Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM AL- QUR’AN

Makalah ini di susun guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir II

Dosen Pengampu: H.Khoirul Anwar, S.Ag.,M.Pd

Di susun oleh :

Anik Wahyuningsih (31501502186)

Hanik Nur Hasanah (31501502213)

Jauharatul Arafah (31501502226)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi MahaPenyanyang serta
segala puji dan syukur kepada-Nya yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya,
Tak lupa pula shalawat sertasalam kami ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Sehingga kami dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang yang berjudul ”ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Al-
Qur’an”. Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam menulis, menyampaikan kepustakaan yang sekiranya perlu
perbaikan dari pembaca.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempunaan makalah ini mendatang baik dari penbaca maupun
dosen pembimbing.Demikian kata pengantar dari kami penulis, semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat digunakan sebagai mana mestinya, semoga kita semua mendapatkan faedah dan
diterangi hati dalam setiap menuntut ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akherat, terima
kasih banyak atas perhatian pembaca sekalian yang budiman.

Semarang, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

cover
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................1
I.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................................1
I.3 TUJUAN MASALAH ........................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI ILMU PENGETAHUAN DAN TAFSIRAN AL-QUR’AN ..........................................3
II.2 OBJEK ILMU dan CARA MEMPEROLEH ILMU .......................................................................12
II.3 MANFAAT ILMU ..........................................................................................................................15
II.4 DEFINISI TEKNOLOGI dan TAFSIRAN AL-QUR’AN ..............................................................16
BAB III : PENUTUP
III.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................21
III.2 SARAN ..........................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Ilmu pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung dan rahasia illahi yang paling
besar dari sekian banyak rahasia Allah di alam ini. Allah menciptakan dan membentuk manusia
dengan perangkat akal an pikiran yang responsive terhadap berbagai fenomena kehidupan
dimuka bumi, beserta berbagai macam tanda kebesaran –Nya dijagad raya.

Dengan dinamika kehidupan dan berbagai pernak perniknya, berddasarkan petunjuk


Rabb-Nya, selaras dengan manhaj dan araha-Nya, sehingga proses pencarian maupun
pengamalan ilmu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ibadah.

Berbicara tentang ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan al-qur’an ada persepsi
bahwa al-qur’an itu adalah kitab ilmu pengetahuan persepsi ini muncul atas dasar isyarat –
isyarat al-qur’an tang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.Dari isyarat tersebut, sebagian para
ahli berupaya membuktikannya dan ternyata mendapat hasil yang sesuai engan isyaratnya,
sehingga semakin memperkuat persepsi tersebut.

Jika terjadi kelompatan ilmu dan teknologi melalui peneltian terhadap gejala-gejala alam
dan kehidupan sebenarnya sangat mengherankan kalau orang –orang yang lalai itu hanya
berhenti pada batas studi yang bersifat mekanis dan tidak menyebrang untuk menemukan
rahasia –rahasia hokum Tuhan serta memahami Hikmah dibalik ciptaan-Nya.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Definisi Ilmu Pengetahuan Beserta Tafsiran Dalil Al-Qur’an ?
2. Bagaimana Objek Ilmu dan Cara Memperolehnya?
3. Apa Saja Manfaat Al-Quran ?
4. Bagaimana Pengetian Dari Teknoogi Beserta Tafsiran Dalil Al-Qur’an ?

1
I.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Definisi Ilmu Pengetahuan Dan Tafsiran Al-Qur’an.
2. Untuk Mngetahui Objek Ilmu Dan Cara Memperolehnya.
3. Untuk Mengetahui Manfaat Al-Quran.
4. Untuk Mengetahui Pengetian Dari Teknoogi Beserta Tafsiran Dalil Al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI ILMU PENGETAHUAN DAN TAFSIRAN AL-QUR’AN


A. Definisi Ilmu Pengetahuan

Salah satu isi pokok kandungan Al-Qur’an adalah ilmu pengetahuan. Kata ilmu sendiri
dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 105 kali, Bahkan dengan kata jadiannya disebut lebih dari
744 kali dalam Al-Qur’an. Kata ilmu sering di gunakan dalam arti proses pencapaian
pengetahuan dan objek pengetahuan. Untuk itu ‘ilm di lihat dari segi bahasa berarti kejelasan,
karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya memiliki suatu makna kejelasan.1 Misalnya
seperti kata ‘alam ( bendera), ‘ulmat (bibir sumbing), ‘a’lam ( gunung-gunung). ‘alamat (
alamat), dsb. Ilmu sendiri secara istilah berarti pengetahuan yang menjelaskan tentang sesuatu.
Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan kata ‘arafa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui),
dan ma’rifah (pengetahuan). Dalam pandangan Al-Qur’an sendiri, ilmu adalah keistimewaan yg
menjadikan manusia unggul atas makhluk2 lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan.2

Manusia menurut Al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan


mengembangkannya atas izin Allah. Oleh karena itu bertebaran ayat2 yg memerintahkan
manusia menempuh berbagai cara dalam mencari ilmu. Sebagaimana pula berkali-kali Al-
Qur’an menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang orang yang berilmu pengetahuan.
Menurut Pandangan Al-Qur’an seperti di isyaratkan oleh wahyu pertama – ilmu yang terdiri dari
2 macam antara lain:

1. Ilmu yang di peroleh tanpa upaya manusia, yang di sebut ‘ilm la-dunni, seperti yang di
jelaskan dalm Al-Qu’an Surat Al-Kahfi (18) : 65

‫علَّ ْم َٰنَهُ ِّمن لَّ ُدنَّا ِّع ْل ًما‬


َ ‫ع ْبدًا ِّم ْن ِّعبَا ِّدنَا ٓ َءات َ ْي َٰنَهُ َرحْ َمةً ِّم ْن ِّعن ِّدنَا َو‬
َ ‫فواجدا‬

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami.”

1. M. Quraish shihab , Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1996). Halm.. 571


2. M. Quraish shihab , Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1996) Halm.. 572

3
2. Ilmu yang di peroleh karena usaha manusia, di sebut ‘ilm Kasbi. Ayat ayat ‘ilm Kasbi
jauh lebih banyak daripada yang menjelaskan ‘ilm ladunni.
 Pembagian ini di sebabkan dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal – hal yang “ada” tetapi
tidak dapat di ketahui melalui upaya manusia sendiri. Jadi, Dalam pandangan Al-Qur’an
ilmu pengetahuan adalah suatu keistimewaan yg menjadikan manusia unggul atas makhluk
lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 31 – 32

Di dalam Al-Qur’an di jelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 31-32.

َ ‫اء َهؤ ََُل ِّء ِّإ ْن ُك ْنت ُ ْم‬


)31( َ‫صا ِّدقِّين‬ ْ َ ‫علَى ا ْل َم ََلئِّ َك ِّة فَقَا َل أ َ ْن ِّبئ ُونِّي ِّبأ‬
ِّ ‫س َم‬ َ ‫ض ُه ْم‬ ْ َ ‫علَّ َم آ َ َد َم ْاْل‬
َ ‫س َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم ع ََر‬ َ ‫و‬

)32( ‫علَّ ْمتَنَا إِّنَّكَ أ َ ْنتَ ا ْلعَ ِّلي ُم ا ْل َح ِّكي ُم‬ ُ ‫قَالُوا‬
َ ‫س ْب َحانَكَ ََل ِّع ْل َم لَنَا إِّ ََّل َما‬

Yang artinya :

31. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika
kamu yg benar.

32. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika
kamu yg benar.

Menurut tafsir ibnu katsir ayat 31 merupakan sebutan yang di kemukakan oleh Allah
SWT., yang di dalamnya terkandung keutamaan Adam atas malaikat berkat apa yang telah di
khususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan
Malaikat tidak mengetahuinya. Hal ini terjadi sesudah Malaikat di perintahkan untuk bersujud
kepada Adam as., Sesungguhnya bagian ini di dahulukan atas bagian tersebut (yang
mengandung perintah Allah kepada Malaikat untuk bersuju kepada Adam) di karenakan ini
mempunyai kaitan erat dengan ketidaktahuan para Malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah
.untuk itu Allah SWT., berfirman:

ْ َ ‫علَّ َم آ َ َد َم ْاْل‬
{ َ‫س َما َء ُكلَّه‬ َ ‫}و‬

“ Dan Dia Mengajarkan Kepada Adam Nama- Nama (benda) seluruhnya” {Al-Baqarah:31}

4
Menurut Ad-Dahhak meriwayatkan dari ibnu Abbas mengenai makna Firman – Nya
bahwa yang di maksud ialah nama-nama yang di kenal oleh manusia, missal nya : Manusia,
Hewan, Langit, Bumi, dll. Sedangkan Menurut Mujahid, makna ayat ini ialah Allah
mengajarkan kepada Adam nama semua hewan, semua jenis burung, dan nama segala sesuatu.
Hal yang sama dikatakan pula oleh riwayat dari Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan lain-lainnya dari
kalangan ulama Salaf, bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ar-
Rabi' dalam salah satu riwayatnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah nama-nama
malaikat.Hamid Asy-Syami mengatakan nama-nama bintang-bintang.Abdur Rahman ibnu Zaid
mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh keturunannya.

Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepadanya
nama-nama para malaikat dan nama-nama anak cucunya, karena Allah Swt. berfirman:

َ ‫{ث ُ َّم ع ََر‬


}‫ض ُه ْم‬

Kemudian Allah mengemukakan nama-nama itu. (Al-Baqarah: 30)

Kalimat ini menunjukkan pengertian makhluk yang berakal. Tetapi apa yang dipilih oleh
Ibnu Jarir ini bukan merupakan suatu hal yang pasti kebenarannya, mengingat tidak mustahil
bila di antara mereka termasuk jenis lain yang tidak berakal, kemudian diungkapkan
keseluruhannya dalam bentuk sigat makhluk yang berakal sebagai suatu prioritas, seperti
pengertian yang terkandung di dalam firman Allah lainnya, yaitu:

‫علَى ِّرجْ لَي ِّْن َو ِّم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْمشِّي‬ َ ‫َّللاُ َخ َلقَ ُك َّل دَابَّ ٍة ِّم ْن َماءٍ فَ ِّم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْمشِّي‬
َ ‫علَى بَ ْطنِّ ِّه َو ِّم ْن ُه ْم َم ْن يَ ْمشِّي‬ َّ ‫{و‬
َ
ٌ ‫ع َلى ك ُِّل ش َْيءٍ َقد‬
}‫ِّير‬ َّ َّ‫َّللاُ َما يَشَا ُء ِّإن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫ق‬ ُ ُ‫علَى أ َ ْربَ ٍع يَ ْخل‬َ

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedangkan sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”. (An-Nur: 45)

Sahabat Abdullah ibnu Mas'ud membacanya summa aradahunna, sedangkan Ubay ibnu
Ka'b membacanya summa aradaha, yakni kemudian Allah mengemukakan nama-nama itu
kepada para malaikat.

Menurut pendapat yang sahih, Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama segala
sesuatu, yakni semua zat, sifat dan karakternya —seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas—

5
hingga nama angin yang keluar dari dubur, yakni nama-nama semua zat dan karakternya dalam
bentuk mukabbar dan musaggar.

Karena itu, Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini pada Kitabut Tafsir, bagian dari kitab Sahih-nya,
mengatakan:

‫صلَّى‬
َ ِّ ‫ع ْنهُ ع َِّن النَّ ِّبي‬ َّ ‫ ع َْن أَنَ ٍس َر ِّض َي‬،ُ‫ َح َّدثَنَا قَتَا َدة‬،‫ َح َّدثَنَا ِّهشَا ٌم‬،‫س ِّل ٌم‬
َ ُ‫َّللا‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬،‫س ِّل ُم ْبنُ ِّإب َْرا ِّهي َم‬
ْ ‫َح َّدثَنَا ُم‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫ َح َّدثَنَا َي ِّزي ُد ْبنُ ُز َريع‬:ُ‫ َوقَا َل ِّلي َخ ِّليفَة‬،‫سلَّ َم‬
َ ِّ ‫ ع َِّن النَّ ِّبي‬،‫ ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن أَنَ ٍس‬،ٌ‫س ِّعيد‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ
: َ‫شفَ ْعنَا إِّلَى َربِّنَا؟ فَيَأْت ُونَ آ َد َم فَيَقُولُون‬ ْ ‫ لَ ِّو ا‬: َ‫ فَيَقُولُون‬،‫ "يَجْ ت َ ِّم ُع ا ْل ُم ْؤ ِّمنُونَ يَ ْو َم ا ْل ِّقيَا َم ِّة‬:- ‫سلَّ َم قَا َل‬
ْ َ ‫ست‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬
َ
‫شفَ ْع لَنَا ِّع ْن َد َر ِّبكَ َحتَّى‬ ْ ‫ فَا‬، ٍ‫س َما َء ك ُِّل ش َْيء‬ْ َ ‫علَّ َمكَ أ‬ ْ َ ‫ َوأ‬،ِّ‫َّللاُ بِّيَ ِّده‬
َ ‫ َو‬،ُ‫س َج َد لَكَ َم ََلئِّ َكتَه‬ ِّ َّ‫أ َ ْنتَ أَبُو الن‬
َّ َ‫ َخلَقَك‬،‫اس‬
َّ ُ‫سو ٍل بَعَثَه‬
‫َّللاُ إِّلَى‬ ُ ‫ ويذكر ذنبه فيستحي؛ ائْتُوا نُو ًحا فَ ِّإنَّهُ أ َ َّو ُل َر‬،‫ لَسْتُ ُهنَا ُك ْم‬:‫ فَيَقُو ُل‬،‫يُ ِّري َحنَا ِّم ْن َمكَانِّنَا َهذَا‬
‫ ائْتُوا َخ ِّلي َل‬:‫ فَيَقُو ُل‬.‫ْس لَهُ بِّ ِّه ِّع ْل ٌم فيستحي‬ ُ ‫ َويَ ْذك ُُر‬.‫ لَسْتُ ُهنَاكُم‬:‫ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُو ُل‬،‫ض‬
َ ‫سؤَالَهُ َربَّهُ َما لَي‬ ِّ ‫أ َ ْه ِّل ْاْل َ ْر‬
،ُ‫ فَيَأْتُونَه‬،َ‫ َوأ َ ْع َطاهُ الت َّ ْو َراة‬،ُ‫َّللا‬
َّ ‫ع ْبدًا كَلمه‬
َ ‫سى‬ َ ‫ ائْت ُوا ُمو‬:‫ لَسْتُ ُهنَاكم؛ فَيَقُو ُل‬:‫ فَيَقُو ُل‬،ُ‫ فَيَأْتُونَه‬،‫الرحْ َم ِّن‬ َّ
‫َّللاِّ ورسولَه‬ َّ ‫ع ْب َد‬ َ ‫سى‬ َ ‫ ائْتُوا ِّعي‬:‫ فيستحي ِّم ْن َربِّ ِّه؛ فَيَقُو ُل‬،‫ َويَ ْذك ُُر قَتْ َل النفس بغير نفس‬،‫ لَسْتُ ُهنَا ُك ْم‬:‫فَيَقُو ُل‬
،‫َّللاُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِّم ْن ذَ ْنبِّ ِّه َو َما تَأ َ َّخ َر‬ َ ‫ع ْبدًا‬
َّ ‫غفَر‬ َّ َ‫و َك ِّلمة‬
َ ‫ ائْتُوا ُم َح َّمدًا‬،‫ لَسْتُ ُهنَاكُم‬:‫ فَيَقُو ُل‬،ُ‫ فَيَأْتُونَه‬،ُ‫َّللاِّ َو ُرو َحه‬
‫ ث ُ َّم‬،ُ‫َّللا‬
َّ ‫عنِّي َما شَا َء‬ ُ ‫ فَيَ َد‬،‫اجدًا‬ ِّ ‫س‬َ ُ‫ فَ ِّإذَا َرأَيْتُ َربِّي وقعت‬،‫ فيُؤذن ِّلي‬،‫علَى َربِّي‬ َ َ‫ستَأ ْ ِّذن‬
ْ َ ‫ق َحتَّى أ‬ُ ‫ فَأ َ ْن َط ِّل‬،‫فَيَأْتُونِّي‬
ِّ ْ‫ فَأ َ ْرفَ ُع َرأ‬،‫شفَّع‬
ْ َ ‫ ث ُ َّم أ‬،‫ فَأَحْ َم ُدهُ بِّتَحْ ِّمي ٍد يعل ُمنيه‬،‫سي‬
‫شفَ ُع‬ َ ُ ‫شفَ ْع ت‬
ْ ‫ َوا‬،‫س َمع‬
ْ ُ‫ وقل ي‬،‫س ْل تعطه‬ َ ‫ َو‬، َ‫سك‬ َ ْ‫ارفَ ْع َرأ‬ ْ :‫يُقَا ُل‬
‫ ث ُ َّم‬، َ‫شفَ ُع فَيَ ُح ُّد ِّلي َحدًّا فَأُد ِّْخلُ ُه ُم ا ْل َجنَّة‬
ْ َ ‫ ث ُ َّم أ‬، ُ‫ َوإِّذَا َرأَيْتُ َربِّي ِّمثْلَه‬،‫ ث ُ َّم أَعُو ُد إِّلَ ْي ِّه‬،َ‫فَيَ ُح ُّد ِّلي َحدًّا فَأُد ِّْخلُ ُه ُم ا ْل َجنَّة‬
"ُ‫علَ ْي ِّه ا ْل ُخلُود‬ َ ‫ب‬ َ ‫سهُ ا ْلقُ ْرآنُ َو َو َج‬َ َ‫ َما بَ ِّق َي فِّي النَّ ِّار إِّ ََّل َم ْن َحب‬:‫الرابِّعَةَ فَأَقُو ُل‬ َّ ‫أَعُو ُد‬

” Telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami
Hisyam, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda. Khalifah
telah mengatakan kepadaku, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah
menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi Saw.yang telah
bersabda: Orang-orang mukmin berkumpul di hari kiamat, lalu mereka mengatakan,
"Seandainya kita meminta syafaat kepada Tuhan kita." Maka mereka datang kepada Adam, lalu
berkata, "Engkau adalah bapak umat manusia, Allah telah menciptakan-Mu dengan tangan
kekuasaan-Nya dan Dia telah memerintahkan kepada para malaikat-Nya agar bersujud
kepadamu serta Dia telah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu, maka mintalah
syafaat buat kami kepada Tuhanmu, agar Dia membebaskan kami dari tempat kami sekarang
ini." Adam menjawab, "Aku bukanlah orang yang dapat menolong kalian."Lalu dia
menyebutkan kesalahannya yang membuatnya merasa malu.(Dia berkata), "Datanglah kalian
kepada Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul pertama yang diutus oleh Allah buat

6
penduduk bumi." Lalu mereka datang kepadanya, tetapi Nuh menjawab, "Aku bukanlah orang
yang dapat menolong kalian," lalu ia menyebutkan permintaan yang pernah dia ajukan kepada
Tuhannya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui, hingga ia merasa malu. Ia berkata, "Datanglah
kalian kepada kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah (Nabi Ibrahim)." Lalu mereka
mendatanginya, tetapi ia berkata, "Aku bukanlah orang yang dapat menolong kalian," dan Nabi
Ibrahim berkata, "Datangilah oleh kalian Musa, seorang hamba yang pernah diajak bicara oleh
Allah dan diberi-Nya kitab Taurat." Lalu mereka datang kepada Musa, tetapi Musa menjawab,
"Aku bukanlah orang yang dapat menolong kalian," kemudian Musa menyebutkan pembunuhan
yang pernah dilakukannya terhadap seseorang bukan karena orang itu telah membunuh orang
lain, hingga ia merasa malu kepada Tuhannya. Lalu ia berkata, "Datanglah kalian kepada Isa,
hamba Allah dan rasul-Nya yang diciptakan melalui kalimat Allah dan roh (ciptaan)-Nya."
Kemudian mereka datang kepada Isa, tetapi Isa menjawab, "Aku bukanlah orang yang dapat
menolong kalian, datanglah kalian kepada Muhammad, seorang hamba yang telah diampuni
baginya semua dosanya yang lalu dan yang kemudian."Lalu mereka datang kepadaku, maka aku
berangkat dan meminta izin kepada Tuhanku hingga Dia mengizinkan diriku.Ketika aku melihat
Tuhanku, maka aku menyungkur bersujud dan Dia membiarkan diriku dalam keadaan demikian
selama yang Dia kehendaki. Kemudian Dia berfirman, "Angkatlah kepalamu, dan mintalah,
niscaya kamu diberi apa yang kamu minta; dan katakanlah, niscaya didengar; dan mintalah
syafaat, niscaya kamu diberi izin untuk memberi syafaat." Lalu aku mengangkat kepalaku dan
aku memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku.Kemudian aku memohon syafaat,
dan Dia menentukan suatu batasan kepadaku, lalu aku masukkan mereka ke dalam
surga.Kemudian aku kembali kepada-Nya; dan ketika aku melihat Tuhanku, maka aku
melakukan hal yang serupa, lalu aku memohon syafaat dan Dia memberikan suatu batasan
(jumlah) tertentu, maka aku masukkan mereka ke dalam surga.Kemudian aku kembali lagi
untuk yang ketiga kalinya dan kembali lagi untuk yang keempat kali-nya, hingga aku katakan,
"Tiada yang tertinggal di dalam neraka kecuali orang-orang yang telah ditahan oleh Al-Qur'an
dan dipastikan baginya kekal di dalam neraka."

Demikian menurut hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari dalam bab ini. Hadis
yang sama telah diketengahkan pula oleh Imam Muslim dan Imam Nasai melalui hadis Hisyam
(yaitu Ibnu Abu Abdullah Ad-Dustuwa'i), dari Qatadah dengan lafaz yang sama. Imam Muslim,
Imam Nasai, dan Ibnu Majah telah mengetengahkan pula hadis ini melalui hadis Sa'id (yaitu
Ibnu Abu Arubah), dari Qatadah.

7
Kaitan pengetengahan hadis ini dan tujuan utamanya ialah menyimpulkan sabda
Rasulullah Saw.yang mengatakan:

ْ َ ‫علَّ َمكَ أ‬
" ٍ‫س َما َء ك ُِّل ش َْيء‬ ْ َ ‫ َوأ‬،ِّ‫َّللاُ بِّيَ ِّده‬
َ ‫ َو‬،ُ‫س َج َد لَكَ َم ََلئِّ َكتَه‬ ِّ َّ‫ أ َ ْنتَ أَبُو الن‬: َ‫"فَيَأْت ُونَ آ َد َم فَيَقُولُون‬
َّ َ‫اس َخلَقَك‬

Lalu mereka mendatangi Adam dan berkata, "Engkau adalah bapak umat manusia, Allah telah
menjadikan kamu dengan tangan kekuasaan-Nya, dan Dia telah memerintahkan para malaikat-
Nya agar bersujud kepadamu, dan Dia telah mengajarkan kepadamu nama-nama segala
sesuatu."

Hadis ini menunjukkan bahwa Allah Swt. telah mengajarkan kepada Adam nama-nama semua
makhluk. Karena itu, disebutkan di dalam firman-Nya:

}‫علَى ا ْل َمَلئِّ َك ِّة‬ َ ‫{ث ُ َّم ع ََر‬


َ ‫ض ُه ْم‬

Kemudian Allah mengemukakan nama-nama itu kepada para malaikat. (Al-Baqarah: 31)

Makna yang dimaksud ialah semua nama-nama tersebut, seperti yang dikatakan oleh
Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah. Qatadah mengatakan, setelah itu Allah
mengemukakan nama-nama tersebut kepada para malaikat, lalu Allah Swt. berfirman:

َ ‫اء َهؤَُل ِّء ِّإ ْن ُك ْنت ُ ْم‬


} َ‫صا ِّد ِّقين‬ ْ َ ‫{فَقَا َل أ َ ْن ِّبئ ُونِّي ِّبأ‬
ِّ ‫س َم‬

Allah berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kalian memang orang-
orang yang benar!" (Al-Baqarah: 31)

As-Saddi di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Abu Saleh,
dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud serta dari sejumlah sahabat sehubungan
dengan makna firman-Nya, "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
seluruhnya," kemudian dia mengemukakan makhluk-makhluk itu kepada para malaikat.
Menurut Ibnu Juraij, dari Mujahid, setelah itu Allah mengemukakan semua makhluk
yang diberi nama-nama itu kepada para malaikat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan
kepadaku Al-Hajjaj, dari Jarir ibnu Hazim dan Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan dan Abu
Bakar, dari Al-Hasan dan Qatadah; keduanya mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepada
Adam nama segala sesuatu, dan Allah menyebutkan segala sesuatu dengan namanya masing-
masing serta Dia mengemukakannya kepada Adam satu kelompok demi satu kelompok.

8
Dengan sanad yang sama dari Al-Hasan dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-
Nya: Jika kalian memang orang-orang yang benar. (Al-Baqarah: 31) disebutkan bahwa
sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menciptakan makhluk melainkan kalian (para malaikat)
lebih mengetahui daripada dia (Adam), maka sebutkanlah kepada-Ku nama-nama semuanya itu
jika memang kalian orang-orang yang benar.

Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "In
kuntum sadiqin" yakni jika kalian memang mengetahui bahwa Aku tidak usah menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.

As-Saddi meriwayatkan dari Abu Malik dan Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah,
dari Ibnu Mas'ud, dan dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya, "In
kuntum sadiqin" yakni jika kalian memang orang-orang yang benar bahwa Bani Adam suka
membuat kerusakan di muka bumi dan gemar mengalirkan darah.

Ibnu Jarir mengatakan, pendapat yang paling utama dalam masalah ini ialah takwil Ibnu
Abbas dan orang-orang yang sependapat dengannya.

Makna hal tersebut ialah bahwa Allah Swt berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda yang telah Kukemukakan kepada kalian, hai malaikat yang mengatakan, 'Mengapa
Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah?Apakah dari kalangan selain kami atau dari kalangan kami?Padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau,' jika kalian
memang orang-orang yang benar dalam pengakuannya.Jika Aku menjadikan khalifah-Ku di
muka bumi dari kalangan selain kalian, niscaya dia durhaka kepada-Ku, begitu pula
keturunannya, lalu mereka membuat kerusakan dan mengalirkan darah.Tetapi jika Aku
menjadikan khalifah di muka bumi dari kalangan kalian, niscaya kalian taat kepada-Ku dan
mengikuti semua perintah-Ku dengan mengagungkan dan menyucikan-Ku. Apabila kalian tidak
mengetahui nama-nama mereka yang Kuketengahkan kepada kalian dan kalian saksikan sendiri,
berarti terhadap semua hal yang belum ada dari hal-hal yang akan ada —hanya belum
diwujudkan— kalian lebih tidak mengetahui lagi."

Menurut Tafsir Ibnu katsir suroh Al-Baqarah ayat 32 :

‫علَّ ْمتَنَا إِّنَّكَ أ َ ْنتَ ا ْلعَ ِّلي ُم ا ْل َح ِّكي ُم‬ ُ ‫قَالُوا‬


َ ‫س ْب َحانَكَ ََل ِّع ْل َم لَنَا إَِّل َما‬

9
“Mereka (para malaikat) menjawab: Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui
lagi Mahabijaksana.” (Al-Baqarah: 32)

Ayat ini menerangkan tentang sanjungan para malaikat kepada Allah dengan
menyucikan dan membersihkan-Nya dari semua pengetahuan yang dikuasai oleh seseorang dari
ilmu-Nya, bahwa hal itu tidak ada kecuali menurut apa yang dikehendaki-Nya. Dengan kata
lain, tidaklah mereka mengetahui sesuatu pun kecuali apa yang diajarkan oleh Allah Swt.
kepada mereka.

Karena itulah para malaikat berkata dalam jawabannya: Mahasuci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya
Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Baqarah: 32) Yakni Yang Maha
Mengetahui segala sesuatu, Yang Mahabijaksana dalam ciptaan dan urusan-Mu serta dalam
mengajarkan segala sesuatu yang Engkau kehendaki serta mencegah segala sesuatu yang
Engkau kehendaki, hanya Engkaulah yang memiliki kebijaksanaan dan keadil-an yang
sempurna dalam hal ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah
menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hajjaj, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna kalimat subhanallah; hal itu artinya pujian Allah kepada diri-
Nya sendiri yang menyucikan-Nya dari semua keburukan.

Kemudian Umar pernah bertanya kepada Ali, sedangkan teman-teman sahabat Umar
berada di hadapannya, "Kalau makna kalimah La ilaha illallah telah kami ketahui, apakah
makna subhanallah?Ali k.w. menjawab, "Ia merupakan suatu kalimat yang disukai oleh Allah
buat diri-Nya, dan Dia rela serta suka bila diucapkan."

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Fudail ibnu Nadr ibnu Addi yang menceritakan bahwa ada seorang
lelaki bertanya kepada Maimun ibnu Mihran tentang makna kalimat subhanallah.Maka Maimun
menjawab, "Nama untuk mengagungkan Allah dan menjauhkan-Nya dari semua keburukan."

Di dalam tafsir jalalain

َ ُ‫ أسماء المسميات ُكلَّ َها القصعه والق‬: ‫علَّ َم ءا َد َم اَلسماء أي‬


‫ص ْيعَة والفسوة والفُسيَّة‬ َ ‫َو‬

10
‫علَى المَلئكة‬
َ ‫ض ُه ْم أي المسميات وفيه تغليب العقَلء‬ َ ‫والم ْغ َرفَة بأن ألقى في قلبه علمها ث ُ َّم ع ََر‬ ِّ
ِّ ‫اء َهؤ‬
‫َُلء المسميات إِّن كُنت ُ ْم صادقين في أني َل أخلق‬ ْ َ ‫فَقَا َل لهم تبكيتا ً أ َنبِّئ ُونِّى أخبروني بِّأ‬
ِّ ‫س َم‬
‫ أنكم أحق بالخَلفة وجواب الشرط دل عليه ما قبله‬: ‫أعلم منكم أو‬.

031. (Dan diajarkan-Nya kepada Adam nama-nama) maksudnya nama-nama benda


(kesemuanya) dengan jalan memasukkan ke dalam kalbunya pengetahuan tentang benda-benda
itu (kemudian dikemukakan-Nya mereka) maksudnya benda-benda tadi yang ternyata bukan
saja benda-benda mati, tetapi juga makhluk-makhluk berakal, (kepada para malaikat, lalu Allah
berfirman) untuk memojokkan mereka, ("Beritahukanlah kepada-Ku) sebutkanlah (nama-nama
mereka) yakni nama-nama benda itu (jika kamu memang benar.") bahwa tidak ada yang lebih
tahu daripada kamu di antara makhluk-makhluk yang Kuciptakan atau bahwa kamulah yang
lebih berhak untuk menjadi khalifah. Sebagai 'jawab syarat' ditunjukkan oleh kalimat
sebelumnya.

‫علَّ ْمتَنَا إياه ِّإنَّكَ أَنتَ تأكيد للكاف العليم الحكيم‬


َ ‫قَالُواْ سبحانك تنزيها ً لك عن اَلعتراض عليك َلَ ِّع ْل َم لَنَا إَِّلَّ َما‬
‫الذي َل يخرج شيء عن علمه وحكمته‬.

032. (Jawab mereka, "Maha suci Engkau!) artinya tidak sepatutnya kami akan menyanggah
kehendak dan rencana-Mu (Tak ada yang kami ketahui, kecuali sekadar yang telah Engkau
ajarkan kepada kami) mengenai benda-benda tersebut. (Sesungguhnya Engkaulah) sebagai
'taukid' atau penguat bagi Engkau yang pertama, (Yang Maha Tahu lagi Maha
Bijaksana.")hingga tidak seorang pun yang lepas dari pengetahuan serta hikmah kebijaksanaan-
Mu.

11
II.2 OBJEK ILMU dan CARA MEMPEROLEH ILMU
Berdasarkan dari pembagian ilmu, secara garis besar objek ilmu dapat dibagi daalam dua
bagian pokok, yaitu :

a. Alam Materi
b. Alam NonMateri

Dari Sains Mutakhir yang mengarahkan pandangan kepada Alam Materi yang dapat
menyebabkan manusia membatasi ilmunya pada sebuah bidang tersebut. Dan bhan ada sebagian
mereka tidak mengakui adanya realitas yang tidak dapat di buktikan oleh Alam Materi, Karena
Objek Ilmu itu menurut Mereka hanya mencangkup Sains kealaman dan terapannyayang dapat
berkembang secara kualitaif an penggandaan, variasi terbatas, dan Pengalihan antar Budaya.

Objek Ilmu Menurut Ilmuwan Muslim mencangkup alam materi dan non materi. Karena
itu sebagian ilmuwan Muslim – khususnya kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Qur’an –
memperkenalkan ilmu yan mereka sebut “Al- Hadharat Al – Iilahiyah Al- Khams (lima
kehadiran Ilahi)” yaitu untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud.3

5 kehadiran Ilahi tersebut antara lain :

1. Alam Nãsut (alam materi)


2. Alam Malakut (alam kejiwaan)
3. Alam Jabarût (alam ruh)
4. Alam Lahût (sifat – sifat Ilahiyah)
5. Alam Hahut (Wujud Zat Ilahi).

Tentu Ada Tata Cara dan Sarana yang harus digunakan untuk meraih Pengetahuan
tetang ke lima hal diatas yang sudahdi jelaskan di dalam Qur’an Surat Al- Nahl

َّ ‫شك ُُرونَ َو‬


ُ‫َّللا‬ َ َٰ ‫س ْم َع َو ْٱْل َ ْب‬
ْ َ ‫ص َر َو ْٱْل َ ْفـ ِّ َدةَ ۙ لَعَلَّ ُك ْم ت‬ َ َ‫ون أ ُ َّم َٰ َهتِّ ُك ْم ََل ت َ ْعلَ ُمون‬
َّ ‫شيْـًٔا َو َجعَ َل لَ ُك ُم ٱل‬ ُ ُ‫أ َ ْخ َر َجكُم ِّم ۢن ب‬
ِّ ‫ط‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (menggunakan
nya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan).

Ayat ini mengisyaratkan penggunaan 4sarana yaitu : pendengaran, penglihatan, akal dan hati.4
Seperti : Trial and error ( coba – coba), Pengamatan, percobaan, dan tes – tes kemungkinan
(probability) merupakan cara cara yang di gunakan para ilmuwan untuk meraih pengetahuan.

12
Di samping mata, telinga, dan pikiran yang sebagai sarana meraih pengetahuan, Al-
Quran pun menggaris bawahi pntingnya peranan ksuian hati.Wahyu yang di anugrahkan atas
kehendak Allahdan berdasarkan kebiaksanaan nya tanp suatu usaha da campur tangan manusia.
Sementara intuisi,firasat dsb dapat di raih nya melalui penyucian hatii. Dari sini lah, para
ilmuwan Muslim menekankan pentingnya TAZKIYAH AN-NAFS (penyucian jiwa) yang di
gunakan untuk memperoleh hidayah (petujuk/ pengajaran Allah).5 Oleh karena itu mereka sadar
terhadap kebenaran Frman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 146 :

۟ ُ‫ق َو ِّإن يَ َر ْو ۟ا ُك َّل َءايَ ٍة ََّل يُ ْؤ ِّمن‬


‫وا ِّب َها‬ ِّ ‫ض ِّبغَ ْي ِّر ٱ ْل َح‬ِّ ‫ون فِّى ْٱْل َ ْر‬ َ ‫ف ع َْن َءا َٰيَتِّ َى ٱلَّذ‬
َ ‫ِّين يَت َ َكبَّ ُر‬ ُ ‫سأَص ِّْر‬ َ
۟ ُ‫يَل ۚ َٰذَ ِّلكَ ِّبأَنَّ ُه ْم َكذَّب‬
‫وا‬ ً ‫س ِّب‬ َ ‫يَل َو ِّإن يَ َر ْو ۟ا‬
َ ُ‫س ِّبي َل ٱ ْلغَ ِّى يَت َّ ِّخذُوه‬ َ ُ‫ش ِّد ََل يَت َّ ِّخذُوه‬
ً ‫س ِّب‬ ْ ‫ٱلر‬ َ ‫َو ِّإن يَ َر ْو ۟ا‬
ُّ ‫س ِّبي َل‬
َ َٰ ‫ع ْن َها‬
َ ‫غ ِّف ِّل‬
‫ين‬ َ ‫وا‬۟ ُ‫ِّبـَٔا َٰيَتِّ َنا َوكَان‬

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan
yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka
tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk,
mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus
memenempuhnya.Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan
mereka selalu lalai dari padanya.”

Berkali – kali Al-Qur’an menegaskan bahwa ‫( هللا يهدي ان‬sesungguhnya Allah tidak
akan memberi petunjuk kepada orang-orang yag berbuat dzalim / aniaya), Al – Kafirin dan Al –
Fasiqin), man – yudhil (oang yang di sesatkan), man huwa kadzibun kaffar (pembohong
agiamat ingkar), masrifu lzzab(pemboros lagi pembohong), dsb. Memang erea yang durhak
dapat saja memperoleh secerca ilmu dari Allah akan tetapi ilmu itu bersifat kasbi, tetapi mereka
memperoleh itu hanya terbatas pada sebagian fenomena alam, bujan kepada hakekat (nomena)
yang sebenar nya.

13
Para ilmuwan muslim juga menggaris bawahi pentingnya mengamalkan sebuah ilmu.
Di dalam konteks ini di temukan ungkapan yang di nilai sementara oleh pakar sebagai hadist
Nabi SAW :

‫من عمل بما علم اورثه هللا مالم يعلم‬

“ Barang Siapa mengamalkan yang di ketahui nya, maka Allah menganugrahkan kepadanya
Ilmu yang belum di ketahui nya.”

3. M. Quraish shihab , Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan,) edisi 1 (2007), edisi 2 ( 2013). Halm.. 574
4. M. Quraish shihab , Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan,) edisi 1 (2007), edisi 2 ( 2013). Halm.. 575
5. M. Quraish shihab , Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan,) edisi 1 (2007), edisi 2 ( 2013). Halm.. 576

14
II.3 MANFAAT ILMU
Dari Wahyu pertama, juga di temukan petunjuk tentang pemanfaatan ilmu yaitu dengan
melalui iqra’ bismi Rabbika, di gariskan bahwa titik tolak atau motivasi sebuah pencarian ilmu,
demikian tujuan akhirnya haruslah karena Allah.

Syaikh Abdul Halim Mahmud, seorang mantan pemimpin tertinggi Al- Azhar,
memahami Bacalah demi Allah dengan Arti untuk kemaslahatan makhluknya. Bukan kah Allah
tidak membutuhkan sesuatu dan justru makhluk yang membutuhkan Allah SWT ?......

Semboyan “ ilmu untuk ilmu” tidak di kenal dan tidak di benarkan oleh islam. Apapun
Ilmu nya, materi pembahasan nya harus bismi Rabbik atau dengan kata lain harus mengandung
makna Rabbani sehingga ilmu yang dalam kenyataan nya mengikuti pendapat para ahli bahwa
ilmu itu “bebas nilai” semua harus di sertai dengan niat untuk mencari Ridla Allah SWT.
Seorang Muslim harus menghindari cara berfikir tentang bidang – bidang yang tidak
menghasilkan manfaat apalagi yang tidak memberikan hasil yang baik tetapi akan
menghabiskan energy. Rasulullah SAW sering berdoa :

*‫فال اقسم بما تبصرون * وماال تبصرون‬

“Wahai Tuhan, Aku berlindung kepada – Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat.

Atas dasar ini pula berfikir atau menggunakan akal untuk mengungkapkan rahasia alam
metafisika, tidak boleh di lakukan, artinya : hati mesti di pergunakan untuk menjelajahi alam
metafisika. Hal tersebut sangat menarik bahwa ayat – ayat Al-Qur’an berbicara tentang alam
raya menggunakan redaksi yang berlainan ketika menunjukkan manfaat yang di peroleh dari
alam raya, walaupun suatu objek atau bagian yang di uraikan itu sama.Perhatikan semisal
ketika Al-Qur’an menguraikan tentang langit dan bumi. Di dalam surat Al-Baqarah ayat 164,
penjelasan nya di tutup dengan menyatakan, la ayatin liqaum (fin) ya’qilun (sesungguhnya
terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal). Sedangkan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran
ayat 90, ketika menguraikan persoalan yang sama dan di akhiri dengan la ayaatin li – ulil albab
(pada demikian itu terdapat tanda tanda bagi Ulil Albab(orang yang memiliki saripati segala
sesuatu). Ayat – ayat yang berbicara tentang alam raya, yang dirinya dapat di tarik kesan
adanya beragam tingkat dan beragam tingkat serta manfaat yang seharusnya dapat di raih oleh
mereka yang mempelajari tentang fenomena alam.

15
II.4 DEFINISI TEKNOLOGI dan TAFSIRAN AL-QUR’AN
A. DEFINISI TEKNOLOGI
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La
Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk
mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu
tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah
penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat
dilaksanakan secara berulang (repetisi). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi
diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan
berdasarkan proses teknis”.6 Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk
memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.7

Kalau demikian mesin atau alat canggih bukanlah teknologi , walaupun tersebut sering
diasosiasikan sebaagi teknologi yang kita ketahui mesin telah digunakan sejak abad-abad
terdahulu tapi pada abad dulu mesin belum disebut alat teknologi atau lebih tepatnya teknologi.
pandangan Al-Quran terhadap teknologi, pastinya memiliki karakteritik sains Islam
adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga sains yg
dihasilkan ilmuwan muslim betul2 islami, bermakna , mendatangkan manfaat dan kemaslahatan
bagi kepentingan manusia sesuai dg misi Islam ‘Rahmatan lilalamin’.. dai menurut sebagian
ulama terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya,
dan memerintahkan manusia untuk memanfaatkan alam ini. Dan secara tegas dan berulang-
ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukan Allah untuk manusia.
Itulah sebabnya manusia diberi akal agar manusia berfikir, dijadikan khalifah dibumi. Sebagai
mahluk yang diciptakan paling sempurnakan oleh Allah.

6. Kamus Besar bahasa Indonesia


7. M. Quraish shihab , Wawasan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1996) Halm.. 580
16
Seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 37 :

َ ُ‫ظلَ ُم ٓو ۟ا ۚ إِّنَّ ُهم ُّم ْغ َرق‬


‫ون‬ َ ‫صنَ ِّع ٱ ْلفُ ْلكَ ِّبأ َ ْعيُنِّ َنا َو َوحْ ِّينَا َو ََل ت ُ َٰ َخ ِّط ْبنِّى فِّى ٱلَّذ‬
َ ‫ِّين‬ ْ ‫َوٱ‬

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu
bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan.”

Di dalam buku tafsir misbah yang di tulis oleh M. Quraish shihab menjelaskan bahwa

Kata (‫ ) اصنع‬di ambil dari kata ‫ صنع‬yang mengandung makna menciptakan sesuatu yang
berkaitan dngan kebutuhan hidup yang sebelum nya belum pernah ada, namun itu untuk
membuatnya telah bersedia. Dengan demikian asy-sya’rawi. Sehinga itu menjadi sebah
kebiasaan yang sering dilakuka nya secara mahir.

Kata ( ‫ ) بأعيننا‬berasal dari kata a’yun yang memiliki jamak dari kata ‘ain yang berarti
mata. Selanjunya, karena fungsi mata antara lain yang digunakan untuk mengetahui segala
segala kesalahan yang diamati. Hal itu juga memiliki makna lain yaitu untuk membimbing dan
menghindari dari kesalahannya. Makna yang terakhir ini, di maksutkan karena Allah SWT.,
Maha Suci dari kepemilikan alat untuk melihat sebagamana hal nya. Bentuk dari kata jamak
‘ain yaitu bukan di artika sebaga mata akan tetapi di artikan sebagai bentuk pengawasan dan
perhatian yang sangat banyak.

Kata “wahyu” dari segi bahasa berarti isyarat yang cepat. Yang di maksut wahyu disini
bukan lah wahyu dalam pengertian istilah keagamaan yaitu “ informasi Allah kepada nabi yang
menyangkut sbuah syariat agama atau semacamnya, bukan juga firman yang memerintahan
membuat bahtera, tetapi yang di maksut ini ialah sebuah petunjuk yang secara praktis tentang
cara membuat perahu, tentu saja ketika itu belum menjadi popular. Dari sinilah di perlukannya
sebuah pengetahuan dan pengalaman. Di dalam Al-Qur’an menginformasikan bahwa Allah
SWT mengajarkan kepada Nabi Daud as. Kemahiran dan ketrampilan membuat baju-baju yang
terbuat dari besi/ perisai.

17
Dalam tafsir ibnu katsir :

) َ‫صنَ ِّع ا ْلفُ ْلك‬


ْ ‫(وا‬
َ

Dan buatlah bahtera itu. (Hud: 37)

Yakni kapal itu.

}‫{ ِّبأ َ ْعيُنِّنَا‬

dengan pengawasan Kami. (Hud: 37)

Maksudnya, di hadapan Kami.

}‫{و َوحْ ِّينَا‬


َ

dan petunjuk wahyu Kami. (Hud: 37)

Yaitu dengan petunjuk dan pengajaran Kami kepadamu tentang apa yang harus kamu lakukan.

} َ‫اط ْبنِّي فِّي الَّ ِّذينَ َظلَ ُموا إِّنَّ ُه ْم ُم ْغ َرقُون‬


ِّ ‫{وَل ت ُ َخ‬
َ

dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan. (Hud: 37)

Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Nuh agar menanam
pohon-pohonan; setelah besar ditebang, lalu dikeringkan; hal ini memakan waktu seratus tahun.
Kemudian Nabi Nuh menggergaji, menyerutnya, dan menghaluskannya selama seratus tahun
lagi; sedangkan menurut pendapat lain adalah empat puluh tahun.

Muhammad ibnu Ishaq telah menceritakan dari kitab Taurat, bahwa Allah Swt. memerintahkan
Nuh untuk membuat bahtera itu dari kayu saj (jati) dengan panjang delapan puluh hasta dan
lebar lima puluh hasta, dan hendaknya bahtera itu dicat dengan gar (ter) bagian luar dan
dalamnya, hendaknya pula dibuatkan anjungan buat membelah air.

Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh mempunyai panjang tiga ratus hasta dan lebarnya
lima puluh hasta.

18
Dari Al-Hasan, disebutkan bahwa panjangnya enam ratus hasta dan lebarnya tiga ratus hasta.
Juga dari Al-Hasan dan Ibnu Abbas, disebutkan bahwa panjangnya seribu dua ratus hasta dan
lebarnya enam ratus hasta. Sedangkan menurut pendapat lain, panjangnya dua ribu hasta, dan
lebarnya seratus hasta.

Semuanya mengatakan bahwa tinggi bahtera Nabi Nuh adalah tiga puluh hasta, terdiri atas tiga
tingkat, setiap tingkat mempunyai tinggi sepuluh hasta. Tingkatan yang paling bawah untuk
hewan dan binatang liar, yang tengah untuk manusia, sedangkan yang atas untuk burung-
burung. Disebutkan pula bahwa pintunya berada di bagian tengahnya, bagian atas bahtera itu
beratap.

Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah menyebutkan sebuah asar yang garib melalui hadis Ali ibnu
Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Abdullah ibnu Abbas. Disebutkan bahwa Ibnu
Abbas telah mengatakan bahwa kaum Hawariyyin berkata kepada Isa ibnu Maryam, "Sebaiknya
engkau mengirimkan seorang lelaki sebagai wakil dari kita semua untuk melihat bahtera itu, lalu
dia akan menceritakannya kepada kita." Maka Isa ibnu Maryam membawa serta mereka pergi
hingga sampai di sebuah bukit pasir, lalu Isa mengambil segenggam pasir dengan telapak
tangannya dan berkata, "Tahukah kalian, apakah ini?" Mereka menjawab, "Allah dan utusan-
Nya lebih mengetahui." Isa . menjawab, "Ini adalah mata kaki Ham ibnu Nuh."

Kemudian Nabi Isa memukul bukit pasir itu dengan tongkatnya seraya bersabda, "Berdirilah
dengan seizin Allah." Tiba-tiba berdirilah Ham seraya menepiskan pasir yang ada di kepalanya
yang telah beruban. Isa bertanya kepadanya, "Apakah dalam keadaan seperti ini ketika kamu
mati?" Ham ibnu Nuh menjawab, "Tidak, aku meninggal dunia dalam usia yang masih muda.
Tetapi aku menduga bahwa kematian itu merupakan hari kiamat, karena itulah maka aku
beruban."

Isa bertanya, "Ceritakanlah kepada kami tentang bahtera Nabi Nuh." Ham ibnu Nuh menjawab,
"Panjangnya adalah seribu dua ratus hasta dan lebarnya enam ratus hasta. Bahtera itu terdiri atas
tiga tingkat, salah satunya untuk hewan dan binatang liar, yang lainnya untuk manusia, dan yang
terakhir untuk burung-burung."

Ham melanjutkan kisahnya, "Setelah kotoran hewan terlalu banyak, maka Allah menurunkan
wahyu kepada Nuh a.s., memerintahkan kepadanya agar menggelitiki ekor gajah. Maka Nuh a.s.
menggelitikinya, lalu dari ekor gajah itu keluarlah seekor babi betina yang langsung melahap

19
kotoran tersebut. Dan ketika tikus-tikus muncul di dalam bahtera itu, mereka menggerogoti
kayu-kayu dan tali temalinya. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nuh a.s.,
memerintahkannya agar memukul wajah singa di antara kedua matanya. Maka Nuh a.s.
memukulnya, dan keluarlah burung elang jantan dan betina dari hidung singa itu, lalu keduanya
menyambar tikus-tikus tersebut.

Isa berkata kepada Ham, "Bagaimanakah Nuh mengetahui bahwa daratan telah tenggelam?"
Ham menjawab, "Nuh a.s. mengutus burung gagak yang menyampaikan berita kepadanya.
Tetapi burung gagak itu menjumpai bangkai, lalu burung gagak itu hinggap padanya dan mema-
kannya, maka Nuh a.s. berdoa kepada Allah, semoga burung gagak selalu dicekam rasa takut.
Karena itulah burung gagak tidak biasa tinggal di rumah-rumah.

Kemudian Nuh a.s. mengirimkan burung merpati, lalu burung merpati itu datang dengan
membawa daun pohon zaitun pada paruhnya dan daun pohon tin pada kakinya. Karena itulah
Nuh a.s. mengetahui bahwa seluruh negeri telah tenggelam. Lalu Nabi Nuh a.s. mengalungkan
ikat pinggangnya pada leher burung merpati dan mendoakannya agar hidupnya selalu dalam
aman dan jinak. Karena itulah maka burung-burung merpati biasa tinggal di rumah-rumah."

Kaum Hawariyyin berkata, "Wahai utusan Allah, bolehkah kami membawa Ham ini kepada
keluarga kami dan duduk bersama kami seraya bercerita kepada kami?" Isa menjawab, "Mana
mungkin orang yang tidak mempunyai rezeki dapat mengikuti kalian?" Maka Nabi Isa berkata
kepada Ham, "Kembalilah kamu seperti semula dengan seizin Allah!" Maka kembalilah Ham
dalam bentuk semulanya, yaitu berupa pasir.

20
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
a. Kata ilmu sendiri dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 105 kali, Bahkan dengan
kata jadiannya disebut lebih dari 744 kali dalam Al-Qur’an. Kata ilmu sering di
gunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan.

b. Berdasarkan dari pembagian ilmu, secara garis besar objek ilmu dapat dibagi daalam
dua bagian pokok, yaitu :

a. Alam Materi

b. Alam NonMateri

c. 5 kehadiran Ilahi tersebut antara lain :

1. Alam Nãsut (alam materi)

2 Alam Malakut (alam kejiwaan)

3. Alam Jabarût (alam ruh)

4. Alam Lahût (sifat – sifat Ilahiyah)

5. Alam Hahut (Wujud Zat Ilahi).

d. Rasulullah SAW sering berdoa :

*‫فال اقسم بما تبصرون * وماال تبصرون‬

“Wahai Tuhan, Aku berlindung kepada – Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat.

e. Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La
Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya
untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”

21
f. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan
teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses
teknis”.6 Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk
memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

g.
pandangan Al-Quran terhadap teknologi, pastinya memiliki karakteritik sains Islam
adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga
sains yg dihasilkan ilmuwan muslim betul2 islami, bermakna , mendatangkan manfaat
dan kemaslahatan bagi kepentingan manusia sesuai dg misi Islam ‘Rahmatan
lilalamin’..

III.2 SARAN
Kita sebagai Manusia di Wajibkan untuk Menuntut ilmu mulai dari ayunan sampai
masuk ke liang lahat kelak. Karena ilmu pengetahuan dan Teknologi sangat di butuhkan di
zaman modern seperti ini. Orang tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang buta yang tidak bisa
melihat jalan.

22
DAFTAR PUSTAKA
shihab, M. Quraish. Wawasan Al - Qur'an Tafsir Berbagai persoalan.(Bandung,
PT mizan pustaka, 1996).

shihab, M. Quraish.Tafsir Al-misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-


Qur'an.(Jakarta, PT Lentera Hati, 2002).

Http//: kitab-tafsir-jalalain.com

23

Anda mungkin juga menyukai