Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang

memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat (Suryono, 2014: 61). Berdasarkan

hasil Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2011,

prevalensi penyakit periodontal di Indonesia mencapai 60% dari jumlah penduduk

(Larasati, 2012: 97). Salah satu penyakit periodontal yang paling sering

ditemukan adalah gingivitis yang merupakan suatu inflamasi pada jaringan

gingiva. Gingivitis dapat menunjukkan beberapa gejala antara lain pembengkakan

gingiva, perdarahan gingiva saat probing atau karena rangsangan yang kecil

seperti menyikat gigi, gingiva memerah karena peningkatan vaskularisasi, dan

hilangnya stippling (Newman dkk., 2015: 225; Warongan dkk., 2015: 325).

Faktor utama penyebab gingivitis adalah bakteri yang terakumulasi di

dalam plak. Menurut Limeback (2012: 19), bakteri penyebab gingivitis

didominasi oleh bakteri gram positif fakultatif kokus dan batang, selain itu

terdapat koloni bakteri gram negatif batang. Bakteri-bakteri tersebut akan

memproduksi berbagai produk seperti kolagenase, hialuronidase, dan endotoksin

yang menyebabkan kerusakan epitel, jaringan ikat, dan senyawa interseluler

lainnya. Kerusakan yang terjadi dapat diperparah oleh adanya faktor sekunder

antara lain genetik, kelainan sistemik, dan kebiasaan buruk seperti merokok

(Debabrata dkk., 2015: 169; Newman dkk., 2015: 219).

1
2

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sehari-hari dilakukan oleh

sebagian orang. Berdasarkan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Jawa Tengah tahun 2007, jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 30,7%,

sedangkan di Kabupaten Banyumas sebanyak 26,4% dengan rata-rata

menghabiskan 10 batang rokok setiap harinya (Depkes RI, 2009: 158). Merokok

telah terbukti dapat menyebabkan gangguan sistemik maupun gangguan lokal di

dalam rongga mulut seperti gingivitis. Keadaan tersebut telah terbukti merupakan

efek dari berbagai zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok seperti nikotin

(Zee, 2009: 44; Poana dkk., 2015: 224). Menurut Zee (2009: 46) nikotin yang

terkandung di dalam rokok bersifat imunosupresif sehingga dapat mempengaruhi

kemampuan neutrofil dalam fagositosis dan kemotaksis dalam sistem pertahanan

tubuh, selain itu juga merangsang pembentukan sitokin-sitokin proinflamasi.

Kadar nikotin dalam tubuh dapat diketahui melalui sekresi urin yang mengandung

nikotin dan metabolitnya (Behera dkk., 2003: 130).

Produksi rokok di Indonesia berdasarkan bahan baku dan isinya terdiri dari

rokok kretek dan rokok putih. Rokok kretek merupakan rokok dengan atau tanpa

filter yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada tembakau rajangan

yang akan menghasilkan bunyi kretek-kretek pada saat dihisap, sedangkan rokok

putih adalah rokok dengan atau tanpa filter yang memakai tembakau tanpa

cengkeh (Kusuma dkk., 2012: 152). Filter pada rokok tersebut berguna untuk

mengurangi jumlah tar dan nikotin yang dihirup (Novotny dkk., 2009: 1691).

Kedua jenis rokok tersebut memiliki kadar nikotin yang berbeda sehingga berbeda

pula pengaruhnya terhadap rongga mulut. Menurut Arta (2014: 33), yang
3

membandingkan kedua jenis rokok tersebut membuktikan bahwa kebiasaan

merokok dengan rokok kretek menyebabkan terjadinya penurunan pH saliva

secara signifikan dibandingkan merokok dengan rokok putih. Penurunan pH

saliva dapat menguntungkan perkembangan bakteri patogen termasuk bakteri

penyebab gingivitis. Kadar nikotin pada rokok kretek mencapai 5,07 mg hampir 5

kali lipat dibandingkan rokok putih yang hanya sekitar 1,01 mg. Perbedaan kadar

nikotin tersebut mungkin mempengaruhi derajat kerusakan jaringan gingiva

(Soetiarto, 1995: 32).

Gingivitis dapat dideteksi secara klinis dengan melihat tanda-tanda

inflamasi pada gingiva seperti peningkatan produksi cairan sulkus gingiva (GCF),

perdarahan saat probing, warna gingiva lebih kemerahan, permukaan gingiva

lebih halus, dan kehilangan stippling (Newman dkk., 2015: 225). Sebelum tanda

klinis muncul, deteksi dini gingivitis dapat dilakukan melalui pemeriksaan

biokimia. Pemeriksaan biokimia dapat mendeteksi perubahan inflamasi dalam

waktu lebih singkat yaitu dengan mendeteksi perubahan enzim dalam saliva

maupun sel inflamatori dalam gingival crevicular fluid (GCF) pada penderita

gingivitis secara langsung (Dagar dkk., 2015: 531). Pemeriksaan konsentrasi

myeloperoxidase (MPO) merupakan salah satu pemeriksaan biokimia yang dapat

dilakukan sebagai pendeteksi gingivitis. MPO merupakan suatu enzim lisosomal

yang terdapat di dalam granula azurofilik dari sel neutrofil yang dapat menjadi

mediator kerusakan jaringan (Cao dan Smith, 1989: 17; Debabrata dkk., 2015:

169). Belum ada penelitian yang menggunakan MPO sebagai indikator pembeda

kejadian gingivitis pada perokok kretek filter dan perokok putih filter yang telah
4

terbukti memiliki kandungan nikotin berbeda sebagai faktor yang memperparah

gingivitis. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai perbedaan konsentrasi MPO dan kadar nikotin antara perokok kretek,

perokok putih filter, dan non perokok dengan gingivitis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu apakah terdapat perbedaan konsentrasi MPO dan kadar nikotin antara

perokok kretek filter, perokok putih filter, dan non perokok dengan gingivitis.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui perbedaan

konsentrasi MPO dan kadar nikotin antara perokok kretek, perokok putih filter,

dan non perokok dengan gingivitis.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan dan membandingkan konsentrasi MPO pada perokok

kretek filter, perokok putih filter, dan non perokok dengan gingivitis.

b. Mendeskripsikan dan membandingkan kadar nikotin pada perokok kretek

filter, perokok putih filter, dan non perokok dengan gingivitis.


5

c. Mengetahui hubungan antara peningkatan kadar nikotin dengan penurunan

konsentrasi MPO pada perokok kretek filter, perokok putih filter, dan non

perokok dengan gingivitis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan

dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian ke depan mengenai

pemeriksaan biokimia yang dapat digunakan sebagai indikator gingivitis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat dalam rangka mengembangkan pengetahuan mengenai MPO

sebagai indikator awal untuk mengetahui tingkat keparahan gingivitis

sehingga mempermudah dalam perawatan pasien gingivitis terutama yang

memiliki kebiasaan merokok dan mengetahui efek nikotin terhadap kondisi

jaringan periodontal.

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan mengenai alternatif pemeriksaan biokimia

sebagai indikator gingivitis pada perokok kretek filter, dan perokok putih

filter, dan non perokok.


6

c. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa merokok dapat

memperparah gingivitis.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No. Penelitian Sebelumnnya Persamaan Perbedaan
1. Judul : Gambaran Status Penelitian ini dan Penelitian sebelumnya hanya
Gingiva Pada Perokok di sebelumnya meneliti meneliti hubungan merokok
Desa Buku Kecamatan hubungan kondisi dengan status gingiva.
Belang Kabupaten Minahasa gingiva dengan Peneliti melakukan pemeriksaan
Tenggara kebiasaan merokok konsentrasi MPO sebagai
Penulis : Priska M. Poana, indikator tingkat keparahan
Ni Wayan Mariati, P.S. gingivitis dan membandingkan
Anindita kadar nikotin pada perokok
Dipublikasikan : Jurnal e- kretek filter, perokok putih
GiGi (eG), 2015, 3(1): 223- filter, dan non perokok yang
228 mengalami gingivitis.
2. Judul : Smoking and Penelitian ini dan Penelitian sebelumnya hanya
Periodontal Disease sebelumnya meneliti meneliti hubungan kebiasaan
Penulis : K-Y Zee hubungan kebiasaan merokok dengan kondisi
Dipublikasikan : Australian merokok dengan jaringan periodontal.
Dental Journal, 2009, 54(1): kondisi jaringan Peneliti membandingkan
44-50. periodontal. konsentrasi MPO sebagai
indikator gingivitis dan
membandingkan kadar nikotin
yang terkandung dalam tubuh
perokok kretek filter, perokok
putih filter, dan non perokok
3. Judul : Effect of Penelitian ini dan Penelitian sebelumnya
Nonsurgical Periodontal sebelumnya meneliti menggunakan pemeriksaan
Therapy on Salivary konsentrasi MPO MPO pada subyek dengan
Myeloperoxidase Levels : a sebagai indikator jaringan periodontal sehat,
Biochemical Study tingkat keparahan gingivitis, periodontitis, dan
Penulis : Mona Dagar, penyakit periodontal. yang telah diberikan perawatan.
Dhruv Kumar Deepa, Madan Peneliti membandingkan
Molly, Anamika Sharma, konsentrasi MPO sebagai
Braham Prakash Khattak indikator gingivitis pada non
Dipublikasikan : Journal of perokok, perokok kretek filter
Indian Society of
Periodontology, 2015,
19(5): 531-536
7

Anda mungkin juga menyukai