cedera serius.
Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk peningkatan mutu
pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keselamatan
Pasien dilakukan untuk mendorong perbaikan spesifik terhadap
pelayanan yang diberikan oleh bidan. Keselamatan Pasien meliputi
standar keselamatan Pasien, sasaran keselamatan Pasien, dan tujuh
langkah menuju keselamatan Pasien, yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
keselamatan Pasien.
-38-
BAB IV
SUMBER DAYA

A. Sumber Daya Manusia


Pelayanan kebidanan yang berkualitas memerlukan
ketersediaan bidan dalam jumlah dan kualitas yang memadai,
terdistribusi secara merata, dimanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya-guna, serta terjaga kesinambungannya sehingga dapat
diselenggarakan pelayanan kebidanan sesuai standar.
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program
pengelolaan sumber daya manusia kebidanan sesuai kompetensi dan
potensi pengembangan agar pelayanan kebidanan terlaksana secara
efektif dan efisien. Pelayanan kebidanan dilaksanakan oleh bidan mulai
dari pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder, dan tertier. Untuk
memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas diperlukan tenaga
bidan yang memiliki kemampuan dalam aspek intensitas kognitif,
komprehensif, aplikatif, kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi,
sehingga mampu berfikir kritis dalam suatu pengambilan keputusan
yang tepat serta mampu memahami perasaan Pasien yang ditangani
(empati).
Tenaga bidan terdiri atas bidan profesi dan bidan vokasi. Bidan
profesi adalah bidan yang lulus dari pendidikan profesi yang berperan
sebagai pemberi asuhan komprehensif dan professional sesuai
kewenangan pada kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, anak balita,
anak pra sekolah, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sesuai standar dan kode etik profesi. Bidan vokasi adalah
bidan yang lulus dari pendidikan diploma III yang berperan sebagai
pemberi asuhan kebidanan esensial dan komprehensif normal sesuai
kewenangan pada kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, dan keluarga
berencana sesuai standar dan kode etik profesi.
Karakteristik pelayanan berbeda di setiap jenjang fasilitas
pelayanan kesehatan, semakin tinggi tingkat fasilitas pelayanan
kesehatannya maka semakin kompleks pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dan dilaksanakan dalam bentuk kerja sama tim
antar profesi kesehatan (interprofessional health provider collaboration).
Berdasarkan hal tersebut kebutuhan tenaga bidan yang ideal
mengikuti hasil Analisa Beban Kerja (ABK) yang dilakukan setiap
-39-
fasilitas pelayanan kesehatan untuk menentukan kebutuhan jumlah
dan jenjang . Dari hasil Analisis Beban Kerja tersebut proporsi
karakteristik pelayanan pada setiap jenjang fasilitas pelayanan
kesehatan. Sesuai dengan peran dan fungsinya kebutuhan tenaga
bidan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah bidan
vokasi 80% sebagai bidan pelaksana dan bidan profesi 20% yang akan
berperan juga sebagai bidan koordinator dan penanggung jawab
program di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama dan bidan
Supervisor dan bidan Penanggung jawab ruangan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Rujukan tingkat Lanjutan sesuai kompleksitas
pelayanan untuk menjawab kebutuhan kerja sama tim antar profesi
kesehatan (interprofessional health provider). Sedangkan pada fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan dibutuhkan setidaknya bidan vokasi 50%
dan bidan profesi 50%
Fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap
pemenuhan kebutuhan kualifikasi dan kompetensi bidan yang sesuai,
termasuk pada kebutuhan pendidikan dan pelatihan dalam rangka
pengembangan profesionalisme.
Pemenuhan sumber daya manusia bidan di fasilitas pelayanan
kesehatan dilakukan berdasarkan analisis beban kerja dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. (cek dengan yang
atas, yang lebih nyambung)
1. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas dan Jaringannya
a. Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan kebidanan di desa (Polindes/Poskesdes) memiliki 1
orang bidan yang kompeten dalam pelayanan kebidanan esensial,
konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mampu
melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini, rujukan,
pelayanan kesehatan dasar, serta Pertolongan Pertama Pada
Kegawat-Daruratan Obstetri Neonatal (PPGDON).
b. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Non Rawat Inap
Pelayanan kebidanan di Puskesmas Non Rawat Inap sekurangnya
memiliki 1 (satu) orang bidan koordinator dan 3 bidan pelaksana
di ruang KIA/KB yang kompeten dalam pelayanan kebidanan
-40-
essensial, konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini,
rujukan, dan Pertolongan pertama pada kegawat-daruratan
obstetri neonatal (PPGDON).
c. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas
PONED
Pelayanan kebidanan di Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas
PONED sekurangnya memiliki 1 orang bidan koordinator, 2 bidan
pelaksana di ruang KIA/KB, ditambah 1 orang bidan sebagai
penanggung jawab ruang bersalin dan minimal 4 bidan pelaksana
untuk jaga shift yang kompeten dalam pelayanan kebidanan
essensial, konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini,
pertolongan persalinan normal, kolaborasi dengan tim PONED,
dan rujukan.
Catt: hilangkan jumlah, sesuaikan dengan yang lain
2. Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit
a. Pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama
Pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama
sekurangnya memiliki 4 orang bidan pelaksana di ruang KIA/KB,
ditambah 1 orang bidan sebagai penanggung jawab ruang
bersalin, 1 orang bidan sebagai penanggung jawab ruang nifas,
serta minimal 24 bidan pelaksana untuk jaga shift di ruang
bersalin, ruang nifas, dan ruang Perinatologi yang kompeten
dalam pelayanan kebidanan essensial, Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) dan Konseling, mampu melakukan upaya promotif
dan preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining awal)
kasus komplikasi/rujukan untuk mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan, asuhan kebidanan pada kasus
komplikasi dan emergensi sesuai kebutuhan serta memberikan
asuhan lanjut pada kasus komplikasi dengan pelimpahan
kewenangan melalui pendelegasian maupun mandatory
(pemberian mandate). Untuk pembinaan pelayanan kebidanan,
setiap rumah sakit memiliki minimal 1 (satu) orang bidan
koordinator/bidan supervisor.

b. Pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut


-41-
Pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut
sekurangnya memiliki 3 orang bidan pelaksana di Ruang
Poliklinik KIA, 3 orang bidan pelaksana di Ruang Poliklinik KB, 3
orang bidan pelaksana di Ruang Poliklinik Ginekologi, 5 orang
bidan pelaksana di Kamar Operasi Obstetri Ginekologi, 5 orang
bidan pelaksana di Instalasi Gawat Darurat, 5 orang bidan
pelaksana di Ruang Perinatologi, ditambah 1 orang bidan sebagai
penanggung jawab ruang bersalin, 1 orang bidan sebagai
penanggung jawab ruang nifas, serta minimal 80 bidan pelaksana
untuk jaga shift di ruang bersalin dan ruang nifas, ruang
perinatologi yang kompeten dalam konseling, komunikasi
teraupetik, mampu melakukan upaya promotif dan preventif,
deteksi dini, melakukan penapisan (skrining awal) kasus
komplikasi/rujukan untuk mencegah terjadinya keterlambatan
penanganan, asuhan kebidanan pada kasus komplikasi
kebidanan dengan penyakit penyerta yang kompleks dan
emergensi sesuai kebutuhan serta memberikan asuhan lanjut
pada kasus komplikasi kebidanan dengan penyakit penyerta yang
kompleks dengan pelimpahan kewenangan melalui pendelegasian
maupun mandatory (pemberian mandate). Untuk pembinaan
pelayanan kebidanan, setiap rumah sakit memiliki minimal 2
(satu) orang bidan koordinator/bidan supervisor.
Catt: angka 2 a dan b akan digabung
3. Praktik Mandiri Bidan
Pelayanan kebidanan pada Praktik Mandiri Bidan, memiliki minimal
1 orang dilakukan oleh bidan yang memiliki kompetensi dan
kewenangan dalam melakukan pelayanan kebidanan essensial dan
komprehensif, konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini,
rujukan, dan Pertolongan Pertama Pada Kegawat-Daruratan Obstetri
Neonatal (PPGDON).

B. Sarana,Prasarana,dan Peralatan
Pengelola pelayanan kebidanan menyediakan fasilitas sarana,
Prasarana, dan peralatan, baik dari segi jumlah, jenis dan spesifikasi
yang menjamin tersedianya fasilitas sarana, prasarana, dan peralatan
yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang
-42-
efektif, efisien, dan bermutu berdasarkan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Sarana
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kebidanan seyogyanya menyediakan sarana memadai dan
memenuhi aspek kemudahan dan keselamatan (safety)
pengguna/masyarakat agar pelayanan kebidanan berjalan secara
aman, dan optimal. Lokasi gedung/bangunan tempat
penyelenggaraan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, terletak
dekat dengan loket pendaftaran, memperhatikan kemudahan akses
untuk mencapai lokasi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap,
dengan petunjuk arah yang mudah terlihat/dipahami.
Bangunan/ruang pelayanan kebidanan rawat jalan harus
didesain memenuhi prinsip-prinsip keselamatan pasien yang
memberikan kemudahan akses bagi difabel/penyandang disabilitas
serta kemudahan akses bagi Pasien dan/atau pasien yang akan
melakukan persalinan.
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus memenuhi sarana yang disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan dan daya dukung institusi terkait, termasuk
sarana mebelair sesuai kebutuhan pelayanan serta diupayakan
pemeliharaannya secara berkala untuk memenuhi aspek
keselamatan.

2. Prasarana
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan harus didukung
pengelolaan administrasi dengan kelengkapan prasarana
administrasi baik manual dan/atau elektronik (komputer) dengan
jumlah dan kualitas yang memadai dan tersedia formulir rekam
medik yang dibutuhkan.
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan harus didukung daya
listrik yang sesuai kebutuhan dan peralatan yang dipergunakan,
sangat dianjurkan dengan menggunakan stabilisator untuk
menjamin kestabilan tegangan dan keamanan peralatan yang
digunakan.

3. Peralatan
-43-
Setiap penyelenggaraan pelayanan kebidanan di fasilitas
pelayanan kesehatan harus didukung peralatan dalam jumlah yang
cukup. Peralatan kesehatan dan peralatan lain yang perlu diuji dan
kalibrasi harus dilakukan uji fungsi dan kalibrasi secara berkala
oleh pihak terkait/yang berwenang.

BAB V
PENUTUP

Standar pelayanan kebidanan ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan


pelayanan kebidanan di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Untuk
keberhasilan pelaksanaan standar pelayanan kebidanan ini diperlukan
komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan terkait. Hal
tersebut akan menjadikan standar pelayanan kebidanan semakin optimal
dan dapat dirasakan manfaatnya oleh Pasien dan masyarakat yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan dan kepuasan
Pasien atau masyarakat.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NILA FARID MOELOEK


-44-

Anda mungkin juga menyukai

  • D
    D
    Dokumen3 halaman
    D
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • Mutu
     Mutu
    Dokumen14 halaman
    Mutu
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • Mutu
    Mutu
    Dokumen3 halaman
    Mutu
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • 20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    Dokumen14 halaman
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • Komunitas
    Komunitas
    Dokumen26 halaman
    Komunitas
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • 20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    Dokumen2 halaman
    20 Perbedaan Lengkap Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • PT 3 Kelompok 6
    PT 3 Kelompok 6
    Dokumen16 halaman
    PT 3 Kelompok 6
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen19 halaman
    2
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • Abort Us
    Abort Us
    Dokumen10 halaman
    Abort Us
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • Neonatus
    Neonatus
    Dokumen13 halaman
    Neonatus
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen23 halaman
    1
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen16 halaman
    MAKALAH
    cyntia maisya
    Belum ada peringkat