Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANTIMIKROBA
Disusun oleh :
Ketua:
Anggota :
Farmasi D 2016
Kelompok 4
10.00-13.00 WIB
FAKULTAS FARMASI
CIMAHI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang
zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak
menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak
menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis
(-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh
Penisilin
Sefalosporin
Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif
Seftazidim, Aztreonam.
Aminoglikosida
mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu
sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase
luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli,
Polipeptida
untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat
Antibiotika lainnya
(Ganiswarna, 1995) :
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sfalosforin, basitrasin,
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golonbgangna aminoglikosid, makrolid,
Antimikroba yang termasuk kelompok ini ialah rimpisin dan golongan kuinolon.
Penyebab infeksi
mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak
suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera
dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan
kepekaan kuman. Pemberian antibiotik tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat
Faktor pasien
Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik antara lain
fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status imunologis),
daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroba oelh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk
(Ganiswara, 1995) :
Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh
antimikroba.
mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin
infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan sampel
bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman (Ditjen POM, 2001).
Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang.
Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa
suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat
yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi)
(Dwidjesoputro, 1994).
Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring
(Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas saring menghambat pertumbuhan
insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi,
antagonis. Metode d’Aubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa kadar
anibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
1. Inkubator
2. Oven
3. Spektrofotometer
4. Erlenmeyer
5. Tabung reaksi
6. Tip pipet
7. Mikropipet
8. Bunsen
9. 96-microwell plat
10. Gelas ukur
3.1.2 Bahan yang digunakan
1. Medium Mueller Hinton Broth
2. Antibiotik Uji
3. Kapas lemak
4. DMSO
5. Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida albicans
6. Methylen blue
HASIL PEMBAHASAN
Staphylococcus aureus
Metoksazole A B C
10 10 10
Ketoconazole D E F
10 10 10
Tetrasiklin G H -
3 4
4.2 Pembahasan
Tujuan praktikum ini adalah praktikan dapat melakukan penetuan MIC dan MBC suatu
antimikrobia menggunakan teknik dilusi dan mikrodilusi. MIC (Minimum Inhibitory
Cincentration) adalah konsentrasi terendah dari antimikrobia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan MBC (Minimum Bakteriofag Concentration) adalah
konsentrasi terendah dari antimikrobia yang dapat berfungsi untuk membunuh mikroorganisme.
Parameter antara MIC dan MBC berbeda, untuk MIC parameternya yaitu adanya kekeruhan
namun tidak terlalu pekat sedangkan untuk MBC parameternya yaitu kejerinhan yang
menyekuruh. Terdapat pula istilah bakteriostatik dan bakteriosidal. Bakteriostatik adalah senyawa
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakteriosidal adalah senyawa
kimia yang dapat membunuh bakteri. Praktikum ini digunakan kontrol positif (+) serta kontrol (-
). Kontrol positif berisi media dan bakteri yang bertujuan untuk mengamati pertumbuhan bakteri.
Untuk kontrol negatif hanya berisi media yang digunakan sebagai pembanding tingkat parameter
kejernihan.
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair(broth dilution) dan dilusi padat
(solid dilution). Metode dilusi cair mengukur kadar hambat minimum (KHM/MIC) dan kadar
bunuh bakteri(KBM/MBC). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikrobia pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen
antimikrobia pada kadar terkecil yang terlihat jenis tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji
ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutmya dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi
selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai
KHM. Sedangkan metode dilusi padat atau solid dilution test, metode ini serupa dengan metode
dilusi cair namuun menggunakan metode padat. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi
agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.
Pertama-tama yang dilakukan pada praktikum yaitu membuat media. Media yang
digunakan untuk uji potensi antimikrobia terhadap bakteri yaitu menggunakanMBH. Kemudian
disiapkan microwell plat yang digunakan sebagai alat percobaan untuk menguji adanya mikroba.
Di masukkan medium broth pada 96-microwell kemudian di tambakan metoksazole, ketoconazole,
dan tetrasiklin dan di lakukan pengenceran. Pada baris kesatu dan dua di gunakan sebagai control
positif(+) dan kontrol negative (-). Setelah dilakukan pengenceran di tambahkan bakteri S. aureus
pada 96-microwell plat kecuali pada control negative. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu
37o C selama 24 jam. Proses inkubasi dilakukan di dalam LAF. Prinsip LAF adalah menyaring
udara yang masuk ke dalam daerah kerja melalui filter sehingga udara yang masuk ke daerah kerja
bebaas mikroorganisme dan partikel asing diudara.
Pada hari kedua diamati pada 96-microwell plat yang menunjukan pertumbuhan dengan
melihat adanya kekeruhan. Apabila tabung terlihat keruh (+) menandakan bahwa telah terjadi
pertumbuhan bakteri di dalam tabung dan apabila tabung terlihat jernih (-) menandakan tidak
terjadinya pertumbuhan bakteri atau telah terjadi penghambatan pertumbuhan bakteri oleh
antibiotik yang ditambahkan. Pada keadaan ini disebut MIC (Minimum inhibitory concentration)
atau konsentrasi terendah bahan antimicrobial yang mengahambat pertumbuhan.
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa terjadi kekeruhan pada 96-microwell plat yang di
beri antibiotic metoksazole dan ketoconazole sedangkan pada antibiotic yang diberi tetrasiklin
hanya sedikit yang terjadi kekeruhan hal ini menandakan bahwa pada antibiotic metoksazole dan
ketoconazole tidak efektif untuk bakteri staphylococcus aureus sedangkan pada antibiotic
tetrasiklin menandakan bahwa antibiotic ini efektif untuk bakteri staphylococcus aureus. Karna
tetrasiklin merupakan antibiotic dengan spectrum yang luas di bandingkan dengan metoksazole
dan ketoconazole.
BAB V
KESIMPULAN
Bakteri Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphylo (buah anggur) dan coccus
(bulat). Bakteri sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir pada manusia.
Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
Bakteri Staphylococcus aureus yang dibawa pengidap tidak menimbulkan gejala, tetapi
dapat menularkan pada orang lain atau lingkungannya dengan berbagai cara yakni dapat
dihembuskan dari saluran pernapasan atas pada waktu bersin, dan dapat menjadi sumber penularan