Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN FASILITAS DAN KEAMANAN (MFK)

Pengelolaan Barang Beracun Dan Berbahaya (B3)

Pembimbing : Wiwiek Retti Andriani, S.Kep.Ns

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 :

Nia pramesty (201601100) Romdhoni Frendi (201601110)

Saputro Mukti (201601112) Ferlinda Ayuanita (201601079)

Rizky Nur (201601108) Mei Diana Sara’I (201601092)

Sherin Rosa Linda (201601114) Anik Puji Lestari (201601068)

Tinzi Ari (201601119) Istiningrum haniah (201601085)

Renita Indah Safitri (201601107) Danang Kurniawan (201601070)

Rahma Dwi Jayanti (201601106)

AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III


PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah B3 dan Istilah- Istilah Terkait B3..............................4

2.2 Aturan Tentang Penanganan Limbah.......................................................6

2.3 Jenis – Jenis Limbah B3...........................................................................6

2.4 Karakteristik Limbah B3..........................................................................7

2.5 Pengelolaan Limbah B3...........................................................................8

2.6 Cara Penyimpanan Kemasan Limbah B3.................................................10

2.7 Kendala Limbah B3..................................................................................10

2.8 Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3.....................................10

2.9 Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya.....................................................12

2.10 Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun..........................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini dunia industri terus berkembang dengan sangat maju untuk memenuhi
kebutuhan dan permintaan pasar. Adanya industrialisasi membawa kecenderungan kepada
peningkatan jumlah penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sebagian besar
berupa bahan kimia. Di dalam aktivitasnya, industri- industri ini banyak menggunakan B3
baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong dan atau menghasilkan B3 untuk
keperluan industri lainnya dan digunakan secara langsung oleh masyarakat luas. Di samping
memberikan keuntungan, penggunaan B3 di industri juga dapat menimbulkan risiko terhadap
lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup lainnya. Limbah B3 maupun B3 yang
kadaluarsa dapat mencemari lingkungan. Selain itu, B3 juga berpotensi untuk menimbulkan
risiko bagi kesehatan manusia dan risiko kecelakaan seperti kebakaran.
Peningkatan jumlah industri kimia berbanding lurus dengan peningkatan jumlah
kecelakaan karena bahan kimia serta paparan terhadap pekerja dan orang di sekitar pabrik.
Ini dikarenakan pekerja, terutama di industri kimia, akan sering mengalami kontak dengan
B3 baik secara langsung maupun tidak langsung bahkan mungkin berlangsung secara rutin.
Direktorat Industri Kimia Hulu menyatakan bahwa seperempat dari 1,1 juta kasus kematian
yang disebabkan oleh kecelakaan kerja atau penyakit per tahun disebabkan oleh bahan kimia.
Hal ini menjadikan industri yang mengelola B3 termasuk faktor penting dalam ruang lingkup
ilmu kesehatan masyarakat. Salah satu kasus yang merupakan bencana kimia terdahsyat di
dunia yakni tragedi Bhopal yang terjadi di India. Saat itu, 3 Desember 1984, terjadi
kebocoran tangki penyimpanan metil isosianat (MIC) di Pabrik Pestisida Union Carbide
India Limited (UCIL) milik Amerika Serikat. Sebanyak 40 ton MIC terlepas dalam bentuk
gas yang mengakibatkan 520.000 orang terpapar gas, kematian lebih dari 2.000 orang dalam
minggu pertama dan lebih dari 100.000 orang mendapatkan cidera permanen.
Di Indonesia, tercatat sebanyak 130 kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang terjadi dikarenakan oleh adanya penghisapan atau penyerapan bahan atau zat berbahaya
ke dalam tubuh pekerja. Dari segi kesehatan kerja, pajanan B3 di lingkungan kerja dapat
menyebabkan terjadinya keracunan, infeksi, kanker, iritasi kulit, gangguan sistem saraf,
gangguan hati, gangguan pernafasan, gangguan saluran kemih dan gangguan sistem

1
reproduksi pada pekerja. Ratusan ribu pekerja setiap tahunnya menderita penyakit kulit
akibat bersentuhan dengan bahan- bahan yang digunakan dalam pekerjaan mereka.
Untuk menghindari atau meminimalkan risiko gangguan kesehatan dan keselamatan
terhadap pekerja berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan
keterpajanan B3 di tempat kerja, sudah seharusnya setiap industri melakukan pengelolaan B3
dengan baik. Pengelolaan B3 ini meliputi kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, mengadakan di pabrik, menyimpan, menggunakan dan atau membuang
B3( Zahra, Januar Sitorus, & Hasyim, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Limbah B3 dan Istilah- Istilah Terkait B3 ?
2. Bagaiman aturan tentang penanganan limbah ?
3. Apa jenis – jenis limbah b3 ?
4. Bagaiman karakteristik limbah b3 ?
5. Bagaiman Pengelolaan Limbah B3(bahan berbahaya dan beracun Tahapan
pengelolaan dari hasil pembersihan tanki ?
6. Bagaiman cara penyimpanan kemasan limbah b3 ?

7. Apa saja kendala limbah b3 ?

8. Bagaimana Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 ?


9. Bagaimana Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya ?
10. Bagaimana Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Agar mahasiswa dapat memamhami dan mengetahui tentang Pengelolaan Barang
Beracun Dan Berbahaya (B3)

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk memenuhinsalah satu tugas Mata Kuliah Management Safety
b. Mahasiswa/I diharapkan mampu :
 Mampu memahami pengertian Limbah B3 dan Istilah- Istilah Terkait B3
 Mampu mengetahui aturan tentang penanganan limbah
 Mampu mengetahui jenis – jenis limbah b3
 Mampu memahami karakteristik limbah b3

2
 Mampu memahami Pengelolaan Limbah B3(bahan berbahaya dan
beracun Tahapan pengelolaan dari hasil pembersihan tanki
 Mampu mengetahui cara penyimpanan kemasan limbah b3
 Mampu memahami kendala limbah b3
 Mampu mengetahui Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3
 Mampu mengetahui Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
 Mampu memahami Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun

3
BAB II

PEMABAHASAN

2.1 Pengertian Limbah B3 dan Istilah- Istilah Terkait B3


Berdasarkaan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999
tentang PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
menjelaskan bahwa :
1. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
2. Limbah bahan berbahya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain
3. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah B3
4. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan
5. Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan limbah
B3
6. Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan
dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat pengelolaan
dan/atau pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3
7. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan
limbah B3
8. Pemanfaat limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pemanfaatan limbah
B3
9. Pengolah limbah B3 adalah badan usaha yang mengoperasikan sarana pengolahan
lambah B3
10. Penimbun limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan limbah
B3
11. Pengawas adalah pejabat yang bertugas di instansi yang bertaggung jawab melaksanakan
pengawasan pengelolaan limbah B3

4
12. Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah
B3 dengan maksud menyimpan sematara
13. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
14. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil
dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul
dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3
15. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau
penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman
bagi lingkungan dan kesehatan manusia
16. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi
limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
17. Penimbunan limbah B3 adalah suatu kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu
fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup
18. Orang adalah orang perseorangan, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hokum
19. Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan
20. Menteri adalah Menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup; terpisah
(INDONESIA, NO. 18 TAHUN 1999)

2.2 Aturan tentang Penanganan Limbah

 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


 PP No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
 UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
 Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999
Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah Sakit antara
lain diatur dalam :

5
• Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;

• Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit;

• PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan Beracun (B3);

• Kepdal 01- 05 tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3.


Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai
dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode
limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan
limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa,
peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan
residu dari proses insinerasi (dr. Kuwat Sri Hudoyo, 2010).

2.3 Jenis – Jenis limbah B3

Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999


tentang PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN , Jenis
limbah B3 menurut sumber meliputi :

6
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah ini tidak berasal dari proses utama, melainkan dari
kegiatan pemeliharaan alat, konhibitor korosi, pelarutan
kerak, pencucian, pengemasan dll.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah ini berasal dari proses suatu industry (kegiatan
utama).
c. Limbah B3 dari sumber lain.
Limbah ini berasal dari sumber yang tidak terduga, misalnya bahan kimia kadaluarsa,
tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Selain itu daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222 dan D223 dapat
dinyatakan limbah B3 setelah dilakukan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure
(TCLP) dan/atau uji karakteristik.

2.4 Karakteristik Limbah B3

Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999


tentang PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
karakteristik Limbah B3 meliputi

a. Mudah Meledak

Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat


tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga
kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat
pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah
meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat
menimbulkan ledakan.
b. Mudah Terbakar

Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat


disertai dengan pengimbangan kehilangan panas, sehingga
tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash
point) rendah (210C).

7
c. Bersifat Reaktif

Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif


yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang
dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar
gamma, dll.

d. Beracun

Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan


yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau
mulut.

e. Bersifat Korosif

Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,


menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE
1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun
dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang
dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).

f. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat
merusak jaringan tubuh.

g. Teratogenik

Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan


pertumbuhan embrio.

h. Mutagenik

i. Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom


yang berarti dapat merubah genetika.

8
j. Iritasi

Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan


selaput lendir.

k. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga
terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas
(eksothermis).

Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila diuji dengan metode
toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan.

2.5 Pengelolaan Limbah B3(bahan berbahaya dan beracun Tahapan pengelolaan dari hasil
pembersihan tanki adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan dan penambangan B3


2. Penyimpanan dan penggunaan B3
3. Pengangkutan B3
4. Pemrosesan dalam Industri
5. Penyebaran dan pemakaian B3 pada konsumen
6. Pembuangan B3
7. Pengembangan teknologi dan sistem pengendalian B3 ( W. Widodo, H.Hartono, &
Syam , 2006)

Sedangkan menurut ( Zahra, Januar Sitorus, & Hasyim, 2011) kegiatan pengelolan
limbah B3 adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan B3
Menyediakan sarana keselamatan seperti alat pelindung diri (APD), alat pemadam api
ringan (APAR) dan sarana pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) serta meminta

9
kepada setiap pemasok untuk melengkapi B3 yang dipesan dengan informasi bahan
seperti label, material safety data sheet (MSDS) dan certificate of analysis (COA).
2. Penyimpanan B3
Dalam kegiatan penyimpanan, B3 disimpan di dalam gudang khusus yang letaknya cukup
jauh dari daerah operasi pabrik. Di dalam gudang diberlakukan sistem pengelompokan
B3 untuk mencegah terjadinya reaksi antar bahan sesuai dengan denah yang ada di
gudang yang telah dibuat oleh Dinas Pergudangan.
3. Pengangkutan B3
Petugas pengangkut terdiri dari satu orang tenaga kontrak yang bertugas mengantar
keperluan B3 ke semua pabrik dengan menggunakan alat angkut berupa forklift. Petugas
ini merupakan orang yang sudah terlatih dan mempunyai surat izin mengemudi (SIM)
khusus untuk mengendarai forklift. Alat pengangkut yang digunakan juga dilakukan uji
layak oleh pihak safety dan dicek setiap paginya oleh petugas pengangkut.
angkut.
4. Penggunaan B3
Untuk menggunakan B3 terdapat instruksi yakni bahwa setiap pekerja yang akan
menangani B3 harus dilengkapi dengan safety permit bila perlu, prosedur kerja, alat
pelindung diri yang sesuai dan cukup jumlahnya, peralatan kerja yang cocok dan
kondisinya baik, alat pemadam api ringan serta sarana P3K.
kesehatannya.
5. Pembuangan B3
Penanganan pembuangan B3 dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja. Perusahaan telah menyediakan sarana keselamatan seperti APD, APAR
dan P3K. Untuk penyimpanan sementara, limbah B3 ditempatkan di bangsal yang jauh
dari tempat keramaian.

2.6 Cara penyimpanan kemasan limbah B3

Cara yang dapat dilakukan dalam penyimpan kemaan Limbah B3 adalah sebagai berikut:

a. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok dimana setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua ) kemasan
b. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukkannya
c. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan
kemasan
d. Jarak tumpuk kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding
bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (Satu) meter

10
e. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara
terpisah ( W. Widodo, H.Hartono, & Syam , 2006)

2.7 Kendala pengelolaan limbah B3

a. Akan tetapi, yang masih menjadi kendala yakni seringnya B3 yang masuk tidak disertai
dengan MSDS.
b. Faktor manusia merupakan salah satu penyebab dari banyaknya kecelakaan kerja yang
terjadi

2.8 Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3

1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat
membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi didapatkan dari MSDS.
2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat
dan karekteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi risiko
yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
meliputi:
a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat
perlindungan diri, dan menjaga hygiene perorangan.
b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan
MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan
pendidikan atau latihan.
c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.
4. Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya antara lain :
a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan yang
kurang berbahaya.
b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin
dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih
sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga risiko
dalam penyimpanan kecil.
c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan berbahaya
yang menyangkut sifat berbahaya, cara penanganan, cara penyimpanan, cara

11
pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/tumpahan, cara pengobatan bila
terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada
penyalur atau produsen bahan berbahaya yang bersangkutan.
d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan
bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar
kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan.
e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
yang aman.
f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat melalui
pengujian, pelatihan dan pengawasan.
g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan
petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan
jelas.
h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan
berbahaya.

i. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih,


dan terpelihara dengan baik.

j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara
instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau
daur ulang.

2.9 Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya


Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang diperlukan.
Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil perusahaan
(company profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material
atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta
informasi lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.
Setiap unit kerja/Instalasi/satker yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3 harus
menginformasikan kepada Instalasi Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali
mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3.

12
Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir seleksi yang memuat
kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing
kriteria yang ditentukan. Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian :
1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam
kontrak kerjasama.
2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi yang
sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang
diberikan.

3. Persyaratan K3 dan lingkungan


a. Menyertakan MSDS.
b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001.
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan.
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.
4. Sistem mutu
a. Metodologi bagus.
b. Dokumen sistem mutu lengkap.
c. Sudah sertifikasi ISO 9000.
5. Pelayanan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.
b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya.
c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.
d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai sumber
daya manusia yang handal.
2.10 Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, menggunakan,
dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan
melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.
1. Penanganan untuk personil

13
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan.
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk.
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama.
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran.
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/
kecelakaan atau nyaris celaka (accident atau near miss) melalui formulir yang telah
disediakan dan alur yang telah ditetapkan.
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat penyimpanan,
penggunaaan dan pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus di tetapkan sebagai daerah
berbahaya dengan menggunakan kode warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah
Rumah Sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.
3. Penanganan administratif
Di setiap te mpat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi tanda
sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk menangani B3
antara lain :
a. Cara pananggulangan bila terjadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3 dll.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan
penimbunan limbah B3
 Untuk menghindari atau meminimalkan risiko gangguan kesehatan dan
keselamatan terhadap pekerja berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
berhubungan dengan keterpajanan B3 di tempat kerja, sudah seharusnya setiap
industri melakukan pengelolaan B3 dengan baik. Pengelolaan B3 ini meliputi
kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, mengadakan di pabrik,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3( Zahra, Januar Sitorus, &
Hasyim, 2011)
3.2 Saran

Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan pembelajaran
bagi pembaca. Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

W. Widodo, B., H.Hartono, & Syam , A. (2006). JASA PEMBERSIHAN KAPAL TANKER
DITINJAU DARI SEGI TEKNIS DAN LINGKUNGAN.

Zahra, Y., Januar Sitorus, R., & Hasyim, H. (2011). KEGIATAN PENGELOLAAN BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DITINJAU DARI ASPEK KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG. JURNAL ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 2 .

INDONESIA, P. R. ( NO. 18 TAHUN 1999). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999. P.P , 1-65.

Sihombing, B., & Siregar, S. (2012). KOMITMEN KARYAWAN PADA PERENCANAAN


PRODUKSI DALAM RANGKA EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PENGELOLAAN
LIMBAH STUDI KASUS DEPARTEMEN POLIMER INDUSTRI TEKSTIL PT TIFICO.
Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.1 Edisi , 79-93.

dr. Kuwat Sri Hudoyo, M. (2010). STANDAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI
RUMAH SAKIT. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai