Anda di halaman 1dari 24

REFARAT

FISTULA ANI

Oleh :

Anthony Suranta S 133307010059

Tiara Malau 1333070100

Theresia Magdalena 1333070100

Pembimbing :

Dr Hans Marpaung SpB-KBD

KEPANITERAAN KLINIK STASE BEDAH DIGESTIVE

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing dr Hans
Marpaung SpB-KBD yang telah memberikan tugas kepada kami sebagai upaya
untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan refarat ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Juli 2018

Penulis
PENDAHULUAN

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel
pra-anal, disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga
kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rectum
dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Kadang fistel disebabkan oleh colitis
yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn. 1,2,3

Fistel dapat terletak disubkutis, submukosa, antar sfingter, atau menembus


sfingter, mungkin fistel terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin
lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang
ditemukan yang kompleks. Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior
umumnya berbentuk lurus, fistel dengan lobang yang berasal dari kripta di sebelah
dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan karena radang dan pus
terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat membentuk satu lobang
perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum Hoodsall.2,3

Penatalaksanaan fistula ani bertujuan untuk eradikasi sepsis tanpa


menyebabkan inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya
sendiri. Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik
serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.1,2,3
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI

Gambar 2. Anatomi Canalis Analis

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi


ektoderm, sedangkan rektum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus
dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya
berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa
glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan
epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas
rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan
kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap
rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan otonom dan
tidak peka terhadap nyeri.3

Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura
perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka
pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-
lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales)
Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm – 12 mm,
lebar 3 mm – 6 mm dan membentang sampai 12 mm – 20 mm di dalam orifisium
analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan yang
menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus analis,
crypta analis). Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan membatasi
sinus rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis Morgagni.
Columna anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas tepi bawah
columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan papillae
anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis bergerigi
yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea
mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini
terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang
terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.
Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu
melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter
eksterna ( garis Hilton )2,3

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
interna dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator ( puborektalis ), dan
komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas serabut
otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut otot
lurik.2,3

Gambar 3. Anatomi Kanalis Analis

Keterangan (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding rectum
(3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum( 4). Tulang panggul (5). m.obturator internus (6).
m.levator anus (7). m.pubo-rektal (8). m.sfingter internus (9). m.sfingter externus (10). Garis atas-
sfingter (dari hilton ) merupakan perbatasan antara sfingter intern dan ekstern yang dapat diraba
(11). Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara kelenjar rektum diantaranya di
dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea pektinata merupakan perbatasan antara selaput
lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit) anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng.2,3

A. Pendarahan Arteri

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :

1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a.


mesenterika inferior.

2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior


a.iliaka interna.
3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda
interna.

Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum.


Anastomasis tersebut kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin
pendarahan di kedua ekstremitas bawah.Pendarahan di pleksus hemoroidalis
merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.5

Gambar 4. Pendarahan Arteri-arteri rektum

Keterangan :(1). a.hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a.hemoroidalis media (4). a.
iliaka interna(5). a. hemoroidalis superior (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka komunis dextra
(8). a.mesenterika inferior (9). Aorta (10). v.kava inferior (11). a.sakralis

B. Pendarahan Vena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan


berjalan ke arah cranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui
vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak terkatup sehingga tekanan rongga perut
menentukan tekanan didalamnya. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke
dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.5

C. Aliran Limfe
Pembuluh limfe dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan
isinya menuju ke kelenjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan limfe terus
mengalir sampai ke kelenjar limfe ilaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus
dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari rectum diatas
garis anorektum berjalan seirung dengan v.hemoroidalis superior dan melanjut ke
kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi
karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini.5

Gambar 5. Aliran Limfe

Keterangan :(1). Ke kelenjar inguinal (2). Kelenjar iliaka interna (3). Kelenjar parakolik (4).
Kelenjar dimesenterium (5). Kelenjar para aorta

D. Persarafan

Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut


simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur
simpatis plesksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatis (nervi
ergentes) berasal dari saraf sacral kedua, ketiga, keempat dan kelima. Serabut saraf
ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan
cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini.2,3
Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorectum; otot ini
mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.2,3
2. FISIOLOGI

Normalnya, kelenjar rektum yang terdapat di kripta antar kolumna rektum


berfungsi sebagai barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi
yang berasal dari lumen usus ke daerah perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan
semacam lendir, berguna sebagai pelicin/ lubrikasi. Saluran ini memiliki klep satu
arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan
keluar produksi dari kelenjar ini akibat stasis menyebabkan kuman dan cairan feses
masuk ke dalam kelenjar. Feses yang banyak kumannya berkembang biak ke dalam
kelenjar, membentuk peradangan yang jadi abses. Abses akan mencari jalan keluar
dan membentuk semacam pipa yang menembus kulit. Akibatnya, kulit jadi tampak
seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu keluar
dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa
berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.1,3

3. EMBRIOLOGI

Embriologi saluran gastrointestinal terbentuk pada minggu ke-4 fase embrio,


dimana periode pertumbuhan mulai dari embrio sepanjang 4 mm sampai dengan
200 mm. Usus terbentuk pada awal kehidupan disebut primitive gut, yang terdiri
atas 3 bagian yaitu forgut, midgut, dan hidgut. Forgut akan berdiferensiasi menjadi
esofagus, trakea dan tunas paru, lambung, duodenum di sebelah proksimal muara
saluran empedu. Midgut akan menjadi duodenum di sebelah distal muara saluran
empedu, persambungan 2/3 bagian proksimal kolon transversum dan 1/3 bagian
distalnya sedangkan hindgut akan menjadi 1/3 distal kolon transversum, kolon
desendens, sigmoid, rektum, bagian atas kanalis analis, kandung kemih dan uretra.
Hindgut merupakan kelanjutan midgut sampai membrane kloaka, dimana
membrane ini terdiri dari endoderm kloaka dan ectoderm anal pit.1,3,5
Pada periode usia gestasi 6 minggu, bagian akhir paling distal dari hindgut yaitu
cloaca, suatu rongga yang dilapisi endoderm dan ectoderm membentuk membrana
kloaka. Perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu septum
urorektal, pada sudut allantois dan usus belakang. Sekat ini tumbuh ke arah kaudal,
karena itu membagi kloaka menjadi bagian depan (sinus urogenitalis primitive) dan
bagian posterior (kanalis anorektalis). Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum
urorektal mencapai membrane kloaka dan daerah ini terbentuk korpus perinealis.
Membrana kloakalis kemudian terbagi menjadi membrane analis di belakang dan
membrane urogenitalis di depan.1,2

Sementara itu, membran analis dikelilingi oleh tonjol-tonjol mesenkim, dan pada
minggu ke-8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, yang dikenal sebagai
celah anus atau proktoderm. Pada minggu ke-9, membran analis koyak, dan
terbukalah jalan antara rektum dan dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal
dari endoderm dan diperdarahi oleh pembuluh nadi usus belakang, yaitu arteri
mesentrika inferior. Akan tetapi, sepertiga bagian bawah kanalis analis berasal dari
ektoderm dan diperdarahi oleh aa. Rektales, yang merupakan cabang dari arteri
pudenda interna. Tempat persambungan antara bagian endoderm dan ektoderm
dibentuk oleh linea pektinata, yang terdapat tepat di bawah kolumna analis. Pada
garis ini, epitel berubah dari epitel torak menjadi epitel berlapis gepeng.4

Gambar Mudigah
4. Definisi

Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal,
sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Dalam muara
interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta, fistula biasanya tunggal dan
hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk atau fistula-fistula
yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. 2,3

Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal. Kadang,
fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis seperti TBC, amobiasis dan morbus
Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal yang berulang, perlu dipikirkan
penyakit Crohn, karena 50 % penderita penyakit Crohn mengalami fistula anus.2,3

Fistula dapat terletak di subkutis, submukosa, antar sphingter atau


menembus sfingter. Fistula mungkin terletak di anterior, lateral atau posterior.
Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya fingter
bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks.2,3

5. Insiden & Epidemiologi


Fistula perianal sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar
1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi
tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula.1,3

6. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau
rektum. Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada
abses anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut
menjadi fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.
Organisme yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia
coli, Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada
penderita dengan penyakit Crohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau cedera
anus maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak
biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan
vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinat x, kanker, penyakit Crohn dan cedera
pada ibu selama proses persalinan.3

7. Patofisiologi
Pada kanalis anal terdapat kelenjar kriptoglandur yang mengalir menuju
kripta pada linea dentata. Bila kelenjar mengalami infeksi dan salurannya tersumbat
akan menyebabkan abses anorektal. Dapat berada pada perianal, ischiorectal space,
intersphincteric space, dan pelvirectal space.3
Bila keadaan ini terus berlanjut akan berlanjut menjadi fistula dimana abses
akan berusaha mencari jalan keluar dan dapat timbul juga setelah drainase, kadang
jaringan granulasi berlapis dapat tertinggal dan menyebabkan gejala berulang.3

8. Klasifikasi1,2,3
Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal
sphincter sebagai berikut:
 Fistula intersphincteric  berawal dalam ruang diantara M. Sfingter
Eksterna dan Interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.
Colon and Rectal Surgery, 2005

 Fistula transsphincteric  berawal dalm ruang diantara M. Sfingter


Eksterna dan Interna, kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan
bermuara sepanjang ½ inchi di luar lubang anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005


 Fistula suprasphincteric  berawal dari ruang diantara M. Sfingter Eksterna
dan Interna dan membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun diantara
puborektal dan M. Levator ani lalu muncul ½ inchi di luar anus.
Colon and Rectal Surgery, 2005

 Fistula extrasphincteric  berawal dari rektum/colon sigmoid dan


memanjang ke bawah, ,elewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar anus.
Biasanya akibat dari trauma, Chron’s Disease, PID, dan abses supralevator.

Colon and Rectal Surgery, 2005


Schwartz’s Principles of Surgery, 2004
Hukum Goodsall

Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya
lubang externa dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan
Goodsall’s rule. Secara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari
anal tranversal line maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus.
Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal
line maka saluran akan melengkung menuju posterior midline.3

Goodsall Rule (emedicine.medscape.com) edition) Goodsall Rule (Sabiston


Textbook of Surgery, 17th edition)
9. Diagnosa

 Anamnesis
Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan
selang waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada
colok dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus (bukan di
rectum) dan ibu jari dikulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3mm
(colok dubur bidigital). Jika fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde
keluar di kripta asalnya. Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan
sistemik, fistel kronik yang lama sekali dapat mengalami degenerasi
maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit. Sering memberikan sejarah
yang dapat diandalkan nyeri sebelumnya, bengkak, dan spontan atau
drainase bedah direncanakan dari abses anorektal.2,5

Tanda dan gejala sebagai berikut3 :

 Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk


 Ulkus
 Keluar cairan purulen
 Benjolan (Massa fluktuasi)
 Pruritus ani
 Demam
 Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus
 General malaise

Fistula kompleks adalah sebagai berikut:

 Radang usus
 Divertikulitis
 Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur
 Tuberkulosis
 Terapi steroid
 Infeksi HIV
 Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada
pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal
toucher) ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula atau teraba
adanya fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak
sebagai bisul (bila abses belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang
dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening fistula dapat dirasakan
sebagai daerah indurasi/ nodul di dinding anus setinggi garis dentata.
Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat hampir selalu hanya satu
internal opening.5,6

 Pemeriksaan Penunjang1,2,3
 Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; studi pra
operasi normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
 Pemeriksaan Radiologi
- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk
melihat jalur fistula.
- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7
atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat
differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser
water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa
ekstensi suprasfingter.
- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks,
untuk memperbaiki rekurensi.
- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan
evaluasi perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan
administrasi kontras oral dan rektal.
- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi
penyakit inflamasi usus.
- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter
berguna pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula
karena trauma persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang
mengenai sphincter ani.
10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri.
Simple intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy
(membuka tract fistula), kuretase, dan penyembuhan sekunder.

Colon and Rectal Surgery, 2005

Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks sphincter


yang terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang terkena dapat
dilakukan sphincterotomy tanpa menimbulkan inkonstinensia yang berarti. Bila
fistulanya high transsphincteric dapat dilakukan dengan pemasangan seton.3,6
Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan
seton.3,6
Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula,
biasanya bila fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.3,6
Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan merangsang
terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter. Cutting seton
terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang fibrosis. Noncutting
seton terbuat dari plastic yang digunakan sebagai drainase.3,6
Beberapa metode telah diperkenalkan untuk mengidentifikasi tract fistula
saat berada di kamar operasi2,6:
 Memasukkan probe melalui lubang eksternal sampai ke bukaan internal,
atau sebaliknya.
 Menginjeksi cairan warna seperti methylene blue, susu, atau hidrogen
peroksida, dan memperhatikan titik keluarnya di linea dentata.
 Mengikuti jaringan granulasi pada traktus fistula.
 Memperhatikan lipatan kripta anal saat traksi dilakukan pada traktus. Hal
ini dapat berguna pada fistula sederhana namun kurang berhasil pada varian
yang kompleks
Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik
serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

Terapi pembedahan2,3,4:

- Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,


dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat
mungkin dilakukan fistulotomi.
- Fistulektomi : Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah
membiarkannya terbuka.
- Seton : Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual
untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana
benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan
ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
- Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi
keberhasilannya tidak terlalu besar.
- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke
dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh
tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana,
tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi,
hanya 16%.
Pasca Operasi

Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa
hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka
pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik),
dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak
terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat
kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.4,5

11. Komplikasi1,2,3
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :

 Retensi urin
 Pendarahan
 Impaksi tinja
 Thrombosed wasir
Komplikasi tertunda pascaoperasi, sebagai berikut :

 Kambuh
 Inkontinensia
 stenosis Anal: Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis dari lubang
anus. Bulking agen untuk membantu mencegah bangku sempit.

12. Prognosis
Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi menempel permukaan. Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan
dilaporkan adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%.
Setelah menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan
tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa
kemajuan, tingkat kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap
inkontinensia feses adalah 6-8%.3

PENUTUP
Fistula perianal yang merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara
epiteldari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah
bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus
akibat inflamasi.
Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran
abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala.
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang
sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan).

DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.1994.
2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta :EGC.2000.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748
4. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta :
Erlangga.2006.
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.
2000.
6. Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins. 2005.

Anda mungkin juga menyukai