Borang Portofolio Dokter Internsip Rs Bhayangkara Tulungagung Kasus Ilmu Penyakit Dalam
Borang Portofolio Dokter Internsip Rs Bhayangkara Tulungagung Kasus Ilmu Penyakit Dalam
TULUNGAGUNG
KASUS ILMU PENYAKIT DALAM
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien sudah tidak bekerja. Pasien dahulu bekerja sebagai petani
Daftar Pustaka :
1. Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006. Semarang:
UNDIP
2. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
3. Baraas. Faisal. Kardiologi Klinis Dalam Praktek Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit
Jantung Pada Anak. Bagian Kardiologi FKUI/Rumah Sakit Jantung Harapan Kita. 1995.
Jakarta. Hal: 236-243.
4. Advani. Najib. Emergencies pediatric. Subbagian kardiologi bagian ilmu kesehatan anak
FKUI-RSCM. Jakarta 2002. Hal: 87-94.
5. Fyler. Donald. Kardiologi Anak Nadas. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Gadjah Mada University Press. 1996. Yogyakarta. Hal: 79-88.
6. Wahab. Samik. Penyakit jantung anak. Edisi 3. Penerbit buku kedokteran EGC. 2003.
Jakarta. Hal: 80-89.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis CHF
2. Manejemen CHF
3. Derajat CHF
4. Penatalaksanaan CHF
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada
gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain
itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di
rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal
(R. Miftah Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole,
Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan
fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan
penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain.
CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar 3000
penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50
tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun
(Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak
dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).
Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan pada pasien dengan
CHF.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gagal jantung adalah keadaan (kelainan) patofisiologi berupa sindroma klinik.
Diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memenuhi cardiac output/ CO yang cukup
untuk melayani kebutuhan jaringan tubuh akan 02 dan nutrisi lain meskipun tekanan
pengisian (filling pressure atau volume diastolik) telah meningkat
Dalam keadaan normal jantung dapat memenuhi CO yang cukup stiap waktu, pada
gagal jantung ringan keluhan baru timbul pada beban fisik yang meningkat, pada gagal
jantung berat keluhan sudah timbul pada keadaan istirahat.
Jantung mengalami kegagalan (dekompensatio) apabila berbagai mekanisme sudah
berlebihan (yaitu retensi garam dan air, meningkatnya resistensi perifer, hipertrofi miokard,
dilatasi ventrikel, meningkatnya tekanan atria, meningkatnya kekuatan kontraksi) tetapi
jantung tidak mempertahankan fungsinya dengan cukup.
Gagal jantung merupakan akhir dari suatu continuum, proses yang
berkesinambungan, dimulai dari terdapatnya penyakit jantung tanpa kelainan hemodinamik,
kemudian berlanjut dengan fase preklinik dimana sudah didapati keluhan dan tanda-tanda
gagal jantung (symptom and sign).
Etiologi
Penyebab reversible dari gagal jantung antara lain: aritmia (misalnya: atrial
fibrillation), emboli paru-paru (pulmonary embolism), hipertensi maligna atau accelerated,
penyakit tiroid (hipotiroidisme atau hipertiroidisme), valvular heart disease, unstable angina,
high output failure, gagal ginjal, permasalahan yang ditimbulkan oleh pengobatan
(medication-induced problems), intake (asupan) garam yang tinggi, dan anemia berat.
Menurut penyebabnya gagal jantung dibagi berdasarkan :
1. Myocardial damage
a. Ischemic Heart Disease (IHD) difus atau regional
b. Miokarditis : viral, demam rematik, bakterial, fungal
c. Kardiomiopati : kardiomiopati iskemik, kardiomiopati diabetik, kardiomiopati
periapartal, kardiomiopati hipertensi (HHD), idiopathic hypertrophic subortic
stenosis.
2. Beban ventrikel yang bertambah
a. beban tekanan / pressure overload
- hipertensi sistemik
- koarktasio aorta
- aorta stenosis
- pulmonal stenosis
- hipertensi pulmonal pada PPOK atau hipertensi pulmonal primer
b. Beban volume / volume overload
- Mitral regurgitasi
- Aorta regurgitasi
- Ventricular septal defect (VSD)
- Atrial septal defect (ASD)
- Patent ductus arteriosus (PDA)
c. Restriksi dan obstruksi pengisisan ventrikel
- Mitral stenosis
- Triskupid stenosis
- Tamponade jantung
- Atrial miksoma
- Kardiomiopati restriktif
- Perikarditis kontriktif
d. Kor pulmonal
e. Kelainan metabolik
- Beri-beri
- Anemia kronik
- Penyakit tiroid
f. Kardiomiopati toksik
- Emetin
- Alkohol
- Vincristin
- Bir, kokain
g. Trauma
- Miokardial fibrosis
- Perikardial kontriktif
h. Kegananasan
- Limfoma
- Rabdomiosarkoma
Sebenarnya jantung yang mulai lemah akan memberikan 3 mekanisme kompensasi untuk
meningkatkan curah jantung, yaitu :
1) Meningkatkan aktivitas simpatik
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis gagal jantung dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG,
foto thorax, ekokardigrafi-doppler dan kateterisasi. Berdasar keluhan (symptom) terdapat
klasifikasi fungsional dari New York Heart Association ( NYHA) :
NYHA klas I :
Penderita dengan kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari
tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnoe atau angina.
NYHA klas II :
Penderita dengan kelainan jantung yang berakibat pembatasan ringan aktivitas fisik. Merasa
enak pada istirahat. Aktivitas fisik sehari-hari (ordinary physical activity) menyebabkan
kelelahan, palpitasi, dispnoe atau angina.
NYHA kelas III :
Penderita dengan kelainan jantung yang berakibat pembatasan berat aktivitas fisik. Merasa
enak pada istirahat. Aktivitas yang kurang dari aktivitas sehari-hari menimbulkan kelelahan,
palpitasi, dispnoe atau angina.
NYHA KELAS IV :
Penderita dengan kelainan jantung dengan akibat tidak mampu melakukan aktivitas fisik
apapun. Keluhan timbul maupun dalam keadaan istirahat
Dibawah ini adalah kriterian diagnosis CHF kiri dan kanan dari Framingham
Kriteria mayor:
1. Paroxismal Nocturnal Dispneu
2. distensi vena leher
3. ronkhi paru
4. kardiomegali
5. edema paru akut
6. gallop S3
7. peninggian tekanan vena jugularis
8. refluks hepatojugular
Kriteria minor:
1. edema ekstremitas
2. batuk malam hari
3. dispneu de effort
4. hepatomegali
5. efusi pleura
6. takikardi
7. penurunan kapasitas vital sepertiga dari normal
2) Diuretik
Diuretik akan mengurangi kongesti pulmonal dan edema perifer. Obat-obat ini
berguna mengurangi gejala volume berlebihan, termasuk ortopnea dan dispnea noktural
paroksimal. Diuretik menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan preload
jantung. Ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Diuretik juga
menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma sehingga menurunkan tekanan
darah. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah diuretik tiazid dan loop
3) Antagonis Aldosteron
Penggunaan spironolakton sebagai antagonis aldosteron menunjukkan penurunan
mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat. Aldosteron berhubungan
dengan retensi air dan natrium, aktivasi simpatetik, dan penghambatan parasimpatetik. Hal
tersebut merupakan efek yang merugikan pada pasien dengan gagal jatung. Spironolakton
meniadakan efek tersebut dengan penghambatan langsung aktifitas aldosteron
4) Obat-obat inotropik
Obat-obat inotropik positif meningkatkan kontraksi otot jantung dan meningkatkan
curah jantung. Meskipun obat-obat ini bekerja melalui mekanisme yang berbeda dalam tiap
kasus kerja inotropik adalah akibat peningkatan konsentrasi kalsium sitoplasma yang
memacu kontraksi otot jantung
a) Digitalis
Obat-obat golongan digitalis ini memiliki berbagai mekanisme kerja
diantaranya pengaturan konsentrasi kalsium sitosol. Hal ini menyebabkan terjadinya
hambatan pada aktivasi pompa proton yang dapat menimbulkan peningkatan
konsentrasi natrium intrasel, sehingga menyebabkan terjadinya transport kalsium
kedalam sel melalui mekanisme pertukaran kalsium-natrium. Kadar kalsium intrasel
yang meningkat itu menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi sistolik.
Mekanisme lainnya yaitu peningkatan kontraktilitas otot jantung, Pemberian glikosida
digitalis menngkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi aksi, jadi meningkatkan efisiensi kontraksi.
Terapi digoxin merupakan indikasi pada pasien dengan disfungsi sistolik
ventrikel kiri yang hebat setelah terapi diuretik dan vasodilator. Obat yang termasuk
dalam golongan glikosida jantung adalah digoxin dan digitoxin. Glikosida jantung
mempengaruhi semua jaringan yang dapat dirangsang, termasuk otot polos dan
susunan saraf pusat. Mekanisme efek ini belum diselidiki secara menyeluruh tetapi
mungkin melibatkan hambatan Na+K+ - ATPase didalam jaringan ini.
Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia hebat. Penurunan kadar kalium
dalam serum sering ditemukan pada pasien-pasien yang mendapatkan thiazid atau
loop diuretik dan biasanya dapat dicegah dengan diuretik hemat kalium atau suplemen
kalium karbonat. Hiperkalsemia dan hipomagnesemia juga menjadi predisposisi
terhadap toksisitas digitalis. Tanda dan gejala toksisitas glikosida jantung yaitu
anoreksia, mual, muntah, sakit abdomen, penglihatan kabur, mengigau, kelelahan,
bingung, pusing, meningkatnya respons ventilasi terhadap hipoksia, aritmia ektopik
atrium dan ventrikel, dan gangguan konduksi nodus sinoatrial dan atrioventrikel
b) Agonis ϐ-adrenergic
b. Radiography
Pada kasus-kasus kardiogenik, radiograph dapat menunjukkan cardiomegaly,
pulmonary venous hypertension, dan pleural effusions. Pulmonary venous hypertension
(PVH) dapat dibagi menjadi 3 tingkatan (grade).
Pada grade II PVH, ada bukti interstitial edema dengan ill-defined vessels dan
peribronchial cuffing, juga penebalan septum interlobular.
Pada grade III PVH, terdapat pengisian airspace lobus-bawah dan perihilar, dengan
ciri utama (ke-khas-an) konsolidasi (misalnya, confluent opacities, air bronchogram
dan ketidakmampuan untuk melihat pembuluh darah pulmo di daerah yang tidak
normal). Edema airspace cenderung menuju ke (to spare) perifer di pulmo bagian atas
dan tengah.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Tn S
Usia : 52 Tahun
No. RM : 563505
Alamat : Desa Jepun, Tulungagung
Tanggal MRS : 29 Agustus 2016 (12:11WIB)
Tanggal Pemeriksaan : 29 Agustus 2016 (12:11 WIB)
Pembiayaan : Umum
B. Subjective:
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Sesak nafas
Riwayat Keluhan Sekarang:
Sesak nafas di bagian dada dirasakan sudah 2 sejak hari. Sesak nafasnya dirasa seperti
diikat sehingga tidak bisa bernafas lega, munculnya mendadak tanpa didahului adanya
aktifitas apapun. Sesak dirasakan terus menerus, berkurang jika menggunakan bantal.
Selama serangan muncul beliau tidak merasakan adanya bunyi mengi saat bernafas.
Pasien juga mengeluhkan tangan dan kakinya terasa bengkak, namun tidak nyeri.
Pasien mengaku sekitar 4 hari sebelumnya badan terasa tidak enak dan juga pasien
mengatakan bahwa dirinya menjadi gampang lelah, perut terasa sebah sehingga hanya
tidur saja di kamar tanpa melakukan aktifitas apapun. Untuk keluhan sesaknya pasien
mengaku sudah dibawa ke dokter secara rutin dan telah mendapatkan pengobatan
secara rutin. Tidak merasakan ada demam dan kadang batuk-batuk. BAB normal dan
BAK terasa lebih sedikit dari biasanya. Tidak mengeluhkan adanya pusing, mual, dan
muntah.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemerksaan Labiratorium Tanggal 28 Mei 2015
Kesimpulan
Cardiomegaly dengan oedema pulmonal
Efusi pleura kiri
D. Problem List
Subyektif
1. Pasien datang dengan kondisi sesak
2. 4 hari sebelumnya pasien mengeluh lemas
3. pasien mengeluhkan batuk-batuk
4. Pasien mengeluh perut terasa sebah
5. Pasien mengeluhkan kedua kaki bengkak
Obyektif
1. KU lemah
2. Tensi 140/80 mmHg
3. Pada pemeriksaan fisik jantung : ictus cordis melebar
4. Leukosit 10,6
5. Hasil foto rontgen menunjukkan gambaran jantung yang tampak membesar
E. Assesment :
Decompensatio Cordis
F. Planning:
EKG
Evaluasi darah lengkap
Evaluasi GDA
Planning Terapi di IGD :
o O2 Nasal 4 Lpm
o Injeksi furosemide ½ amp intravena
o Laxadin syrup 2 x1 Cth
Advis dr Arif Sp JP
o Injeksi furosemide 1x1
o Injeksi spirola 25 mg x1
o Injeksi irvask 1x1
o Injeksi Cor q 3 x1
Planning Monitoring :
o Keluhan subjektif
o Keadaan umum dan Kesadaran
Edukasi:
Menjelaskan kepeda keluarga mengenai kondisi pasien dan penyakitnya,
menjelaskan mengenai tatalaksanana yang akan dilakukan, serta menjelaskan
komplikasi yang dapat terjadi.
30 Agustus 2016
S Sesak untuk beraktivitas, bengkak berkurang, batuk(+)
O Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 88 x/mnt
Nafas : 24 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Inj furosemide 1 x1
Spirola 25 mg 1 x1
Irvask 1x1
Car q 3 x1
31 Agustus 2016
S Sesak saat beraktivitas (+), bengkak mulai berkurang, batuk (+)
O Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 75 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Inj furosemide 1 x1
Spirola 25 mg 1 x1
Irvask 1x1
Car q 3 x1
1 September 2016
S Sesak berurang, bengkak mulai berkurang, batuk (+)
O Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
2 September 2016
S Sesak saat beraktivitas (+), batuk (+)
O Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 84 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Inj furosemide 1 x1
Spirola 25 mg 1 x1
Irvask 1x1
Car q 3 x1
3 September 2016
S Sesak (+), batuk (+)
O Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 82 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
4 September 2016
S Sesak berkurang , batuk (+)
O Tekanan darah : 140/90 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 75 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Nebu ventolin 1 amp + NaCl 2 cc 2x/hari pagi-sore
Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
5 September 2016
S Sesak saat beraktivitas (+), batuk (+)
O Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 75 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
Laxadin 3 x C1
6 September 2016
S Sesak saat beraktivitas (+),batuk (+)
O Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 82 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : perut terlihat datar ,bising usus (+), timpani (+), flatus (+),
bab (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
Laxadin 3 x C1
7 September 2016
S Sesak hilang timbul , batuk (+)
O Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 22 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
Laxadin 3 x C1
8 September 2016
S Sesak hilang timbul , batuk (+)
O Tekanan darah : 140/90 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
Laxadin 3 x C1
9 September 2016
S Sesak (+), batuk (+)
O Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 28 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
Laxadin 3 x C1
10 September 2016
S Sesak hilang timbul , batuk (+)
O Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 84 x/mnt
Nafas : 24 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Proxim 1 x1 po
Cpg 1 x1 po
Isdn 3 x1 po
Atorvastatin 20 mg 0-0-1
Trizelon 2 x1 p.o
Furosemide 1-0-0
Laxadin 3 x C1
11 September 2016
S Sesak mulai berkurang , batuk (-)
O Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Furosemide 3 x 1
Omx extra 1 ml iv
Spirola 25 mg 1-0-0
Corq 3 x1
Hyperil 5 mg 0-0-1
12 September 2016
S Sesak berkurang , batuk (-)
O Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 22 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Furosemide 3 x 1
Omx extra 1 ml iv
Spirola 25 mg 1-0-0
Corq 3 x1
Hyperil 5 mg0-0-1
Pasien direncanakan pulang jika keluhan sudah berkurang/membaik
13 September 2016
S Pasien menyatakan sudah tidak sesak lagi
O Tekanan darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Kepala/leher : dbn
Thoraks : sn ves +/+ ; Rh -/- ; wh -/-
Abdomen : supel, bising usus N
Ekstremitas : akral hangat +/+/+/+
A Decompensatio cordis
P Melanjutkan pengobatan dan kontrol di poli jantung
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut
dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2006.
Semarang: UNDIP
2. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
3. Baraas. Faisal. Kardiologi Klinis Dalam Praktek Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit
Jantung Pada Anak. Bagian Kardiologi FKUI/Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
1995. Jakarta. Hal: 236-243.
4. Advani. Najib. Emergencies pediatric. Subbagian kardiologi bagian ilmu kesehatan
anak FKUI-RSCM. Jakarta 2002. Hal: 87-94.
5. Fyler. Donald. Kardiologi Anak Nadas. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Gadjah Mada University Press. 1996. Yogyakarta. Hal: 79-88.
6. Wahab. Samik. Penyakit jantung anak. Edisi 3. Penerbit buku kedokteran EGC. 2003.
Jakarta. Hal: 80-89.