Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing:
dr. Santi Yuliani, M.Sc.,Sp.KJ
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis didapatkan dari rekam medis
pada tanggal 31 maret 2018 di Poliklinik rawat jalan RSJ Prof. dr.
Soerojo Magelang.
A. Keluhan Utama: pasien merasa gelisah, bicara melantur.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis (didapatkan dari rekam medis)
Pasien di bawa ke RSJS ke poli penyakit dalam oleh ibu kandung
pasien untuk kontrol penyakit diabetes melitus. Pasien datang dengan
sempoyongan dan memakai alat bantu sebagai penopang saat akan
duduk. Pasien juga sering marah-marah dan berkata kasar sejak 10
hari SMRS. Pasien mudah tersinggung dan sering berkata kasar
kepada istrinya. Pasien pernah jatuh ± 15 hari SMRS dan mengeluh
nyeri tangan kanan dan luka di pantat belakang. Dari data rekam
medis faktor yang mempengaruhi pasien adalah karena pasien
kehilangan pekerjaan (phk) dan faktor ekonomi. Pasien juga
diketahui menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2, anemia dan
ulkus dekubitus.
Autoanamnesis (didapatkan dari rekam medis)
Pasien mengaku dirinya di bawa ke RSJS Magelang karena sakit
di bagian tangan dan punggung. Pasien menyangkal bahwa dirinya
sakit jiwa.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Psikiatrik
Pasien belum pernah di rawat di RSJ sebelumnya.
Medis umum
Pasien pernah dirawat di RS PKU Parakan, Temanggung selama
3 hari karena epilepsi. Pasien memiliki riwayat ulkus decubitus,
diabetes melitus, dan anemia.
Penggunaan NAPZA, rokok, dan alkohol
Pasien tidak memiliki riwayat NAPZA, rokok, dan alkohol
D. Riwayat Keluarga
Tidak ada data
E. Riwayat Sosial Ekonomi Sekarang
Tidak ada data
IV. GENOGRAM
Tidak ada data
V. GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
Gejala
Fungsi
Peran MRS
- Mudah marah
10 minggu SMRS - Tersinggung
- Marah-marah - Gelisah
- Berkata kasar
- Mudah tersinggung
B. Pemeriksaan Neurologis
-
C. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada tanggal 29 Maret 2018
Hb : 6,1 (Rendah, n = 14-18 gr/dL)
Leukosit : 26.000 (Tinggi, n = 4000-10.000/mm3)
Eritrosit : 2.510.000 (Rendah, n= 4,6-6,2 jt/ mm3)
Trombosit : 519.000 (Tinggi, n= 200.000-400.000/ µl)
Ht : 16,4 (Rendah, n= 40-48%)
MPV : 7,1 (Rendah, n= 7,5-11,5 µm3)
Albumin : 3,4 (Rendah, n= 3,8-5,1 gr/dl)
(Ket : n = nilai normal)
VII. PANSS-EC
P4 :4
P7 :4
G4 :4
G8 :5
G14 :1
C. Emosi
1. Mood : Marah
2. Afek : Apropriate
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : auditorik (-), visual (-)
2. Ilusi : (-)
3. Depersonalisasi: (-)
4. Derealisasi : (-)
E. Pikiran
1. Arus Pikir
a. Kuantitas : Remming
b. Kualitas : Asosiasi longgar
c. Hendaya : Koheren
2. Isi Pikir : tidak ada data
3. Bentuk Pikir : Non realistik (marah-marah tanpa sebab)
IX. RESUME
Pasien di bawa ke RSJS ke poli penyakit dalam oleh ibu kandung
pasien untuk kontrol penyakit diabetes mellitus. Pasien juga sering
marah-marah dan berkata kasar sejak 10 hari SMRS. Pasien mudah
tersinggung dan sering berkata kasar kepada istrinya. Pasien pernah
jatuh ± 15 hari SMRS dan mengeluh nyeri tangan kanan dan luka di
pantat belakang. Dari data rekam medis faktor yang mempengaruhi
pasien adalah karena pasien kehilangan pekerjaan (phk) dan faktor
ekonomi. Pasien juga diketahui menderita penyakit diabetes mellitus
tipe 2, anemia dan ulkus dekubitus
Pasien mengaku dirinya di bawa ke RSJS Magelang karena sakit di
bagian tangan dan punggung.pasien menyangkal bahwa dirinya sakit
jiwa.
X. GEJALA
a. Marah-marah (mengamuk)
b. Gelisah
c. Bicara melantur
d. Mudah tersinggung
XI. SINDROM
Pada pasien ini didapatkan adanya sindroma:
1. Sindrom Skizofrenia
Tidak didapatkan data di rekam medis
2. Sindrom paranoid
Tidak didapatkan data di rekam medis
XII. DIAGNOSIS BANDING
a. F.20.0 skizofrenia paranoid
b. F.20.5 skizofrenia residual
XIV. PROGNOSIS
Premorbid
Riwayat Penyakit keluarga : tidak ada : baik
Status pernikahan : menikah : buruk
Dukungan keluarga :+ : baik
Sosial ekonomi : menengah ke bawah : buruk
stresor : ada : buruk
Kepribadian premorbid : ada : buruk
Morbid
Tipe penyakit : kronik : buruk
Penyakit Organik : ada : buruk
Respon terapi : ada : baik
B. Psikoterapi
a) Psikoterapi sportif
b) Psikoedukasi pada pasien dan keluarga
XVI. PEMBAHASAN
1. DISKUSI PEMBERIAN TERAPI
A. Psikofarmaka
Pengobatan pada skizofrenia dalam kasus ini dapat diberikan
antipsikotik golongan ke 2 (atipikal) yaitu Risperidone. Risperidone
diberikan 2 mg peroral /12 jam selama 1 bulan sambil di observasi
efek obatnya. Risperidone diberikan karena dapat memblokade
reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 sehingga dapat mengobati
gejala positif dan negatif pada pasien. Obat risperidone menjadi pilihan
utama pada terapi dari golongan atipikal dalam kasus ini karena dalam
penelitian Michael, et.al (2002) bahwa obat golongan atipikal seperti
olanzipine, clozapine dan quetiapine dapat meningkatkan resiko DM
tetapi tidak pada risperidon. Obat risperidone juga memiliki efek
ekstrapiramidal syndrom (EPS) yang sedikit dibandingkan dengan
obat golongan atipikal lainnya
Pengobatan pada DM pada pasien dapat diberikan glibenclamide
2,5 mg PO 15 menit sebelum makan 2 kali sehari. Pemilihan obat
glibenclamide karena merupakan First line untuk diabetes non
obesitas. Dimana berat badan pasien 68 kg dan tidak menujukan gejala
obesitas. Pasien terdapat gejala anemia dapat diberikan asam folat 0,4
mg PO setelah makan 2 kali sehari. Pegobatan ulkus decubitus pada
pasien dapat diberikan antibiotik cefixime 200 mg 2x1 PO. Dapat
ditambahkan paracetamol 500 mg 3 x 1 untuk mengurangi nyeri dan
jika terdapat demam akibat infeksi, diminum jika perlu saja.
Interaksi obat pada pemberian obat bersama-sama dapat
menimbulkan efek antagonis maupun sinergis. Pada pemberian obat
risperidone dan glibenclimide memiliki efek antagonis. Penggunaan
risperidon dengan metformin, dan glimepirid bila digunakan secara
bersamaan menyebabkan hiperglikemi, yang dapat mengubah kontrol
glukosa darah, sehingga penggunaannya perlu dimonitoring dengan
ketat (Medscape, 2016). Penyebab hiperglikemi karena risperidon
mempunyai aksi yang menyebabkan gangguan resintansi insulin
seluler dan meningkatkan kadar trigliseriga melalui aksinya pada
reseptor yang dikenal sebagai reseptor serotonin 5HT-2C, muskarinik-
3, dan histamin-1 (Plasky, 2005).
Pada pemberian obat risperidone dengan asam folat tidak terdapat
interaksi yang merugikan, walaupun perlu mencari lebih dalam lagi
mengenai hal tersebut. Tidak semua interaksi obat bermakna secara
klinis. Beberapa interaksi obat secara teoritis mungkin terjadi,
sedangkan interaksi obat yang lain harus dihindari kombinasinya atau
memerlukan pemantauan yang cermat. Strategi yang dapat dilakukan
oleh farmasis untuk mencegah dan menangani interaksi obat adalah:
1) Mencegah kombinasi secara keseluruhan. Kombinasi perlu
dihindari apabila risiko yang kemungkinan terjadi lebih besar dari
manfaatnya.
2) Penyesuaian dosis obat obyek. Dua obat yang berinteraksi bisa
diberikan secara aman selama dosis obyeknya disesuaikan.
3) Memberi jarak waktu pemberian obat untuk mencegah interaksi.
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi Suportif
Memotivasi dan memberi dukungan sehingga pasien dapat
berfungsi fisik dan sosial secara optimal serta memotivasi pasien
untuk mengkonsumsi obat secara teratur. Psikoterapi suportif
diberikan dengan tujuan menguatkan daya tahan mental yang ada,
mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri, mengembalikan keseimbangan
adaptif. Psikoterapi suportif direncakan untuk diberikan setelah
pasien tenang dan wawasan penyakitnya telah berkembang lebih
baik.
2. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Memberikan edukasi pada pasien agar selalu meminum obat
demi kesehatannya, sehingga resiko kambuhnya gangguan jiwa
kecil. Mengingatkan pasien untuk selalu berfikir positif, dan selalu
mencari teman di manapun pasien berada.
Memberikan bimbingan kepada keluarga agar selalu berperan
aktif dalam setiap proses penatalaksanaan pasien. Memberi
penjelasan kepada keluarga tentang pentingnya peranan obat untuk
kesembuhan pasien sehingga keluarga perlu mengingatkan dan
mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur. Efek samping
obat juga perlu diberitahukan kepada keluarga. Memberikan
motivasi kepada keluarga untuk bersama-sama membantu pasien
pulih dengan lebih meluangkan waktu untuk pasien terutama
mendekatkan diri terhadap pasien agar pasien dapat lebih terbuka
dengan keluarganya.