Anda di halaman 1dari 95

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI


PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RUANG INTERNE RSU PURI RAHARJA

Oleh :
I MADE LASIA
NIM. P07120017250

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018

i
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI


PADA KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RUANG INTERNE RSU PURI RAHARJA
TAHUN 2018

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Poltekes Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan
Program RPL

Oleh :
I MADE LASIA
NIM. P07120017250

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI


PADA KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RUANG INTERNE RSU PURI RAHARJA
TAHUN 2018

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ni Md Wedri, A.Per.Pen.S.Kep,Ns.M.Kes Ns. I Wayan Sukawana,S.Kep.M.Pd


NIP.196106241987032002 NIP.196709281990031001

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp., M.Pd.


NIP. 195812191985032005

iii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL :

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI


PADA KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RUANG INTERNE RSU PURI RAHARJA
TAHUN 2018

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : RABU, 11 JULI 2018

TIM PENGUJI :

1. I Made Mertha, S.Kp, M.Kep (Ketua) (………….)


NIP. 196910151993031015
2. Ns. Drs. I Made Widastra, S.Kep.M.Pd (Anggota I) (…………..)
NIP. 195412311975091002
3. Ni Made Wedri, A.Per.Pen.S.Kep.Ns.M.Kes (Anggota II) (…………..)
NIP. 196106241987032002

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp., M.Pd.


NIP. 195812191985032005

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : I Made Lasia

NIM : P07120017250

Program Studi : RPL Keperawatan

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2017/2018

Alamat : Jl. Batuyang gg Panji IV Batubulan, Gianyar, Bali

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan Hipertermi
Pada Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang Interne RSU Puri
Raharja adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya
orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya
saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri
bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun
2010 dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Denpasar, Juni 2018


Yang membuat pernyataan

Meterai
60000

I Made Lasia
NIM P07120017250

v
ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that is usually preceded


by a sudden high fever. The fever cycle in DHF is also called the horse saddle
cycle. In the second phase when the fever begins to fall, the patient appears as if
healed when it may occur Dengue Shock Syndrome that many cause death. The
purpose of this case study study is to implement nursing care of DHF clients with
hyperthermia. This research method using case study method on 2 dengue clients
who have hyperthermia. Includes assessment, data analysis, nursing diagnoses,
interventions, implementations and evaluations contained in nursing care
conducted during client care. The results of the study found one similar diagnosis
of hyperthermia. When the temperature assessment of Mr MH 38.5 ° C and Mrs.
IM 38,5 ° C. After a one day nursing action on both clients showed a significant
temperature drop. The conclusion of this case study is that hyperthermia can be
rapidly dropped by giving warm water compresses but it is also necessary to
encourage drinking, recommend wearing thin clothes, collaborate with
antipyretic and intravenous fluids to support the success of the goal of nursing
care in hospitals to provide maximum results. Cooperation among health workers
in the provision of therapy and client families who are willing to help nurses in
motivating clients greatly affect the success of nursing care.

Keywords: Nursing care;Dengue Hemorrhagic Fever; Hyperthermia

vi
ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang biasanya


didahului oleh demam tinggi yang mendadak. Siklus demam pada DBD disebut
juga siklus pelana kuda. Pada fase kedua yaitu saat demam mulai turun, klien
nampak seolah-olah sembuh padahal mungkin terjadi Dengue Shock Syndrome
yang banyak menyebabkan kematian. Tujuan penelitian studi kasus ini adalah
melaksanakan asuhan keperawatan klien DBD dengan hipertermi. Metode
penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada dua klien DBD yang
mengalami hipertermi. Meliputi pengkajiaan, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi yang terdapat dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan selama klien dirawat. Hasil penelitian didapatkan
satu diagnosa yang sama yaitu hipertermi. Saat pengkajian suhu Tn. MH 38,5°C
dan Ny. IM 38,5°C. Setelah dilakukan tindakan pemberian kompres selama satu
hari pada kedua klien menunjukkan penurunan suhu yang signifikan.
Kesimpulan dari studi kasus ini yaitu Hipertermi bisa cepat turun dengan
memberi kompres air hangat namun diperlukan juga tindakan menganjurkan
banyak minum, menganjurkan memakai baju tipis, melakukan kolaborasi
pemberian antipiretik dan cairan intravena guna mendukung keberhasilan tujuan
asuhan keperawatan di rumah sakit sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Kerjasama antar petugas kesehatan dalam pemberian terapi dan keluarga klien
yang bersedia membantu perawat dalam memotivasi klien sangat berpengaruh
besar pada keberhasilan asuhan keperawatan.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan; Demam Berdarah Dengue; Hipertermi

vii
RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam Berdarah Dengue di


Ruang Interne RSU Puri Raharja

Oleh: I Made Lasia (P07120017250)

Angka harapan hidup di Indonesia tahun 2015 mencapai 69,55 tahun


meningkat menjadi 70,18 tahun pada tahun 2016. Angka harapan hidup (AHH) di
Propinsi Bali juga mengalami peningkatan dari 71,35 tahun pada tahun 2015
menjadi 71,41 tahun pada tahun 2016. Sedangkan angka harapan hidup di Kota
Denpasar pada tahun 2016 mencapai 74,04 tahun. Semakin meningkatnya umur
harapan hidup, maka populasi penduduk juga meningkat. (Kemenkes, 2016;
Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016; Profil Kesehatan Denpasar, 2016)
Disamping itu risiko penularan penyakit terutama yang berbasis
lingkungan juga meningkat, salah satunya adalah penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD). DBD ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.
Kedua spesies nyamuk ini banyak ditemukan di Indonesia dengan tingkat
populasi yang variatif. Semakin tinggi populasi nyamuk, maka resiko penularan
DBD akan semakin meningkat. Serangan DBD sering terjadi pada daerah yang
padat penduduk dan kumuh (slum area) (Suyasa, Putra, and Aryanta 2007)
Salah satu faktor yang menggambarkan kepadatan populasi nyamuk
adalah angka bebas jentik (ABJ). Semakin rendah ABJ, maka resiko penularan
didaerah tersebut menjadi meningkat. Demikian pula sebaliknya. Data ABJ di
Indonesia masih sangat rendah yaitu 54,2% pada tahun 2015 dan 67,6% pada
tahun 2016. Hal ini berkorelasi terhadap tingginya kejadian DBD di Indonesia.
(Kemenkes 2016)
Penyakit DBD sering juga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
KLB sering terjadi pada saat perubahan musim dari kemarau kehujan atau
sebaliknya. KLB DBD dapat terjadi didaerah yang sistem drainasenya tidak baik.
Baik diperkotaan maupun di pedesaan yang memiliki ketinggian wilayah kurang
dari 1.000 meter diatas permukaan laut (DPL). (Kemenkes 2013)

viii
Angka kejadian DBD dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari data yang dirilis WHO tahun 2009 dimana angka kejadian DBD
pada era tahun 1990-1999 sebanyak 479.848, meningkat menjadi 925.896 orang
pada era tahun 2000-2007 dan terjangkit lebih dari 60 negara didunia. Sementara
itu insiden rate (IR) per 100 000 pendudk di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak
50,75, meningkat menjadi 78,85 pada tahun 2016. IR DBD di Provinsi Bali kalau
dilihat dalam dua tahun terakhir cenderung meningkat yaitu 259,1 pada tahun
2015 meningkat menjadi 483,0 pada tahun 2016. Angka ini membuat Propinsi
Bali menjadi peringkat pertama se-Indonesia. IR DBD di Kota Denpasar pada
tahun 2015 sebanyak 178,7 meningkat menjadi 317,7 pada tahun 2016. Jumlah
kasus DBD di Rumah Sakit Puri Raharja tahun 2015 sebanyak 9 kasus,
meningkat menjadi 24 kasus pada tahun 2016.( World Health Organization 2009;
Kemenkes, 2016; Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016; Profil Kesehatan
Denpasar, 2016;)
Angka kematian (CFR) akibat DBD juga semakin meningkat. Tahun 2015
di Indonesia terjadi 0,83% menjadi 0,78% ditahun 2016. Meskipun secara
presentase terlihat menurun, tetapi secara angka terlihat terjadi peningkatan yang
bermakna. Hal ini terjadi karena IR tahun 2016 jauh diatas IR tahun 2015,
sehingga membuat faktor pembagi jumlah kematian menjadi tinggi. CFR di
Propinsi Bali, secara prosentase terlihat sama yaitu 0,3% pada tahun 2015 dan
2016, tetapi kalau dilihat dalam angka, jumlah kematian semakin meningkat. Di
Kota Denpasar, CFR tahun 2016 mencapai 0,6%. Meski angka CFR masih
dibawah angka Nasional yaitu 1%, tetapi jumlah kematian akibat DBD tidak bisa
diabaikan begitu saja.(Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2016; Kemenkes 2016;
Profil Kesehatan Denpasar 2016)
Jumlah kabupaten / kota yang terjangkit penyakit DBD juga meningkat
dari 86,77% pada tahun 2015 menjadi 90,07% ditahun 2016. Angka ini
menggambarkan bahwa penyebaran penyakit DBD di Indonesia sudah sangat
meluas. Maka dari itu, perhatian dan partisipasi dari semua komponen yang
terkait harus ditingkatkan. (Kemenkes 2016).
Dari data jumlah klien rawat inap di rumah sakit di Propinsi Bali pada
tahun 2016, penyakit DBD berada diperingkat pertama. Keadaan ini membuat

ix
biaya/coast yang harus dikeluarkan sangat tinggi. Kejadian ini semestinya bisa
dicegah dengan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara
berkesinambungan agar kejadian DBD tidak lagi menduduki peringkat
pertama.(Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2016)
Semua penderita DBD mengalami demam (Kularatne et al. 2015). Derajat
peningkatan suhu tubuh masing-masing penderita bervariasi tergantung dari daya
tahan tubuhnya. Suhu tertinggi bisa mencapai lebih dari 40 oC dan biasanya
berlangsung 2-7 hari dengan diserta kulit kemerahan, takikardi, takipnea, dan
kulit terasa hangat.(World Health Organization 2009)(Chatterjee et al. 2017) (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI 2016)(Lcs et al. 2014)
Keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi) bagian dari kebutuhan
fisiologis manusia yang paling mendasar, maka kejadian hipertermi harus segera
diatasi. Hipertermi juga bisa menyebabkan dehidrasi karena banyaknya
pengeluaran cairan yang terjadi akibat penguapan. Lebih lanjut apabila dehidrasi
tidak segera ditangani bisa berdampak syok yang akhirnya dapat berakibat fatal
yaitu kematian.(World Health Organization 2009)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik menyusun karya
tulis ilmiah dengan judul “Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan
Hipertermi Pada Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri
Raharja”.

Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif yang


menggambarkan penelitian studi kasus dengan pendekatan prospektif yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan hipertermi pada
klien demam berdarah dengue di Ruang Interne RSU Puri Raharja. Klien
studi kasus pada penelitian ini adalah dua orang klien demam beradarah
dengue dengan masalah keperawatan hipertermi di Ruang Interne RSU Puri
Raharja. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan observasi (pengamatan) dan dokumentasi .

Hasil penelitian tentang asuhan keperawatan pada klien DBD dengan

hipertermi didapat pada Klien satu suhu tubuh 38,50C, dan pada Klien dua

x
suhu tubuh 38,50C. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada klien satu dan
dua adalah hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam secara komprehensif
diharapkan suhu tubuh klien dalam rentang normal dengan kriteria hasil : klien
merasa nyaman, klien tidak menggigil, vital sign dalam batas normal.
Intervensi keperawatan : monitor vital sign, perhatikan pola nafas, derajat
suhu tubuh, dan adanya tanda – tanda menggigil atau kejang, seka hangat,
batasi penggunaan linen/selimut sesuai indikasi, anjurkan klien untuk minum
sesuai kebutuhan atau ± 2 liter/24 jam., berikan obat antipiretik sesuai
instruksi dokter. Implementasi dilakukan selama 1x24 jam sesuai dengan
intervensi keperawatan menggunakan manajemen pengaturan suhu tubuh
dengan metode SOAP sebagai evaluasi formatif. Evaluasi dilakukan
menggunakan metode SOAP. Pada klien satu didapatkan S: klien mengatakan

tidak demam. O: TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,50C, R: 20


x/menit. Analisis : masalah teratasi. Planning: pertahankan kondisi klien . Pada
klien dua didapatkan S: klien mengatakan demam (-), O: TD: 120/80 mmHg, N:

80 x/menit, S: 36,80C, R: 20 x/menit. Analisis : masalah teratasi. Planning:


Pertahankan kondisi klien. Berdasarkan data tersebut, peneliti dapat
simpulkan bahwa setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
masalah hipertermi pada klien DBD dapat teratasi.

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III
Poltekes Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha


penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH, selaku Direktur Poltekkes


Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program pendidikan
RPL Keperawatan Poltekkes Denpasar.
2. Ibu V. M Endang S. P Rahayu, S.Kp.,M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan bimbingan secara
tidak langsung selama pendidikan di Prodi RPL Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan
kepada peneliti.
3. Bapak I Made Mertha, S.Kp.,M.Kep, selaku Ketua Kaprodi D-III yang telah
memberikan bimbingan secara tidak langsung selama pendidikan di Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan
perhatian yang diberikan kepada peneliti.
4. Ibu Ni Made Wedri, A.Per.Pen.S.Kep.Ns.M.Kes, selaku pembimbing utama
yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan koreksi penulisan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.
5. Bapak Ns. I Wayan Sukawana,S.Kep.M.Pd, selaku pembimbing pendamping
yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan serta
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.
6. Mahasiswa RPL DIII Keperawatan Poltekkes Denpasar yang banyak
memberikan masukkan dan dorongan kepada penulis
7. Orang tua serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik secara
moral maupun material

xii
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

Denpasar, Juli 2018

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ iii


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................. v
ABSTRACT ..................................................................................................................vi
ABSTRAK ...................................................................................................................vii
RINGKASAN PENELITIAN ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................xii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
A. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) .................................................... 6
B. Konsep Dasar Hipertermi pada DBD ........................................................... 8
C. Konsep Teori Askep Kasus Hipertermi ...................................................... 13
BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................................ 19
A. Kerangka Konsep ........................................................................................ 19
B. Pathway........................................................................................................ 20
C. Definisi Operasional .................................................................................... 20
BAB IV METODE PENELITIAN.............................................................................. 22
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 22
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................... 22
C. Klien Studi Kasus ........................................................................................ 22
D. Fokus Studi .................................................................................................. 23
E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 23
F. Metode Analisa Data ................................................................................... 24
G. Etika Studi Kasus .................................................................................... 25

xiv
BAB V HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ............................................. 27
A. Hasil Studi Kasus ......................................................................................... 27
B. Pembahasan ................................................................................................. 34
C. Keterbatasan............................................................................................... 39
BAB VI PENUTUP..................................................................................................... 40
A. Kesimpulan ............................................................................................. 40
B. Saran............................................................................................................ 42
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 43

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisa Data ………………………………………… 15

Tabel 2. Pengkajian Keperawatan ………………………………………… 27

Tabel 3. Diagnose Keperawatan ………………………………………… 28

Tabel 4. Rencana Keperawatan …………………………………………. 29

Tabel 5 Implementasi Keperawatan ………………………………………… 31

Tabel 6. Evaluasi Keperawatan ……………………………………….. 32

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep ………………………………………… 19

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perencanaan Keperawatan ……………………………… 45

Lampiran 2. Anggaran Penelitian ……………………………… 53

Lampiran 3. Pelaksanaan Penelitian ……………………………… 54

Lampiran 4. Pengkajian Keperawatan …………………………….... 55

Lampiran 5. Rencana Keperawatan ………………………………. 57

Lampiran 6. Implementasi ……………………………….. 58

Lampiran 7. Evaluasi Keperawatan ……………………………….. 65

Lampiran 8. Pengkajian Keperawatan ………………………………. 66

Lampiran 9. Rencana Keperawatan ………………………………... 68

Lampiran 10. Implementasi ………………………………. 69

Lampiran 11. Evaluasi Keperawatan ……………………………….. 75

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka harapan hidup di Indonesia tahun 2015 mencapai 69,55 tahun

meningkat menjadi 70,18 tahun pada tahun 2016. Angka harapan hidup (AHH) di

Propinsi Bali juga mengalami peningkatan dari 71,35 tahun pada tahun 2015

menjadi 71,41 tahun pada tahun 2016. Sedangkan angka harapan hidup di Kota

Denpasar pada tahun 2016 mencapai 74,04 tahun. Semakin meningkatnya umur

harapan hidup, maka populasi penduduk juga meningkat. (Kemenkes, 2016;

Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016; Profil Kesehatan Denpasar, 2016)

Disamping itu risiko penularan penyakit terutama yang berbasis

lingkungan juga meningkat, salah satunya adalah penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD). DBD ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.

Kedua spesies nyamuk ini banyak ditemukan di Indonesia dengan tingkat

populasi yang variatif. Semakin tinggi populasi nyamuk, maka resiko penularan

DBD akan semakin meningkat. Serangan DBD sering terjadi pada daerah yang

padat penduduk dan kumuh (slum area) (Suyasa, Putra, and Aryanta 2007)

Salah satu faktor yang menggambarkan kepadatan populasi nyamuk

adalah angka bebas jentik (ABJ). Semakin rendah ABJ, maka resiko penularan

didaerah tersebut menjadi meningkat. Demikian pula sebaliknya. Data ABJ di

Indonesia masih sangat rendah yaitu 54,2% pada tahun 2015 dan 67,6% pada

tahun 2016. Hal ini berkorelasi terhadap tingginya kejadian DBD di Indonesia.

(Kemenkes 2016)

Penyakit DBD sering juga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

1
KLB sering terjadi pada saat perubahan musim dari kemarau kehujan atau

sebaliknya. KLB DBD dapat terjadi didaerah yang sistem drainasenya tidak baik.

Baik diperkotaan maupun di pedesaan yang memiliki ketinggian wilayah kurang

dari 1.000 meter diatas permukaan laut (DPL). (Kemenkes 2013)

Angka kejadian DBD dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini

dapat dilihat dari data yang dirilis WHO tahun 2009 dimana angka kejadian DBD

pada era tahun 1990-1999 sebanyak 479.848, meningkat menjadi 925.896 orang

pada era tahun 2000-2007 dan terjangkit lebih dari 60 negara didunia. Sementara

itu insiden rate (IR) per 100 000 pendudk di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak

50,75, meningkat menjadi 78,85 pada tahun 2016. IR DBD di Provinsi Bali kalau

dilihat dalam dua tahun terakhir cenderung meningkat yaitu 259,1 pada tahun

2015 meningkat menjadi 483,0 pada tahun 2016. Angka ini membuat Propinsi

Bali menjadi peringkat pertama se-Indonesia. IR DBD di Kota Denpasar pada

tahun 2015 sebanyak 178,7 meningkat menjadi 317,7 pada tahun 2016. Jumlah

kasus DBD di Rumah Sakit Puri Raharja tahun 2015 sebanyak 9 kasus,

meningkat menjadi 24 kasus pada tahun 2016.( World Health Organization 2009;

Kemenkes, 2016; Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2016; Profil Kesehatan

Denpasar, 2016;)

Angka kematian (CFR) akibat DBD juga semakin meningkat. Tahun 2015

di Indonesia terjadi 0,83% menjadi 0,78% ditahun 2016. Meskipun secara

presentase terlihat menurun, tetapi secara angka terlihat terjadi peningkatan yang

bermakna. Hal ini terjadi karena IR tahun 2016 jauh diatas IR tahun 2015,

sehingga membuat faktor pembagi jumlah kematian menjadi tinggi. CFR di

Propinsi Bali, secara prosentase terlihat sama yaitu 0,3% pada tahun 2015 dan

2
2016, tetapi kalau dilihat dalam angka, jumlah kematian semakin meningkat. Di

Kota Denpasar, CFR tahun 2016 mencapai 0,6%. Meski angka CFR masih

dibawah angka Nasional yaitu 1%, tetapi jumlah kematian akibat DBD tidak bisa

diabaikan begitu saja.(Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2016; Kemenkes 2016;

Profil Kesehatan Denpasar 2016)

Jumlah kabupaten / kota yang terjangkit penyakit DBD juga meningkat

dari 86,77% pada tahun 2015 menjadi 90,07% ditahun 2016. Angka ini

menggambarkan bahwa penyebaran penyakit DBD di Indonesia sudah sangat

meluas. Maka dari itu, perhatian dan partisipasi dari semua komponen yang

terkait harus ditingkatkan. (Kemenkes 2016).

Dari data jumlah klien rawat inap di rumah sakit di Propinsi Bali pada

tahun 2016, penyakit DBD berada diperingkat pertama. Keadaan ini membuat

biaya/coast yang harus dikeluarkan sangat tinggi. Kejadian ini semestinya bisa

dicegah dengan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara

berkesinambungan agar kejadian DBD tidak lagi menduduki peringkat

pertama.(Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2016)

Semua penderita DBD mengalami demam (Kularatne et al. 2015). Derajat

peningkatan suhu tubuh masing-masing penderita bervariasi tergantung dari daya

tahan tubuhnya. Suhu tertinggi bisa mencapai lebih dari 40oC dan biasanya

berlangsung 2-7 hari dengan diserta kulit kemerahan, takikardi, takipnea, dan

kulit terasa hangat.(World Health Organization 2009)(Chatterjee et al. 2017) (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI 2016)(Lcs et al. 2014)

Keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi) bagian dari kebutuhan

fisiologis manusia yang paling mendasar, maka kejadian hipertermi harus segera

3
diatasi. Hipertermi juga bisa menyebabkan dehidrasi karena banyaknya

pengeluaran cairan yang terjadi akibat penguapan. Lebih lanjut apabila dehidrasi

tidak segera ditangani bisa berdampak syok yang akhirnya dapat berakibat fatal

yaitu kematian.(World Health Organization 2009)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik menyusun karya


tulis ilmiah dengan judul “Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan
Hipertermi Pada Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri
Raharja”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada klien hipertermi dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSU Puri Raharja Denpasar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan hipertermi pada DBD

di Ruang Interne RSU Puri Raharja Denpasar tahun 2018.

b. Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada klien dengan hipertermi

pada DBD di Ruang Interne RSU Puri Raharja Denpasar tahun 2018.

c. Mengidentifikasi rencana asuhan keperawatan pada klien dengan

hipertermi pada DBD di Ruang Interne RSU Puri Raharja Denpasar

tahun 2018.

d. Mengidentifikasi tindakan keperawatan pada klien dengan hipertermi

pada DBD di Ruang Interne RSU Puri Raharja Denpasar tahun 2018

e. Mengidentifikasi evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan

4
hipertermi pada DBD di Ruang Interne RSU Puri Raharja Denpasar

tahun 2018.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi pendidikan.

Menjadi bahan acuan belajar dalam membuat asuhan keperawatan

pada klien hipertermi pada Demam berdarah dengue (DBD).

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai pedoman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan hipertermi di RSU Puri Raharja Denpasar.

3. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan

hipertermi dengan observasi demam berdarah dengue (DBD).

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue

dari dari golongan flavovirus (family flavividae). Serotype virus ini terdiri dari 4

jenis yaitu den 1, den 2, den 3 dan den 4. Serangan den 3 biasanya menimbulkan

dampak yang parah. DBD ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan nyamuk

aedes albopiktus yang sudah mengandung virus dengue. Pada saat menghisap

darah pada tubuh manusia, nyamuk akan menyemprotkkan zat protrombin untuk

mencegah pembekuan darah. Pada saat bersamaan, virus dengue juga akan

disemprotkan kedalam aliran darah orang yang digigit tersebut. Virus dengue

menyerang sel darah putih terutama neutrophil dan monosit. Akibat adanya

pirogen eksogen dari virus dengue, maka tubuh akan merespon dengan

mengeluarkan pirogen endogen. Sitokin Pirogenik adalah pirogen endogen yang

spesifik yang dilepaskan sebagai respon terhadap pirogen eksogen. Sitokin adalah

protein kecil (BM 10-20.000 D) yang meregulasi proses imun, inflamasi dan

hematopoietic (Kemenkes 2013; World Health Organization 2009).

Sitokin yang disebut Granulocyte Colony Stimulating Factor (G-CSF)

menstimulasi granulositopoiesis di sumsum tulang. Beberapa sitokin

menyebabkan demam dan disebut sitokin pirogenik. Pirogen endogen bekerja di

hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase 2 (COX-2) membentuk

prostaglandin E2. Hal ini menyebabkan peningkatan level prostaglandin E2 dari

jaringan hipotalamus anterior dan ventrikel III dimana konsentrasi tertinggi

berada disekitar organ vasculosum lamina terminalis yang jaringan kapilernya

6
meluas ke sekeliling pusat termoregulasi hipotalamus. (Chuansumrit and

Chaiyaratana 2014)

Interaksi pirogen dengan endothelium pembuluh darah

circumventricular hipotalamus adalah langkah awal untuk meningkatkan set point

ke level demam. Sitokin pirogenik seperti IL-1, IL-6 dan TNF dilepaskan dari sel

dan memasuki sirkulasi sistemik dan menginduksi sintesis PGE2 untuk

mencetuskan demam. Sitokin pirogenik juga menginduksi pembentukan PGE2 di

jaringan perifer. PGE2 diperifer dapat berkomunikasi dengan otak secara tidak

langsung untuk meningkatkan set poin hipotalamus melalui beberapa cara,

diantaranya dengan menstimulasi serabut saraf otonom dan melalui rute vagal

yang merupakan cara terbaik. Peningkatan PGE2 di perifer juga menyebabkan

myalgia non spesifik dan artralgia yang sering menyertai demam. Lebih lanjut,

kebocoran plasma dianggap terkait dengan efek fungsional daripada kerusakan

pada sel endotel. Aktivasi monosit dan sel T yang terinfeksi, sistem pelengkap dan

produksi mediator, monokinin, sitokin dan reseptor terlarut juga dapat dilibatkan

dalam disfungsi sel endotel. (Chuansumrit and Chaiyaratana 2014)

Trombositopenia dapat dikaitkan dengan perubahan

megakaryocytopoieses oleh infeksi sel haematopoietik manusia dan pertumbuhan

sel progenitor yang terganggu, mengakibatkan disfungsi trombosit (aktivasi dan

agregasi trombosit), peningkatan penghancuran atau konsumsi (penyerapan dan

konsumsi perifer). Perdarahan mungkin merupakan konsekuensi dari

trombositopenia dan disfungsi platelet terkait atau koagulasi intravaskular

diseminata. Singkatnya, ketidakseimbangan transient dan reversibel dari mediator

inflamasi, sitokin dan kemokin terjadi selama demam berdarah berat, mungkin

7
didorong oleh viral load awal yang tinggi, dan menyebabkan disfungsi sel endotel

vaskular, gangguan sistem hemolagulasi kemudian terjadi kebocoran plasma, syok

dan berdarah.(World Health Organization 2009)

B. Konsep Dasar Hipertermi pada DBD

1. Pengertian Hipertermi pada DBD

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016), hipertermi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas

rentang normal tubuh. Rentang normal suhu tubuh manusia adalah 37℃

(peroral) atau 38,8℃ (perrektal). Ini dapat terjadi karena adanyan proses

infeksi virus dengue.

2. Penyebab hipertermi pada DBD adalah akibat adanya proses infeksi virus

dengue (Chatterjee et al. 2017)

3. Kondisi klinis terkait yaitu proses infeksi dan dehidrasi(Tim Pokja SDKI

DPP PPNI 2016)

4. Proses hipertermi pada DBD

Tubuh memiliki mekanisme untuk mempertahankan suhu pada kondisi

normal. Temperatur tubuh dikontrol oleh pusat termoregulasi dalam

hipotalamus yang menerima input dari dua set termoreseptor yaitu reseptor

di hipotalamus sendiri yang memonitor temperatur darah yang melewati

otak (temperature inti), dan reseptor di kulit (khususnya di tubuh) yang

memonitor temperatur eksternal. Kedua set informasi ini dibutuhkan agar

tubuh dapat membuat penyesuaian yang tepat. Pusat termoregulasi

mengirim impuls ke beberapa efektor yang berbeda untuk menyesuaikan

8
temperatur tubuh. Pada suhu lingkungan yang selalu bervariasi, suhu tubuh

secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit yaitu berfluktuasi 0,5°

C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5 ° C diatas normal pada malam hari.

(Maling 2013)

Produksi panas dipengaruhi oleh aktivitas metabolik dan aktivitas

fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan

konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada

set point ± 37° C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus

selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan

perubahan set poin hipotalamus posterior berperan meningkatkan produksi

panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu lingkungan lebih

rendah dari suhu tubuh maka hipotalamus posterior merespon dengan

meningkatkan produksi panas melalui peningkatan metabolisme dan

aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil (shivering). Pengeluaran

panas dikurangi dengan vasokontriksi pembuluh darah kulit dan

mengurangi produksi keringat oleh kelenjar keringat. Sedangkan

hipotalamus anterior berperan menurunkan suhu tubuh dengan cara

mengeluarkan panas. Bila suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh

maka hipotalamus anterior merespon dengan meningkatkan pengeluaran

panas melalui vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat. (Susanti

2012)

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih

(monosit dan neutrofil) oleh pirogen eksogen virus dengue. Sel-sel darah

putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen

9
endogen. Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang

endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin

yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostart (set

point) di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap

suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini

memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain

menggigil, vasokonstriksi peifer dan mekanisme volunter seperti memakai

selimut, sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan

pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh

naik ke patokan yang baru tersebut. (Susanti 2012)

Selain itu, akibat adanya kebocoran plasma juga berakibat

terjadinya hemokonsentrasi yang juga dapat memicu peningkatan suhu

tubuh yang signifikan. Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan,

fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan

merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan

vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang

berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa

kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase

keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan

suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan

fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah

dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh

akan berwarna kemerahan. Demam dihubungkan dengan konsekuensi

metabolik potensial meliputi dehidrasi, peningkatan konsumsi oksigen,

10
dan laju metabolisme. Untuk setiap peningkatan satu derajat diatas 37 oC

terjadi peningkatan konsumsi oksigen sebanyak 13% dan juga

meningkatkan denyut jantung (takikardi) yang disertai juga dengan

meningkatkan jumlah pernafasan (takipnea).(Susanti 2012)

5. Tanda dan Gejala (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016)

a. Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal yaitu diatas 37,50C pada

axila dan diatas 38,80 C pada rectal

b. Kulit wajah terlihat kemerahan

c. Takipnea (lebih dari 24 x/menit)

Karena terjadinya peningkatan metabolisme sehingga kebutuhan

oksigen menjadi meningkat

d. Takikardi (lebih dari 100x/menit)

Terjadi karena adanya peningkatan suhu tubuh yang membuat kerja

jantung meningkat akibat adanya pembuatan panas. Setiap kenaikan

suhu tubuh 10 C akan menyebabkan kenaikan nadi 15-20x /menit

e. Saat disentuh dengan punggung tangan, kulit terasa hangat

6. Fase-fase terjadinya hipertermi

Menurut Susanti, 2012 fase hipertermi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Fase I : Awal (prodromal)

Pada tahap ini terjadi peningkatan denyut jantung, peningkatan laju

dan kedalaman pernafasan, menggigil akibat tegangan dan kontraksi

obat, kulit pucat dan dingin karena vasokontraksi, merasa sensasi

dingin, dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontraksi, rambut

kulit berdiri dan peningkatan suhu tubuh

11
b. Fase II : Proses Demam

Pada tahap ini proses menggigil lenyap, kulit terasa hangat atau panas,

peningkatan nadi dan laju pernafasan, peningkatan rasa haus, dehidrasi

ringan sampai berat, mengantuk, delirium atau kejang akibat iritasi sel

saraf, kehilangan nafsu makan dan kelelahan.

c. Fase III : Kemerahan

Pada fase ini kulit tampak merah dan hangat, berkeringat, menggigil

ringan, kemungkinan mengalami dehidrasi.

7. Penatalaksanaan hipertermi (Susanti 2012)

a. Secara Fisik

1) Pengukuran suhu secara berkala setiap 10-30 menit.

2) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan (pada fase II)

3) Meningkatkan sirkulasi udara di dalam ruangan.

4) Jalan nafas harus terbuka untuk mencagah terputusnya suplay

oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.

5) Berikan cairan melalui mulut, minum 2-3 liter/hari.

6) Tidur yang cukup agar metabolisme tubuh berkurang

7) Seka dengan air hangat diseluruh tubuh (tapid sponge)

b. Obat-obatan antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu dipusat pengatur

suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna mencegah pembentukan

prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase

sehingga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal

yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan

12
membagi pengeluaran panas. Pemberian antipiretik jika suhu (axila)

diatas 38,50C dan hanya boleh diberikan jenis parasetamol karena

jenis antipiretik lainnya seperti ibuprofen dan asetil salisilat bisa

memperparah manifestasi perdarahan.

C. Konsep Askep Kasus Hipertermi

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien.(Pertami 2015).

Adapun data yang dikumpulkan pada kasus DBD adalah:

a. Data dasar

Merupakan seluruh informasi tentang status kesehatan klien yang

meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola

fungsi kesehatan dan pemeriksaan

b. Data fokus

Merupakan informasi tentang status kesehatan klien yang

menyimpang dari keadaan normal. Dapat berupa ungkapan klien

maupun hasil pemeriksaan secara langsung.

c. Data klientif

Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung

maupun tidak langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan

klien

d. Data obyektif

13
Data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan

pemeriksaan.

Lebih lanjut, sumber data keperawatan dapat berupa data primer

yaitu data yang diperoleh dari klien sebagai sumber data, sumber data

sekunder yaitu data yang diperoleh selain dari klien seperti orang tua,

suami, istri, anak. Selain kedua sumber data tadi, kita juga bisa

memperoleh data dari sumber data lainnya seperti catatan medis klien,

hasil pemeriksaan diagnostic, dari konsultasi dengan tim kesehatan

lainnya, dari perawat lain serta dari kepustakaan. Tekhnik pengumpulan

data keperawatan antara lain dengan anamnesa, observasi dan pemeriksaan

fisik. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

(Pertami 2015)

Jika beberapa data yang ditafsirkan sebagai abnormal, pengkajian

mendalam sangat penting untuk mendiagnosis klien secara akurat.

Pengkajian mendalam dapat menilai informasi yang dihasilkan dari

pengkajian skrining untuk menentukan apakah itu normal atau abnormal,

atau jika itu resiko atau kekuatan. Hal-hal yang tidak dianggap normal,

atau dipandang sebagai resiko, sebaiknya dipertimbangkan dalam

kaitannya dengan diagnosis yang berfokus masalah atau resiko. (Pertami

2015)

14
Tabel 1
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data subyektif : Proses infeksi virus Peningkatan
a. Klien mengeluh badan dengue suhu tubuh
panas  (Hipertermi)
b. Klien mengatakan tidak Menyerang antibody
nyaman. 
2 Data obyektif : Viremia
a. Kulit kemerahan 
b. Takikardi Demam
c. Takipnea
d. Kulit teraba hangat

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut(Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016), diagnosis

keperawatan dibagi menjadi lima katagori yaitu Fisiologis, Psikologis,

Prilaku, Relasional dan lingkungan. Setiap katagori terbagi lagi menjadi

beberapa sub katagori. Hipertermi berada pada katagori lingkungan

dengan sub katagoori keamanan dan prilaku.

Jenis diagnose keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu

diagnosis negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif terdiri dari

diagnose aktual dan resiko, sedangkan diagnose positif terdiri dari promosi

kesehatan. Pada hipertermi merupakan diagnose aktual dengan resiko

salah satunya dehidrasi. (Pertami 2015)

Komponen diagnose keperawatan terdiri dari masalah (problem)

penyebab (etiology), tanda (sign) dan gejala (symptom)

15
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien DBD yaitu

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan Keperawatan adalah pengembangan strategi desain

untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana masalah dapat diselesaikan dengan efektif

dan efisien. Adapun kegiatan yang dilakukan pada perencanaan antara lain

menentukan prioritas masalah, menetapkan tujuan dan kriteria hasil,

merumuskan rencana tindakan dan menetapkan rasional rencana tindakan

keperawatan tersebut. Dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil, harus

berpedoman pada nursing outcome classification (NOK), sedangkan

dalam merumuskan rencana tindakan harus berpedoman pada nursing

interventions classification (NIK). (Pertami 2015)

Rencana keperawatan dalam tabel terlampir.

4. Tindakan Keperawatan

Merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat

harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan

perlindungn pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur

tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami

tingkat perkembngan klien. (Pertami 2015)

16
Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent (mandiri), dan

kolaborasi;

a. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada

kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk

atau perintah dari petugas kesehatan lain.

b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan

bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi

Menurut (Pertami 2015), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh

diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai. Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan

antara hasil implementasi dengan kreteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan

menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian:

S: Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara klientif oleh

klien setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi

keperawatan.

A: Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

obyektif yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah

ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan.

P: Perencanaan, dilakukan setelah perawat melakukan analisis.

17
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,

yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi

secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak

pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara

keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana

diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi,

atau dihentikan.

Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari

penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Tujuan tidak realitas

2. Tindakan keperawatan yang tidak jelas

3. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Adapun metode yang digunakan dalam penilaian yaitu :

1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang

terjadi.

2. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan

perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan

perawat.

3. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan

yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

4. Latihan stimulasi : latihan stimulasi berguna dalam menentukan

perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan

18
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah absraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

yang diteliti maupun tidak). Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara yang lainya, atau variabel-variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Nursalam 2008)

Berdasarkan tujuan studi kasus, maka kerangka konsep studi kasus yang

berjudul Gambaran Asuhan Keperawatan Hipertermi pada klien demam berdarah

dengue di Ruang Interne Rumah Sakit Puri Raharja adalah sebagai berikut :

Proses Infeksi:
Hipertermi pada DBD
- Virus menyerang
sel darah putih - Suhu tubuh diatas
- Tubuh nilai normal
mengeluarkan - Taki kardia Dehidrasi
pirogen endogen - takipnoe
- Merangsang
- kulit kemerahan
hipotalamus
- kulit terasa hangat
- Set poin dinaikkan

Asuhan Keperawatan

- Pengkajian
- Diagnose
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi

19
Ket :
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Alur
Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada
Klien Dengue Hemoragic fever Di Ruang Interne Rumah Sakit Puri
Raharja

B. Pathway

Infeksi

Pirogen eksogen dan pirogen endogen

Sel darah putih mengeluarkan zat kimia yang


dinamakan pirogen endogen

Hipotalamus anterior dirangsang oleh pirogen


eksogen dan pirogen endogen

Prostaglandin

Terjadi mekanisme-mekanisme untuk


meningkatkan panas antara lain menggigil,
vasokontraksi kulit dan mekanisme volunter seperti
selimut
Hipertermi

C. Definisi Operasional

Definisi operasional berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan

1. Variable yang diteliti yaitu asuhan keperawatan hipertermi pada DBD.

2. Definisi operasional meliputi proses atau rangkaian kegiatan observasi

pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien hipertermi pada

20
DBD di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dilaksanakan

berdasarkan kaedah-kaedah keperawatan sebagai suatu profesi yang

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan bersifat humanistik dan

berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah

yang di hadapi klien dengan metode dokumentasi pada catatan medis

klien. Tahap-tahap pemberian asuhan keperawatanpada klien

hipertermi pada DBD meliputi Pengkajian, Diagnosa keperawatan,

Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

21
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif dengan rancangan studi kasus. Desain Penelitian yang digunakan

adalah desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang

berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Metode pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan prospektif yaitu dengan cara pengumpulan data

melalui obsevasi partisifatif, wawancara langsung kepada responden. (Hasep

Saepul Hamdi 2014)

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Ruang Interne Rumah Sakit Puri

Raharja, waktu penelitian dilaksanakan tanggal 4 s/d 10 April 2018.

C. Klien Studi Kasus

Klien studi kasus dalam studi kasus ini adalah dua orang klien

hipertermi pada DBD.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum klien penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan di teliti. Kriteria inklusi

digunakan untuk menentukan apakah seseorang dapat mengikuti studi

penelitian. Dalam studi kasus ini yang termasuk dalam kriteria inklusi

adalah sebagai berikut :

22
a. Demam pada hari ke 4 atau lebih

b. Hasil laboratorium, nilai PLT < 100 ribu mg/DL

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeliminasi klien atau sampel yang

tidak memenuhi criteria inklusi atau tidak layak menjadi sampel. Dalam

studi kasus ini yang termasuk kedalam criteria eksklusi adalah sebagai

berikut :

a. Klien demam berdarah dengue dalam keadaan syok

b. Klien demam berdarah dengue dengan komplikasi penyakit lain

D. Fokus Studi

Fokus studi pada studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan

keperawatan hipertermi pada klien dengan demam berdarah dengue di ruang

interna Rumah Sakit Puri Raharja.

E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Gejala dan tanda mayor pada kasus hipertermi yaitu suhu tubuh

diatas normal, sedangkan data minor antara lain kulit kemerahan,

takikardi, takipnes, kulit terasa hangat. Jenis data yang dikumpulkan

dalam studi kasus ini adalah data primer yang diperoleh dari catatan

keperawatan, serta rekam medis klien. Data yang diperlukan berupa data

pengkajian, pembuatan diagnosis, perencanaan, tindakan serta evaluasi

keperawatan

23
2. Cara pengumpulan data

Data yang dicari dalam pengumpulan data ini adalah tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan. Cara pengumpulan data dalam

penyusunan studi kasus ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan

(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut (face to face). Jadi data tesebut di peroleh langsung dari

responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara

dilakukan kepada klien/ keluarga, perawat yang menangi klien dan

dokter yang merawat klien tersebut.

b. Observasi adalah merupakan suatu hasil perbuatan jiwa secara

aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan.

Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah

pengindraan. Kemudian apabila rangsangan tersebut menarik

perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan.

F. Metode Analisa Data

1. Mereduksi data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumen.

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur) dan dikelompokkan menjadi data

subyaktif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksan

diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.

24
2. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan,

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil wawancara terhadap klien/keluarga,

perawat dan dokter. Data kemudian dibandingkan lagi dengan hasil studi

kasus terdahulu dan secara teoritis dengan prilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan

evaluasi.

G. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus merupakan masalah yang sangat penting dalam

studi kasus mengingat studi kasus yang akan dilakukan langsung

berhadapan dengan manusia, oleh karena itu etika penelitian harus

dilakukan .Adapun yang harus diperhatikan dalam etika penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Inform consent (lembar persetujuan). Lembar persetujuan selalu

diberikan sebelum studi yang menjadi tujuan dari studi kasus.

Jika nantinya responden setuju untuk dilakukan studi kasus

maka responden diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan tersebut.

25
2. Anonimity (tanpa nama) dimana nantinya peneliti tidak

mencantumkan nama responden. Responden hanya

mencantumkan inisial saja pada kolom nama.

3. Confidentiality (kerahasiaan), peneliti diharapkan dapat menjaga

kerahasiaan tentang jawaban yang telah diutarakan oleh

responden dan peneliti menyimpan jawaban responden dilokasi

yang aman dan membuang data-data responden yang tidak

diperlukan dalam studi kasus.

26
BAB V
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Hasil studi kasus menguraikan hasil yang diperoleh pada dua dokumen

klien sesuai dengan fokus studi kasus yaitu Gambaran Asuhan Keperawatan

Hipertermi Pada Demam Berdarah Dengue (DBD). Studi kasus dilaksanakan pada

tanggal 4 sampai dengan 10 April 2018 Di Ruang Interne RSU Puri Raharja. Data

yang didapatkan selama studi kasus diperoleh melalui tekhnik dokumentasi

dengan mengobservasi dokumen keperawatan meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan dan evaluasi keperawatan.

Hasil studi kasus yang telah dilakukan, diuraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian keperawatan

a. Karakteristik Subyek Penelitian:

Hasil pengamatan pada dokumen klien satu didapat klien berinisial Tn

Mh, berumur 24 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama hindu, pekerjaan

swasta, dan beralamat di Jl. Kecubung Denpasar. Klien dirawat di Ruang 302

dengan keluhan demam sejak empat hari yang lalu disertai pusing, mual dan

muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70

mmHg, nadi 100 x/menit, suhu 38,50C, respirasi 22 x/menit. Hasil

pemeriksaan darah lengkap didapat PLT 96 x 103/uL, HB 14,1 gr/dl,

Hematokrit 42%, Leukosit 14 x 103uL. Klien didiagnosa DHF gr I.

Hasil pengamatan pada dokumen klien dua didapat klien berinisial Ny

Im berumur 21 tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama hindu, dan

27
beralamat di Jl. Durian Denpasar. Klien dirawat di Ruang 305 RSU Puri

Raharja dengan keluhan demam sejak empat hari yang lalu disertai mual,

muntah dan badan terasa ngilu. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik

didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 100 x/menit, suhu 38,50C,

respirasi 22 x/menit. Hasil pemeriksaan darah lengkap didapat PLT 82 x

103/uL, HB 11,6 gr/dl, Hematokrit 33%, Leukosit 14 x 103uL. Klien

didiagnosa DHF gr I.

b. Pengkajian Data Subyektif dan Obyektif

Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang dilakukan di Ruang Interne

RSU Puri Raharja, didapatkan data seperti yang tertuang dalam tabel 2 sebagai

berikut :

Tabel 2
Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri Raharja tahun 2018

Klien 1 Klien 2
DS : DS :
Klien mengatakan badan panas Klien mengatakan badan panas
meriang, menggigil meriang, menggigil

DO : DO :
Suhu : 38,5 0 C Suhu : 38,5 0 C
Nadi : 100 x/mnt Nadi : 100 x/mnt
RR : 22 x/mnt RR : 22 x/mnt
Kulit kemerahan Kulit kemerahan
Teraba hangat Teraba hangat

Berdasarkan tabel 2 dapat dinyatakan bahwa data klien satu dan klien dua

adalah sama.

28
2. Diagnose keperawatan

Hasil pengamatan pada dokumen klien satu dan klien dua dengan diagnose

medis DBD, ditegakkan diagnose keperawatan yang sama yaitu Peningkatan suhu

tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan penyakit. Diagnosa ini diambil dari

dokumen rencana keperawatan (lampiran 5 dan 9), tertuang dalam tabel 3

dibawah ini :

Tabel 3
Diagnose pada Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri Raharja tahun 2018

Klien 1 Klien 2

Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)


berhubungan dengan : berhubungan dengan :
 Peningkatan Metabolisme  Peningkatan Metabolisme
 Dehidrasi  Dehidrasi
 Penyakit/trauma  Penyakit/trauma
 Gangguan pengaturan  Gangguan pengaturan
temperature/termoregulasi yang tidak temperature/termoregulasi yang tidak
efektif efektif

DS : DS :
 Klien mengatakan badan panas  Klien mengatakan badan panas
 Meriang, menggigil, demam  Meriang, menggigil, demam

DO : DO :
Suhu : 38,5 0 C Suhu : 38,5 0 C
 Nadi : 100 x/mnt  Nadi : 100 x/mnt
 RR : 22 x/mnt  RR : 22 x/mnt
 Kulit kemerahan  Kulit kemerahan
 Teraba hangat  Teraba hangat

Berdasarkan tabel 3 dapat dinyatakan bahwa data klien satu dan klien dua adalah

sama.

29
3. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermi pada klien

demam berdarah dengue pada klien satu dan klien dua diambil dari rencana

keperawatan (lampiran 5 dan 9). Terdiri dari tujuan, kriteria hasil dan rencana

intervensi, disajikan dalam tabel 4 dibawah ini

Tabel 4
Rencana Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri Raharja tahun 2018

Komponen Klien 1 Klien 2


1 2 3
Tujuan Peningkatan suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi) dapat teratasi setelah (hipertermi) dapat teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu 1x24 jam dalam waktu 1x24 jam

Kriteria  Suhu  Suhu


- Dewasa : 36 – 370 C - Dewasa : 36 – 370 C
hasil  Nadi  Nadi
- Dewasa : 80 - 100 x/menit - Dewasa : 80 - 100 x/menit
 RR  RR
- Dewasa 14 - 20 x/menit - Dewasa 14 - 20 x/menit
 Tidak menggigil, kulit tidak  Tidak menggigil, kulit tidak
hangat, tidak kemerahan hangat, tidak kemerahan

Rencana Mandiri : Mandiri :


tindakan  Monitor temperature tubuh  Monitor temperature tubuh
klien tiap 2 jam klien tiap 2 jam
 Perhatikan pola nafas, derajat  Perhatikan pola nafas, derajat
suhu tubuh, adanya menggigil suhu tubuh, adanya menggigil
 Monitor tekanan darah,  Monitor tekanan darah,
denyut nadi, respirasi denyut nadi, respirasi
 Batasi penggunaan  Batasi penggunaan
linen/selimut sesuai indikasi linen/selimut sesuai indikasi
 Beri seka air hangat seluruh  Beri seka air hangat seluruh
tubuh, jangan gunakan tubuh, jangan gunakan
alkohol alkohol

30
1 2 3
 Beri klien pakaian yang tipis  Beri klien pakaian yang tipis
dan menyerap keringat dan menyerap keringat
 Anjurkan klien minum air Anjurkan klien minum air
putih (jangan air es) putih (jangan air es)
±2.000 cc/24 jam ±2.000 cc/24 jam
 Libatkan klien, klg/orang tua  Libatkan klien, klg/orang tua
klien dalam pengambilan klien dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut keputusan yang menyangkut
aktifitas perawatan aktifitas perawatan
Kolaborasi : Kolaborasi :
 Pemberian antipiretik :  Pemberian antipiretik :
. Sumagesik 3x500m . Sumagesik 3x500mg

Berdasarkan tabel 4 dapat dinyatakan bahwa data klien satu dan klien dua adalah

sama.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan unuk mengatasi masalah hipertermi pada klien

demam berdarah dengue pada klien satu dan klien dua diambil dari dokumen

implementasi (lampiran 6 dan 10) dan disajikan dalam tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5

Implementasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien


Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri Raharja tahun 2018

Implementasi Keperawatan

Klien 1 Klien 2

a. Memonitor suhu tubuh klien tiap 2 a. Memonitor suhu tubuh klien tiap 2

jam jam

b. Memperhatikan pola nafas, derajat b. Memperhatikan pola nafas, derajat

suhu, adanya menggigil suhu, adanya menggigil

31
c. Memonitor tekanan darah, denyut c. Memonitor tekanan darah, denyut

nadi, respirasi nadi, respirasi

d. Membatasi penggunaan selimut d. Membatasi penggunaan selimut

e. Memberi seka air hangat (bukan e. Memberi seka air hangat (bukan

alcohol) alcohol)

f. Memberi klien pakaian yang tipis f. Memberi klien pakaian yang tipis

dan menyerap keringat dan menyerap keringat

g. Menganjurkan klien minum air putih g. Menganjurkan klien minumair putih

(jangan air es) ±2000 cc/24 jam (jangan air es) ±2000 cc/24 jam

h. Melibatkan keluarga dalam h. Melibatkan keluarga dalam

pengambilan keputusan yang pengambilan keputusan yang

menyangkut aktifitas perawatan menyangkut aktifitas perawatan

i. Delegasi pemberian antipiretik i. Delegasi pemberian antipyretic

sumagesik 500 mg sumagesik 500 mg

Implementasi keperawatan yang dilaksanakan pada klien satu dan klien dua sesuai

dengan rencana intervensi yang sudah ditetapkan pada dokumen rencana

keperawatan peningkatan suhu tubuh (Hipertermi). Konten dalam implementasi

keperawatan terhadap klien satu dan klien dua sudah lengkap. Dalam

implementasi tersebut dilakukan tindakan mandiri perawat yaitu observasi,

nursing treatment, pemberian edukasi kepada klien dan keluarga, dan pelaksanaan

delegatif pemberian antipiretik. Respon subyektif dan obyektif dari masing-

masing klien setelah diberikan implementasi di dokumentasikan oleh perawat.

32
5. Evaluasi keperawatan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam sesuai dengan tujuan

dalam rencana keperawatan, dilakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan

yang telah diberikan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang

sudah diberikan. Evaluasi keperawatan pada klien satu dan klien dua

didokumentasikan dalam bentuk SOAP diambil dari dokumen evaluasi

keperawatan (lampiran 7 dan 11) dan disajikan dalam tabel 6 dibawah ini

Tabel 6
Evaluasi Keperawatan pada Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne RSU Puri Raharja tahun 2018

Evaluasi Keperawatan

Klien 1 Klien 2

S: klien mengatakan sudah tidak demam S: klien mengatakan sudah tidak demam
O: S= 36,5◦C O: S= 36,8◦C
Nadi= 80x/mnt Nadi= 80x/mnt
Respirasi 20x/mnt Respirasi 20 x/mnt
Klien tidak menggigil, Klien tidak menggigil,
kulit teraba tidak hangat, kulit teraba tidak hangat
tidak kemerahan tidak kemerahan
A: Masalah teratasi A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi klien P: Pertahankan kondisi klien

Data yang sama : Data subyektif pada klien satu dan klien dua mengatakan

sudah tidak demam, data obyektif pada klien satu dan klien dua denyut nadi

80x/mnt, respirasi 20x/mnt, tidak menggigil, kulit teraba tidak hangat, tidak

kemerahan

33
Data yang berbeda : Suhu tubuh klien satu saat dilakukan evaluasi 36,5◦C, dan

suhu tubuh klien dua 36,8◦C, namun keduanya masih dalam rentang normal

B. Pembahasan

Pembahasan pada studi kasus menguraikan tentang perbandingan antara

hasil studi kasus dan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti, serta argumentasi

peneliti itu sendiri terhadap dua asuhan keperawatan yang diteliti berdasarkan

dokumen keperawatan pada dua klien DBD dengan hipertermi di Ruang

Interne RSU Puri Raharja.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian ditemukan gejala mayor pada klien satu dan klien dua

adalah suhu tubuh diatas nilai normal yaitu 38,5C. Gejala tanda minor yang

ditemukan adalah kulit merah, takikardi (denyut nadi 100x/mnt), takipnea

(respirasi 22x/mnt), kulit teraba hangat.

Dalam pengkajian terhadap klien satu dan klien dua, perawat

menggunakan format yang sama yaitu berupa check list, perawat memberi

tanda “√” pada kolom yang tersedia sesuai dengan hasil pengkajian. Data

sbyektif yang ditemukan pada klien satu dan klien dua adalah klien mengatakan

badan panas, meriang, menggigil. Data obyektif yang ditemukan pada klien satu

dan klien dua sama yaitu : Suhu : 38,5 0 C, nadi : 100 x/mnt, RR : 22 x/mnt, kulit

kemerahan, teraba hangat.

Tidak ditemukan perbedaan data subyektif maupun obyektif pada kedua klien

Terdapat kesenjangan data pengkajian keperawatan yang terdapat pada

34
hasil studi kasus dan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti. Data minor

yang tidak muncul pada klien satu dan dua sesuai dengan SDKI 2016, yaitu

ada atau tidaknya klien mengalami kejang. Perbedaan data hasil studi kasus ini

terjadi karena beberapa hal yaitu saat pengkajian terhadap klien satu dan klien dua

tidak ditemukan tanda-tanda terjadinya kejang dan sesuai hasil penelitian(Kularatne

et al. 2015) menyatakan bahwa tidak ada kejadian kejang yang ditemukan pada

klien DBD yang mengalami hipertermi. Menurut argumentasi peneliti, kejang tidak

terjadi oleh karena suhu tubuh klien hanya 38,50C, sehingga tidak menimbulkan

rangsang kejang pada pusat termoregulasi.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut(Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016), diagnosis keperawatan

dibagi menjadi lima kategori yaitu fisiologis, psikologis, prilaku, relasional

dan lingkungan. Hipertermi berada pada kategori lingkungan dengan sub

kategori keamanan dan prilaku.

Hasil pengkajian studi kasus pada klien satu dan klien dua ditegakkan

diagnose keperawatan sama yaitu peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

berhubungan dengan penyakit. Tidak terdapat perbedaan pada diagnosa

keperawatan yang ditegakkan oleh perawat pada dokumen klien satu dan dua.

Pada masalah keperawatan dan etiologi dari masalah keperawatan tersebut

sama pada kedua dokumen keperawatan klien.

Berdasarkan data hasil diagnosis keperawatan pada dokumen klien satu

dan dua, format penulisan diagnosa keperawatan sudah sesuai acuan teori

yang mengunakan PES, yaitu pada komponen P (problem) dan E (etiology), S

(sign and symptom)(pertami 2015)

35
3. Rencana keperawatan

Perencanaan Keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana

masalah dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien. Adapun kegiatan yang

dilakukan pada perencanaan antara lain menentukan prioritas masalah,

menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan

menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan tersebut. Dalam menetapkan

tujuan dan kriteria hasil, harus berpedoman pada nursing outcome classification

(NOK), sedangkan dalam merumuskan rencana tindakan harus berpedoman pada

nursing interventions classification (NIK)(Pertami 2015).

Intervensi keperawatan menurut (Nanda NIC-NOC 2015) yang

digunakan sebagai acuan adalah Nursing Outcome Classification (NOC)

yaitu: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

suhu tubuh klien dalam rentang normal, nadi dan respirasi dalam rentang

normal, tidak ada perubahan warna kulit dan kulit tidak teraba hangat.

Nursing Interventions Classification (NIC) :

Setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan yang dilakukan adalah monitor suhu tubuh sesering mungkin

minimal tiap 2 jam, monitor warna kulit, monitor tekanan darah, nadi, dan

respirasi, tingkatkan intake cairan dan nutrisi, pakai pakaian yang tipis,

berikan antipiretik, beri seka hangat, tingkatkan sirkulasi udara di ruangan

klien. Dari diagnose keperawatan yang ditegakkan pada klien satu dan klien

dua, di tetapkan tujuan yang sama terhadap klien satu dan klien dua yaitu

36
peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) dapat teratasi setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1x24 jam. Kriteria hasil yang diharapkan pada

klien satu dan klien dua setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24

adalah suhu tubuh 36-37C, Denyut nadi 80-100x/mnt, Respirasi rate 14-

20x/mnt, tidak menggigil, kulit tidak hangat tidak kemerahan.

Rencana tindakan yang diberikan pada klien satu dan klien dua adalah

monitor temperature tubuh klien tiap 2 jam, perhatikan pola nafas, derajat

suhu tubuh, adanya menggigil, monitor tekanan darah, denyut nadi, respirasi,

batasi penggunaan linen atau selimut sesuai indikasi, beri seka air hangat

seluruh tubuh jangan gunakan alkohol, beri klien pakaian yang tipis dan

menyerap keringat, anjurkan klien minum air putih jangan air es ±2000 cc/24

jam, libatkan klien/keluarga/orang tua dalam pengambilan keputusan yang

menyangkut perawatan, kolaborasi pemberian antipiretik sumagesic 3x500

mg

Terdapat beberapa kesenjangan antara acuan teori dalam intervensi

keperawatan dengan intervensi keperawatan pada klien satu dan klien dua

yaitu pada intervensi klien satu dan klien dua ,tidak terdapat intervensi

monitor penurunan tingkat kesadaran, monitor WBC, HB, HCT, monitor

intake dan output, tingkatkan sirkulasi didalam ruangan. Kesenjangan ini

terjadi karena pada intervensi studi kasus klien 1 dan klien 2 menggunakan

format rencana keperawatan yang sudah ada berupa check list, perawat hanya

memberi tanda “√” pada setiap intervensi , tetapi perawat sudah memonitor

WBC, HB, HCT serta monitor intake dan out put yang tercatat pada format

khusus, untuk intervensi tingkatkan sirkulasi udara di ruangan perawat juga

37
sudah melaksanakannya secara tidak langsung namun tidak

didokumentasikan. Perawat juga tidak mencantumkan tapid sponge dalam

perencanaan tindakan keperawatan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus

mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungn pada

klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman

tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembngan klien.

(Pertami 2015)

Berdasarkan hasil pengamatan implementasi yang diberikan pada

klien satu dan klien dua sama sesuai dengan intervensi terdiri dari tindakan

mandiri dan kolaboratif. Hal ini dikarenakan perawat mendokumentasikan

menggunakan format implementasi yang sesuai dengan perencanaan

keperawatan berupa check list dan perawat memberi tanda “√” pada kolom

yang tersedia.

Terdapat beberapa kesenjangan antara implementasi pada acuan teori

dengan implementasi yang diamati pada dokumen klien satu dan klien dua

yaitu tidak dilakukan implementasi untuk memonitor WBC, HB, HCT dan

monitor intake dan output. Kesenjangan ini terjadi karena dalam intervensi

pada klien satu dan klien dua tidak tercatat dalam check list yang dipakai

acuan untuk melakukan implementasi, namun implementasi memonitor

WBC, HB, HCT, memonitor intake dan output sudah dilaksanakan setiap

38
hari dan di dokumentasikan pada dokumen yang berbeda. Tindakan

keperawatan berupa tepid sponge juga tidak dilaksanakan karena memang

tidak tercantum dalam rencana keperawatan.

5. Evaluasi keperawatan

Menurut (Pertami 2015), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi

dengan kreteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP (Subyektif,

Obyektif, Analisis, Planning).

Evaluasi pada klien satu dan klien dua berdasarkan hasil pengamatan

penulis pada dokumen evaluasi, tidak terdapat perbedaan, dan sudah sesuai

dengan acuan teori.

C. Keterbatasan

Keterbatasan menguraikan mengenai hal-hal yang menghambat peneliti

selama proses menyusun studi kasus. Keterbatasan secara teknis terbagi

menjadi dua yaitu secara metodologi dan proses.

1. Keterbatasan :

Penelitian ini mnggunakan metode studi kasus dengan tekhnik observasi

pada dokumentasi klien, sehingga tidak dapat dilakukan validasi data ke

pasien dan kepada perawat pelaksana.

2. Hambatan :

39
Dalam pengurusan surat ijin ada yang melalui sistem online dan

memerlukan waktu yang lama sampai surat keluar.

40
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa

penulis telah mendapat gambaran asuhan keperawatan hipertermi pada klien

DBD di Ruang Interne RSU Puri Raharja tahun 2018, yang bertujuan untuk

menggambarkan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan studi dokumentasi.

Data klien satu dan dua didapatkan data klientif dan data obyektif. Data

klientif klien satu dan dua yaitu klien mengatakan badannya panas. Data

obyektif klien satu yaitu kulit kemerahan, kulit teraba hangat, nadi 100

x/menit, suhu tubuh 38,50C, respirasi 22 x/menit, sedangkan data

obyektif klien dua yaitu kulit kemerahan, kulit teraba hangat, suhu

38,50C, nadi 100 x/menit, dan respirasi 22 x/menit. Data yang belum

dikaji adalah klien mengalami kejang atau tidak.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan didapatkan dari data mayor dan data minor

sehingga didapatkan masalah, kemudian masalah tersebut dirumuskan

menjadi diagnosa keperawatan. Dari data yang dikumpulkan pada klien

satu dan dua, diagnosa yang ditegakkan perawat pada kedua klien adalah

40
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien DBD dengan

masalah keperawatan hipertermi yaitu, tujuan : klien merasa nyaman.

klien tidak menggigil, vital sign dalam batas normal. Intervensi

keperawatan : monitor vital sign, perhatikan pola nafas, derajat suhu

tubuh, dan adanya tanda – tanda menggigil atau kejang, monitor tekanan

darah, denyut nadi, respirasi, seka hangat, batasi penggunaan linen/selimut

sesuai indikasi, anjurkan klien untuk minum sesuai kebutuhan atau ± 2

liter/24 jam, berikan obat antipiretik sesuai instruksi dokter.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien DBD dengan

masalah keperawatan hipertermi sesuai dengan intervensi keperawatan

menggunakan manajemen pengaturan suhu tubuh. Implementasi yang

belum dilaksanakan yaitu tapid sponge.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode

SOAP (Suyektif, Obyektif, Analisis, Planning). Hasil evaluasi didapat

hasil suhu tubuh klien satu 36,50C dan klien dua 36,80C. Berdasarkan

data tersebut, peneliti dapat simpulkan bahwa setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 1x24 jam masalah hipertermi pada klien DBD dapat

teratasi.

41
B. Saran

1. Bagi perawat pelaksana RSU Puri Raharja

a. Pada pengkajian tidak dikaji tentang kejang pada klien, maka

disarankan kepada perawat pelaksana untuk mengkaji lebih terinci

sesuai dengan acuan SDKI 2016.

b. Setiap tindakan keperawatan agar di dokumentasikan dengan baik pada

dokumen implementasi meskipun dalam dokumen lain sudah tercakup.

c. Tindakan keperawatan berupa tapid sponge agar dimasukan dalam

asuhan keperawatan hipertermi karena menurut penelitian, tapid

sponge efektif menurunkan suhu tubuh klien.

2. Bagi management keperawatan RSU Puri Raharja

Beberapa check list agar diperbaharui sesuai dengan perkembangan

ilmu keperawatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sesuai keterbatasan pada penelitian ini yaitu tidak dilakukannya

validasi data maka disarankan untuk penelitian selanjutnya terhadap

klien hipertermi pada DBD agar dilakukan metode dengan validasi

data.

42
Daftar Pustaka

Chatterjee, Shiv Sekhar Et Al. 2017. “Dengue Fever In A South Asian Metropolis:
A Report On 219 Cases.” Iranian Journal Of Microbiology 9(3): 174–85.
Chuansumrit, Ampaiwan, And Wathanee Chaiyaratana. 2014. “Hemostatic
Derangement In Dengue Hemorrhagic Fever.” Thrombosis Research
133(1): 10–16. Http://Dx.Doi.Org/10.1016/J.Thromres.2013.09.028.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2016. “Profil Kesehatan Provinsi Bali.” : 282.
Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Download/Profil/Profil_Kes_Provins
i_2012/17_Profil_Kes.Prov.Bali_2012.Pdf.
Hasep Saepul Hamdi. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan. I. Ed. Anas Aswar. Jogjakarta: Deepublish.
Kemenkes. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.
Kemenkes, Sub Direktorat Surveilans Dan Respon Klb. 2013. Buku Pedoman
Epidemiologi Penyakit.
Kularatne, Senanayake A.M. Et Al. 2015. “Trends Of Fluid Requirement In
Dengue Fever And Dengue Haemorrhagic Fever: A Single Centre
Experience In Sri Lanka.” Bmc Research Notes 8(1): 4–9.
Lcs, Lum Et Al. 2014. “Managing Dengue Fever In Primary Care : A Practical
Approach Authors :” 9(2): 2–10.
Maling, Bartolomeus. 2013. “Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun Dengan Hipertermia
( Studi Kasus Di Rsud Tugurejo Semarang ).” Jurnal Keperawatan 1(1).
Http://112.78.40.115/E-
Journal/Index.Php/Ilmukeperawatan/Article/Viewfile/85/112.
Nanda Nic-Noc. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose
Medis Dan Nanda. Revisi Jil. Ed. Amin Huda Nurarif. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. 2nd Ed. Jakarta: Salemba.
Pertami, Budiono & Sumirah Budi. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. I. Ed.
Parman Suryani. Jakarta: Bumi Medika.
Profil Kesehatan Denpasar, Kota Denpasar. 2016. “Oleh Dinas Kesehatan Kota
Denpasar Tahun 2017.”
Http://Denpasarkota.Go.Id/Assets_Subdomain/Ckimages/Files/Profil Dikes
2016.Pdf.
Susanti, Nurlaili. 2012. “Efektifitas Kompres Dingin Dan Hangat Pada
Penataleksanaan Demam.” Sainstis 0(0): 55–64. Http://Ejournal.Uin-
Malang.Ac.Id/Index.Php/Sainstis/Article/View/1866.
Suyasa, I Gede, N Adi Putra, And I W Redi Aryanta. 2007. “Hubungan Faktor
Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Vektor Demam
Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.”

43
Ecotrophic 3(1): 1–6.
Tim Pokja SDKI Dpp Ppni. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st
Ed. Jakarta: DPP PPNI.
World Health Organization. 2009. “Dengue: Guidelines For Diagnosis,
Treatment, Prevention, And Control.” Special Programme For Research
And Training In Tropical Diseases: X, 147.
Http://Whqlibdoc.Who.Int/Publications/2009/9789241547871_Eng.Pdf.

44
Lampiran 1. Perencanaan Keperawatan pada Klien Hipertermi Pada DBD di
Ruang Interne RSU Puri Raharja

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi (NIC)


Rasionalisasi
Keperawatan Kriteria Hasil
(NOC)
1 Hipertermi Setelah dilakukan Mengontrol
berhubungan tindakan Panas :
dengan proses keperawatan 1. Monitor suhu 1. Dengan
penyakit. selama 1x24 jam minimal tiap memonitor suhu
Batasan klien mengalami 2 jam tiap 30 menit
karakteristik : keseimbangan diketahui
1. kenaikan termoregulasi perubahan suhu
suhu tubuh dengan kriteria tubuh klien
diatas hasil : 2. Monitor suhu 2. Untuk
rentang 1. Suhu dalam basal secara mengetahui
normal rentang kontinu perbedaan suhu
2. Kulit normal sesuai dengan tubuh klien pada
kemerahan 2. Nadi dan kebutuhan istirahat dan
3. Takipnea respirasi menjelang
4. Takikardi dalam aktivitas
5. Saat rentang 3. Monitor TD, 3. Tanda-tanda
disentuh normal Nadi dan RR vital merupakan
tangan 3. Tidak ada acuan untuk
terasa perubahan mengetahui
hangat warna kulit keadaan umum
4. Saat klien
disentuh,
kulit tidak 4. Monitor 4. Dari perubahan
terasa hangat warna kulit warna kulit
klien akan dapat

45
diketahui
perkembangan
suhu tubuh klien
5. Dengan
5. Monitor memonitor
penurunan penurunan
tingkat tingkat
kesadaran kesadaran akan
diketahui sedini
mungkin adanya
perubahan
tingkat
kesadaran se
6. Dengan
6. Monitor memonitor
WBC, HB, WBC, HB. HCT
HCT akan diketahui
tanda-tanda
infeksi dan
tanda-tanda
terjadi
perdarahan
7. Dengan
7. Monitor memonitor
intake dan intake dan
output output akan
diketahui
keseimbangan
cairan tubuh
klien
8. Antipiretik
8. Berikan dapat

46
antipiretik menurunkan
panas pada
pusat
hipotalamus
9. Dengan
9. Lakukan pemberian tapid
tapid sponge sponge akan
menyebabkan
vasodilatasi
pembuluh darah
perifer diseluruh
tubuh, sehingga
evaporasi panas
dari kulit
kelingkungan
sekitar akan
lebih cepat
10. Dengan
10. Berikan pemberian
cairan cairan intravena
intravena akan dapat
mencegah dan
mgatasi
kehilangan
cairan tubuh
yang berlebihan
akibat dari
adanya
kebocoran
plasma
11. Klien hipertermi
11. Tingkatkan mengalami

47
sirkulasi peningkatan laju
udara metabolisme
dan peningkatan
kebutuhan
oksigen.

Temperatur 1.Untuk mengetahui


Regulation terjadinya
1. Monitor hipertermi
tanda–tanda 2.Dengan
hipertermi meningkatkan
2. Tingkatkan intake cairan dan
intake cairan nutrisi dapat
dan nutrisi mencegah
dehidrasi dan
mencegah
terjadinya
gangguan nutrisi
3.Dengan
mengajarkan cara
3. Ajarkan pada mencegah
klien cara keletihan akibat
mencegah panas akan dapat
keletihan mencegah kondisi
akibat panas klien kearah yang
memburuk
4.Dapat memotivasi
klien diharapkan
4. Diskusikan melaksanakan
tentang cara pengaturan
pentingnya suhu tubuh

48
pengaturan semaksimal
suhu dan mungkin dan
kemungkinan mencegah
efek negatif kemungkinan efek
dari negative dari
kedinginan kedinginan
5.Pemberian obat
antipiretik sesuai
5. Berikan obat dengan kebutuhan
antipiretik akan
sesuai dengan memaksimalkan
kebutuhan kerja obat dalam
menurunkan
panas
6.Pakaian yang
tipis
6. Lepaskan mempermudah
pakaian yang penguapan
berlebihan dan panas dan
tutupi klien meningkatkan
dengan hanya sirkulasi udara
selembar
pakaian
Vital Sign 1.Vital sign
Monitoring : merupakan
1. Monitor acuan penilaian
TD, Nadi, keadaan umum
Suhu dan klien
RR 2.Dengan
memonitor sign
2. Monitor saat berdiri,
sign saat duduk dan

49
klien berbaring akan
berdiri, diketahui
duduk dan perbedaan
berbaring keadaan umum
klien sehingga
segera dapat
diintervensi
3.Mengetahui
perbedaan vital

3. Auskultasi sign sebelum dan

TD pada sesudah

kedua melakukan

lengan dan aktivitas sehingga

bandingkan dapat diketahui

monitor secara dini

TD, Nadi, masalah

RR kesehatan lain yg

sebelum, timbul

selama dan
sesudah 4. Kualitas nadi

aktivitas dapat menentukan

4. Monitor keadaan klien

kualitas dari baik itu presyok

nadi atau syok


5.Dengan
memonitor
5. Monitor frekuensi dan
frekuensi irama nafas akan
dan irama dapat diketahui
pernafasan keefektipan pola
nafas
6.Dengan

50
memonitor suara
6. Monitor paru,pola
suara paru, pernafasan
monitor abnormal akan
pola dapat diketahui
pernafasan masalah
abnormal pernafasan lain
yang muncul
7.Mengetahui
secara dini tanda-
7. Monitor tanda terjadinya
suhu, warna dehidrasi
dan
kelembaban 8.Sianosis perifer
kulit terjadi karena
8. Monitor perfusi kulit yang
sianosis menurun yang
perifer dapat disebabkan
oleh hipertermi
9.Mengetahui
terjadinya syok
9. Monitor lebih dini
adanya
tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistoik
(Chusing 10.Mingidentifikas
Triad) penyebab dari
10. Identifikasi perubahan vital

51
penyebab sign dapat
dari memberikan
perubahan intervensi yang
vital sign tepat dalam
penanganan
perubahan vital
sign

Lampiran 2. Anggaran Penelitian

52
Gambaran Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Interne Rsu Puri Raharja

NO PERINCIAN BIAYA
A Tahap Persiapan
1 Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Rp. 300.000,-
2 Penggandaan Karya Tulis Ilmiah Rp. 100.000,-
3 Revisi Karya Tulis Ilmiah Rp. 100.000,-
B Tahap Pelaksanaan
1 Penggandaan Lembar Pengumpulan Data Rp. 100.000,-
2 Pembayaran di Tempat Penelitian Rp. 200.000,-
3 Pengolahan dan Analisa Data Rp. 200.000,-
C Tahap Akhir
1 Penyusunan Laporan Rp. 200.000,-
2 Penggandaan Laporan Rp. 100.000,-
3 Revisi Laporan Rp. 200.000,-
4 Biaya Tidak Terduga Rp. 200.000,-
Total Biaya Rp. 1.700.000,-

53
Lampiran 3 . PELAKSANAAN PENELITIAN
Gambaran Asuhan Keperawatan Hipertermi Pada Klien Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Interne RSU Puri Raharja
Januari 18 Pebruari 18 Maret 18 April 18 Mei 18 Juni 18 Juli 18
N Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
o
1 Pesiapan
a.Pengumpulan bahan pustaka
b. Menyusun Karya Tulis
Ilmiah
c.Konsultasi Karya Tulis
Ilmiah
d. Ujian Karya T ulis Ilmiah
e. Perbaikan Karya Tulis Ilmiah
2 Tahap pelaksanaan
a.Mengajukan ijin penelitian
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
d. Analisa data
3 Tahap akhir
a. Penyusunan laporan
b. Ujian sidang hasil penelitian
c. Perbaikan dan penggandaan
d. Publikasi hasil penelitian

55
56
Lampiran 4. Pengkajian Keperawatan

RSU PURI RAHARJA DENPASAR RM 3.7/PK/2015

No. RM : 3 4 8 4 2 2

PENGKAJIAN Nama : Tuan MH


LOGO
KEPERAWATAN Tgl Lahir :10/05/1994..L/P

Ruangan : Lt II Utara No. :302 Sumber data : Klien / keluarga / …………. Tgl :03/04/2018
IDENTITAS KLIEN KEADAAN UMUN
Agama : Hindu / Islam / Protestan / Katolik / Buda Kesadaran : Compos Mentis / Apatis / Somnolen /
Pendidikan : Dibawah umur / SD / SMP/ SMA / PT Saparocoma / Coma / GCS : 15
Pekerjaan : Swasta Sp O2:…….%, Pernafasan : 22x/mnt, Nadi : 100 x/mnt
Kewarganegaraan : WNI / WNA Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Suhu : 38,5 0 C
Alamat saat ini : Jl. Kecubung No 23 Dps Catatan :

RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama saat MRS :
Demam

Diagnose medis saat ini :


DBD

Riwayat keluhan penyakit saat ini : Klien mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, panas disertai pusing ,mual dan muntah

Riwayat penyakit terdahulu :


a. Riwayat MRS sebelumnya : Tidak / Ya. Lamanya……hr, alas an :
b. Riwayat dioprasi : Tidak/ Ya. Jenisnya :
c. Riwayat penyakit : Jantung / Hipertensi / Diabetes Militus Type I/II / Kelainan Jiwa / Epilepsi / Stroke / Lainnya : -
d. Riwayat alergi : Tidak / Ya. : Jenis Alergi : Obat / Makanan / Lain-lain, sebutkan……………….., Tipe reaksi :……………
PSIKOSOSIAL :
Status perkawinan : Bujang / menikah / cerai tinggal bersama : ya / Tidak……….
Riwayat kebiasaan : Merokok / alkhohol / lainnya : - .Jenis &jumlahnya :……
Resiko mencederai diri sendiri : -
OBSERVASI
Vitak sign / neurological / neurovaskuler / gula darah / berat badan / tinggi badan / UL / DL / lainnya……….
PROSEDUR INVASIF (yang terpasang saat ini
Infus intravena dipasang di : tangan kanan tanggal : 3 April 2018
Dower chateter dipasang di : - tanggal :
Cystostomy chateter dipasang di : - tanggal :
Central line (CVP) dipasang di : - tanggal :
Selng NGT dipasang di : - tanggal :
Tracheostomy dipasang di - tanggal :
Lain-lain : - dipasang di :…………………………….tanggal :
KONTROL RESIKO INFEKSI
Status : tidak diketahui / suspect / Diketahui : MRSA / VRE / TB / Infeksi opportunistic/tropic / Lainnya:………….
Additional yang harus dilakukan : Droplet / Airborn /Contact / Skin / Contact Multi Resistent Organism
PENILAIAN RESIKO JATUH
ITEM PENILAIAN Jml ITEM PENILAIAN Jml ITEM PENILAIAN Jml
Skor Skor Skor
Usia : Riwayat Jatuh : Mobilitas :
a. Usia kurang dari 60 th 0 0 a. Tidak pernah 0 0 a. Mandiri 0 0
b. Lebih dari 60 th – 80 th 1 b. Jatuh < 1 thun 1 b. Menggunakan alat bantu

55
c. Lebih dari 80 th 2 c. Jatuh <1 bulan 2 berpindah 1
d. Jatuh pd saat dirawat 3 c. Koordinasi/keseimbanga
skrng n buruk 2
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh 4

Deficit sensoris : Kognisi : Pola BAB/BAK :


a. Kacamata bukan bifocal 0 0 a. Orientasi baik 0 0 a. teratur 0 0
b. Kacamata bifocal 1 b. Kesulitan mengerti b. incotinensia urine/feses 1
c. Gangguan pendengaran 1 perintah 2 c. Nokturia 2
d. Kacamata multifocal 2 c. Gangguan memori 2 d. Urgensi/Frekuesnsi 3
e. Katarak/glukoma 2 d. Kebingungan 3
f. Hampir tak melihat/buta 3 e. disorientasi 3
Pengobatan : Komorbitas :
a. >4 jam 1 1 a. Diabetes/penyakit 2 0
b. Antihipertensi/hipoglike jantung /stroke/ISK
mik/antidepresan 2 b. Gangguan saraf pusat/ 2
c. Sedative/psikotropika/na Parkinson
rkotika 2 c. Pasca bedah 0-24jam 3
d. Infis epidural/spinal 2
KRITERIA RESIKO
TOTAL KESELURUHAN SKOR CEDERA / JATUH : 1
Rendah 0-7, Sedang 8-13, Tinggi >14
Nyeri / kenyamanan
Nyeri : Tidak / Ya. Lokasi Kepala
Intensitas (0-10): 5
Jenis : Akut / Kronis
Ketergantungan Saat melaksanakan ADL
Personal Hygiene : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Toileting : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Berpakaian : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Makan / Minum : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Mobilisasi : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Alat bantu : Tongkat / Walker / Kursi roda / Kruk / Penopang/brace / Protesis. Alasan : -

Pernafasan
Kesulitan bernafas : Tidak / Ya : memakaim O2 …….lt/mnt dengan : Nasal canule / Sungkup / Re-Breathing Mask
Integritas kulit / luka
Tidak ada masalah / Rash / Lesi / Parut / Memar / Pucat / Kuning / Sianotik / Berkeringat banyak
Luka : Tidak / Ada : Lokasi :…….
Catatatn : -
Status Nutrisi
Berat badan (BB) biasanya : 57kg Berat Badan sekarang : 57 Kg Tinggi Badan : 167 Cm
Muntah / Sulit menelan / Sulit Mengunyah / NGT /TPN / PEG/Kehilangan nafsu makan / Kaheksia
Malabsorbi/Malnutrisi / Hamil/menyusui. Ket : -
Penurunan / kenaikan berat badan : yaitu - kg sejak:……. Tidak ada penurunan / kenaikan BB
Klien dengan diagnose khusus (DM/Kemoterapi/Hemodialisa/Penurunan Imunitas / Lain-lain :………….)
Resiko/gangguan pemenuhan nutrisi ----memerlukan asesmen gizi Tidak ada resiko/gangguan nutrisi
Eliminasi
Masalah perkemihan : Tidak ada / Ada :Stoma / Stricture Uretra /Retensi urine / Incontinensia urine / Dialisis
Masalah Defekasi : Tidak ada / Ada : Stoma / Atresia ani / Konstipasi / Inkontinensia Alvi / Diare
Denpasar, 3 April 2018
Tanda tangan perawat

( Perawat M)

56
Lampiran 5. Rencana Keperawatan

RSU PURI RAHARJA RM 6.43/Peningkatan Suhu Tubuh


DENPASAR (Hipertermi)/2015

No. RM : 3 4 8 4 2 2

RENCANA Nama : Tn MH
LOGO
KEPERAWATAN Tgl Lahir :10/05/1994..L/P
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)

PAR
AF/
TGL DIAGNOSE NA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN MA
TER
ANG

Peningkatan suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh Mandiri : Tt


3 (hipertermi) berhubungan (hipertermi) dapat teratasi  Monitor temperature tubuh
April dengan : setelah dilakukan tindakan klien tiap 2 jam
2018  Peningkatan Metabolisme keperawatan dalam waktu  Perhatikan pola nafas,
 Dehidrasi 1x 24 jam derajat suhu tubuh, adanya
 Penyakit/trauma menggigil
 Gangguan pengaturan Kriteria hasil :  Monitor tekanan darah,
temperature/termoregulasi denyut nadi, respirasi
 Suhu
yang tidak efektif
- Dewasa : 36 – 370 C  Batasi penggunaan
linen/selimut sesuai
DS :  Nadi indikasi
 Klien mengatakan badan - Dewasa : 80 - 100
 Beri seka air hangat seluruh
panas x/menit
tubuh, jangan gunakan
 Meriang, menggigil,  RR alcohol
demam - Dewasa 14 - 20  Beri klien pakaian yang
 ………….. x/menit tipis dan menyerap keringat
DO :  Tidak menggigil Anjurkan klien minum air
putih (jangan air es)
Suhu : 38,5 0 C Kulit tidak hangat, tidak
±2.000 cc/24 jam
 Nadi : 100 x/mnt kemerahan
 RR : 22 x/mnt Libatkan klien, klg/orang
 Kulit kemerahan tua klien dalam
 Teraba hangat pengambilan keputusan
yang menyangkut aktifitas
perawatan
Kolaborasi :
Pemberian antipiretik :
. Sumagesik 3x500mg

57
Lampiran 6. Implementasi

RSU PURI RAHARJA DENPASAR RM 3.8 / I/2015

No. RM : 3 4 8 4 2 2

LOGO IMPLEMENTASI Nama : Tn MH

Tgl Lahir :10/05/1994..L/P

Tgl/Jam No Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf/


DX nama
terang
03-04- 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengeluh
2018 badan masih
Jam panas
09.00 O:S= 38.5⁰C, kulit
wita teraba hangat,
tampak
kemerahan
10.15 1 Memperhatikan pola nafas, S:-
wita derajat suhu, adanya O: pola nafas tampak
menggigil agak cepat, suhu
38.5⁰C, Klien
tampak menggigil
10.20 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
100x/mnt,
respirasi 22x/mnt
10.30 1 Membatasi penggunaan S: klien mengatakan
wita selimut lebih nyaman
O: Klien hanya
memakai selimut

58
tipis

1 Memberi seka air hangat ( S: Klien mengatakan


bukan alcohol ) lebih nyaman
O: Klien tampak
lebih segar
11.30 1 Memberi klien pakaian yang S: klien mengatakan
wita tipis dan menyerap keringat nyaman
O: Klien tampak
lebih segar
12.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: Klien mengatakan
wita badannya masih
panas
O: Suhu 38.5⁰C,
kulit teraba hangat ,
tampak kemerahan
12.10. Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
100x/mnt,
respirasi 22x/mnt
12.15 1 Memberi antipyretic S : Klien
sumagesic 500 mg mengatakan akan
segera minum
obat
O : Obat sudah di
minum, reaksi
alergi (-)
12.20 1 Menganjurkan klien untuk S: klien mengatakan
wita minum air putih ( jangan air akan lebih sering
es )2000 cc/24 jam minum air putih
O ; Klien tampak

59
minum air putih
12.30 1 Melibatkan keluarga dalam S: Keluarga
wita pengambilan keputusan yang mengatakan
menyangkut aktifitas mendukung
perawatan sepenuhnya
kebutuhan klien
agar cepat
sembuh
O: Keluarga klien
kooperatif dalam
membantu
perawatan klien
sesuai anjuran
petugas
14.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: Klien mengatakan
wita demam sudah
berkurang
O: S=37,5◦C, kulit
teraba masih
hangat, tampak
kemerahan

14.15 1 Memperhatikan pola nafas, S: -


wita derajat suhu tubuh dan adanya O: pola nafas tampak
menggigil teratur ,klien
tidak menggigil
14.20 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
88x/mnt, respirasi
20x/mnt
14.30 1 Menganjurkan klien untuk S: Klien mengatakan

60
wita minum air putih 2000 cc/hr sudah lebih
sering minum air
putih
O : Klien tampak
minum air putih
16.00 1 Memonitor suhu tubuh S: klien mengatakan
wita badannya panas
lagi
O: S=38,5◦C , kulit
teraba hangat
tampak
kemerahan
16.15 1 Memberi antipyretic S : Klien
wita sumagesic 500 mg mengatakan akan
segera minum
obat
O : Obat sudah
diminum, reaksi
alergi (-)
16.30 1 Menyeka klien dengan air S : Klien
hangat mengatakan lebih
nyaman
O: Klien tampak
lebih segar
17.00 1 Memberi klien pakaian yang S: klien lebih
wita tipis dan menyerap keringat nyaman
O: Klien tampak
tenang
18.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengatakan
wita demam berkurang
O: S= 37,7◦C, kulit
teraba masih

61
hangat , tampak
kemerahan
18.10 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, N =
84x/mnt, Respirasi
20x/mnt
20.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengatakan
wita demam sudah
berkurang
O: S= 37,5▫C
Kulit teraba tidak
hangat lagi, tidak
kemerahan
20.15 1 Memperhatikan pola nafas, S: -
derajat suhu tubuh dan adanya O: Pola nafas klien
menggigil tampak teratur, ,
S= 37,5◦C, klien
tenang
20.20 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O: TD = 120/80
mmHg, Nadi =
80x/mnt
Respirasi =
20x/mnt
20.30 1 Menganjurkan klien untuk S : Klien
minum air putih 2000 cc/hr mengatakan
sering dan selalu
minum air putih
O : klien tampak
minum air putih
22.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: Klien mengatakan

62
panas badannya
sudah turun
O: S= 37▫C, kulit
teraba tidak hangat

22.10 1 Memonitor tekanan darah, S:


wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, nadi =
80x/mnt, respieasi
20x/mnt
04-04- 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengatakan
2018, dan pola nafas sudah tidak
jam demam
06.00 O : S= 36,8▫C, kulit
wita teraba tidak
hangat dan tidak
kemerahan, pola
nafas teratur
20x/mnt
06.15 1 Memonitor tekanan darah, S:
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, nadi =
80x/mnt,
respirasi 20x/mnt
08.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S : klien
wita mengatakan
sudah tidak
demam
O : S=36,5▫C kulit
teraba tidak
hangat dan
kemerahan

63
10.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S : klien mengatakan
badan tidak
panas
O : 36,5▫C, kulit
teraba tidak
hangat, tidak
kemerahan
10.00 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
80x/mnt,
respirasi 20x/mnt

Lampiran 7. Evaluasi Keperawatan


RSU PURI RAHARJA DENPASAR RM 4.9 / EK /2015

No. RM : 3 4 8 4 2 2

LOGO EVALUASI Nama : Tn Mh


KEPERAWATAN Tgl Lahir :10/5/1994 ..L/P

No No Hari/tanggal Waktu No Dx Evaluasi Paraf


11111 Kamis,10-04- 10.00 1 S; klien mengatakan sudah
2018 wita tidak demam
O; S= 36,5◦C
Nadi= 80x/mnt

64
Respirasi 18 x/mnt
Kulit teraba tidak hangat
lagi
Warna kulit tidak
kemerahan
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi klien

Lampiran 4. Pengkajian Keperawatan

RSU PURI RAHARJA DENPASAR RM 3.7/PK/2015

No. RM : 1 0 4 8 9 3

PENGKAJIAN Nama : Ny. Im


LOGO
KEPERAWATAN Tgl Lahir :15/3/1997..L/P

Ruangan : Lt II Utara No. :210 Sumber data : Klien / keluarga / …………. Tgl :04/04/2018
IDENTITAS KLIEN KEADAAN UMUN
Agama : Hindu / Islam / Protestan / Katolik / Buda Kesadaran : Compos Mentis / Apatis / Somnolen /
Pendidikan : Dibawah umur / SD / SMP/ SMA / PT Saparocoma / Coma / GCS : 15
Pekerjaan : Swasta Sp O2:…….%, Pernafasan : 22x/mnt, Nadi : 100 x/mnt
Kewarganegaraan : WNI / WNA Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Suhu : 38,5 0 C
Alamat saat ini : Jl. Durian no 21 Dps Catatan :

RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama saat MRS :

65
Demam

Diagnose medis saat ini :


DBD

Riwayat keluhan penyakit saat ini : Klien mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu, panas disertai pusing ,mual dan muntah

Riwayat penyakit terdahulu :


e. Riwayat MRS sebelumnya : Tidak / Ya. Lamanya……hr, alas an :
f. Riwayat dioprasi : Tidak/ Ya. Jenisnya :
g. Riwayat penyakit : Jantung / Hipertensi / Diabetes Militus Type I/II / Kelainan Jiwa / Epilepsi / Stroke / Lainnya : -
h. Riwayat alergi : Tidak / Ya. : Jenis Alergi : Obat / Makanan / Lain-lain, sebutkan……………….., Tipe reaksi :……………
PSIKOSOSIAL :
Status perkawinan : Bujang / menikah / cerai tinggal bersama : ya / Tidak……….
Riwayat kebiasaan : Merokok / alkhohol / lainnya : - .Jenis &jumlahnya :……
Resiko mencederai diri sendiri : -
OBSERVASI
Vitak sign / neurological / neurovaskuler / gula darah / berat badan / tinggi badan / UL / DL / lainnya……….
PROSEDUR INVASIF (yang terpasang saat ini
Infus intravena dipasang di : tangan kanan tanggal : 4 April 2018
Dower chateter dipasang di : - tanggal :
Cystostomy chateter dipasang di : - tanggal :
Central line (CVP) dipasang di : - tanggal :
Selng NGT dipasang di : - tanggal :
Tracheostomy dipasang di - tanggal :
Lain-lain : - dipasang di :…………………………….tanggal :
KONTROL RESIKO INFEKSI
Status : tidak diketahui / suspect / Diketahui : MRSA / VRE / TB / Infeksi opportunistic/tropic / Lainnya:………….
Additional yang harus dilakukan : Droplet / Airborn /Contact / Skin / Contact Multi Resistent Organism
PENILAIAN RESIKO JATUH
ITEM PENILAIAN Jml ITEM PENILAIAN Jml ITEM PENILAIAN Jml
Skor Skor Skor
Usia : Riwayat Jatuh : Mobilitas :
d. Usia kurang dari 60 th 0 0 e. Tidak pernah 0 0 f. Mandiri 0 0
e. Lebih dari 60 th – 80 th 1 f. Jatuh < 1 thun 1 g. Menggunakan alat bantu
f. Lebih dari 80 th 2 g. Jatuh <1 bulan 2 berpindah 1
h. Jatuh pd saat dirawat 3 h. Koordinasi/keseimbanga
skrng n buruk 2
i. Dibantu sebagian 3
j. Dibantu penuh 4

Deficit sensoris : Kognisi : Pola BAB/BAK :


g. Kacamata bukan bifocal 0 0f. Orientasi baik 0 0 e. teratur 0 0
h. Kacamata bifocal 1 g. Kesulitan mengerti f. incotinensia urine/feses 1
i. Gangguan pendengaran 1 perintah 2 g. Nokturia 2
j. Kacamata multifocal 2 h. Gangguan memori 2 h. Urgensi/Frekuesnsi 3
k. Katarak/glukoma 2 i. Kebingungan 3
l. Hampir tak melihat/buta 3 j. disorientasi 3
Pengobatan : Komorbitas :
e. >4 jam 1 1 d. Diabetes/penyakit 2 0
f. Antihipertensi/hipoglike jantung /stroke/ISK
mik/antidepresan 2 e. Gangguan saraf pusat/ 2
g. Sedative/psikotropika/na Parkinson
rkotika 2 f. Pasca bedah 0-24jam 3
h. Infis epidural/spinal 2
KRITERIA RESIKO
TOTAL KESELURUHAN SKOR CEDERA / JATUH : 1
Rendah 0-7, Sedang 8-13, Tinggi >14

66
Nyeri / kenyamanan
Nyeri : Tidak / Ya. Lokasi Kepala
Intensitas (0-10): 5
Jenis : Akut / Kronis
Ketergantungan Saat melaksanakan ADL
Personal Hygiene : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Toileting : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Berpakaian : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Makan / Minum : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Mobilisasi : Mandiri / Dibantu / Ketergantungan penuh
Alat bantu : Tongkat / Walker / Kursi roda / Kruk / Penopang/brace / Protesis. Alasan : -

Pernafasan
Kesulitan bernafas : Tidak / Ya : memakaim O2 …….lt/mnt dengan : Nasal canule / Sungkup / Re-Breathing Mask
Integritas kulit / luka
Tidak ada masalah / Rash / Lesi / Parut / Memar / Pucat / Kuning / Sianotik / Berkeringat banyak
Luka : Tidak / Ada : Lokasi :…….
Catatatn : -
Status Nutrisi
Berat badan (BB) biasanya : 57kg Berat Badan sekarang : 57 Kg Tinggi Badan : 167 Cm
Muntah / Sulit menelan / Sulit Mengunyah / NGT /TPN / PEG/Kehilangan nafsu makan / Kaheksia
Malabsorbi/Malnutrisi / Hamil/menyusui. Ket : -
Penurunan / kenaikan berat badan : yaitu - kg sejak:……. Tidak ada penurunan / kenaikan BB
Klien dengan diagnose khusus (DM/Kemoterapi/Hemodialisa/Penurunan Imunitas / Lain-lain :………….)
Resiko/gangguan pemenuhan nutrisi ----memerlukan asesmen gizi Tidak ada resiko/gangguan nutrisi
Eliminasi
Masalah perkemihan : Tidak ada / Ada :Stoma / Stricture Uretra /Retensi urine / Incontinensia urine / Dialisis
Masalah Defekasi : Tidak ada / Ada : Stoma / Atresia ani / Konstipasi / Inkontinensia Alvi / Diare
Denpasar, 4 April 2018
Tanda tangan perawat

( Perawat A)
Lampiran 9. Rencana Keperawatan

RSU PURI RAHARJA RM 6.43/Peningkatan Suhu Tubuh


DENPASAR (Hipertermi)/2015

No. RM : 1 0 4 8 9 3

RENCANA Nama : Ny. Im


LOGO
KEPERAWATAN Tgl Lahir :15/3/1997..L/P
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)

PAR
AF/
TGL DIAGNOSE NA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN MA
TER
ANG
Tt
Peningkatan suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh Mandiri :

67
(hipertermi) berhubungan (hipertermi) dapat teratasi  Monitor temperature tubuh
dengan : setelah dilakukan tindakan klien tiap 2 jam
 Peningkatan Metabolisme keperawatan dalam waktu  Perhatikan pola nafas,
 Dehidrasi 1x 24 jam derajat suhu tubuh, adanya
 Penyakit/trauma menggigil
 Gangguan pengaturan Kriteria hasil : Monitor tekanan darah, denyut
temperature/termoregulasi nadi, respirasi
yang tidak efektif  Suhu
- Dewasa : 36 – 370 C  Batasi penggunaan
linen/selimut sesuai
DS :  Nadi indikasi
 Klien mengatakan badan - Dewasa : 80 - 100
 Beri seka air hangat seluruh
panas x/menit tubuh, jangan gunakan
 Meriang, menggigil,  RR alcohol
demam - Dewasa 14 - 20  Beri klien pakaian yang
 ………….. x/menit tipis dan menyerap keringat
DO :  Tidak menggigil  Anjurkan klien minum air
Kulit tidak hangat, tidak putih (jangan air es)
Suhu : 38,5 0 C
 Nadi : 100 x/mnt ±2.000 cc/24 jam
kemerahan
 RR : 22 x/mnt  Libatkan klien, klg/orang
 Kulit kemerahan tua klien dalam
 Teraba hangat pengambilan keputusan
yang menyangkut aktifitas
perawatan
Kolaborasi :
 Pemberian antipiretik :
. Sumagesik 3x500mg

Lampiran 10. Implementasi

RSU PURI RAHARJA DENPASAR RM 3.8 / I/2015

No. RM : 1 0 4 8 9 3

LOGO IMPLEMENTASI Nama : Ny Im

Tgl Lahir :15/3/1997..L/P

Tgl/Jam No Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf/


DX nama
terang
04-04- 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengeluh
2018 badan masih panas

68
Jam O:S= 38.5⁰C, kulit
09.00 teraba hangat,
wita tampak kemerahan
10.15 1 Memperhatikan pola nafas, S:-
wita derajat suhu, adanya menggigil O: pola nafas tampak
agak cepat, suhu
38.5⁰C, Klien
tampak menggigil
10.20 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
100x/mnt, respirasi
22x/mnt
10.30 1 Membatasi penggunaan S: klien mengatakan
wita selimut lebih nyaman
O: Klien hanya
memakai selimut
tipis

1 Memberi seka air hangat ( S: Klien mengatakan


bukan alcohol ) lebih nyaman
O: Klien tampak lebih
segar
11.30 1 Memberi klien pakaian yang S: klien mengatakan
wita tipis dan menyerap keringat nyaman
O: Klien tampak lebih
segar
12.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: Klien mengatakan
wita badannya masih panas
O: Suhu 38.5⁰C, kulit
teraba hangat ,
tampak kemerahan

69
12.10. Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
100x/mnt, respirasi
22x/mnt
12.15 1 Memberi antipyretic S : Klien mengatakan
sumagesic 500 mg akan segera minum
obat
O : Obat sudah di
minum, reaksi
alergi (-)
12.20 1 Menganjurkan klien untuk S: klien mengatakan
wita minum air putih ( jangan air es akan lebih sering
)2000 cc/24 jam minum air putih
O ; Klien tampak
minum air putih
12.30 1 Melibatkan keluarga dalam S: Keluarga
wita pengambilan keputusan yang mengatakan
menyangkut aktifitas mendukung
perawatan sepenuhnya
kebutuhan klien
agar cepat sembuh
O: Keluarga klien
kooperatif dalam
membantu
perawatan klien
sesuai anjuran
petugas
14.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: Klien mengatakan
wita demam sudah
berkurang
O: S=37,5◦C, kulit

70
teraba masih
hangat, tampak
kemerahan

14.15 1 Memperhatikan pola nafas, S: -


wita derajat suhu tubuh dan adanya O: pola nafas tampak
menggigil teratur ,klien tidak
menggigil

14.20 Memonitor tekanan darah, S:-


wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
88x/mnt, respirasi
20x/mnt
14.30 1 Menganjurkan klien untuk S: Klien mengatakan
wita minum air putih 2000 cc/hr sudah lebih sering
minum air putih
O : Klien tampak
minum air putih
16.00 1 Memonitor suhu tubuh S: klien mengatakan
wita badannya panas
lagi
O: S=38,5◦C , kulit
teraba hangat
tampak kemerahan
16.15 1 Memberi antipyretic S : Klien mengatakan
wita sumagesic 500 mg akan segera minum
obat
O : Obat sudah
diminum, reaksi
alergi (-)
16.30 1 Menyeka klien dengan air S : Klien mengatakan

71
hangat lebih nyaman
O: Klien tampak lebih
segar
17.00 1 Memberi klien pakaian yang S: klien lebih nyaman
wita tipis dan menyerap keringat O: Klien tampak
tenang
18.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengatakan
wita demam berkurang
O: S= 37,7◦C, kulit
teraba masih hangat ,
tampak kemerahan
18.10 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, N =
84x/mnt, Respirasi
20x/mnt
20.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengatakan
wita demam sudah
berkurang
O: S= 37,5▫C
Kulit teraba tidak
hangat lagi, tidak
kemerahan
20.15 1 Memperhatikan pola nafas, S: -
derajat suhu tubuh dan adanya O: Pola nafas klien
menggigil tampak teratur, , S=
37,5◦C, klien
tenang
20.20 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O: TD = 120/80
mmHg, Nadi =
80x/mnt

72
Respirasi =
20x/mnt
20.30 1 Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan
minum air putih 2000 cc/hr sering dan selalu
minum air putih
O : klien tampak
minum air putih
22.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S: Klien mengatakan
panas badannya
sudah turun
O: S= 37▫C, kulit
teraba tidak hangat

22.10 1 Memonitor tekanan darah, S:


wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, nadi =
80x/mnt, respieasi
20x/mnt
05-04- 1 Memonitor suhu tubuh klien S: klien mengatakan
2018, dan pola nafas sudah tidak demam
jam O : S= 36,8▫C, kulit
06.00 teraba tidak hangat
wita dan tidak
kemerahan, pola
nafas teratur
20x/mnt
06.15 1 Memonitor tekanan darah, S:
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, nadi =
80x/mnt, respirasi
20x/mnt
08.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S : klien mengatakan

73
wita sudah tidak demam
O : S=36,5▫C kulit
teraba tidak hangat
dan kemerahan
10.00 1 Memonitor suhu tubuh klien S : klien mengatakan
badan tidak panas
O : 36,5▫C, kulit teraba
tidak hangat, tidak
kemerahan
10.00 1 Memonitor tekanan darah, S:-
wita denyut nadi, respirasi O : TD = 120/80
mmHg, Nadi =
80x/mnt, respirasi
20x/mnt

Lampiran 11. Evaluasi Keperawatan


RSU PURI RAHARJA DENPASAR RM 4.9 / EK /2015

No. RM : 1 0 4 8 9 3

LOGO EVALUASI Nama : Ny.IM


KEPERAWATAN Tgl Lahir : 15/3/1997..L/P

No No Hari/tanggal Waktu No Dx Evaluasi Paraf


1111 Kamis,10-04- 10.00 1 S; klien mengatakan sudah
2018 wita tidak demam
O; S= 36,8◦C
Nadi= 80x/mnt
Respirasi 18 x/mnt

74
Kulit teraba tidak hangat
lagi
Warna kulit tidak
kemerahan
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi klien

75

Anda mungkin juga menyukai