Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DOSEN PEMBIMBING :
dr. FAUZIAH ELYTHA, Msi

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

IMUNISASI DAN PROGRAM PENANGGULANGAN


PENYAKIT MENULAR
Yuniarti 1511216007 Vivi Susanti 1711216027
Yenny Br. Mangunsong 1511216053 Krisna Octaviani M 1711216042
Megawati R.F 1711216043 Gina Dwi Attari 1711216009
Vina Kurnia S 1711216032 Eliza Nofri 1711216060
Dwi Intan V 1711216035 Kesy Valensia 1711216037
Perawati 1711216017 Fitri Tifani Agusman 1711216057
Rina Zulfita 1711216046

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
berkat, rahmat, kesehatan dan kesempatan hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam tidak lupa kami kirimkan ke junjungan Nabi besar Muhammad SAW Nabi
yang telah membawa kita kembali ke jalan Allah SWT hingga kita dapat menikmati indahnya
dunia sekarang ini.
Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular yang diberikan oleh ibu dosen bersangkutan. Dimana di dalam makalah ini akan
dibahas mengenai Imunisasi, Pencegahan dan Penanggulangan penyakit menular. Terlepas dari
itu semua, kami menyadari bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal.
Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna dalam makalah
ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Maka dari
itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhirnya kelompok
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelompok dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah Epidemiologi Penyakit Menular ini bermanfaat
bagi teman-teman dan pembaca khususnya di bidang Kesehatan.

Padang, Agustus 2017

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
1.4. Metode Penulisan ............................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................

2.1 Imunisasi
2.1.1 Pengertian Imunisasi ............................................................ 3
2.1.2 Imunisasi dan Vaksin ........................................................... 4
2.1.3 Jenis-Jenis Imuisasi .............................................................. 5
2.1.4 Yang Perlu Mendapatkan Imunisasi .................................... 6
2.1.5 Tujuan Imunisasi .................................................................. 6
2.1.6 Manfaat Imunisasi ................................................................ 7
2.1.7 Imunisasi Ulangan................................................................ 7
2.1.8 Tempat Mendapatkan Imunisasi .......................................... 7
2.2 Kekebalan
2.2.1 Macam-Macam Kekebalan .................................................. 7
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kekebalan .............................. 8
2.3 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
2.3.1 Pencegahan penyakit Menular ............................................. 9
2.3.2 Penanggulangan Penyakit Menular ...................................... 12

ii
2.3.3 Program Pemerintah Dalam Penanggulangan PM ............... 15

BAB 3 PENUTUP ....................................................................................................

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19


3.2 Saran .................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media.
Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara
berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun
waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan
menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat
menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar.
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi.
Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang bervariasi mulai
dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Sebagaimana di kemukakan sebelumnya
bahwa proses kejadian penyakit menular dalam masyarakat di tentukan oleh tiga unsur
utama yaitu sumber penularan (reservoir), cara penularan dan keadaan pejamu yang
potensial. Sehingga kelompok tertarik untuk membuat makalah tentang pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular dengan imunisasi.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
2. Apa itu kekebalan?
3. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit menular?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini untuk mengetahui scara umum dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1
1. Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang imunisasi dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
2. Untuk mengetahui program pemerintah dalam penanggulangan penyakit
menular.

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study
pustaka yaitu dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi buku-
buku teks yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 IMUNISASI
2.1.1 PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain.
Sistem imunisasi dapat mencegah antigen dan menginfeksi tubuh. Sistem
imunitas ini bersifat alami dan artificial. Imunitas alami bersifat spesifik dan non
spesifik. Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas non spesifik yang terdiri dari sel
komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen tersebut.
Setelah itu baru imunitas spesifik menyempurnakan perlawanan dari imunitas kita.
Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler. Sistem pertahanan
humoral menghasilkan imonuglobulin (IgM, IgA, IgD, IgG, IgE), sedangkan system
pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit T (sel Th1, Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya,
imunitas spesifik menghasilkan suatu sistem memori. Pada anak-anak imunitas seluler
akan berkembang spesifik setelah 2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus
menunggu sampai 6-9 tahun.
Imunitas artificial, bekerja secara aktif dan pasif, bekerja secara aktif bila
sesuatu zat diinduksikan ke dalam tubuh yang bertujuan untuk merangsang sistem imun
mengeluarkan antibodi, sebagai contoh adalah imunisasi. Bekerja secra pasif bila
menyuntikkan serum yang berisi antibodi kedalam tubuh, sebagai contoh serum bisa
ular.
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka

3
antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari
vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah
penyakit infeksius.
Imunitas dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak-anak, pada anak-
anak karna sistem imun yang belum sempurna. Sedangkan pada usia 60 tahun terjadi
penurunan sistem imun non spesifik seperti produksi air mata menurun, mekanisme
batuk tidak efektif, gangguan pengaturan suhu, dan perubahan fungsi sel sistem imun,
baik seluler maupun humoral. Dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap
infeksi, penyakit autoimun dan keganasan. Namun usia lanjut masih menunjukan respon
yang baik terhadap polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat
meningkatkan antibodi dengan efektif.
2.1.2 IMUNISASI DAN VAKSIN
Vaksinasi berarti pemberian setiap vaksin atau toksoid. Imunisasi
menggambarkan proses yang menginduksi imunitas secara artificial dengan pemberian
bahan antigenetik, seperti agen imunobiologis ( Nelson, 2000).

Tabel 1. Agen pengimunisasian


No Agen Definisi
1. Vaksin Suatu suspense mikroorganisme hidup yang dilemahkan atau mati
atau bagian anti genetik agen ini yang diberikan pada hospes
potensial untuk menginduksi.

2. Toksoid Toksin bakteri yang diubah, yang telah dibuat non toksis tetapi
mempertahankan kemampuan untuk merangsang pembentukan
antitoksin.
3. Globulin Larutan yang mengandung anti bodi yang berasal dari darah
imun manusia, yang diperoleh dengan fraksionasi etanol dingin,
kumpulan besar plasma dan digunakan terutama untuk
mempertahankan imunitas orang yang mengalami defisiensi imun
atau imunisasi pasif. tersedia dalam preparat intramuskuler dan
intravena.

4
4. Antitoksin Antibodi yang berasal dari serum binatang, dari rangsangan
binatang, dengan antigen spesifik yang digunakan untuk
memberikan imunitas pasif.
Sumber : Nelson, 2000

2.1.3 JENIS-JENIS IMUNISASI


Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak menimbulkan efek-
efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu :
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya.
Contok imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau campak. Dalam imunisasi aktif,
terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :
a. Vaksin dapat berupa organism yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terkait pada
protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari
ekstrak komponen-komponen organism dari suatu antigen. Dasarnya adalah
antigen harus merupakan bagian dari organism yang dijadikan vaksin.
b. Pengawet, stabilisator, atau antibiotik, merupakan zat yang digunakan agar
vaksin tetap dalam keadaan atau menstabilkan antigen dan mencegah
tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau
antibiotik yang bisa digunakan.
c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen telur,
protein serum, bahan kultur sel.
d. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem
imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen
dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan
maka semakin tinggi peningkatan antibodi.

5
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian
zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta)
atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk
dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang
terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalu darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap
campak.
2.1.4 YANG PERLU MENDAPATKAN IMUNISASI
Orang yang berisiko tinggi terkena suatu penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisas yaitu:
1. Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
2. Orang tua, manula
3. Top manager / axecutive perusahaan
4. calon jamah haji / umroh
5. Orang yang akan berpergian keluar negri,dll.
Apa yang seharusnya diketahui oleh keluarga dan masyarakat mengenai
imunisasi? Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 anak akan meninggal karena penyakit
campak. Sebanyak 2 dari 100 keahiran anak akan meningal karna batuk rejan. Satu dari
100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dari setiap 200.000 anak, 1
akan menderita penyakit polio. Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu
akan melindungi anak terhadap penyakit penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada
saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksin ini telah tersedia di masyarakat, tapi tidak
semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.
2.1.5 TUJUAN IMUNISASI
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
yang berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain :
1. Dengan imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

6
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3. Imunisasi menurunkan angaka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) pada balita.
2.1.6 MANFAAT IMUNISASI
1. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian
2. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa anak-anak yang nyaman.
3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
2.1.7 IMUNISASI ULANGAN
Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan agar kekebalan tetap melindungi
terhadap bibit penyakit. Beberapa jenis imunisasi mulai berkurang kemampuannya
sesuai pertumbuhan usia anak, sehingga perlu imunisasi penguatan (booster) dengan
cara pemberian imunisasi ulang.
2.1.8 TEMPAT MENDAPATKAN IMUNISASI
Untuk memaksimalkan pelayanan imunisasi dan mengoptimalkan keberhasilan
program imunisasi, telah disediakan tempat-tempat khusus yang bisa digunakan untuk
pemberian imunisasi. Imunisasi dapat dilakukan di Posyandu, puskesmas, polindes,
rumah sakit, bidan desa, praktek dokter dan tempat lain yang telah disediakan. Berbagai
tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayan imunisasi yaitu :
1. Pos Pelayanan Tepadu (Posyandu)
2. Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah
3. Praktek Dokter / Bidan lain atau Rumah Sakit.

2.2 KEKEBALAN
2.2.1 MACAM-MACAM KEKEBALAN
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular, dapat digolongkan menjadi dua yakni:
a) Kekebalan tidak spesifik (non spesifik resistance)

7
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada
manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit,
misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus),
adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk dan bersin dan sebagainya.
b) Kekebalan spesifik (specipic resistance)
Kekebalan specipik dapat diperoleh dari dua sumber yakni:
1. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit
hitam (Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis
vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten
terhadap penyakit plasmodium Falciparum, dari pada orang yang
mempunyai hemoglobin AA.
2. Kekebalan yang diperoleh (acquaied immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.
Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif
dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak
yang telah sembuh dari penyakit campak ia akan kebal terhadap penyakit
campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang
berarti kedalam tubuhnya dimasukkan organism pathogen (bibit) penyakit.
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak,
malaria dan tetanus, maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan
terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif
juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang.
Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).
2.2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKEBALAN
a. Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua
lebih mudah terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau
usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit menular tertentu. Hal

8
ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan
tubuh rendah.
b. Sex
Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan diphtheria lebih
parah terjadi pada wanita daripada pria.
c. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-
penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria,
serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit typoid dan meningitis jarang
terjadi pada wanita hamil.
d. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap
penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat
kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
e. Trauma
Stress salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan
seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
f. Kekebalan masyarakat (Heard immunity) tersebut.
Kekebalan yang terjadi pada tingkat komuniti disebut “Heard immunity”.
Apabila heard immunity dimasyarakat rendah, masyarakat tersebut akan
mudah terjadi wabah, sebaliknya apabila heard immunity tinggi, maka
wabah jarang yang terjadi dimasyarakat.

2.3 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR


2.3.1 PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah langkah untuk pencegahan, haruslah
didasarkan pada data/ keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau
hasil pengamatan/ penelitian epidemiologis.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan

9
pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
1. Pencegahan Tingkat Pertama
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan serta faktor penjamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab dan menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan
usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit, penyemprotan/insektisida dalam
rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai
penularan, disamping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai
penularan. Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat
dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya
pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang dapat
meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi / memodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti
pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan sosial
seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antarindividu dan kehidupan sosial
masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan
perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan
ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi serta olahraga kesehatan.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun
tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan

10
yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah
terjadinya akibat samping atau komplikasi.
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui pemeriksaan berkala serta
pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain
sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum
dalam masyarakat, pengobatan dan perawatan yang efektif, serta melakukan
surveilans epidemiologi yakni pencatatan dan pelaporan secara teratur dan
terus menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang
ada dimasyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok resiko tinggi
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berada pada proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit tertentu.
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit tertentu dengan
tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah
bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rahabilitasi adalah usaha
pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi
rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial
4. Strategi pencegahan penyakit
Dalam usaha pencegahan penyakit secara umum di kenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam
strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan
seperti tersebut diatas, sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan
individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah
kesehatan, serta usaha rehabilitasi lingkungan.
a. Sasaran yang bersifat umum yang ditujukan kepada individu maupun organisasi
masyarakat, dilakukan dengan pendekatan melalui usaha setempat/mandiri yang

11
sesuai dengan bentuk dan tatanan hidup masyarakat setempat (tradisional)
maupun melalui berbagai program pelayanan kesehatan yang tersedia.
b. Usaha pencegahan melalui pelaksanaan yang berencana dan terprogram (bersifat
wajib maupun sukarela) seperti pemberian imunisasi dasar serta perbaikan
sanitasi lingkungan dan pengadaan air bersih, peningkatan status gizi melalui
pemberian makanan tambahan maupun berbagai usaha yang bertujuan untuk
menghentikan/ mengubah kebiasaan yang mengandung resiko tinggi atau yang
dapat mempertinggi resiko penyakit tertentu.
c. Usaha yang diarahkan pada peningkatan standar hidup dan lingkungan
pemukiman seperti perbaikan perumahan dan pemukiman, perbaikan system
pendidikan serta social ekonomi masyarakat yang pada dasarnya kegiatan diluar
bidang kesehatan.
d. Usaha pencegahan dan penanggulangan keadaan luar biasa seperti kejadian
wabah, adanya bencana alam/situasi perang serta usaha penanggulangan melalui
kegiatan rawat darurat.
2.3.2 PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Penanggulangan penyakit menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian, membatasi penularan serta penyebaran
penyakit agar tidak meluas antar daerah maupun antar negara serta berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa/wabah.
Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (control) adalah
upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin
sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat. Penanggulangan
penyakit menular dapat dikelompokkan pada tiga kelompok meliputi:
1. Sasaran Langsung Pada Sumber Penularan Penjamu
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat
merupakan factor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan demikian
keberadaan sumber penularan tersebut memegang peranan yang cukup penting serta
menentukan cara penanggulangan yang paling tepat dan tingkat keberhasilannya cukup
tinggi.

12
a. Sumber penularan adalah binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestic) maka
upaya mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan
dengan memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari
penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala).
Tetapi bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar, usaha
penanggulangannya dilakukan dengan kombinasi cara lain, dengan kerja sama instansi
lain yang terkait.
b. Sumber penularan adalah manusia
Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat
berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan
sumber. Sasaran penanggulangan penyakit pada sumber penularan dapat dilakukan
dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya
menghilangkan unsure penyebab (mikroorganisme) atau menghilangkan fokus infeksi
yang ada pada sumber (bedah saluran empedu atau cholecystectomy) pada carier typoid
menahun.
Salah satu usaha penanggulangan yang sasarannya terpusat pada sumber
penularan adalah isolasi penderita. Bentuk ini memang sangat bermanfaat pada situasi
penyakit yang baru muncul dan punya potensi mewabah. Sedangkan bentuk ini kurang
bermanfaat pada penyakit yang telah menyebar dalam masyarakat terutama yang
mempunyai bentuk infeksi terselubung.
Bentuk penanggulangan lainnya mirip isolasi adalah karantina. Karantina
adalah pembatasan gerak seseorang atau sekelompok orang sehat atau binatang yang
dicurigai menderita atau akan menderita penyakit menular tertentu.
2. Sasaran yang Ditujukan Pada Cara Penularan
Sebagaimana diketahui bahwa cara penularan penyakit meliputi kontak
langsung, melalui udara, melalui makanan serta melalui vektor perantara. Upaya
pencegahan penularan melalui kontak langsung biasanya dititikberatkan pada
penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan bersama-sama dengan usaha menghilangkan
sumber penularan. Usaha pencegahan ini sangat erat hubungannya dengan pola dan
kebiasaan hidup sehari-hari, sistem sosial dan perilaku sehat anggota masyarakat.

13
Upaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan
melalui udara, terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan
bahan kimia atau dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil. Sedangkan usaha
lain dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan tampaknya
lebih bermanfaat.
Adapun upaya perbaikan lingkungan dalam upaya mencegah dan
menaggulangi penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman, dikembangkan
dengan memberantas bahan-bahan yang mengalami kontaminasi seperti penyehatan air
minum, pasteurisasi susu, serta pengawasan terhadap semua pengobatan bahan makanan
dan minuman. Usaha seperti ini biasanya dilakukan secara bersama antara petugas
pengawasan bahan berbahaya dengan petugas kesehatan lingkungan.
Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh vektor
terutama serangga dan binatang lainnya dilakukan melalui pemberantasan serangga
serta binatang perantara lainnya.
3. Sasaran ditujukan pada Penjamu Potensial
Faktor yang berpengaruh pada penjamu potensial terutama tingkat kekebalan
(imunitas) serta tingkat kerentanan/kepekaan yang dipengaruhi oleh status gizi, keadaan
umum serta faktor genetika.
a. Peningkatan kekebalan khusus
Berbagai penyakit dewasa ini dapat dicegah mealui usaha imunisasi yakni
peningkatan kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian vaksinasi. Pemberian
imunisasi aktif untuk perlindungan terhadap penyakit tertentu contohnya DPT dan
BCG. Selain pemberian imunisasi aktif, ada juga usaha perlindungan terhadap beberapa
penyakit tertentu dengan pemberian antibodi pelindung yang berasal dari penjamu lain
dalam bentuk serum antibodi yang memberikan perlindungan sementara dan disebut
imunisasi pasif. Contohnya: pemberian imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil untuk
kemudian dapat memindahkan antibodi ibu kepada bayi melalui placenta. Juga
pemberian antisera pada mereka yang dicurigai ketularan penyakit anjing gila (rabies)
serta pemberian serum globulin imun untuk pencegahan hepatitis dan pemberian
antitoksin tetanus untuk luka berat.

14
b. Peningkatan kekebalan umum (resistensi)
Berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan pejamu terhadap
penyakit infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan gizi keluarga,
peningkatan gizi balita melalui rogram Kartu Menuju Sehat (KMS), peningkatan derajat
kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui Posyandu.
Keseluruhan program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum
dalam usaha menagkal berbagai ancaman penyakit infeksi.
2.3.3 PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT
MENULAR
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2009 disebutkan upaya
pencegahan, pengendalian dan pembrantasan dalam penanggulangan penyakit menular
dilakukan melalui kegiatan:
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dilakukan untuk tercapainya perubahan perilaku pada
masyarakat umum yang dilakukan oleh masyarakat di bawah koordinasi Pejabat
Kesehatan Masyarakat di wilayahnya. Promosi kesehatan dilakukan melalui :
a. Penyuluhan
b. Konsultasi, bimbingan dan konseling
c. Intervensi perubahan perilaku
d. Pemberdayaan
e. Pelatihan, atau
f. Pemanfaatan media informasi.
2. Surveilans kesehatan
Surveilans kesehatan dilakukan untuk:
a. Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit dan faktor
risikonya masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka
pelaksanaan program penanggulangan secara efektif dan efisien.
b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadapa kemungkinan terjadinya
KLB/wabah dan daampaknya.

15
c. Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang
berkepentingan sesuai dengan pertimbangan kesehatan.
3. Pengendalian faktor risiko.
Pengendalian faktor risiko ditujukan untuk memutuskan rantai penularan dengan
cara :
a. Perbaikan kualitas media lingkungan
b. Pengedalian vector dan binatang pembawa penyakit
c. Rekayasa lingkungan
d. Peningkatan daya tahan tubuh.
4. Penemuan kasus.
Penemuan kasus dilakukan secara aktif dan pasif terhadap penyakit termasuk
agen penyebab penyakit. Penemuankasus secara aktif dilakukan dengan cara
petugas kesehatan datang langsung ke masyarakat dengan atau tanpa informasi
dari masyarakat, untuk mencari dan melakukan identifikasi kasus. Sedangkan
penemua kasus secara pasif dilakukan melalui pemeriksaan penderita penyakit
menular yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Penanganan kasus.
Penanganan kasus ditujukan untuk memutuskan mata rantai penularan dan/atau
pengobatan penderita.
6. Pemberian kekebalan (imunisasi).
Pemberian kekebalan (imunisasi) dilakukan melalui imunisasi rutin, imunisasi
tambahan dan imunisasi khusus.
7. Pemberian obat pencegahan secara massal, dan
Pemberian obat pencegahan secara masssal hanya dapat dilakukan pada penyakit
yang dikategorikan sebagai penyakit tropik yang terabaikan dengan
memperhatikan tingkat endemisitas wilayah masing-masing.
8. Kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.

Strategi dalam penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular meliputi :


1. Mengutamakan pemberdayaan masyarakat.

16
2. Mengembangkan jejaring kerja, koordinasi dan kemitraan serta kerja sama lintas
sektor internasional.
3. Meningkatkan penyediaan sumber daya dan pemanfaatan teknologi.
4. Mengembangkan sistem informasi, dan
5. Meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah langkah untuk pencegahan, haruslah
didasarkan pada data/ keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau
hasil pengamatan/ penelitian epidemiologis. Imunisasi merupakan salah satu bentuk
pencegahan penyakit menular yang mana dapat di definisikan sebagai suatu program
yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu (penyakit manular).
3.2 SARAN
Dengan terbentuknya makalah ini, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun bagi pembaca umumnya dan dosen pembimbing khususnya
sehingga kelompok dapat memahami dan mempelajari konsep dasar Pencegahan dan
Penanggulan Penyakit Menular.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andhini, Dwi. 2010. Imuniasi dan Vaksinasi. Penerbit Nuha Medika: Yogyakarta.

Noor, Nasry. 2009. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. PT. Rineka Cipta :
Jakarta

Noor, Nasry. 2008. Epidemiologi. PT. Rineka Cipta : Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan


Penyakit Menular

Magnus, Manya. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular. Penerbit Buku Kedokteran


EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai