Anda di halaman 1dari 4

Sari Pediatri, Vol. 4, No.

Sari Pediatri, Vol.2,4,September 2002: 742002


No. 2, September - 77

Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia


Defisiensi Besi
Maria Abdulsalam, Albert Daniel

Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia.
Hasil survai rumah tangga tahun 1995 ditemukan 40,5% anak balita dan 47,2% anak
usia sekolah menderita ADB. Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi antara lain berupa gangguan fungsi kognitif, penurunan daya tahan
tubuh, tumbuh kembang yang terlambat, penurunan aktivitas, dan perubahan tingkah
laku. Oleh karena itu masalah ini memerlukan cara penanganan dan pencegahan yang
tepat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala pucat menahun tanpa disertai
perdarahan maupun organomali. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan anemia mikrositer
hipokrom, sedangkan jumlah leukosit, trombosit dan hitung jenis normal. Diagnosis
dipastikan dengan pemeriksaan kadar besi dalam serum. Pemberian preparat besi secara
selama 3-5 bulan ditujukan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan persediaan
besi di dalam tubuh ke keadaan normal. Mencari dan mengatasi penyebab merupakan
hal yang penting untuk mencegah kekambuhan. Antisipasi harus di lakukan sejak pasien
dalam stadium I (stadium deplesi besi) dan stadium II (stadium kekurangan besi).
Dianjurkan pula untuk memberikan preparat besi pada individu dengan risiko tinggi
untuk terjadinya ADB antara lain untuk individu dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah.

Kata kunci: anemia mikrositer hipokrom, preparat besi.

S
Tabel 1.3
alah satu penyebab ADB ialah kekurangan
gizi; beberapa penyebab lain yang dikla-
sifikasikan menurut umur tampak pada
Stadium I: Hanya ditandai oleh kekurangan
persediaan besi di dalam depot. Keadaan ini dinamakan
stadium deplesi besi. Pada stadium ini baik kadar besi
di dalam serum maupun kadar hemoglobin masih
Pengetahuan mengenai klasifikasi penyebab normal. Kadar besi di dalam depot dapat ditentukan
menurut umur ini penting untuk diketahui, untuk dengan pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau
mencari penyebab berdasarkan skala prioritas dengan sumsum tulang. Disamping itu kadar feritin/saturasi
tujuan menghemat biaya dan waktu. transferin di dalam serumpun dapat mencerminkan
Seorang anak yang mula-mula berada di dalam kadar besi di dalam depot.
keseimbangan besi kemudian menuju ke keadaan Stadium II: Mulai timbul bila persediaan besi
anemia defisiensi besi akan melalui 3 stadium yaitu: 4 hampir habis. Kadar besi di dalam serum mulai
menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam darah
Dr. Albert Daniel. Peserta Program Studi Ilmu Kesehatan Anak FKUI- masih normal. Keadaan ini disebut stadium defisiensi
RSCM. besi.
Stadium III: Keadaan ini disebut anemia defisiensi
Alamat Korespondensi: besi. Stadium ini ditandai oleh penurunan kadar
Dr. Maria Abdulsalam, Sp.A(K).
Subbagian Hematologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
hemoglobin MCV, MCH, MCHC disamping
Jl. Salemba no. 6 Jakarta 10430. penurunan kadar feritin dan kadar besi di dalam serum.
Telepon: 021-31901170 Hasil penelitian di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

74
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2, September 2002

Tabel 1. Penyebab Anemia Defisiensi Menurut Umur


1. Bayi di bawah umur 1 tahun
- Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar.
2. Anak berumur 1-2 tahun
- Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan (hanya minum susu)
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
- Malabsorbsi
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit dan divertikulum Meckeli.
3. Anak berumur 2-5 tahun
- Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe-heme
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun.
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit dan divertikulum Meckeli.
4. Anak berumur 5 tahun – masa remaja
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit dan poliposis.
5. Usia remaja – dewasa
- Pada wanita antara lain karena menstruasi berlebihan.

FKUI/RSCM menunjukkan bahwa 75% dari 47 anak lain kertas, kotoran, alat tulis, pasta gigi, es dan lain
yang mempunyai kadar hemoglobin normal, sudah lain, timbul sebagai akibat adanya rasa kurang nyaman
memperlihatkan kekurangan besi yaitu 1 anak berada di mulut. Rasa kurang nyaman ini disebabkan karena
dalam stadium-I dan 34 anak berada dalam stadium enzim sitokrom oksidase yang terdapat pada mukosa
II5. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa 115 dari mulut yang mengandung besi berkurang.7,8 Dampak
383 murid sekolah dasar yang mempunyai kadar kekurangan besi tampak pula pada kuku berupa
hemoglobin normal, telah menunjukkan penurunan permukaan yang kasar, mudah terkelupas dan mudah
kadar besi dalam serumnya.6 patah. Bentuk kuku seperti sendok (spoon-shaped nails)
yang juga disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5%
kasus ADB.7,8 Pada saluran pencernaan, kekurangan
Gejala Klinis zat besi dapat menyebabkan gangguan dalam proses
epitialisasi. Papil lidah mengalami atropi. Pada keadaan
Gejala dari keadaan deplesi besi maupun defisiensi besi ADB berat, lidah akan memperlihatkan permukaan
tidak spesifik. 4 Diagnosis biasanya ditegakkan yang rata karena hilangnya papil lidah. Mulut
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu memperlihatkan stomatitis angularis dan ditemui
penurunan kadar feritin/saturasi transferin serum dan gastritis pada 75% kasus ADB.7,8
kadar besi serum. Pada ADB gejala klinis terjadi secara
bertahap.4 Kekurangan zat besi di dalam otot jantung
menyebabkan terjadinya gangguan kontraktilitas otot Diagnosis
organ tersebut. 7 Pasien ADB akan menunjukkan
peninggian ekskresi norepinefrin; biasanya disertai Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan
dengan gangguan konversi tiroksin menjadi triodoti- adanya anemia dan penurunan kadar besi di dalam serum.
roksin. Penemuan ini dapat menerangkan terjadinya Cara lain dengan pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau
iritabilitas, daya persepsi dan perhatian yang berkurang, sum-sum tulang, tetapi cara ini sangat invasif. Pada daerah
sehingga menurunkan prestasi belajar kasus ADB.7 dengan fasilitas laboratorium yang terbatas, Markum
Anak yang menderita ADB lebih mudah terserang (1982)9 mengajukan beberapa pedoman untuk menduga
infeksi karena defisiensi besi dapat menyebabkan adanya anemia defisiensi yaitu (1) adanya riwayat faktor
gangguan fungsi neutrofil dan berkurangnya sel predisposisi dan faktor etiologi, (2) pada pemeriksaan fisis
limfosit T yang penting untuk pertahanan tubuh hanya terdapat gejala pucat tanpa perdarahan atau or-
terhadap infeksi.4 Perilaku yang aneh berupa pika, yaitu ganomegali, (3) adanya anemia hipokromik mikrositer,
gemar makan atau mengunyah benda tertentu antara dan (4) adanya respons terhadap pemberian senyawa besi.

75
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2, September 2002

Pengobatan gangguan/kelainan organ yang berfungsi dalam


mekanisme kompensasi terhadap anemia yaitu jantung
Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, (penyakit arteria koronaria atau penyakit jantung
pengobatan hºarus segera dimulai untuk mencegah hipertensif ) dan atau paru (gangguan ventilasi dan
berlanjutnya keadaan ini. Pengobatan terdiri atas difusi gas antara alveoli dan kapiler paru), maka perlu
pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero diberikan transfusi darah.12 Komponen darah berupa
(sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain), pengobatan suspensi eritrosit (PRC) diberikan secara bertahap
ini tergolong murah dan mudah dibandingkan dengan dengan tetesan lambat.
cara lain.8,10 Pada bayi dan anak, terapi besi elemental Telah dikemukakan di atas salah satu penyebab
diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari dibagi dalam defisiensi besi ialah kurang gizi. 5 Besi di dalam
dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan makanan dapat berbentuk Fe-heme dan non-heme. Besi
malam; penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan non-heme yang antara lain terdapat di dalam beras,
sewaktu perut kosong. 8,10 Penyerapan akan lebih bayam, jagung, gandum, kacang kedelai berada dalam
sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat bentuk senyawa ferri yang harus diubah dulu di dalam
atau asam suksinat.8 Bila diberikan setelah makan atau lambung oleh HCL menjadi bentuk ferro yang siap
sewaktu makan, penyerapan akan berkurang hingga untuk diserap di dalam usus. Penyerapan Fe-non heme
40-50%.8 Namun mengingat efek samping pengobatan dapat dipengaruhi oleh komponen lain di dalam
besi secara oral berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu makanan. Fruktosa, asam askorbat (vitamin C), asam
hati, dan konstipasi,4 maka untuk mengurangi efek klorida dan asam amino memudahkan absorbsi besi
samping tersebut preparat besi diberikan segera setelah sedangkan tanin (bahan di dalam teh), kalsium dan
makan. 4,11 Penggunaan secara intramuskular atau serat menghambat penyerapan besi. Berbeda dengan
intravena berupa besi dextran dapat dipertimbangkan bentuk non-heme, absorpsi besi dalam bentuk heme
jika respon pengobatan oral tidak berjalan baik yang antara lain terdapat di dalam ikan, hati, daging
misalnya karena keadaan pasien tidak dapat menerima sapi, lebih mudah diserap. Disini tampak bahwa bukan
secara oral, kehilangan besi terlalu cepat yang tidak hanya jumlah yang penting tetapi dalam bentuk apa
dapat dikompensasi dengan pemberian oral, atau besi itu diberikan. Anak yang sudah menunjukkan
gangguan saluran cerna misalnya malabsorpsi.4,10 Cara gejala ADB telah masuk ke dalam lingkaran penyakit,
pemberian parenteral jarang digunakan karena dapat yaitu ADB mempermudah terjadinya infeksi sedang-
memberikan efek samping berupa demam, mual, kan infeksi mempermudah terjadinya ADB. Oleh
ultikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artralgia, karena itu antisipasi sudah harus dilakukan pada waktu
bronkospasme sampai reaksi anafilatik. Respons anak masih berada di dalam stadium I & II. Bahkan
pengobatan mula-mula tampak pada perbaikan besi di Inggris, pada bayi dan anak yang berasal dari
intraselular dalam waktu 12-24 jam. Hiperplasi seri keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah
eritropoitik dalam sumsum tulang terjadi dalam waktu dianjurkan untuk diberikan suplementasi besi di dalam
36-48 jam yang ditandai oleh retikulositosis di darah susu formula.13
tepi dalam waktu 48-72 jam, yang mencapai puncak
dalam 5-7 hari. Dalam 4-30 hari setelah pengobatan
didapatkan peningkatan kadar hemoglobin dan Daftar Pustaka
cadangan besi terpenuhi 1-3 bulan setelah pengo-
batan.10 Untuk menghindari adanya kelebihan besi 1. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Departemen Kesehatan
maka jangka waktu terapi tidak boleh lebih dari 5 RI. Pusat data kesehatan Jakarta, 2000. h. 201-2.
2. Bogen DL, Duggan Ak, Dover GJ, Wilson MH. Screen-
bulan. 4 Transfusi darah hanya diberikan sebagai ing for iron deficiency anemia by dietary history in a
pengobatan tambahan bagi pasien ADB dengan Hb 6 high-risk population. Pediatrics 2000; 105:1254-9.
g/dl atau kurang karena pada kadar Hb tersebut risiko 3. Staff pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku kuliah
untuk terjadinya gagal jantung besar dan dapat terjadi I Ilmu Kesehatan Anak Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI tahun 1985 Hal. 343-5, dikutip dari Abdulsalam
gangguan fisiologis.12 Transfusi darah diindikasikan
M. Aspek Klinis dan pencegahan anemia defisiensi.
pula pada kasus ADB yang disertai infeksi berat, Dalam: Nasar SS, Agoesman S, penyunting. Naskah
dehidrasi berat atau akan menjalani operasi besar/ Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu
narkose. Pada keadaan ADB yang disertai dengan Kesehatan Anak FKUI XIX.8-9 Sept. 1989. Jakarta Balai

76
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2, September 2002

Penerbit FKUI, 1989. h. 111-9. tology. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams
4. Dallman PR, Yip R, Oski FA. Iron deficiency and re- & Wilkins, 1999. h. 977-1004.
lated nutritional anemia. Dalam: Nathan DG, Oski FA, 9. Markum HA. Diagnostik dan penanggulangan anemia
penyunting. Hematology of infancy and childhood. Edisi defisiensi. Dalam: Naskah Lengkap Pendidikan
ke-4. Philadelphia: WB Saunders, 1993. h. 413-41. Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI
5. M. Abdulsalam. Prevalensi defisiensi besi pada anak di I; 1982, Jakarta: IKA FKUI, 1982. h. 5-13.
RSCM, Jakarta. Diajukan pada KONAS PHTDI, 10. Schwartz E. Iron deficiency anemia. Dalam: Behrman
Bandung 1980. Aspek klinis dan pencegahan anemia RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson text-
defisiensi. Dalam: Nasar SS, Agoesman S, penyunting. book of pediatrics. Edisi ke-16. Philadhelphia: WB
Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Saunders, 2000. h. 1460-71.
Ilmu Kesehatan Anak FKUI XIX. 8-9 Sept. 1989. Jakarta: 11. Dallman PR. Nutritional anemia in childhood: iron, folat
Balai Penerbit FKUI, 1989. h. 111-9. and vitamin B12. Dalam Suskind MR, Suskind LL,
6. Windiastuti E; Abdulsalam M,; Timan IS.; Susanti FS.; penyunting. Textbook of Pediatric Nutrition. Edisi ke-
Wahyuni S.; Widyastuti: Anemia in Primary School 2. New York: Raven Press, 1993. h. 91-105.
Children in Cibubur. (in press). 12. Suisher SN, Petz LD. Transfusion Therapy of Clinic Ane-
7. Jandl JH. The hypochromic anemia and other disorders mic States. Dalam: Petz, LD, Suisher SN, penyunting.
of iron metabolism. Blood Text book of Hematology. Edisi Clinical Practice of Transfusion Medicine. Edisi ke 2. New
ke-I. Boston/Toronto: Little, Brown, 1987. h. 181-91. York: Churchill Livingstone, 1989. h. 531-48.
8. Lee RG. Iron deficiency and iron-deficiency anemia. 13. Booth IW, Aukett MA. Iron deficiency anemia in in-
Dalam: Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, fancy and early childhood. J. Arch Dis Child 1997;
Rodgers GM, penyunting. Wintrobe’s Clinical Hema- 76:549-54.

77

Anda mungkin juga menyukai