Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban

sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah

usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of

membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau

preterm premature rupture of membranes (PPROM). Ketuban pecah dini

merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit

yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal maupun

terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin, sehingga hal ini dapat

meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia.1

Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena

prevalensinya yang cukup besar dan cenderung meningkat. Menurut organisasi

kesehatan WHO angka kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2013 sebanyak

50-60%.2 Berdasarkan Survei Demografi kesehatan Indonesia tahun 2012,

kejadian ketuban pecah dini lebih dari 6 jam sebelum kelahiran dialami oleh

15% dari semua kelahiran.3 Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar 6,46-15,6%

kehamilan aterm dan KPD preterm terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari

semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar. KPD preterm

merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah

meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981.1 Sekitar 12,5% persalinan preterm

spontan didahului oleh KPD, yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi

1
2

(korioamnionitis).4 Bakteri patogen di dalam saluran urogenital meningkatkan

frekuensi amnionitis, endometritis, infeksi neonatal sebanyak 10 kali.5

Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir

sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput

ketubanpecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh

prematusitas. Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas

dengan insidensi 30 % sampai dengan 40 %.6

Dampak ketuban pecah dini (KPD) terhadap ibu diantaranya : infeksi

dalam persalinan, infeksi puerperalis, partus lama, perdarahan post partum,

meningkatkan tindakan operatif obstetrik (khususnya SC). Pengaruh terhadap

janin diantaranya : prematuritas, prolaps tali pusat, sindrom deformitas janin,

morbiditas dan mortalitas perinatal.7

Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang

menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada

selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi

selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin,

usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah,

faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan

antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat

KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan

rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam bekerja,

serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam

dan amniosintesis.8
3

Infeksi merupakan faktor risiko terbesar dimana sumber utama adalah

infeksi ascendent vagina dan saluran kemih. Perubahan anatomi dan fungsional

dari kehamilan dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, sekitar 2 sampai

7% wanita hamil didapatkan bakteriuria asimptomatik, bakteri yang ditemukan

sebagian besar adalah Escherichia coli yang meningkatkan risiko terjadinya

sistitis, pielonefritis sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan

preterm. Selain meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas neonatus, Infeksi

Saluran Kemih (ISK) dapat berkembang menjadi pielonefritis yang berakibat

buruk terhadap kesehatan ibu. 9

Faktor lain yang menyebabkan kejadian KPD adalah anemia pada

kehamilan. Manuaba (2008) menyatakan bahwa anemia selama kehamilan

menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi kehilangan

darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi. Anemia juga dapat

menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur. Pengaruh anemia terhadap

kehamilan adalah KPD.10 Allen (2001) yang menyatakan bahwa anemia dapat

menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat meningkatkan

konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi stres ibu dan janin ,

yang merangsang sintesis Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Konsentrasi

CRH merupakan peningkatan faktor risiko utama untuk persalinan dengan

ketuban pecah sebelum waktunya.11

Faktor berikutnya yang juga menyebabkan KPD adalah riwayat KPD pada

kehamilan sebelumnya. Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali

mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah

akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga


4

memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko

tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang

persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya

kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya,

karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen

yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.5

Penelitian Bukitwetan dkk (2004) terhadap 184 sampel urin ibu hamil

dengan berbagai usia kehamilan menunjukkan bahwa 65 ibu hamil (35,3%)

mengalami infeksi saluran kemih.12 Penelitian yang telah dilakukan Yudin (2008)

menunjukkan bahwa infeksi (65%) sebagai penyebab ketuban pecah dini.13

Penelitian Maharani dkk (2014) pasien hamil dengan infeksi saluran kemih 3 kali

lebih berisiko mengalami kejadian ketuban pecah dini dibandingkan dengan

pasien hamil tanpa infeksi saluran kemih di RSKIA Sadewa Yogyakarta.14

Penelitian Nurul Huda (2013) terhadap 125 kasus KPD, sebanyak 82

orang (65,6%) mengalami anemia selama kehamilan di RS PKU Muhammadiyah

Surakarta.15 Penelitian Indah (2013) bahwa dari 100 orang ibu hamil didapatkan

sebagian besar (59,6 %) ibu hamil dengan anemia mengalami KPD di RSUP

Sanglah.16. Penelitian Suriana (2013) dari 30 orang responden pernah mengalami

KPD sebanyak 22 orang (73,3%) sedangkan yang tidak mengalami KPD

sebanyak 8 orang (26,7%).17

Berdasarkan rekam medis RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo diketahui

prevalensi KPD merupakan komplikasi yang dominan. Pada tahun 2016, dari 588

orang pasien ibu hamil yang dirawat inap, terdapat 236 orang (40,13%) dengan

diagnosis ketuban pecah dini, sekitar 92 orang (39%) mengalami infeksi saluran
5

kemih dan 106 orang (44,9 %) mengalami anemia pada kehamilan serta

didapatkan 46 kasus (7,8 %) kelahiran prematur akibat KPD.18 Dengan melihat

fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil Trimester III di Ruang

Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2017 .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian

ketuban pecah dini pada ibu hamil Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III

Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2017?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban

pecah dini pada ibu hamil Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil

Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun

2017.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian infeksi saluran kemih pada ibu hamil

Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun

2017.
6

c. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil Trimester III

di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2017.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi riwayat KPD sebelumnya pada ibu hamil

Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun

2017.

e. Diketahuinya hubungan infeksi saluran kemih dengan kejadian ketuban pecah

dini pada ibu hamil Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2017.

f. Diketahuinya hubungan kejadian anemia dengan kejadian ketuban pecah dini

pada ibu hamil Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang tahun 2017.

g. Diketahuinya hubungan riwayat KPD sebelumnya dengan kejadian ketuban

pecah dini pada ibu hamil Trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr.

Reksodiwiryo Padang tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai aplikasi ilmu yang peniliti dapatkan selama dibangku perkuliahan.

b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi peneliti dalam

melakukan dan menerapkan metodologi penelitian.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah bahan kepustakaan

dan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.


7

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya di RS Tk. III

Reksodiwiryo untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam mencegah atau

memperkecil potensi terjadinya KPD.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Karena keterbatasan peneliti, maka penelitian ini hanya membahas faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian KPD diantaranya infeksi saluran

kemih, kejadian anemia dan riwayat KPD sebelumnya pada pasien ibu hamil

trimester III di Ruang Kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun

2017. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan disain cross sectional.

Tekhnik pengambilan sampel menggunakan sistematic random sampling.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien ibu hamil yang bersalin di ruang

kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang, sampelnya adalah pasien ibu

hamil Trimester III yang bersalin di ruang kebidanan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo

Padang. Analisis data univariat dan bivariat menggunakan sistem komputerisasi.

Anda mungkin juga menyukai