PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang
hasil Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2011,
(Larasati, 2012: 97). Salah satu penyakit periodontal yang paling sering
gingiva, perdarahan gingiva saat probing atau karena rangsangan yang kecil
hilangnya stippling (Newman dkk., 2015: 225; Warongan dkk., 2015: 325).
didominasi oleh bakteri gram positif fakultatif kokus dan batang, selain itu
lainnya. Kerusakan yang terjadi dapat diperparah oleh adanya faktor sekunder
antara lain genetik, kelainan sistemik, dan kebiasaan buruk seperti merokok
1
2
Jawa Tengah tahun 2007, jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 30,7%,
menghabiskan 10 batang rokok setiap harinya (Depkes RI, 2009: 158). Merokok
dalam rongga mulut seperti gingivitis. Keadaan tersebut telah terbukti merupakan
efek dari berbagai zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok seperti nikotin
(Zee, 2009: 44; Poana dkk., 2015: 224). Menurut Zee (2009: 46) nikotin yang
Kadar nikotin dalam tubuh dapat diketahui melalui sekresi urin yang mengandung
Produksi rokok di Indonesia berdasarkan bahan baku dan isinya terdiri dari
rokok kretek dan rokok putih. Rokok kretek merupakan rokok dengan atau tanpa
filter yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada tembakau rajangan
yang akan menghasilkan bunyi kretek-kretek pada saat dihisap, sedangkan rokok
putih adalah rokok dengan atau tanpa filter yang memakai tembakau tanpa
cengkeh (Kusuma dkk., 2012: 152). Filter pada rokok tersebut berguna untuk
mengurangi jumlah tar dan nikotin yang dihirup (Novotny dkk., 2009: 1691).
Kedua jenis rokok tersebut memiliki kadar nikotin yang berbeda sehingga berbeda
pula pengaruhnya terhadap rongga mulut. Menurut Arta (2014: 33), yang
3
penyebab gingivitis. Kadar nikotin pada rokok kretek mencapai 5,07 mg hampir 5
kali lipat dibandingkan rokok putih yang hanya sekitar 1,01 mg. Perbedaan kadar
inflamasi pada gingiva seperti peningkatan produksi cairan sulkus gingiva (GCF),
lebih halus, dan kehilangan stippling (Newman dkk., 2015: 225). Sebelum tanda
waktu lebih singkat yaitu dengan mendeteksi perubahan enzim dalam saliva
maupun sel inflamatori dalam gingival crevicular fluid (GCF) pada penderita
yang terdapat di dalam granula azurofilik dari sel neutrofil yang dapat menjadi
mediator kerusakan jaringan (Cao dan Smith, 1989: 17; Debabrata dkk., 2015:
169). Belum ada penelitian yang menggunakan MPO sebagai indikator pembeda
kejadian gingivitis pada perokok kretek filter dan perokok putih filter yang telah
4
mengenai perbedaan konsentrasi MPO dan kadar nikotin antara perokok kretek,
B. Rumusan Masalah
yaitu apakah terdapat perbedaan konsentrasi MPO dan kadar nikotin antara
perokok kretek filter, perokok putih filter, dan non perokok dengan gingivitis.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
konsentrasi MPO dan kadar nikotin antara perokok kretek, perokok putih filter,
2. Tujuan Khusus
kretek filter, perokok putih filter, dan non perokok dengan gingivitis.
konsentrasi MPO pada perokok kretek filter, perokok putih filter, dan non
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
jaringan periodontal.
b. Bagi Peneliti
sebagai indikator gingivitis pada perokok kretek filter, dan perokok putih
c. Bagi Masyarakat
memperparah gingivitis.
E. Keaslian Penelitian
dilakukan sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut.