Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM 4

ANALISIS DAN EVALUASI TABLET METODE KEMPA LANGSUNG

I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu menentukan formulasi tablet metode kempa
langsung
b. Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan tablet vitamin c dengan
metode kempa langsung
c. Mahasiswa mampu melakukan uji evaluasi terhadap tablet vitamin c

II. LANDASAN TEORI


a. Definisi tablet
Tablet adalah sediaat padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan tablet dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).

b. Persyaratan sediaan tablet


Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik,
antara lain :
1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat
pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk
itu, perlu dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan tablet, meskipun
persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam
Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial).
2. Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam Farmakope Indonesia.
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam
tablet, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia.
4. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan
banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh
waktu hancur tablet.
5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali
diperlukan bahan pewarna , perasa, dan pemberi aroma.
6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap
akseptabel, aman dan manjur bila digunakan.
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)

c. Keuntungan sediaan tablet


Bentuk sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dengan kecepatan
produksi yang sangat tinggi sehingga harganya dapat relatif lebih
murah.
2. Tablet memiliki ketepatan dosis dalam tiap tablet atau dalam tiap
unit pemakaian.
3. Tablet lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karen
aberada dalam bentuk kering dengan kadar air yang rendah.
4. Tablet mudah dalm pengemasan (blister atau strip) dan
transportasi.
5. Tablet dapat dibawa dengan mudah oleh pasien.
6. Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan pada tablet dapat
ditutupi melalui penyalutan tablet.
7. Tablet dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan tenaga medis.
8. Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproff (sulit
dipalsukan).
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)

d. Kerugian sediaan tablet


Selain keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet, juga terdapat
beberapa kerugian bentuk sediaan tablet, antara lain:
1. Bahan aktif dengan dosis besar dan tidak kompresibel sulit dibuat
tablet karena tablet yang dihasilkan akan memiliki bobot atau
bentuk tablet yang besar sehingga tidak berterima.
2. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit
terbasahi, tidak larut, serta disolusi yang kurang baik.
3. Mula kerja obat (onset of action) sediaan tablet lebih lambat
dibandingkan dengan sediaan parenteral (injeksi), larutan oral
dan kapsul.
4. Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat kedalam
tablet sangat kecil.
5. Kesulitan menelan pada anak-anak, pasien dengan sakit parah dan
pasien usia lanjut.
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)

e. Deskripsi zat aktif asam askorbat


Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin
C, selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning
keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan.
Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi),
penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937,
hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth
atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat.
Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam
heksuronat oleh beberapa peneliti.

asam askorbat bersifat asam di alam dan larut dengan baik dalam air
untuk memberikan larutan agak asam. Ini adalah senyawa kimia
organik dengan fungsi polihidroksi yang memberikan sifat antioksidan.
Oleh karena itu, asam askorbat digunakan sebagai aditif antioksidan
makanan.
Asam askorbat merupakan antioksidan menakjubkan yang melindungi
sel dari stres ekstraselular, dengan peningkatan proliferasi sel
endotelial, stimulasi sintesis kolagen tipe IV, degradasi oksidasi LDL,
menghambat aterosklerosis dan stres intraselular dengan memelihara
kadar α-tocopherol pada eritrosit dan neuron,[5] dan melindungi
hepatosit dari stress oksidatif akibat paparan alkohol alil. Sifat
antioksidan tersebut berasal dari gugus hidroksil dari nomor C 2 dan 3
yang mendonorkan ion H+ bersama-sama dengan elektronnya menuju
ke berbagai senyawa oksidan seperti radikal bebas dengan gugus
oksigen atau nitrogen, peroksida dan superoksida. Meskipun demikian,
di dalam sitoplasma dengan konsentrasi senyawa Fe yang tinggi, asam
askorbat dapat bersifat pro-oksidan oleh karena reaksi redoks Fe3+
menjadi Fe2+ yang mencetuskan senyawa superoksida dan pada
akhirnya menjadi radikal bebas dengan gugus hidroksil yang sangat
reaktif.[3] Vasodilasi/penyempitan pembuluh darah yang umumnya
disebabkan oleh turunnya sekresi NO oleh sel endotelial juga dapat
diredam asam askorbat dengan meningkatkan sekresi NO oleh sel
endotelial melalui lintasan NO sintase atau siklase guanilat,
mengreduksi nitrita menjadi NO, dan menghambat oksidasi LDL
Rumus Kimia Asam askorbat

f. Manfaat Asam Aksorbat ( vitamin c ) di dalam tubuh


- Dapat menyembuhkan Sariawan
- Tes Saturasi Status Gizi
- Degenerasi macular
- Meningkatkan eksdresi besi selama pemberia deferoxamine
- Penyembuhan Luka Lama sembuh
- Penyembuhan tulang
- Digunakan Sebagai Antioksidan
- Antivirus
- Sebagai Suplemen Makanan, Kebutuhan dalam Makanan Bagi
Tubuh.
- Asupan Asam Askorbat yang memadai dibuuhkan untuk mencegah
penyakit scurvy dan menyediakan antioksidan proteksi
- Mencegah dan Mengatasi Scurvy
- Penyakit yang timbul karena defisiensi Asam Askorbat / Vitamin
C
- Mengasamkan urin
- Mencegah keparahan Flu
- Menurunkan Resiko kematian pada penderita stroke dengan dosis
45mg/ hari.
- Methemoglobinemia
- Digunakan untuk pengobatan Idiopatik methemoglobinemia
III. METODE PEMBUATAN
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode kempa
langsung. Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat
penghancur, dan zat pelicin, dihaluskan terlebih dahulu. Seluruh serbuk
dicampur bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk yaang
telah homogen dikempa dalam mesin tablet menjadi jadi (Siregar,2010).
Alasan pemilihan metode kempa langsung, yaitu :
a. Digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan tidak
tahan lembab.
b. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit.
c. Lebih singkat prosesnya.
d. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel
halus terlebih dahulu.

IV. RANCANGAN FORMULA


a. Nama Produk : Vitace Tablet
b. Jumlah Produk : 50 Tablet
c. Tanggal Formulasi : 29 Maret 2018
d. Tanggal Produksi : 3 April 2018
e. No. Reg : DBL2008211210A1
 D : Nama dagang
 B : Golongan obat bebas
 L : Obat jadi produksi dalam negri atau lokal
 20 : Peroide pendaftaran obat jadi
 082 : Nomor urut pabrik
 112 : Nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing
pabrik
 10 : Kekuatan sediaan obat jadi (tablet)
 A : Menunjukan kekuatan obat yang pertama disetujui
 1 : Menunjukan kemasan yang pertama

f. No. Batch : 12071001


12 : Menunjukan bulan pabrik
07 : Menunjukan tahun pembuatan
10 : Menunjukan sediaan tablet
0 : Menunjukan kekuatan obat yang pertama disetujui
1 : Menunjukan kemasan yang pertama

V. NAMA DAN PEMERIAN BAHAN BAKU


a. Vitamin c (FI edisi III, hal 47)
- Pemerian : hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh
pengaruh cahaya, lambat laun, menjadi berwarna gelap. Dalam
keadaan kering stabil diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Melebur pada suhu +_ 109 C.
- Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform, eter, dan dalam benzena.
- Khasiat : sebagai zat aktif.
- Penggunaan : 50mg
- Alasan : tidak tahan pemanasan, stabil diudara kering, kurang
cocok dalam bentuk larutankarena cepat teroksidasi sehingga
tidak digunakan dengan metode granulasi basah, dan karena
dosisnya kecil ditambah dengan eksipien yang kompresibel
dan mudah mengalir maka dapat dibuat dengan metode kempa
langsung.

b. PVP
- Pemerian : serbuk hsblur berwarna putih sampai putih
kekuningan , tidak berbau atau hampir berbau, higroskopis
- Kelarutan : larut dalam asam kloroform, etanol (96%), keton,
metanol, dan air, tidak larut dalam eter, hidrokarbon, minyak
mineral.
- Kegunaan :pengikat tablet

c. Talk (FI edisi III, Hal 591)


- Pemerian : serbuk hablur, sangat halus licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih
kelabu. Berkilat, tidak melekat pada kulit dan terbebas dari
butiran.
- Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut.
- Khasiat : zat tambahan (sebagai bahan pelicin dan
antiadheren) ( Depkes RI, 1979 )
- Penggunaan :2%
- Alasan : Dapat meminimalisir kecenderungan saat
melekat pada permukaan punch dengan lebih baik dan membantu
memperbaiki sifat alir serbuk.

d. Amylum Manihot (FI edisi III, Hal 93)


- Amylum manihot
- Pemerian : serbuk sangat halu, putih.
- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol.
- Khasiat : zat tambahan (sebagai bahan pengikat dan
penghancur).
- ( Depkes RI, 1995 )
- Penggunaan : 5-10%.
- Alasan :sebagai pengikat serbaguna untuk menghasilkan
tablet yang terdisintegrasi cepat

e. Laktosa (FI edisi III, Hal 338)


- Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis.
- Kelarutan : larut dalam 6 bagian air mendidih
- Kegunaan : bahan pengisi

VI. ALASAN PENAMBAHAN EKSIPIEN


1. Zat pengisi
Zat pengisi adalah Zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet
yang ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang
diharapkan.
Alasan penambahan laktosa
- Inkompatible dengan senyawa yang sanga basa, asam askorbat,
salisilamid, pyrilamine maleat, phenileprin hcl.
- Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5 %
- Jarag bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)

2. Zat Pengikat
Untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi
tablet yang dicetak langsung (Lachman Industri, 701)
Alasan penambahan PVP :
- Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas yang baik
- Sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau alkohol,
mempunyai kemampuan sebagai pengiat kering .
- Memiiki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, menghsilkan
fines lebih sedikit dan daya kompresibilitas nya lebih baik
sehingga dapat menghasilkan tablet yang bagus.

3. Desintegran atau penghancur


Berfungsi untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berkontak
dengan cairan saluran cerna (lachman industri :702).
Alasan penambahan amylum :
Amylum merupajkan salah satu eksipien yang paling banyak
digunakan dalam industri farmasi karena memiliki sifat sebagai
bahan pengikat dan bahan penghancur. Amylum terdiri dari dua jenis
polimer D-glukopinanosa yang dikenal sebagai amilosa dan
amilopektin amylum berfungsi sebagai bahan penghancur karena
granulnya mampu mengembang apabila kontak dengan air dan
amylosa merupakan komponen yang memiliki sifat sebagai bahan
penghancur karena kemampuannya untuk mengembang.

4. Lubrikan atau pelicir


Untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan
tablet dengan dinding die selama proses penghancuran dan penarikan
tablet. (lachman tablet :10)
Alasan penambahan bahan pelicir talk yaotu dapat memperbaiki
aliran serbuk atau granul.

VII. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
- Mortir dan stamfer - vitamin C
- Sudip - PVP
- Ayakan no 16 dan no 18 - Laktosa
- Corong - Talk
- Botol kaca - Amylum manihot
- gelas ukur
- Timbangan analitik

VIII. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


Perhitungan bahan (b/b)
- Vitamin C = 50 mg
- PVP = 5/100 x 250 mg = 12,5 mg
- Talk = 2/100 x 250 mg = 5 mg
- Amylum Manihot = 3/100 x 250 mg = 7,5 mg
- Laktosa = ad 250 mg
= 250 mg – (50 mg+ 12,5 mg+ 5 mg+7,5 mg)
= 250 mg – 75 mg
= 175 mg

Penimbangan Obat (PO)


- Vitamin C = 50 mg x 50 = 2,5 g
- PVP = 12,5 mg x 50 = 0,625 g
- Talk = 5 mg x 50 = 0,25 g
- Amylum Manihot = 7,5 mg x 50 = 0,375 g
- Laktosa = 175 mg x 50 = 8,75 g

IX. PROSEDUR PEMBUATAN

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Menimbang bahan-bahan yang akan digunakan

Mencampurkan semua bahan ke dalam mortir gerus ad


homogen

Ayak dengan pengayak no.16 dan no.18 (Timbang)

Evaluasi serbuk, mencetak tablet, dan evaluasi sediaan

X. PROSEDUR EVALUASI UJI SEDIAAN


1. Kecepatan alir
Granul seberat 100 g dimasukkan ke dalam flowability tester dan
diratakan. Waktu yang dimasukkan seluruh granul yang melewati
corong dicatat. Kecepatan alir dinyatakan sebagai waktu (detik)
yang dibutuhkan untuk mengalirkan 100 gram granul
(dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika untuk 100gr granul yang
di uji mempunyai waktu alir kurang dari 10 detik. (Achmad Fudholi,
2013))
Diameter corong yang digunakan = 128 – 132 mm
Dengan tinggi corong = 235 mm (terhitung dari pangkal
mulut corong)

2. Sudut diam
Diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk, diukur. Kemudian sudut
diam dihitung menggunakan persamaan berikut:
Θ = tan -1 (h / r)
Keterangan:
θ : sudut diam
h : tinggi kerucut
r : jari-jari kerucut
Tabel hubungan antar sudut diam (Achmad Fudholi, 2013:83)

Alir Sudut Diam (Θ °)


Sangat baik 25 – 30
Baik 31 – 35
Cukup 36 – 40
Cukup Buruk 41 – 45
Buruk 45 – 55
Sangat Buruk 56 – 65
Sangat Sangat Buruk > 66

3. Berat Jenis
a. Berat jenis sejati (picknometer gas beckman)
b. Berat jenis Nyata = b/v sebelum pengetapan
c. Berat Jenis Nyata setelah pengetapan = b/v (setelah
pengetapan)

4. % Kompresibilitas
Granul sejumlah 100 mL dimasukkan ke dalam gelas ukur (volume
bulk), kemudian diletakkan pada motorized tapping device, alat
dihidupkan selama 5 menit. Diukur volume granul akhir setelah
pengetapan, lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya (b/v). Persen
kompresibilitas dihitung dengan persamaan berikut:

𝝆𝒃𝒖𝒍𝒌 − 𝝆 𝒕𝒂𝒑𝒑𝒆𝒅
% Kompresibilitas = x 100%
𝝆 𝒃𝒖𝒍𝒌

Keterangan :
𝜌tapped : 𝜌 setelah pengetapan
𝜌bulk : 𝜌 sebelum pengetapan
Serbuk (Granul) dikatakan dapat mengalir bebas bila serbuk
sejumlah 100ml yang dimasukan ke dalam gelas ukur, mengalami
perubahan volume sesudah pengetapan < 20% (semakin kecil
komprebilitasnya maka semakin bagus)

5. Kontrol keseragaman bobot


Bobot tablet rata- Penyimpangan (%) dari bobot rata-rata
rata A B
25 mg/< 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
mmenyimpang dari bbobot rata-rata penyimpangan A atau B.
Perhitungan A= penyimpangan x rata-rata
Tablet yang bagus = rata-rata+A dan rata-rata – B
6. Kontrol ukuran tablet
10 tablet masing-masing diukur diameter dan ketebalan nya
menggunakan thicness tester. Hitung harga purata dan bandingkan
dengan persyaratan yang ditentukan yaitu diameter tablet tidak lebih
dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

7. Kontrol kekerasan tablet


1 tablet diletakan ditengah-tengah dan tegak lurus memanjang pada
hardness tester. Mula-mula skala diatur pada posisi nol, kemudian
sekrup penekan tablet diputar pelan-pelan sampai tablet pecah.
Kekerasan tablet ditunjukan dengan skala yang terlihat pada alat saat
tablet pecah dan dinyatakan dengan satuan Kg. Lakukan percobaan
sebanayak 5x, hitung harga purata. Bandingkan dengan persyaratan
yang ditentukan 4-6 kg (Ansel hal 225)

8. Kontrol kerapuhan tablet


20 tablet dibebas debukan dengan penghisap debu. Ditimbang
seksama dan dimasukan ke dalam friabilator. Alat dijalankan selama
4 menit atau 100 x putaran. Tablet dikeluarkan dari alat,
dibebasdebukan dan ditimbang. Kerapuhan tablet dihitung dari
pengurangan berat tablet akibat perlakuan dibagi berat tablet awal
dikalikan 100 %. Bandingkan dengan persyaratan yang ditentukan.
<0,8% (Voight, 1994 hal 222) dan 0,5%-1% (Lachman hal 654)

9. Kontrol waktu hancur


5 buah tablet dimasukan kedalam desintegration tester. Setiap
tabung diisi 1 tablet, kemudian dimasukan kedalam penangas air
dengan temperatur sebesar 37o C. Jalankan alat sampai fraksi
pecahan tablet melewati ayakan yang terletak pada bagian bawah
alat. Catat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur tablet.
Bandingkan dengan persyaratan yang ada. < 15 menit (FI edisi III
hal 17).

XI. HASIL
1. Uji kecepatan alir
- R1= 1,5 detik
- R2= 0,8 detik
- R3= 1,4 detik
- Rata-rata = 1,23 detik
 Persyaratan < 10 detik (sesuai)

2. Uji sudut diam


R1 Θ = tan -1 (2,5/5)
= tan -1 (0,5)
=26,56o
R2 Θ = tan -1 (1,9/5,25)
= tan -1 (0,36)
=19,79o
R3 Θ = tan -1 (1,8/4,75)
= tan -1 (0,37)
=20,30o

3. Uji berat jenis


Bj sebelum pengetapan b/v =12,5/21 = 0,595 g/ml
Bj setelah pengetapan b/v= 12,5/20= 0,625

4. Uji kompresibilitas
- Volume awal = 21 ml
- Volume akhir = 20 ml
- ρ bulk = 0.595 g/ml
- ρ tapped = 0.25 g/ml
- % Kompresibilitas = 4,76 %

5. Kontrol keseragaman tablet


Rata2 bobot tablet = 0,4025
A= penyimpangan x Rata2
= 7,5% X 0,4025
= 0,030
Tablet yang bagus Rata2 + A = 0,4025 + 0,030 = 0,4325
Tablet yang bagus Rata2 – A = 0,4025-0,030 = 0,3725
B= penyimpangan x Rata2
= 15% x 0,4025
= 0,060
Tablet yang bagus Rata2 + B = 0,4025+ 0,060 = 0,4625
Tablet yang bagus Rata2 – B = 0,4025-0,060 = 0,3425

Syarat :
untuk uji keseragaman bobot pada tablet yang telah dibuat dengan
bobot rata-rata tersebut (bobot rata-rata dinyatakan bahwa tidak
boleh ada lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari 5%
bobot rata-rata dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari 10% bobot rata-rata. ( Depkes RI,1979)
Jadi, yang menyimpang A= 4 B= 3

6. Kontrol ukuran tablet


No Diameter (cm) Tebal (cm) 3 x tebal 1,3 x tebal kesimpulan
1 1,1 0,41 1,23 0,53 Sesuai
2 1,1 0,43 1,29 0,55 Sesuai
3 1,1 0,31 0,93 0,40 Tidak Sesuai
4 1,1 0,44 1,32 0,57 Sesuai
5 1,1 0,23 0,69 0,29 Tidak Sesuai
6 1,1 0,33 0,99 0,42 Tidak Sesuai
7 1,1 0,40 1,20 0,52 Sesuai
8 1,1 0,43 1,29 0,55 Sesuai
9 1,1 0,39 1,17 0,50 Sesuai
10 1,1 0,31 0,93 0,40 Tidak Sesuai
Syarat : kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3
kali tebal tablet dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet . (Depkes
RI,1979). Jadi terdapat 4 tablet yang tidak sesuai.

7. Kontrol kekerasan tablet

No Kekerasan (kgf)
1 4,5
2 5
3 4,4
4 3,4
5 3,5
Rata2 4,16
Syarat :
Tablet yang baik mempunyai kekerasa yang baik minimal 4-8 kg
(Ansel,1989)

8. Kontrol kerapuhan tablet


- Berat awal = 8,32 g
- Berat akhit = 7,21g
- Kerapuhsn tablet = 11,3 %
Syarat:
Kerapuhan tablet yang baik yaitu < 0.8 % ( Hadisoewignyo L &
Fudholi A, 2013)
9. Kontrol waktu hancur
Waktu hancur 47,47 detik < 15 menit (sesuai )
Syarat :
Waktu yang diperlukan yaitu tidak lebih dari 15 menit untuk tablet
tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula
dan salut selaput . (Depkes RI, 1979) s

XII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan analisis dan evaluasi sediaan tablet dengan
metode kempa langsung. Dalam formulasi nya praktikan mencoba
membuat formula sendiri. Setelah di pertimbangngkan praktikan
memformulasikan tablet kempa langsung yatu dengan zat aktif Vitamin
C. Penggunaan Vitamin C sebagai zat aktif Vitamin C pada praktikum
kempa langsung karena Vitamin C tidak tahan pemanasan, stabil diudara
kering, kurang cocok dalam bentuk larutan karena cepat teroksidasi
sehingga tidak digunakan dengan metode granulasi basah, dan karena
dosisnya kecil ditambah dengan eksipien yang kompresibel dan mudah
mengalir maka dapat dibuat dengan metode kempa langsung. untuk
kemudian dibuat tablet sebanyak 50 tablet dengan komposisi tiap tablet
sebesar50mg/tablet. Kempa langsung merupakan suatu metode
pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir
sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk
langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi
basah atau kering.

Pada formula diatas, zat aktif yang digunakan adalah Vitamin C. Vitamin
C mempunyai rumus molekul C₆H₈O₆ dengan pemerian serbuk hablur
putih atau agak kuning; tidak bebauu; rasa asam.Oleh cahaya laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering mantap diudara dalam larutan
cepat teroksidasi. Vitamin C memiliki dosis yang kecil sehingga cocok
dibuat tablet dengan metode kempa langsung. Walaupun Vitamin C
memiliki sifat alir yang kurang baik, tetapi sifat alir tersebut dapat diatasi
dengan penambahan bahan pelicin dalam formula .

Sebelum serbuk dicetak, dilakukan evaluasi terhadap serbuk terlebih


dahulu. Evaluasi serbuk yang dilakukan yaitu
- Uji kecepatam alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari
sejumlah granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah
zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100 g granul
waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik. Waktu alir berpengaruh
terhadap keseragaman bobot tablet. Hasil yang diperoleh yaitu 1,23
detik. Hal ini berarti sudah memenuhi syarat atau sesuai karena
kecepatan alir yang baik < 10 detik.
- Sudut diam
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
berbentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah serbuk
dituang ke dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam,
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran partikel, dan kelembapan serbuk.
Serbuk akan mengalir sangat baik apabila mempunyai sudut diam
antara 25-30o-C. Hasil yang didapatkan sudut diam yaitu 20,30o, hal
ini berarti sudah sesuai dengan persyaratan.
- Berat jenis
Dilakukan dengan menghitung BJ nyata sebelum pengetapan dan BJ
nyata setelah pengetapan. Hasil yang diperoleh BJ sebelum
pengetapan yaitu 0,595 g/ml dan BJ setelah pengetapan yaitu 0,625
g/ml.
- Komresibilitas
Pada uji ini dilakukan dengan alat motorized tapping, pengetapan
merupakan penurunan volume serbuk akibat hentakan (tapped) dan
getaran (vibrating). Semakin kecil indeks pengetapan (dalam persen)
maka semakin baik sifat alirnya. Serbuk/granul yang mempunyai
indeks pengetapan kurang dari 20 % mempunyai sifat alir yang baik.
Hasil dari uji kompresibilitas menghasilkan 4,76 %. Hal ini sudah
sesuai dengan standar yaitu <20%.

Setelah melakukan uji evaluasi serbuk, selanjutnya dilakukan uji evaluasi


tablet, sebagai berikut :

- Kontrol keseragaram bobot


Ditimbang dua puluh tablet, dihitung berat rata-rata tiap tablet,
kemudian tablet-tablet tersebut ditimbang satu persatu. Tidak boleh
lebih dari dua tablet yang masing-masing beratnya menyimpang dari
berat rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom
A dan tidak boleh satu tabletpun yang beratnya menyimpang dari
berat rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B (FI
III, 1979). Hasil yang diperoleh dari uji keseragaman bobot yaitu
terdapat 4 tablet yang menyimpang pada kolom A dan 3 tablet yang
menyimpang pada kolom B. Hal ini dimungkinkan pada saat
membagi serbuk tidak sama rata dengan jumlah bobot pertablet nya.
Solusinya yaitu harus lebih teliti ketika membagi serbuk agar
samarata dan menimbangnya satu persatu agar bobotnya sesuai
dengan yamh dikehendaki. Dan pada saat mengempa atau mencetak
tablet juga harus dengan tekanan atau tenaga yang sama agar hasil
tablet seragam tebal dan diameter nya.
- Kontrol ukuran tablet
Pada farmakope disebutkan bahwa kecuali dinyatakan lain, diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak kurang dari 1 1/3
tebal tablet. Hasil yang diperoleh yaitu ada 4 tablet yang tidak sesuai
dengan ukuran tablet yang di kehendaki. Solusinya yaitu kita harus
lebih teliti lagi dalam mencetak tablet harus dengan tekanan atau
tenaga yang sama agar hasil ukuran tablet nya seragam dan ukuran
nya sama.
- Kontrol kekerasan tablet
Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat seberapa kuat tablet
sehingga mempengaruhi pengemasan dan penyimpanannya. Pada
pengujian kekerasan, tablet diletakan dengan posisi vertikal dimana
permukaan tablet bagian tebal tablet menyentuh permukaan alat uji
hardness tester, karena pada posisi ini tekanan maksimalnya dapat
terukur. Dari hasil yang didapatkan, kekerasan tablet
yang dihasilkan cukup baik yaitu dengan rata-rata 4,16. Hal ini
sudah sesuai dengan literature bahwa kekerasan yang baik yaitu
berkisar antara 4- 6 kg.
- Kontrol kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan parameter terhadap yang digunakan untuk
mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur
dengan alat friability tester. Prinsipnya adalah menetapkan bobot
yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator
selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan alat ini
diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang
digunakan yaitu 4 menit. Hasil yang diperoleh yaitu 13,3 % tidak
sesuai dengan persyaratan, karena tablet mempunyai kerapuhan
yang baik jika diperoleh < 0,8% atau 0,5-1%. Hal ini dikarenakan uji
kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang
terjadi pada permukaan tablet. Solusinya yaitu menurunkan
prosentase kerapuhan tablet. Semakin besar harga prosentase
kerapuhan, maka semakin besar masa tablet yang hilang.
- Kontrol waktu hancur
Pengujian waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama
tablet akan hancur pada kondisi yang menyerupai tubuh manusia.
Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik tidak lebih dari 15 menit.
Pada pengujian ini, didapatkan waktu hancur yaitu 47,47 detik. Hal
ini sudah sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada FI III.

XIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
Tablet dalah sediaan padat, dibuat secara kempa, cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap. Umumnya bulat dengan atau tanpa zat tambahan,
yang berbentuk bulat pipih. Untuk mengetahui karakteristik dari tablet
yang telah dibuat, dilakukan evaluasi uji sediaan yaitu evaluasi serbuk da
evaluasi tablet.pada evaluasi serbuk sudah sesuai tetapi pada evaluasi
tablet yang tidak memeuhi persyaratan yaitu kontrol keseragaman bobot,
kontrol kerapuhan dan kontrol ukuran tablet.

XIV. DAFTAR PUSTAKA


- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi keempat. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
- Syamsuni, H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.
EGC: Jakarta.
- Rowe, C Raymond, Sheskey, J Paul and E Quinn, Marian.
2009. Handbook Pharmaceutical Excipients Sixth
Edition. Pharmaceutical Press : London
- Lachman, leon. Herdbert,A.L.Joseph.L.K.2007.Teori dan Praktek
Farmasi Industri.Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai