Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah yang runtuh akibat serangan
tentara mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaaan kecil yang satu
sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban
Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Keadaan politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan
besar : Turki Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari
ketiganya, Turki Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan
imperium islam. Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara,
Jazirah Arab, Balkan hingga Asia Tengah, Turki Usmani menyimpan keberagaman
bangsa, budaya dan agama, Turki Usmani mampu berkuasa sekitar 6 abad berturut-
turut.
Sejarah peradaban Islam masa turki usmani yang penuh dengan suasana
politik, bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi kerajaan islam yang
paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini bisa
runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
1.2 Tujuan

a. Mengetahui sejarah singkat berdirinya kerajaan Turki Usmani


b. Mengetahui Sistem Pemerintahan Pada Masa Turki Utsmani
c. Mengetahui kemajuan Turki Usmani
d. Mengetahui runtuhnya kerajaan Turki Usmani

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah singkat berdirinya kerajaan Turki Usmani


b. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa Turki Utsmani
c. Apa faktor yang mempengaruhi kemajuan Turki Usmani
d. Apa faktor yang mempengaruhi runtuhnya kerajaan Turki Usmani
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Usmani

Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad,
mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad
kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Awal mula setelah suku Oghus diserang oleh bangsa Mongol, mereka meminta
perlindugan kepada Jalaluddin yang merupakan pemimpin terakhir dari dinasti
Khawarizmi Syah di Transoxiana, yang oleh Jalaluddin kemudian disuruh pindah ke Asia
Kecil. Bangsa Mongol selalu mengusik ketenangan suku Oghus. Karena merasa selalu
diganggu oleh Mongol, maka mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari
perlindungan pada saudara-saudara mereka, yaitu orang Turki Saljuk di dataran tinggi
Asia Kecil. Karena mereka meminta perlindungan pada orang Turki Saljuk ini, praktis
mereka berada di bawah kekuasaan kerajaan Saljuk dan mereka pun mengabdikan diri
pada Sultan Alauddin II.
Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat
bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak
itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibu kota.
Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin
terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil. Utsmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri.
2.2 Sistem Pemerintahan Pada Masa Turki Utsmani

Dinasti Turki Utsmani merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam Islam
dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia,
Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam birokrasi
pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah Bani Abbasiyyah. Kemudian mereka
sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun independen, tetapi masih tetap mengaku
loyal kepada khlaifah Bani Abbasiyah. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya Bani
Saljuk.

Secara garis besar kepemimpinan kerajaan Utsmaniyyah dapat dikelompokan


menjadi lima periode. Adapun kelima periode itu adalah sebagai berikut:

1. Periode pertama, yaitu masa pendirian dan pembentukan kekuasaan


setelah melepaskan diri dari dinasti saljuk. Pada masa ini Utsmaniyyah telah
melakukan ekspansi. Masa ini berlangsung dari tahun 1299 hingga tahun 1430-
an M. Dengan demikian pemimpin kerajaan yang termasuk pada periode ini
adalah Utsman I, Orkhan, Murad I, Bayazid I, dan Muhammad I.
2. Periode kedua, yaitu masa pembenahan, pertumbuhan, dan ekspansi
besar-besaran. Di masa inilah puncak kejayaan dan kemenangan bagi kerajaan
Utsmaniyyah dengan ditandai takluknya kota Konstantinopel yang kemudian
dijadikan ibu kota dengan dirubah namanya menjadi Istambul. Periode ini
berlangsung selama satu setengah abad dengan enam sultan. Adapun sultan yang
memimpin pada periode ini adalah Murad II, Muhamad II, Bayazid II, dan Salim
II.
3. Periode ketiga, merupakan periode dimana eksistensi kerajaan sudah
mulai terkoyak akibat serangan dari luar. Bahkan pada periode ini banyak
wilayah yang sudah lepas dari kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah, misalnya
Hongaria. Pada periode ini merupakan periode terpanjang karena dipimpin oleh
15 sultan, yaitu Sulaiman I, Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I,
Musthafa I, Utsman II, Musthafa I, Murad IV, Ibrahim, Muhammad IV,
Sulaiman II, Ahmad II, Musthafa II, dan Ahmad III.
4. Periode keempat, yaitu masa dimana banyaknya gerakan separatis yang
mengakibatkan hilangnya secara perlahan-lahan kekuasaan kerajaan
Utsmaniyyah. Periode ini berlangsung pada tahun 1703 hingga 1839 M dengan
dipimpin oleh 8 sultan. Adapun kedelapan sultan tersebut adalah Ahmad III,
Mahmud I, Utsman III, Musthafa III, Abdul Hamid I, Salim III, Musthafa IV,
Mahmud II, dan Abdul Majid I.
5. Periode kelima atau periode terakhir dari kerajaan Utsmaniyyah
berlangsung sekitar tahun 1839-1922 M dengan 5 sultan. Pada masa ini,
pengaruh barat sudah mulai nampak, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya
kebudayaan, dan gaya administrasi ala barat. Adapun kelima sultan tersebut
adalah Abdul Aziz, Murad V, Abdul Hamid II, Muhammad V, dan Muhammad
VI.

2.3 Kemajuan Turki Usmani

A. ASPEK KEKUASAAN WILAYAH

Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, kerajaan dipimpin oleh


anaknya yaitu Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi
militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan
kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan sebagian
daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M,
Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik tahta. Ia
memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa
dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru),
Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan
kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin
oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun
1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.

Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan
berlanjut dan dapat menguasai Salocia, Morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga
pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas.
Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi
pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di
samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada
akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap
dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan
Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.

Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan diantara


putra–putranya (Muhammad, Isa dan Sulaiman) namun diantara mereka Sultan
Muhammad I yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil
menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih
setelah Timur Lenk meninggal pada tahun 1405 M.

Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh


anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) mencapai banyak kemajuan pada masa
Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II, dapat
mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal
di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II, berbeda dengan Ayahnya, yang lebih
mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul
kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim
I.
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah
perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia,
Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.

Setelah Sultan Salim I Meninggal, Muncul Putranya Sultan Sulaiman I


(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada
masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria,
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga
Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. Meliputi lautan
Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar
kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.

B. ASPEK PEREKONOMIAN

Telah tercatat beberapa kota yang telah maju dalam bidang industri
diantaranya :

a. Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun


b. Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian
yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.

C. ASPEK ILMU PENGETAHUAN

a. Tempat Pendidikan

Pada masa sultan Muhammad Al-Fatih, sekolah-sekolah telah tersebar


merata di semua kota besar dan daerah terpencil. Terdapat pula perpustakaan yang
dibangun di sekitar sekolah dengan pengelolaan sangat tertib, terbukti dengan
keteraturan catatan peminjaman.
b. Penerjemahan Kitab-kitab

Pada masa Sultan Al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-


khazanah lama dari bahasa Yunani, Latin, Persia dan Arab kedalam bahasa Turki.
Salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal)
karya poltark. Buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke bahasa Turki adalah buku
karangan Abu Al-qasim Al-zaharowi Al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang
berjudul Al-Tashrif Fi Al-Thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan pembahasan
alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah.

c. Kebudayaan dan Kesenian

Kerajaan Utsmaniyah awal mulanya merupakan sebuah suku yang nomaden,


dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan Utsmaniyah tidak dipengaruhi
dan didominasi oleh satu kebudayaan saja, melainkan hasil perpaduan antara budaya
Persia, Bizantium, dan Arab. Puncak dari perkembangan peradaban Utsmani tatkala
berhasil menaklukkan Constantinopel.

Mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam yang


berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi,
Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari. Masjid-masjid tersebut
dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Pada masa Sulaiman, di kota-kota besar
dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung,
makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.

Selain itu, dalam bidang syair yang menonjol adalah Nefi’ dan Syekh Al-
Islam Zekeria Zade Yahyat Efend. Dalam bidang sastra, prosa Kerajaan Utsmani
pada masa tersebut melahirkan dua tokoh, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Katib
Celebi mengarang buku Kasf al-Zunun fii Asmaailkutub wal Punun. Sementara Evia
Celebi mengarang buku Seyahatname.
d. Kondisi Keagamaan Pada Masa Turki Utsmani

Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor penting


dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat digolongkan
berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki peranan penting dalam
kerajaan dan masyarakat.

Selain itu pada masa kerajaan Utsmaniyah muncul banyak aliran tarekat
misalnya tarekat Bektasyi dan Maulawi yang mempunyai banyak pengikut, baik dari
kalangan sipil maupun militer.

2.4 RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI

Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan menjadi:

1. Faktor Internal
i. Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan,
sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya
kriminalitas.
ii. Heterogenitas penduduk dan agama.
iii. Kehidupan istimewa yang bermegahan.
iv. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian
besar peperangan turki mengalami kekalahan.

2. Faktor Eksternal
i. Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut.
Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
ii. Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan.
Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan
senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti Eropa telah
menguunakan senjata yang lebih maju.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dinasti Utsmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama
hampir tujuh abad lamanya dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan Utsmani
didirikan oleh Utsman I putra Ertoghol bangsa Turki dari Kabilah Oghus yang mula-
mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina.

Dinasti Turki Utsmani mengalami kemajuan dalam berbagai aspek, terutama


dalam aspek perluasan wilayah, aspek perekonomi, dan aspek ilmu pengetahuan.
Peradaban Islam di Turki Utsmani juga mengalami kemajuan antara lain di berbagai
bidang kemiliteran dan pemerintahan dimana militer dan pemerintahan Turki sangat
kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang
keagamaan, suasana keagamaan Islam juga cukup berhasil dengan baik.

3.2 Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari tentunya makalah ini tak
lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah tulisan atau kesalahan materi, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari segenap pembaca dan dosen
pengampu senantiasa kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah.

Malik, Maman A. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Pokja UIN Sunan
Kalijaga.

Syalabi, Ahmad. 1988. Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani. Jakarta:
Kalam Mulia.

Syalaby, Ali Muhammad. 2008. Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta:
Pustaka Al kautsar.

Tim Guru Bina PAI Madrasah Aliyah. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam. Sragen: Penerbit
Akik Pustaka.

Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai