Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI USIA 35 TAHUN DENGAN ORCHITIS


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah
Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Bedah
di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Disusun oleh :
Satrio Wisnugroho
30101206731

Pembimbing:
dr.Indra Fahri, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2017
2

STATUS PASIEN

IDENTITAS PENDERITA
1. Nama : Tn.S
2. Umur : 35 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Suku : Jawa
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Buruh
7. Alamat : Jurang 03/03 Gebog, Kudus
8. Tanggal pemeriksaan : 14 Oktober 2017
9. Tanggal masuk RS : 09 Oktober 2017
10. No. MR : 616513
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri pada testis
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki berumur 35 tahun datang ke IGD RSUD Kudus
dengan keluhan nyeri pada buah zakar kiri 3 minggu yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri baru pertama kali dan dirasakan pada daerah
suprapubic dan pasien merasakan sulit BAK sehingga harus mengejan.
Kemudian nyeri berpindah ke buah zakar sebelah kiri dan muncul benjolan
pada buah zakar sebelah kiri. Benjolan dirasakan kecil pada saat pertama
kali ditemukan dan bertambah besar setiap hari. Pasien sebelumnya
mengeluh demam. Benjolan pada buah zakar kiri, tidak hilang timbul baik
saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat discharge yang keluar
dari benjolan. Nyeri dirasakan terus menerus, tidak membaik saat tidur dan
bertambah nyeri saat mengejan saat BAK. Tidak terdapat keluhan mual dan
muntah. Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal. BAK
harus mengejan, tidak ada lendir ataupun darah, BAK nyeri saat mengejan,
BAB tidak ada keluhan.
3

3. Riwayat Penyakit dahulu : Hipertensi (-) DM (+). Riwayat operasi


gondongan kurang lebih 5 tahun yang lalu.
4. Riwayat Pengobatan : Pasien biasa berobat ke mantri namun
tidak tahu nama obatnya.
5. Riwayat penyakit keluarga : di keluarga tidak ada keluhan serupa

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
• Keadaan Umum : Lemah
• Kesadaran : Komposmentis
• Status Antropometrik
Berat Badan : 50 kg
Tinggi badan : 160 cm
BMI : 19,5 kg/m²
• Kesan : Normoweight

Vital Sign
• Tekanan Darah : 110/50 mmHg
• Nadi : 99 x/menit, irama reguler, amplitudo kuat
• Laju Napas : 20x/minute
• Suhu : 36,5o C
Status Generalisata
• Kepala : Mesocephal
• Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, palpebra
superior superior et inferior cekung -/- , pupil ODS bulat, isokor, diameter
±3mm, reflex cahaya +/+
• Hidung : Bentuk normal, deformitas (-), epistaksis (-)
• Telinga : Normotia, perdarahan (-)
• Tenggorokan : Faring dan tonsil dalam batas normal
4

• Leher : Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-)


• Mulut : Sianosis (-), Mukosa Lembab
• Aksila : Pembesaran KGB (-)

Paru-paru
INSPEKSI ANTERIOR POSTERIOR

Statis RR : 22x/min, Hiperpigmentasi (-), RR : 22x/min, Hiperpigmentasi (-


Hemithoraks D=S, ICS Normal, Diameter ), Hemithoraks D=S, ICS Normal,
AP < LL Diameter AP < LL
Dinamis Pergerakan Hemithorax kanan = kiri Pergerakan hemithorax kanan =
Tidak terlihat gerakan otot bantu nafas, kiri
retraksi ICS (-) Tidak terlihat gerakan otot bantu
nafas, retraksi ICS (-)
Palpasi, • Palpasi: nyeri (-), tumor (-), • Palpasi: nyeri (-), tumor (-
perkusi, pelebaran ICS (-), Sterm fremitus ), pelebaran ICS (-),
dan D=S Sterm fremitus D = S
auskultasi • Perkusi: sonor • Perkusi: sonor
• Auskultasi: Suara nafas dasar • Auskultasi: Suara nafas
vesikuler, tidak ada suara nafas dasar vesikuler, tidak ada
tambahan seperti ronchi (-) , suara nafas tambahan
wheezing (-) seperti ronchi (-) ,
wheezing (-)
Palpasi, • Palpasi: nyeri (-), tumor (-), • Palpasi: nyeri (-), tumor (-
perkusi, pelebaran ICS (-), Sterm fremitus ), pelebaran ICS (-),
dan D=S Sterm fremitus D = S
auskultasi • Perkusi: sonor • Perkusi: sonor
• Auskultasi: Suara nafas dasar • Auskultasi: Suara nafas
vesikuler, tidak ada suara nafas dasar vesikuler, tidak ada
tambahan seperti ronchi (-) , suara nafas tambahan
wheezing (-) seperti ronchi (-) ,
5

wheezing (-)

Kesan : Paru-paru dalam batas normal

Jantung
PEMERIKSAAN HASIL

Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

Palpasi Pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-), pulsus sternal


lift (-)
Perkusi Batas kanan : ICS 5 linea sternalis sinistra
Batas kiri : ICS 5 linea midclavicula sinistra 2cm ke arah
medial
Batas atas : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi Mitral : M1 > M2, bising suara jantung (+) fase sistolik
Trikuspid : T1 > T2, bising suara jantung (-)
Aorta : A2 < A1, bising suara jantung (-)
Pulmonal : P2 < P1, bising suara jantung (-)
Kesan :Jantung dalam batas normal

Abdomen
PEMERIKSAAN HASIL

Inspeksi Bentuk datar, sikatrik (-), striae (-), caput medusa (-),
hiperpigmentasi (-), spider nevi (-)
Auskultasi bising peristaltik (+)  13 kali/menit, bising pembuluh darah (-)
6

Perkusi Perkusi 4 regio : timpani


Hepar : pekak (+), liver span dextra 11 cm, sinistra 6 cm
Lien : troube space (+)
Ginjal : nyeri ketok ginjal (-)
Palpasi Superfisial Nyeri tekan abdomen (-), Massa (-), defence
muscular (-)
Dalam  Nyeri tekan dalam (-)
Organ  Hepar tidak teraba membesar, lien schuffner (0), ginjal
tidak teraba membesar
Kesan : Abdomen dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-), Sianosis (-)
Tulang belakang: Kifosis (-), Skoliosis (-), Lordosis (-)
Pergerakan Motorik
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Pergerakan +/+, Simetris +/+, Simetris
Kekuatan 5/5 5/5
Trofi Eutrofi/Eutrofi Eutrofi/Eutrofi
Reflek Fisiologis Normal Normal
Reflek Patologis -/- -/-

STATUS UROLOGIS
Penis
 Penis
Inspeksi : Warna lebih gelap dari sekitarnya, Ostium Urethra Eksterna
di ujung penis, Hematom tidak ada, Meatal Bleeding (-)
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
 Scrotum
Inspeksi : warna kemerahan, hematom tidak ada, tampak
pembengkakan.
Palpasi : teraba 2 buah testis, nyeri tekan pada testis kiri. Testis kiri
teraba hangat.
7

PEMERIKSAAN PENUNJANG

X-Foto Thoraks PA
Cor :
- Bentuk dan letak normal
- Tak membesar
8

Pulmo :
- Corakan bronkovaskular normal
- Tak tampak infiltrate

Usulan pemeriksaan penunjang


- Darah Rutin
- Analisa urin
- Kultur urin
- VDRL
- USG testis

DIAGNOSA KERJA
- Orchitis
- Diabetes Mellitus Type 2
DIAGNOSIS BANDING
- Epididimitis
- Hernia Scrotalis
- Torsio Testis
- Tumor Testis
- Hydrocel
TERAPI
 Inf RL 20 tpm
 Inj Ketorolac 2x1
 Inj Ceftriaxone 1 x 2gr
PROGNOSIS
 Ad Vitam :Dubia ad bonam
 Ad Sanationam :Dubia ad malam
 Ad Functionam :Dubia ad bonam
9

BAB I
PENDAHULUAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap


infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun
virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.
Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama
pasien yang mengalami penyakit gondong. Bakteri yang dapat menyebabkan
orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus,
Streptococcus, bakteri tersebut biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam
seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH
Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang baik. Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu
untuk menegakkan diagnosis orchitis. USG dapat membantu menyingkirkan
diagnosis lain nya seperti torsio testis.
Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya
sebagian besar pasien orchitis akan sembuh spontan dalam 3- 10 hari, kecuali bila
penyebabnya bakteri, perlu diberikan antibiotik.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS

Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan
turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis
dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak
lebih rendah daripada testis dextra. Masing-masing testis dikelilingi capsula
fibrosa yang kuat, disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula
terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi
lobulus-lobulus testis. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang
berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan
epididimis
Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi
musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis
mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan
berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum
selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk kelangsungan
spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam
tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang
disebut sawar darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah
reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri,
maka hal ini dicegah dengan sawar.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai
spermatogenesis..Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin.
Fungsi testis:
 Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
 Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH.
11
12

Dinding scrotum terdiri dari :


1. Cutis
2. Fascia superficialis
3. Musculus dartos
4. Fascia spermatica externa
5. Fascia cremasterica
6. Fascia spermatica interna
7. Tunica vaginalis

ORCHITIS

DEFINISI

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian
besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan
bakteri dapat menyebabkan orchitis.

ETIOLOGI

 Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi Coxsackievirus


tipe A, varicella, dan echoviral jarang terjadi.
 Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas,
Staphylococcus, dan Streptococcus
 Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium
leprae, Actinomycetes
 Trauma sekitar testis
 Virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .
 Beberapa laporan kasus telah dijelaskan imunisasi gondong, campak, dan
rubella (MMR) dapat ,enyebabkan orchitis
13

 Bakteri penyebab biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam


seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH; bakteri termasuk Neisseria
gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae , Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus
 Idiopatik

EPIDEMIOLOGI

 Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki


 Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal
(lebih muda dari 10 tahun).
 Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan
epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang
aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50
tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
 Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong
berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal
dengan gondong.

FAKTOR RISIKO

 Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan faktor risiko yang


umum untuk epididymis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi
faktor risiko.
 Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke epididymis melalui saluran
sperma dan vas deferens bisa dipicu melalaui Valsalva atau pendesakan
kuat.
14

PATOFISIOLOGI

Hippocrates pertama kali melaporkan orchitis pada abad ke-5 SM. Radang pada
testis dapat disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri. Hal ini akan
menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor, rubor, dolor,
tumor, dan function laesa.

DIAGNOSIS

Anamnesis
 Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
 Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
 Kelelahan / mialgia
 Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
 Demam dan menggigil
 Mual
 Sakit kepala

Pemeriksaan Fisik
o Pembesaran testis dan skrotum
o Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
o Pembengkakan KGB inguinal
o Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis
15

Pemeriksaan Penunjang
 Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
 Pemeriksaan darah tidak dapat membantu menegakkan diagnosis orchitis.
 USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis.

DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

 Epididimitis
 Hernia scrotalis
 Torsio testis: kemungkinan besar jika nyeri memiliki onset tiba-tiba dan
parah. Lebih umum pada pria di bawah 20 tahun (tetapi bisa terjadi pada
usia berapapun). Membedakan torsi testikular ini dalam diagnosis sangat
penting dari segi bedah.
 Tumor testis
 Hydrocele
16

PENATALAKSANAAN

Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling


penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya
hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis
karena virus.
Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.
Contoh antibiotik:

1.Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi
lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa
IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d

2. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S
dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri.
Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore.
Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis
terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari

3.Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan
mikroorganisme.
Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin.
17

Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan
gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari

4.Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP,
PO tid / qid selama 14 hari

5.Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S
epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada
aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya
pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak
tidak dianjurkan

KOMPLIKASI

 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat
atrofi testis.
 Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
 Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk
mengurangi tekanan dari tunika.
 Abscess scrotalis
 Infark testis
 Rekurensi
 Epididymitis kronis
 Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian
sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas
sperma biasanya hanya sementara.
18

 Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki
penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian
kondisi ini masih belum diketahui.

PROGNOSIS

• Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam
3-10 hari.
• Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri
dapat sembuh tanpa komplikasi.
.
19

BAB III
KESIMPULAN

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi.


Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus
lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis.
Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi
bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan
Streptococcus. Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium leprae, Actinomycetes, trauma, virus lain meliputi coxsackievirus
, varicella , dan echovirus .
Insidensi orchitis karena gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki
prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar
kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi
pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih
tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
Gejala klinis: nyeri dan pembengkakan testis. Kelelahan, demam dan
menggigil , mual, sakit kepala Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran testis
dan skrotum, lebih hangat, kadang pembesaran KGB inguinal.
Penatalaksanaan meliputi terapi supportif dan antibiotika yang sesuai jika
penyebabnya bakteri.
Komplikasi: sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan
beberapa derajat atrofi testis, gangguan kesuburan dilaporkan pada tingkat 7-
13%, kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral, abscess scrotal ,
infark testis, rekurensi
Prognosis sebagian besar baik, jika penyebabnya virus, dapat hilang 3 -10
hari, jika penyebabnya bakteri dengan pemberian antibiotik dapat sembuh tanpa
komplikasi.
20

DAFTAR PUSTAKA

R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :


EGC.

Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy. http://www.urology-


textbook.com/testis-anatomy.html. 2 December 2010

Mark, B. 2010. Orchitis- Department of Emergency Medicine.


http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010

Anda mungkin juga menyukai