Fistula Ani
Fistula Ani
FISTULA ANI
Oleh :
Pembimbing :
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing dr Hans
Marpaung SpB-KBD yang telah memberikan tugas kepada kami sebagai upaya
untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan refarat ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
PENDAHULUAN
Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel
pra-anal, disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga
kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum
dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis
yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn. 1,2,3
1. ANATOMI
Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura
perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka
pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-
lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales)
Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm – 12 mm,
lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam orifisium
analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan yang
menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus analis,
crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan membatasi
sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis Morgagni.
Columna anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas tepi bawah
columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan papillae
anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis bergerigi
yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea
mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini
terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang
terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.
Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu
melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter
eksterna ( garis Hilton )2,3
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
interna dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan
komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas serabut
otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut otot
lurik.2,3
Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding rectum
(3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator internus (6).
m.levator anus (7). m.pubo-rektal (8). m.sfingter internus (9). m.sfingter externus (10). Garis atas-
sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara sfingter intern dan ekstern yang dapat diraba
(11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara kelenjar rektum diantaranya di
dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea pektinata merupakan perbatasan antara selaput
lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit) anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng.2,3
A. Pendarahan Arteri
Keterangan :(1). a.hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a.hemoroidalis media (4). a.
iliaka interna(5). a. hemoroidalis superior (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka komunis dextra
(8). a.mesenterika inferior (9). Aorta (10). v.kava inferior (11). a.sakralis
B. Pendarahan Vena
C. Aliran Limfe
Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan
isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus
mengalir sampai ke kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus
dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rectum diatas
garis anorektum berjalan seirung dengan v.hemoroidalis superior dan melanjut ke
kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi
karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.5
Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4).
Kelenjar dimesenterium (5). Kelenjar para aorta
D. Persarafan
3. EMBRIOLOGI
Sementara itu, membran analis dikelilingi oleh tonjol-tonjol mesenkim, dan pada
minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, yang dikenal sebagai
celah anus atau proktoderm. Pada minggu ke-9, membran analis koyak, dan
terbukalah jalan antara rektum dan dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal
dari endoderm dan diperdarahi oleh pembuluh nadi usus belakang, yaitu arteri
mesentrika inferior. Akan tetapi, sepertiga bagian bawah kanalis analis berasal dari
ektoderm dan diperdarahi oleh aa. Rektales, yang merupakan cabang dari arteri
pudenda interna. Tempat persambungan antara bagian endoderm dan ektoderm
dibentuk oleh linea pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna analis. Pada
garis ini, epitel berubah dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng.4
Gambar Mudigah
4. Definisi
Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal,
sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Dalam muara
interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta, fistula biasanya tunggal dan
hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk atau fistula-fistula
yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. 2,3
Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal. Kadang,
fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis seperti TBC, amobiasis dan morbus
Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal yang berulang, perlu dipikirkan
penyakit Crohn, karena 50 % penderita penyakit Crohn mengalami fistula anus.2,3
6. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau
rektum. Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada
abses anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut
menjadi fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia
coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada
penderita dengan penyakit Crohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau cedera
anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak
biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan
vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera
pada ibu selama proses persalinan.3
7. Patofisiologi
Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju
kripta pada linea dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat
akan menyebabkan abses anorektal. Dapat berada pada perianal, ischiorectal space,
intersphincteric space, dan pelvirectal space.3
Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses
akan berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah drainase, kadang
jaringan granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.3
8. Klasifikasi1,2,3
Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal
sphincter sebagai berikut:
Fistula intersphincteric berawal dalam ruang diantara M. Sfingter
Eksterna dan Interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.
Colon and Rectal Surgery, 2005
Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya
lubang externa dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan
Goodsall’s rule. Secara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari
anal tranversal line maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus.
Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal
line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.3
Anamnesis
Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan
selang waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada
colok dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus (bukan di
rectum) dan ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3mm
(colok dubur bidigital). Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde
keluar di kripta asalnya. Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan
sistemik, fistel kronik yang lama sekali dapat mengalami degenerasi
maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering memberikan sejarah
yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan spontan atau
drainase bedah direncanakan dari abses anorektal.2,5
Radang usus
Divertikulitis
Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur
Tuberkulosis
Terapi steroid
Infeksi HIV
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada
pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal
toucher) ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula atau teraba
adanya fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak
sebagai bisul (bila abses belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang
dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening fistula dapat dirasakan
sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata.
Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu
internal opening.5,6
Pemeriksaan Penunjang1,2,3
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra
operasi normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
Pemeriksaan Radiologi
- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk
melihat jalur fistula.
- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7
atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser
water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa
ekstensi suprasfingter.
- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan
evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi
penyakit inflamasi usus.
- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter
berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula
karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang
mengenai sphincter ani.
10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.
Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy
(membuka tract fistula), kuretase, dan penyembuhan sekunder.
Terapi pembedahan2,3,4:
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa
hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka
pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik),
dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak
terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat
kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.4,5
11. Komplikasi1,2,3
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :
Retensi urin
Pendarahan
Impaksi tinja
Thrombosed wasir
Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :
Kambuh
Inkontinensia
stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang
anus. Bulking agen untuk membantu mencegah bangku sempit.
12. Prognosis
Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi menempel permukaan. Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan
dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%.
Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan
tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa
kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap
inkontinensia feses adalah 6-8%.3
PENUTUP
Fistula perianal yang merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara
epiteldari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah
bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus
akibat inflamasi.
Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran
abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala.
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang
sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.1994.
2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta :EGC.2000.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748
4. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta :
Erlangga.2006.
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.
2000.
6. Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins. 2005.