Anda di halaman 1dari 13

HIPERTENSI DAN ANTIDIURETIK

A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).
Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80


Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-100

Hipertensi Tingkat 2 >160 >100


(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)
Masa kehamilan adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus akan kesehatan ibu dan janin atau
bayi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah hipertensi.Hipertensi merupakan penyakit umum
yang didefinisikan secara sederhana sebagai peningkatan tekanan darah. Penyakit tersebut dapat menjadi
penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian baik pada ibu dan janin/ bayi yang dilahirkan. Wanita
hamil dengan hipertensi memiliki resiko terjadinya komplikasi lebih, seperti penyakit pembuluh darah
dan organ, sedangkan janin atau bayi berisiko terkena komplikasi penghambatan pertumbuhan. Oleh
karena itu, perlu adanya penatalaksanaan khusus pada ibu hamil. Sebagian besar ibu hamil tidak
menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena ibu hamil terlihat sehat dan tidak menunjukkan
gejala yang spesifik.
Oleh karena itu diperlukan monitoring terhadap tekanan darah, yang dapat diukur menggunakan
tensimeter. Pada kehamilan normal tekanan sistolik sedikit berubah, sedangkan tekanan diastolik
menurun kurang lebih 10 mmHg pada awal kehamilan (minggu ke 13-20) dan akan naik kembali pada
trimester ketiga. Anief, Moh, 1996
Hipertensi pada kehamilan digambarkan sebagai kondisi dengan variasi tekanan darah yang besar.
Dalam melakukan penatalaksanaan ini, perlu dipahami klasifikasi hipertensi pada kehamilan. “Menurut
laporan National High Blood Pressure Education Program Working Group tahun 2000” tentang
hipertensi pada kehamilan, terdapat klasifikasi hipertensi pada ibu hamil yaitu hipertensi kronik,
hipertensi gestasional, dan preeklamsia. Diagnosis hipertensi kronik didasarkan pada riwayat hipertensi
sebelum kehamilan atau kenaikan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg sebelum
kehamilan minggu ke-20 dengan minimal dua kali pengukuran menunjukkan hasil yang relatif sama.
Hipertensi kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan tekanan diastolik
kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia,
pengasaran plasenta, morbiditas dan mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler dan ginjal. Hipertensi
gestasional sendiri merupakan perkembangan peningkatan tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg tanpa gejala preeklamsia, setelah kehamilan minggu ke-20. Umumnya tekanan darah
akan kembali normal tanpa terapi obat. Preeklamsia digambarkan sebagai kejadian hipertensi, udem,
dan proteinuria (protein dalam urin) setelah kehamilan minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg.
Preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan parah. Preeklamsia disebabkan oleh
kegagalan perpindahan trompoblastik ke arteri uterus sehingga terjadi kerusakan pada plasenta dan
kegagalan adaptasi sistem kardiovaskuler (peningkatan volume plasma dan penurunan resistensi
pembuluh sistemik). Perubahan tersebut menyebabkan pengurangan perfusi pada plasenta, ginjal, liver,
dan otak. Resiko preeklamsia pada ibu hamil adalah kejang, hemoragi otak, pengasaran plasenta, udem
pada paru, gagal ginjal, hemoragi hati dan kematian. Pada bayi dapat beresiko pertumbuhan yang lambat,
hipoksemia, asidosis, prematur, dan kematian. Oleh karena hipertensi kronik ini dapat berkembang
menjadi preeklamsia atau lebih parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan.
Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan darah.
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah diastolik dibawah
110 mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan insiden preeklamsia,
pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi strok dan kardiovaskuler. Strategi terapi
dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi farmakologi. Terapi nonfarmakologis
merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan pada wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik
ringan (tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain
pembatasan aktivitas, banyak istirahat, pengawasan ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi
makan makanan berlemak, tidak merokok, dan menghindari minuman beralkohol.
Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan utama untuk
hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat
menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis
sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak.
Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas
simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi
perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah
digunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
B. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
1. Hipertensi Esensial/ Primer
Usia, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%.
2. Hipertensi Sekunder
Kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit adrenal. Sekitar 10%.
C. Klasifikasi “OBAT ANTI HIPERTENSI” dan berdasarkan pada tempat regulasi utama atau
titik tangkap kerjanya
1. DIURETIK
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan air.
Khasiat antihipertensi diuretik :
adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi
volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi
perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik, volume plasma kembali tetapi masih
kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah jantung kembali mendekati normal.TD tetap
turun karena sekarang resistensi perifer menurun. Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian tampaknya
bukan efek langsung tiazid tetapi karena adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap
pengurangan volume plasma yang terus-menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume
cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya daya
lentur (compliance) vaskular.

A. DIURETIK TIAZID
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan
diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
1) TABLET HYDROCLOROTHIAZIDE ( HCT)

Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui
pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan
darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar potassium
( kalium ) terbuang.

Sediaan obat : Tablet


Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah
jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida
dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl-
menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel
dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal
kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik.
Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan
peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan,
hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi
sulfonamide, gangguan saluran cerna.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis :
Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam

B. LOOP DIURETIC
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari
dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau
ketat. (Furosemid/Lasix)
1) FUROSEMIDE
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada
ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle tebal.
K+ banyak hilang ke dalam urin.
Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga
edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk
menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia,
dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,
hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan
bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat
bila diberikan bersamaan.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr

C. DIURETIK HEMAT KALIUM


Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam
gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
(Spirinolactone)
1) AMILORID (MIDAMOR)
Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam
tubulus kontortus distal.
Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek hipokalemik.
Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.
Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes militus
dapat mengalami intoleransi glukosa.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2) SPIRONOLAKTON (ALDACTONE)
Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki
jerja serupa dengan amilorid.
Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan sindrom
nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme. Efek tak diinginkan :
seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit berminyak,
hirsutisme, ginekomastia).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
3) TRIAMTERIN (DYRENIUM)
Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+ dalam
tubulus koligentes.
Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.
Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah ginjal.
Lain-lain seperti amilorid.
D. DIURETIK OSMOTIK
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal. (Manitol/Resectisol)
1) MANITOL (MIS. RESECTISOL)
Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya menaikkan
volume plasma dan tekanan darah.
Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan
kelebihan dosis beberapa obat.
Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi,
kebingungan, dan nyeri dada.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C

2. ANTI ADRENERGIK
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor ß1) dan/atau
membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor α1). Pada pasien hipertensi, efek adrenergik dapat
ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan antagonisasi reseptor
adrenergik.
a. Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;
dibagi menjadi antiadrenergik “sentral” dan “perifer”. Antiadrenergik sentral mencegah aliran keluar
simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor α2 penghambat. Antiadrenergik perifer
mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf perifer (misal yang berakhir di jantung). Obat-obat
ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal saraf.
b. Blocker alfa dan beta
bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan reseptor α1 oleh
antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor ß1 mencegah perangsangan adrenergik
pada jantung.
A. ANTAGONIS RESEPTOR BETA
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
1) ASEBUTOL (BETA BLOKER)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka
outflow simpatetik perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi,
tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid
meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV
dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) ATENOLOL (BETA BLOKER)
Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja dengan
melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok
kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid
meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid
ergot.
Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) METOPROLOL (BETA BLOKER)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat
diberikan beberapa kali sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung
tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 – 100 mg/kg
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4) PROPRANOLOL (BETA BLOKER)
Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat
pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat
diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan
obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi, miokard
infark, feokromositoma
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan III,
gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan
menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat
hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti
jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin
meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol
menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

B. ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan
simpatis dengan vasokonstriksi.
OBAT ANTI ADREGERNIK SENTRAL.
1) METILDOPA
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas (Kalbe Farma), Hyperpax
(Soho)
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati,
anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung
tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,
disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus
intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.

OBAT ANTIADRENERGIK PERIFER


1) RESERPIN (MIS. SERPASIL)
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer dan
mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah jantung.
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada kelainan
psikiatri.
Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan
sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan norepinefrin
sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh diri, gangguan
ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) GUANETIDIN (MIS. ESIMEL)
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan
norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan
norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi reflex
takikardi karena kosongnya norepinefrin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan
pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah
jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) GUANEDREL (HYLOREL)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada
awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4) PARGILIN (EUTONYL)
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat
pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial,
aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat (pil
diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

C. ANTAGONIS KALSIUM
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium
yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
1) DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap
konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin
meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) NIFEDIPIN (ANTAGONIS KALSIUM)
Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi
angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama
antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
DOSIS : 3 X 10 MG/HR
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) VERAPAMIL (ANTAGONIS KALSIUM)
Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler sistemik
sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga
menurunkan penggunaan oksigen.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan
III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit
kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut,
kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian bersama
antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin, litium,
siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi
bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin.
Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.
Dosis : 3 x 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

3. VASODILATOR
Contoh vasodilator antara lain:
a. Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)
Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE dapat
menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh.
A. ACE INHIBITOR
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung
menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan
meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
1) KAPTOPRIL
Nama paten : Capoten, Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan angiotensin II
yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat ACE pada paru-paru,
yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan
natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin
tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa
tidak dipengaruhi.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan wanita
menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam,
takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.
Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki factor
resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh diberikan
bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS
lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
2) RAMIPRIL
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati – hati pemberian pada
wanita hamil dan menyusui.
Dosis : awal 2,5 mg/hr
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori
D pada trimester dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi menyebabkan tetatogenik.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin menurunkan
efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.

BLOCKER PINTU MASUK KALIUM


Mencegah influks kalsium ke dalam sel-sel otot dinding pembuluh darah. Otot polos
membutuhkan influks kalsium ekstrasel untuk kontraksinya. Blockade influks kalsium mencegah
kontraksi, yang menyebabkan vasodilatasi.
B. VASODILATOR LANGSUNG
Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi pembuluh darah dengan mekanisme yang belum jelas,
tetapi mungkin melibatkan pembentukan nitrik oksida oleh endote vascular.
1) Hidralazin
Nama paten : Aproseline
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun,
meningkatkan denyut jantung.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit kemerahan.
Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.
Tingkat Keamanan Menurut
FDA : Kategori C
2) DIAZOKSID (HYPERSTAT)
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan mengantagonis
kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan insulin dan
meningkatkan pelepasan glukosa hati.
Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat
hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.
Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang disebabkannya.
Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping skstrapiramidal.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C

5 NAMA OBAT ANTI HIPERTENSI YANG BEREDAR DI PASARAN


Tabel (Deuritik)

Merek
GolonganObat Indikasi Kontraindikasi Efek tak diharapkan
dagang
Ideal untuk Hipokalemia,
Tiazid Hydrodiuril hipertensi, dan Ibu hamil, anuria Hiperglikemi,Oliguria,
edema-kronik anuria, hiperkalsemia
Untuk darurat Dehidrasi, hipokalemia,
Lasik Kekurangan
Loop diuretic hipertensi, edema, hiperglikemi,
(furosemid) elektrolit, anuria
dan edema paru hipovolemia
Antagonis Hiperkalemia berat Hiperkalemia,
Midamor Dapat mengoreksi
reseptor dengan suplemen kekurangan natrium
(amilorid) alkalosis metabolic
aldosteron kalsium atau air

Tabel (Simpatolitik)

Golongan Merek
Indikasi kontraindikasi Efek tak diharapkan
Obat dagang

Klonidin Baik untuk Bradikardi,hipotensi,sin Mulut kering, hipotensi,


α – blocker
(Catapresan) hipertensi drom simpul sinus bradikardi, sedasi

Baik untuk Diabetes berat,


Atenolol Depresi dan sedasi susunan
β – blocker hipertensi ringan bradikardi, gagal
(Tenormin) saraf pusat
dan sedang jantung, asma
Tabel (Penghambat Angiotensin)

Merek Efek tak


GolonganObat Indikasi kontraindikasi
Dagang diharapkan
Kaptopril Hipertensi dengan Hipotensi, pusing,
ACE inhibitor
(Capoten) renin tinggi, ruam, takikardi
Gangguan
Vertigo, ruam
fungsiginjal, anak-
ARB Losartan (Lozaar) Hipertensi esensial kulit, gangguan
anak, kehamilan,
ortostatik
masa menyusui

Tabel (Vasodilatator)

Golongan Merek Efek tak


Indikasi kontraindikasi
Obat dagang diharapkan
Retensi cairan,
Penyakit jantung
Hidralazin Apresoline Hipertensi sedang palpitasi, refleks
iskemik
takikardi

Lesi otot jantung,


Hipertensi yang Penyakit jantung
Monoksidil Loniten hidralazin,
belum terkontrol iskemik
hirsutisme,

Hipotensi berat,
Nitroprusid Nipride Krisis hipertensi
hepatotoksisitas

Anda mungkin juga menyukai