Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
Penyakit TB-Paru telah dikenal lebih dari satu abad yang lalu, yakni sejak
ditemukan kuman penyebab TB-Paru oleh Robert Koch tahun 1882, namun sampai
saat ini penyakit TB-Paru tetap menjadi masalah kesehatan ditingkat dunia. Laporan
Badan Kesehatan dunia (WHO) tahun 2001 mengungkapkan sekitar 3,8 juta kasus
baru TB-Paru diseluruh dunia, penyakit ini pun telah merenggut nyawa 1,8 juta jiwa
diseluruh dunia pada tahun 2000. Dalam disribusi beban TB-Paru secara global, pada
wilayah Afrika sebesar 22 %. Dua puluh dua negara dengan beban TB-Paru tinggi
menyumbang 80 % dari penambahan kasus baru setiap tahunnya, dengan India dan
jantung: 3 %). Perempuan dalam usia reproduksi lebih rentan terhadap TB-Paru dan
lebih mungkin terjangkit oleh penyakit TB-Paru dibandingkan pria dari kelompok
1
usia yang sama. Di sebagian negara Afrika, jumlah perempuan yang terjangkit TB-
Paru lebih besar dibandingkan jumlah penderita pria. TB-Paru menyebabkan jumlah
beberapa bagian dunia, stigma atau rasa malu akibat TB-Paru menyebabkan
terjadinya isolasi, pengucilan dan perceraian bagi kaum wanita. Dibeberapa bagian
dunia, pergerakan kaum perempuan sedang mengusahakan adanya upaya lebih baik
Awal abad 21 ini penderita TB-Paru setiap hari 20.000 orang jatuh sakit,
setiap jam 833 orang jatuh sakit, setiap menit 13 orang jatuh sakit, setiap detik 1
orang jatuh sakit, setiap hari 5.000 orang meninggal akibat TB-Paru, setiap jam 208
orang meninggal akibat TB-Paru, setiap menit 3 orang meninggal, setiap 20 detik 1
orang meninggal akibat TB-Paru dan setiap detik orang terinfeksi TB-Paru. Penyakit
ketiga didunia (5,8%), setelah India (21,1%), dan China (14,3%). Di Indonesia
2005).
Di Indonesia setiap tahun ada 1,3 juta anak berumur kurang dari 15 tahun
yang terinfeksi kuman TB dan setiap tahun ada 450 ribu kematian anak akibat
penyakit ini. Tiap 1 orang penderita TB yang aktif, bisa menularkan kumannya
kepada 10 s/d 15 orang lain pertahunnya. Saat ini 1/3 populasi dunia sudah tertular
(http://inseparfoundation.wordpress.com/2009/05/27/tb-paru-perkembangan-di-tahun-2009 /)
2
Berdasarkan data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Depertemen
pada akhir tahun 2003 harus dicapai prevalensi rate 0,13% dengan cakupan penderita
Tahun 2007 terdapat 138 unit Puskesmas yang ditunjuk sebagai Puskesmas pelaksana
program TB-Paru yang dilaporkan tahun 2005 adalah 2.651.625 jiwa (Profil Dinkes
NAD, 2007)
kesehatan masyarakat. Pada tahun 2005 ditemukan penderita sebanyak 88.960 orang.
Dari 88.960 orang penderita tersebut positif penderita TB-Paru adalah sebanyak
9.728 orang (10,93%), sedangkan yang lainnya adalah penderita TB-Paru yang BTA
(-) 7.208 (9,10%) dan yang sembuh yaitu 72.024 (80,96%). Dilihat dari indikator
program angka kesembuhan masih dibawah target untuk tahun 2005 yaitu 85%
Nanggroe Aceh Darussalam yang tertimpa musibah gempa dan tsunami pada tanggal
dengan wilayah kerja Puskesmas mencapai 48 desa dan 51 titik kegiatan, dimana
angka cakupan penemuan penderita masih sangat kurang yaitu (55,1%) dan untuk
3
angka kesembuhan penderita juga masih rendah yaitu (65,6%) jauh dari target
nasional yaitu sebesar (85%) (Profil Dinkes Kab. Aceh Jaya, 2008).
Pada tahun 2008 jumlah kasus TB-Paru diwilayah kerja Puskesmas Lamno
adalah 213 orang, 113 (75,58%) orang dengan kasus suspek TB-Paru, penderita yang
di periksa sputumnya 22 (19,47%) orang yang hasil BTA (+) dan 91 (80,53%) orang
terdapat 282 penderita TB-Paru, diantaranya 161 (57,09 %) penderita suspek TB-
Paru. Penderita yang diperiksa sputumnya ternyata ditemukan 43 orang (26,71%) yang
hasilnya BTA (+) dan 118 (73,29 %) dengan hasil BTA (-). (Laporan Puskesmas
Lamno, 2009)
Hasil uraian di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan kasus dari tahun
2008 yaitu 22 orang BTA (+) sedangkan pada tahun 2009 mencapai 43 orang BTA
(+). Terjadinya peningkatan tersebut ternyata selain karena ketidak patuhan penderita
pengobatan juga ikut bertanggung jawab terhadap masalah tersebut, melihat besarnya
di Puskesmas Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya untuk melihat lebih
masalah dalam penelitian ini adalah gambaran apa sajakah yang dapat mempengaruhi
4
partisipasi penderita dalam penanggulangan TB-Paru di Puskesmas Lamno,
Paru yang sudah dilakukan di Puskesmas Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh
5
4. Untuk mengetahui gambaran peran serta Pengawasan Menelan Obat (PMO) di
6
BAB I : Merupakan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang
mengukur variable
penelitian
BAB VII : Merupakan kesimpulan dan saran, pada bab ini memuat kesimulan
BAB II
7
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. TB – PARU
1. Tuberkolosis Primer
2. Tuberkolosis Sekunder
terjadinya infeksi primer. Dengan demikian, mulai sekarang apa yang sebut
cukup tinggi ( 0,3 – 0,6 % ) dengan BTA positif 3,4 % yang ditemukan secara
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB-Paru cepat mati dengan
8
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat didominant, tertidur lama
berbentuk batang mempunyai sifat tahan asam pada perwarnaan. Oleh karena itu,
Sumber penularan adalah penderita TB-Paru BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (Percikan
Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan. Setelah kuman TB-Paru masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman TB-Paru tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya., melalui system peredaran darah, system saluran limfe, saluran nafas, atau
yang dikeluarkan oleh parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak
seseorang terinfeksi TB-Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
9
2.1.4. Tanda-tanda dan gejala penyakit
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada,
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
3. Foto thoraks.
10
5. Tes PAP (Peroksidas Anti Peroksidasi)
10. Mycodot
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam
2000)
11
2.1.6. Usaha pencegahan dan penanggulangannya
usaha-usaha :
2. Pencegahan dengan :
Indikator program yang digunakan dalan P2TB paru dapat dibedakan menjadi
dua yaitu untuk evaluasi jangka panjang dan evaluasi jangka pendek.
12
Evaluasi jangka pendek indikator program yang digunakan adalah :
Cara perhitungan :
Angka ini bisa digunakan untuk menilai besarnya masalah tuberkulosis paru
dalam satu wilayah dan untuk menilai kegiatan pelaksanaan program tingkat
Cara perhitungan :
Angka ini digunakan untuk menilai masalah persediaan obat dan kebenaran
distribusi obat.
Cara perhitungan :
13
Angka ini digunakan untuk menilai kemampuan pengendalian pengobatan
dan untuk menilai hasil akhir pelaksanaan pengobatan (Depkes. RI, 2005).
Puskesmas.
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
upaya yang harus dijalankan oleh puskesmas, tujuan dari program ini adalah
14
b. Penemuan aktif adalah mencari penderita tersangka tanpa menunggu
baik. Kadang-kadang walaupun penyakitnya agak berat, penderita tidak merasa sakit,
sehingga tidak mencari pengobatan. Orang ini akan lebih berbahaya lagi sebagai
mengakibatkan kematian.
tuberkulosis.
15
d. Memberi latihan kepada petugas poliklinik, dokter, perawat, bidan dan kepada
memeriksa orang yang mempunyai gejala batuk yang menetap dan lama ke
Penemuan BTA dalam sputum (dahak), mempunyai arti yang sangat penting
waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Pemeriksaan 3 spesimen
(SPS) dahak secara mikroskopis langsung nilainya identik dengan pemeriksaan dahak
pemeriksaan yang paling efisien, mudah dan murah, dan hamper semua unit
16
Kuman Mycobacterium Tuberculosis baru dapat dilihat dibawah mikroskop
bila jumlah paling sedikit 5.000 kuman dalam satu mili-liter dahak. Dahak yang baik
untuk diperiksa adalah dahak kental dan purulen (mucapurulent) bewarna hijau
ada pemeriksaan dahak secara SPS. Adapun pelaksanaan pengumpulan dahak SPS
1. S (sewaktu)
kali. Pada saat pulang, penderita membawa sebuah pot dahak mengumpulkan
2. P (pagi)
Dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK).
3. S (sewaktu)
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
17
2. Penyimpanan specimen kurang baik.
hapus.
bila paling sedikit 3 kali pemeriksaan berturut-turut positif dalam (2) hari. Apabila
dari 3 pemeriksaan dahak hasil BTA (-) sedangkan secara klinis mendukung sebagai
foto rontgen thorax mungkin disebabkan tuberkulosis atau oleh sejumlah keadaan
lain, dimana gambaran pada foto rontgen tersebut tidak selalu spesifik untuk
mencapai kesembuhan bagi penderita dan memutuskan rantai penularan (Depkes. RI,
2006).
6 – 8 bulan terus-menerus tanpa terputus. Oleh karena itu persediaan paduan OAT
18
harus selalu cukup untuk menjamin kelangsungan pengobatan penderita (satu paket
tuberculosis paling sedikit 85 % dari seluruh kasus tuberculosis BTA (+) yang
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
sesuai dengan rekomendasi WHO berupa paduan OAT jangka pendek yang terdiri
dari :
19
a. 2 bulan minum Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamid dan Etambutol setiap
harinya.
kali.
2. Penderita baru TB-Paru BTA negative Rontgen positif yang “sakit berat”dan
Lamanya pengobatan 6 bulan, 2 bulan pada fase awal dan 4 bulan fase
lanjutan.
2 bulan 1 1 3 3 60
Tahap Intensif
(dosis harian)
Tahap lanjutan
4 bulan 2 1 - - 54
(dosis 3 x
seminggu)
Keterangan : Dosis tersebut untuk penderita dengan BB antara 33 – 50 kg.
20
a) 2 bulan minum Isoniazid, Rifampisin, Pyrazinamid, Etambutol dan injeksi
Tahap 2 bulan 1 1 3 mg
3 mg
- 0,75 60
intensif
(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - gr 30
Tahap
harian)
lanjutan 5 bulan 2 1 - 1 2 - 66
(dosis Keterangan: dosis tersebut untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg.
21
1. Penderita baru TBA negatif dan rontgen positif sakit ringan
Keterangan: dosis tersebut di atas untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg.
kategori II pada akhir fase awal / intensif masih BTA (+) diberikan obat sisipan
berikut:
1. Obat yang digunakan harus dalam kombinasi (paling sedikit 2 macam obat)
2. Obat harus dimakan teratur selama masa pengobatan untuk masing-masing fase
pengobatan.
4. Apabila seorang penderita yang baru saja selesai menjalani pengobatan dan kambuh
kembali harus diasumsikan bahwa kuman tuberkulosis resistens terhadap OAT yang telah
22
5. Selama OAT diberikan dalam blister kemasan harian, ditelan sehari sekali secara
bersama-sama. Sebaiknya sebelum tidur malam atau 1 jam sebelum makan pagi
berikut:
1. Pelayanan pengobatan harus mudah dicapai oleh penderita secara Cuma-Cuma, tidak
2. Pelayanan pengobatan harus dapat diterima dan digunakan oleh masyarakat. Petugas
kesehatan harus dapat berkomunikasi dengan penderita secara baik dalam bahasa
3. Panduan obat harus tersedia sesuai dengan yang telah direncanakan dan diterima dalam
pelaksanaan hingga keteraturan berobat dapat dilakukan dengan baik agar dicapai
waktu 6 bulan, namun kurangnya kepatuhan penderita TB dalam minum obat, menyebabkan
angka kesembuhan penderita rendah, angka kematian tinggi, kekambuhan meningkat dan
evaluation pada tahun 1994, sesuai dengan rekomendasi WHO untuk penanggulangan
23
Tuberkulosis, disepakati untuk merubah kebijaksanaan operasional program, termasuk
strategi kunci dalam menghentikan penyebaran TB di dunia. Titik berat pelaksanaan program
pengawasan terhadap penderita TBC agar menelan obatnya secara teratur sesuai
5 komponen, yaitu :
24
2.3.4.3 Hasil pengobatan
1. Sembuh
2. Pengobatan lengkap
tapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang dahak 2 (dua) kali berturut-turut
3. Meninggal
apapun.
4. Pindah
lanjut; penderita yang ingin pindah, dibuat surat pindah (form TB. 09) dan
bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan penderita
atau lebih sebelum masa pengobatan selesai. Tindak lanjut; lacak penderita
25
tersebut dan beri penyuluhan tentang pentingnya berobat secara teratur. Apabila
6. Gagal
Adalah penderita BTA positif (+) yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif (+) atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir
pengobatan. Tindak lanjut penderita BTA positif baru dengan kategori satu
diberi kategori dua dari awal. Penderita BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori dua dirujuk ke UPK spesialistik atau berikan INH seumur
hidup. Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir
bulan kedua menjadi positif. Tindak lanjut; berikan pengobatan kategori dua
penyakitnya bisa sembuh dengan cepat dalam waktu 6 bulan. Untuk itu pengertian
26
tentang penyakit ini akan menolong masyarakat dalam menghincarinya. Untuk itu
tugas utama seorang petugas TB-Paru adalah menjelaskan pada pasien kapan dan
keadaan dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup
diawali dengan advokasi, dilanjutkan dengan bina suasana atau dukungan sosial
1. Advokasi
masyarakat.
27
2. Bina suasana dalam rangka program penanggulangan TB.
wanita dan kelompok media massa guna mencapai tujuan program penanggulangan
TB.
Peran utama PMO adalah sejauh mana keterlibatan langsung PMO dalam
perawat, juru immunisasi dan Iain-lain. Bila tidak ada petugas yang memungkinkan
bisa juga dari kader, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lain atau
obat.
28
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita.
(Depkes, 2005).
1. Mengawasi penderita TB-Paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
3. Meningkatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang telah
ditentukan.
gejala tersangka TB-Paru untuk segera memeriksa diri ke unit pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan dan PMO hams mengawasi proses peminuman obat serta
perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecenderungan pasien berhenti
minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat TB-Paru bisa hilang
dalam waktu 2-4 minggu. Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari TB-
Paru, penderita diharuskan untuk patuh dalam mengkonsumsi obat minimal selama 6
bulan. Efek negatif yang muncul jika penderita berhenti minum obat adalah
munculnya kuman TB-Paru yang kebal terhadap obat. Kepatuhan penderita disini
29
adalah bila penderita dengan kesadaran sendiri menjalani dengan taat serangkaian
program pengobatan yang telah dianjurkan oleh petugas, secara benar (Myrnawati,
2006).
pengobatan terhadap penyakit TB-Paru, dalam penelitian ini lebih dititik beratkan pada
KERANGKA KONSEP
30
Pelaksanaan penanggulangan TB-Paru dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyuluhan TB-Paru pada penderita peran serta pengawas minum oban dan
Tatalaksana pemeriksaan
BTA
Kepatuhan penderita
31
c. Penyuluhan TB-Paru pada penderita
e. Kepatuhan penderita
Skala
No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
ukur
1. Partisipasi Partisipasi/upaya yang dilakukan
Cara Skala
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur ukur
pemeriksaan dahak di
32
laboratorium.
pengobatan.
3. Penyuluhan TB- Partisipasi penderita TB-Paru Wawancar Kuisioner - Baik Ordinal
tercapai.
4. Peran serta PMO Partisipasi penderita terhadap Wawancar Kuisioner - Ada Ordinal
pengobatan TB-Paru.
5. Kepatuhan Partisipasi penderita terhadap Wawancar Kuisioner - Patuh Ordinal
33
Cara pengukuran variabel-variabel dengan mengkatagorikan yaitu :
yang diajukan.
yang diajukan.
34
- Ada : Apabila responden ada diawasi / ditunggui langsung
yang diajukan.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
Jaya, Kabupaten Aceh Jaya yang meliputi, tatalaksana pemeriksaan BTA, pengobatan
penderita TB-Paru, penyuluhan TB-Paru, peran serta pengawas menelan obat (PMO)
35
4.1.1 Populasi
yang telah berobat selama 6 bulan terakhir yang berada pada wilayah
4.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh populasi
ada pada kuesiner ini bersumber dari penelitian yang pernah dilakukan oleh
Paru, tahun 2007. Kuesioner ini penulis jadikan sebagai pedoman untuk
Data primer diperoleh dengan cara survey lapangan yang dilakukan oleh
36
4.2.2 Data Sekunder
Puskesmas Lamno dan data khusus lainnya diperoleh dari Dinas Kesehatan
4.6.1 Editing
ingin dicari.
4.6.2 Coding
kode tertentu.
4.6.3 Tabulating
37
Data yang telah terkumpulkan ditabulasi dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
4.6.4 Transfering
Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden
terikat maupun variabel bebas. Analisis dibuat dalam bentuk proporsi dengan
Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara komputerisasi kemudian disajikan
Kuesioner
Tahun 2010
A. Keterangan wawancara
3. Tanggal Wawancara :
4. Waktu Wawancara :
38
5. Hasil Wawancara : lengkap/tidak lengkap
B. Identitas Responden
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Status Perkawinan :
C. Data Khusus
a. 3 kali
b. 2 kali
c. 1 kali
a. Pernah
b. Tidak pernah
a. Ada
b. Tidak ada
a. Ya
b. Tidak
39
1. Keluhan/sakit apa sehingga mendorong Bapak/Ibu berobat ke
menderita TB-Paru?
b. Biasa saja
lagi ke Puskesmas?
a. 1-5 macam
b. 1-2 macam
a. Yakin
40
a. Pernah
b. Tidak pernah
a. Ya
b. Biasa saja
a. Ada
b. Tidak
Bapak/Ibu minum?
a. Ada
b. Tidak ada
a. Ya
b. Tidak
41
2. Selama masa pengobatan, apakah petugas PMO selalu ada
teratur?
a. Selalu dinasehati
b. Tidak selalu
V. Kepatuhan Penderita
dianjurkan petugas
minum obat?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
42
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu Genis Ginanjar, Panduan Praktis Mencegah dan Menagkal TBC pada Anak,
Jakarta, penerbit Dian Rakyat, 2008
43
Mansjoer. A, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid ke II, Jakarta, Media
Eascupalis, 2000
44
.
45
46
47