Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

THYPUS ABDOMINALIS
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh Kelompok 8 :

1. Laili Miftahul Janah (P16084)


2. Nadhia Hapsari Ningrum (P16088)
3. Nurdina Khoirinisa (P16089)
4. Putri Yuni Setyowati (P16091)
5. Sriatin (P16100)
6. Aziz Sanjaya (P15060)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Typoid
Abdominalis”.Tidak lupa kami juga banyak terimakasih atas bantuan dari semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang sudah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Surakarta,

Penulis

i
Daftar isiII

Halaman judul ........................................................................................................


Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ................................................................................................................... 3
Penyebab ................................................................................................................ 3
Tanda Dan Gejala ................................................................................................... 4
Patofisiologi ........................................................................................................... 4
Pathway .................................................................................................................. 6
Komplikasi ............................................................................................................. 7
Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................... 8
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian ............................................................................................................. 10
Diagnosa Keperawatan.......................................................................................... 10
Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 10
Implementasi Keperawatan ................................................................................... 12
Evaluasi Keperawata ............................................................................................. 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian ............................................................................................................. 16

ii
Analisa Data .......................................................................................................... 23
Diagnosa Keperawatan.......................................................................................... 24
Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 25
Implementasi Keperawatan ................................................................................... 26
Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................... 31
Saran ...................................................................................................................... 32
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi
C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi
kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat
sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2009 )
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak
menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tidak
terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk
memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengendalkan hanya pada
tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar
dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya
para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasi dana
kesehatan yang lebih menekankan pada segi preventif dari pada kuratif. ( Muttaqin
Arif, 2011 )
Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012 WHO
mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah maupun sekolah akan
tetapi tidak menutup kemugkinan juga menyerang orang dewasa. Demam Typhoid
atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik
di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh,
kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat. Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah
kasus di rumah sakit besar di Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. ( Sudoyo, 2006 )
Kasus tertinggi Demam typhoid adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.973
kasus (48,33%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus demam typoid di
kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Dibandingkan jumlah kasus keseluruhan
PTM lain di Kota Semarang sebesar 3,19%. Sedangkan kasus tertinggi kedua
adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164 kasus (14,25%) dan apabila dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar
10,99%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Semarang yaitu 4 kasus
(0,01%). Rata-rata kasus Demam typhoid di Jawa Tengah adalah 635,60 kasus. (
Dinkes Jateng, 2011)
Sedangkan kasus Demam Typhoid di RS PKU Muhammadiyah Surakarta
periode 1 januari 2011 sampai dengan 30 april 2012 sejumlah 1.007 kasus. Dalam
periode ini kasus demam typhoid di RS PKU Muhammadiyah Surakarta masuk
sepuluh besar dalam tindakan medis. Masalah yang timbul pada pasien
demam typhoid yaitu kemungkinan pada usus halus anatara lain, perdarahan usus,
perforasi usus. Prioritas pada luar usus antara lain, bronkopnemonia, typhoid
ensefalopati, miningitis. Komplikasi yang berat dapat menyebabkan kematian pada
penderita demam typhoid.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Thypus Abdominalis ?
2. Apa penyebab dari Thypus Abdominalis ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Thypus Abdominalis ?
4. Bagaimana patofisiologi Thypus Abdominalis ?
5. Bagaimana path way dari Thypus Abdominalis ?
6. Apa komplikasi dari Thypus Abdominalis ?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari Thypus Abdominalis ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Thypus Abdominalis ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Definisi dari Thypus Abdominalis.
2. Untuk mengetahui penyebab dari Thypus Abdominalis.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Thypus Abdominalis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Thypus Abdominalis.
5. Untuk mengetahi path way dari Thypus Abdominalis.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Thypus Abdominalis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Thypus Abdominalis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan bagi pasien Thypus Abdominalis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan


1. Definisi
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005).
Typhus abdominalis adalah merupakan penyakit infeksi akut pada usus
halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007)
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A,B,C. Penularan terjadi secara fecal, oral, melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Arief. M, 2009).

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang


disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella
paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan
gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2009 )

Jadi, Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu disertai
dengan gangguan pencernaan bahkan sampai gangguan kesadaran.

2. Penyebab
Penyakit Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,
(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus
menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri ini. Salmonella Thyposa sebagai suatu spesies, termasuk
dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma
proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus
Salmonella. Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang kurangnya tiga macam
antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida),
antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Dalam serum
penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut
(Zulkhoni, 2011).

3. Tanda dan Gejala

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-
lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. ( Widodo Djoko, 2009 )

4. Patofisiologi

Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal


dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses . Yang paling menojol yaitu lewat
mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk
ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia)
primer, selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan limpoid plaque menuju
limfa dan hati. Di dalam jaringan limpo id ini kuman berkembang b iak, lalu
masu k ke aliran darah sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus.
Perdarahan menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan
meningkat.sehingga beresiko kekurangan cairan tubuh.Jika kondisi tubuh
dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan
seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur -angsur sembuh
(Zulkoni.2011)
5. Path Way

Makan yang terinfeksi bakteri


salmonella Typhosa

Masuk melalui mulut

Menuju saluran pencernaan

Mati dimusnahkan asam Lambung


lambung

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Usus halus Endoktosin

Limpa

Tukak
Hipertermi

Splenomegaly

Perdarahan dan
Perforasi
Resiko Defisit
Lambung tertekan
Volume Cairan

Nyeri Raba
Mual

Anoreksia

Perubahan Nutrisi

(Zulkoni,2011)

6. Komplikasi
Menurut Padila (2013), komplikasi pada penyakit typhus abdominalis adalah
sebagai berikut :
a. komplikasi intestinal
 Perdarahan usus
 Perforasi usus
 Illius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
 Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi, miokarditis,
trombosis, tromboplebitis
 Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, syndroma
uremia hemolitik
 Komplikasi pada hepar dan kandung kemih : hepatitis, kolesititis
 Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis
 Komplikasi pada tulang : osteomiyelitis, osteoporosis, spondilitis, dan
arthritis

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak spesifik. Hitung
leukosit yang rendah sering berhubungan dengan demam dan toksisitas
penyakit, namun kisaran jumlah leukosit bisa lebar. Pada anak yang lebih
muda keukosit bisa mencapai 20.000-25.000/mm3. Trombositopenia dapat
merupakan marker penyakit berat dan disertai dengan koagulasi
intravaskular diseminata. Pemeriksaan fungsi hati dapat berubah, namun
gangguan hati yang bermakna jarang ditemukan.

b. Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O dan H
S. typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Pemeriksaan Widal
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah dan penggunaannya
sebagai satusatunya pemeriksaan penunjang di daerah endemis dapat
mengakibatkan overdiagnosis. Kadar aglutinin tersebut diukur dengan
menggunakan pengenceran serum berulang. Pada umumnya antibodi O
meningkat di hari ke-6-8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak awal penyakit.

c. Pemeriksaan serologi terhadap spesimen darah


Pemeriksaan diagnostik baru saat ini tersedia, seperti Typhidot atau
Tubex yang mendeteksi antibodi IgM antigen spesifik O9 lipopolisakarida
S. Typhi. Dalam dua dekade, pemeriksaan Ig.M dan IgG spesifik terhadap
antigen S. Typhi berdasarkan enzym-linked immunosorbent assay (ELISA)
berkembang.

d. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. typhi hanya
membutuhkan waktu kurang dari 8 jam dan memiliki sensitivitas yang
tinggi sehingga lebih unggul dibanding pemeriksaan biakan darah biasa
yang membutuhkan waktu 5-7 hari. In-flagelin PCR terhadap S. typhi
memiliki sensitivitas 93,58% dan spesifisitas 87,9%. Pemeriksaan nested
polymerase chain reaction(PCR) menggunakan primer H1-d dapat
digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik S. typhi dari darah pasien
dan merupakan pemeriksaan diagnostik cepat yang menjanjikan.
Pemeriksaan nested PCR terhadap gen flagelin (fliC) dari S. typhi dapat
dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%), dikuti dari spesimen darah
20/22 (90%), dan tinja 15/22 (68.1%).

e. Pemeriksaan serologi dari spesimen urine


Pemeriksaan ELISA terhadap antibodi monoklonal spesifik antigen 9
grup D Salmonella dari spesimen urin pada satu kali pemeriksaan memiliki
sensitivitas 65%, namun pemeriksaan urin secara serial menunjukkan
sensitivitas 95%. Pemeriksaan ELISA menggunakan antibodi monoklonal
terhadap antigen 9 somatik (O9),antigen d flagella (d-H), dan antigen
virulensi kapsul (Vi) pada spesimen urin memiliki sensitivitas tertinggi
pada akhir minggu pertama, yaitu terhadap ketiga antigen Vi terdeteksi pada
9 kasus (100%), O9 pada 4 kasus (44%) dan d-H pada 4kasus (44%).
Spesifisitas untuk Vi lebih dari 90% sehingga deteksi antigen Vi pada urin
menjanjkan untuk menunjang diagnosis demam tifoid, terutama dalam
minggu pertama sejak timbulnya demam.
f. Pemeriksaan antibodi IgA dari spesimen saliva
Pemeriksaan diagnostik yang mendeteksi antibodi IgA dari
lipopolisakarida S. typhi dari spesimen saliva memberikan hasil positif pada
33/37 (89,2%) kasus demam tifoid. Pemeriksaan ELISA ini menunjukkan
sensitivitas 71,4%, 100%, 100%, 9,1% dan 0% pada minggu pertama,
kedua, ketiga, keempat, dan kelima perjalanan penyakit demam tifoid.

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian menurut ( Carpenito, 2007 ), yaitu tahap pertama proses
keperawatan yang meliputi pengumpulan data secara sistematis dan cermat
untuk menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat kesehatan
masa lalu, serta menentukan status fungsional serta mengevaluasi pola
koping klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan
cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, peninjauan catatan dan
laporan diagnostik, kolaborasi dengan rekan sejawat.

b. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien demam typhoid
menurut ( Doenges,2000 ), antara lain:
1) Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme suhu
tubuh.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia mual
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

c. Intervensi Keperawatan

Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu


proses keperawatan. Intervensi keperawatan adalah suatu proses
penyusunan berbagai rencana tindakan keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah pasien (
Carpenito, 2007 ).

1) Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme suhu


tubuh.
Tujuan : Suhu tubuh kemabali normal ( 36 - 37⁰ C ) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
Kriteria Hasil :
 Suhu klien kembali normal ( 36 – 37 ⁰ C)
 Badan tidak teraba panas
Intervensi :
 Kaji vital sign tiap 2-3 jam
 Anjurkan banyak minum air putih 2 -3 jam
 Anjurkan untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap
keringat. Kompres pada lipatan paha dan aksila
 Laksanakan program terapi antibiotik, antipiretika, dan
pemeriksaan laboraturium
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia mual.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriterian Hasil :

 Intake nutrisi meningkat

 Diit habis 1 porsi yang telah disediakan

 Berat badan stabil

Intervensi :

 Timbang berat badan secara teratur


 Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi

 Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi

 Beri diit dalam porsi hangat, porsi kecil tapi sering, lunak

 Kolaborasi dengan ahli gizi

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Aktifitas klien meningkat setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil : kemampuan aktifitas bisa mandiri.

Intervensi :

 Monitor suhu sesering mungkin


 Ajarkan mobilisasi aktifitas
 Atur posisi nyaman.
 Berikan pengetahuan tentang pentingnya beraktifitas
 Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan aktifitas pada klien.

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan


yang telah penulis susun. Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan
rencana tindakan perawatan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat
dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing – masing diagnosa.

1) Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya pengaturan suhu tubuh.

Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu mengkaji

tanda – tanda vital, menganjurkan pakai pakaian yang tipis dan


menyerap keringat, seharusnya untuk mengatasi hipertermi ini penulis

melakukan kompres hangat pada aksila dan lipatan paha sesuai dengan

teori tetapi penulis tidak melakukannya karena kurangnya ketelitian

penulis.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan

penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang penulis tetapkan

sebelumnya yaitu mengkaji pola makan pasien, menganjurkan pasien

makan sedikit tapi sering, menyajikan makanan selagi hangat.

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tindakan

keperawatan yang telah dilakukan penulis sesuai dengan rencana

keperawatan yang penulis tetapkan sebelumnya yaitu mengatur pasien

senyaman mungkin, melibatkan keluarga dalam melakukan aktifitas.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah


digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang
telah penulis susun, apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau
belum tercapai dengan meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Berikut ini adalah pembahasan evaluasi berdasarkan evaluasi
hasil dari masing – masing diagnosa :

1) Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya pengaturan suhu tubuh.

Pada diagnosa pertama berdasarkan evaluasi tanggal 08 Mei 2012,


setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh

pasien sudah normal ( 36 - 37⁰C ) dengan kriteria hasil vital sign :

tekanan darah 140/100 mmHg, suhu tubuh 36,8⁰C. Setelah

dibandingkan dengan kriteria hasil yang penulis cantumkan pada

intervensi menunjukkan bahwa suhu tubuh pada batas normal yaitu

36,8⁰C, maka penulis menyimpulkan analisa masalah teratasi. Dan

rencana yang penulis susun selanjutnya adalah mempertahankan

intervensi yang telah ada, seperti mengkaji tanda – tanda vital pasien

dan berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat sesuai

dosis.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual. Pada diagnosa ketiga berdasarkan evaluasi

pada tanggal 09 Mei 2012, setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24

jam, hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan ini adalah pasien sudah

mau makan habis ½ porsi yang disediakan di Rumah sakit. Data yang

didapatkan dibandingkan dengan kriteria hasil yang ditetapkan bahwa

masalah sudah tercapai yaitu makan sudah habis ½ porsi yang

disediakan di rumah sakit. Maka rencana tindakan keperawatan yang

ditetapkan teratasi dan rencana yang perlu dilanjutkan adalah kolaborasi

dengan ahli gizi.

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Pada

diagnosa ketiga berdasarkan evaluasi pada tanggal 10 Mei 2012, setelah


dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam, hasil evaluasi pada diagnosa

keperawatan ini adalah pasien belum mampu beraktifitas sendiri. Data

yang didapatkan dibandingkan dengan kriteria hasil yang ditetapkan

masih ada yang belum tercapai yaitu kemampuan beraktifitas pasien

belum mandiri, sehingga dapat dia analisa bahwa masalah aktifitas

belum tercapai. Maka rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan

masih perlu ditindak lanjuti oleh penulis dengan mendelegasikannya

dengan perawat ruang sofa bahwa agar masalah yang ada pada pasien

dapat teratasi sepenuhnya, dan rencana yang perlu dilanjutkan adalah

membantu aktifitas secara bertahap, dekatkan barang – barang yang

dibutuhkan, dan mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

sesuai dengan terapi.


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN.T DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
DI RSUD SURAKARTA

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas Pasien

Nama : An. T

Tempat tanggal lahir : 21 Desember 2009

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 8 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Siswa

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Penanggungan, Pengadon, Kendal

Tanggal MRS : 12 Mei 2017

No. RM : 1518171910

Diagnosa Medis : Demam Thypoid

b) Identitas Orang Tua


1) Ayah
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Penanggungan, Pengadon, Kendal
Hub. Dengan Pasien : Ayah Kandung

2) Ibu
Nama : Ny . S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Penanggungan, Pengadon, Kendal
Hub. Dengan Pasien : Ibu Kandung

c) Identitas Saudara Kandung


Klien adalah anak tunggal (tidak mempunyai saudara kandung)

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan panas didahului oleh
sakit kepala,mual,muntah dan tidak nafsu makan seminggu sebelum
masuk RS.
 Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan panas
naik setelah sejak 3 hari sebelum masuk RS.
 Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan panas naik turun selama
1 minggu
 Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan panas
cenderung bertambah ketika malam hari dan naik turun 3 hari
sebelum masuk RS.
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak
mengatakan upaya untuk mengatasi panas adalah dengan istirahat
dan minum obat panas ( paracetamol ).
 Keluhan lain saat pengkajian : Orang tua anak juga mengatakan
panas disertai mual,muntah dan sakit kepala.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan,
debu, dan lain-lain.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan penyakit
menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-
lain.

3. Pola Fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Persepsi terhadap penyakit:


 Orang tua pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Penggunaan :
 Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien tidak ada alergi
b. Pola nutrisi dan metabolisme
 Diet/suplemen khusus: tidak ada
 Intruksi diet sebelumnya: -
 Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun
 Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mual-
mual
 Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) BB pasien menurun
sebanyak 4 kg (36 kg menjadi 32).
 Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
 Gigi (lengkap/tidak, gigi palsu): lengkap
 Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat
berlebihan, penyembuhan abnormal) : tidak ada
 Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak
ada
 Frekuensi makan: Normal (3X sehari)
 Jenis makanan : KH, protein, lemak
 Pantangan/alergi : tidak ada
c. Pola Eliminasi
1. BAB
Pola BAB Sebelum Sakit Selama Sakit

Frekuensi BAB 2 – 3 kali sehari 1 kali sehari


Onsistensi Lunak Keras
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning

2. BAK
Pola BAK Sebelum Sakit Selama Sakit

Frekuensi BAK 4 - 5 kali sehari 2 – 3 kali sehari


Jumlah Keluaran ± 1200 Cc ± 800 cc
Bau Khas Khas
Warna Jernih Jernih

d. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan dari:
0 ═ Mandiri 3 ═ Dibantu orang lain dan peralatan
1 ═ Dengan alat bantu 4 ═ ketergantungan/tidak mampu
2 ═ Dibantu orang lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √

e. Pola istirahat dan tidur


- Lama tidur : 8 jam/malam Tidur siang: 2 jam Tidur sore: -
- Waktu : 21.00 WIB
- Kebiasaan menjelang tidur : -
- Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): Insomnia
- Lain-lain (merasa segar/tidak setelah bangun) : merasa segar
f. Pola Kognitif Dan Persepsi
- Status mental (sadar/tidak, orientasi baik/tidak) : orientasi baik
- Bicara : Normal (√), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspresif ( )
- Kemampuan berkomunikasi : Ya ( √ ), tidak ( )
- Kemampuan memahami : Ya ( √ ), tidak ( )
- Pendengaran : DBN ( √ ), tuli ( ), kanan/kiri, tinnitus ( ), alat bantu
dengar ( )
- Penglihatan (DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll) : DBN
- Vertigo : -
- Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : -
- Penatalaksanaan nyeri : -
- Lain-lain : -
g. Persepsei Diri Dan Konsep Diri
- Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa
tidak nyaman
- Lain-lain : -
h. Pola Peran Hubungan
 Pekerjaan : -
 Sistem pendukung : pasangan ( ), tetangga/teman (√), tidak ada
( ), keluarga serumah (√), keluarga tinggal berjauhan ( )
 Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : Tidak ada
 Kegiatan sosial :
 Sejak dirawat diRS pasien jarang bermain dengan teman sebaya nya
 Lain-lain :
i. Pola Seksual Dan Reproduksi
 Masalah seksual b.d penyakit : -
j. Pola koping dan toleransi stress
 Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial,
perawatan diri) : Orang tua Pasien tidak mengalami kesulitan
mengenai biaya perawatan rumah sakit.
 Kehilangan/perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
 Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : orang tua
pasien bersifat terbuka tentang pasien
 Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : tidak ada
 keadaan emosi dalam sehari-hari (santai/tegang) : santai
 lain-lain : -
k. Keyakinan agama dalam kehidupan
 Agama : Pasien beragama Islam
 Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa
penyakit yang dideitanya adalah cobaan.

I. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Klien tampak lemah,


- BB : 32 kg (turun 4 kg dari 36 kg menjadi 32 kg )
- TB : 110 cm
TTV :
- TD : – mmHg
- ND : 80 x / menit
- RR : 23 x / menit
- S : 39 ºC

Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketombe, bersih.
Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
Telinga : DBN
Kuku : Kuku pucat dan sedikit sianosis
Hidung : normal,bersih
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
Thorak /paru
- Inspek : RR : 20x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (-), takipnea
(-),dispnea (-),pernapasan normal dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus normal
- Perkusi : sonor
- Auskultrasi : vasiculer
Vaskular periper : akral panas, capilarry repille kembali dalam 4 detik
3. Analisa Data
Nama : An. T No.CM : 1518171910
Umur : 8 th Diagnosa Medis : Demam Thypoid
No Tanggal/ Data Fokus Problem Etiologi Ttd
Jam
1 12 mei DS : hipertermi Peningkatan
2017 Ibu pasien mengatakan laju
metabolism
08.00 anak panas naik turun
DO :
 Akral teraba panas
 Klien Nampak
pucat
 Mukosa bibir
kering
 Turgor kulit jelek
 RR = 20 x/menit
 N = 80 x/menit
 S = 390C

2
DS : Ketidakseimban Anoreksia
gan nutrisi (Mual)
Ibu pasien mengatakan
pasien tidak mau makan kurang dari t
kebutuhan tubuh u
dan muntah
b
u
DO : h
.
 KU = Lemah
 Mukosa bibir
kering
 Muntah
 Turgor kulit jelek

B. Diagnose Keperawatan
1. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolism
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,mual
C. Intervensi Keperawatan

Nama : An. T No.CM : 1518171910


Umur : 8 th Diagnosa Medis : Demam Thypoid

No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Ttd


Dx
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Perawatan Demam
peningkatan laju tindakan (3740) :
metabolism keperawatan selama
1x24 jam masalah 1. Pantau suhu dan
suhu tubuh dapat tanda-tanda vital
teratasi dengan lainnya
kriteria hasil : 2. Dorong konsumsi
cairan
a) Suhu antara 3. Beri obat atau
36ºC-37ºC cairan IV
b) RR dan nadi 4. Lembabkan bibir
dalam batas dan mukosa
normal hidung yg kering
c) Membran
mukosa lembab
d) Kulit dingin dan
bebas dari
keringat yang
berlebih.
e) Pakaian dan
tempat tidur
pasien kering
2. Ketidakseimbangan Manajemen cairan
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan (4120) :
kebutuhan tubuh b.d tindakan 1. Timbang berat
anoreksia,mual keperawatan selama badan setiap hari
3x24 jam masalah dan monitor status
ketidakseimbangan pasien
nutrisi dapat diatasi 2. Berikan terapi iv
dengan kriteria hasil seperti yg
: ditentukan
3. Tingkatkan asupan
1. Berat badan
oral
stabil
2. Keseimbangan 4. Dukung pasien
intake dan dan keluarga untuk
output dalam 24 membantu dalam
jam pemberian makan
3. Turgor kulit yg baik
normal

D. Implementasi Keperawatan

Nama : An. T No.CM : 1518171910


Umur : 8 th Diagnosa Medis : Demam Thypoid

Tgl/jam No Implementasi Respon Ttd


Dx
12 mei 2017 1 Memantau suhu dan DS : pasien mengatakan
08.00 tanda-tanda vital bersedia untuk diukur
lainnya suhu
DO : pasien tampak
pucat,lemas dengan suhu
39 ºC

Meningkatkan DS : Pasien
09.30 1&2
konsumsi oral, mengatakanhanya habis
mendorong konsumsi ¼ porsi makan dan
cairan makan terasa hambar
DO : Pasien tampak
mendapatkan makanan
dari rumah sakit

11.00 1&2 Memberikan cairan iv DS : pasien mengatakan


seperti yg ditentukan sakit saat obat
dimasukkan ketubuhnya
DO : pasien tampak
13 mei 2017 2 Menimbang berat menahan sakit
08.00 badan setiap hari dan
monitor status pasien DS : Pasien mengatakan
berat badannya
mengalami penambahan
1 kg
DO : pasien tampak
sedikit lebih segar dari
kemarin
08.30 1 memantau suhu dan
tanda-tanda vital DS : pasien mengatakan
lainnya bersedia untuk diukur
suhu
DO : pasien tampak lebih
segar dengan suhu
normal 38 ºC
09.30 1&2 meningkatkan
konsumsi oral, DS : Pasien mengatakan
mendorong konsumsi menghabiskan makanan
cairan ½ porsi dan meminum air
putih
DO : Pasien tampak
mendapatkan makanan
dari rumah sakit
10.00 2 mendukung pasien
dan keluarga untuk DS : keluarga
membantu dalam mengatakan akan
pemberian makan yg memberikan makanan yg
baik baik dan bergizi agar
pasien cepat sembuh
DO : keluarga tampak
kooperatif
11.00 1&2
Memberikan cairan iv
seperti yg ditentukan DS : pasien mengatakan
sakit saat obat
dimasukkan ketubuhnya
DO : pasien tampak
14 mei 2017 2 Timbang berat badan menahan sakit
08.00 setiap hari dan
monitor status pasien
DS : Pasien mengatakan
berat badannya
mengalami penambahan
1 kg
1&2 meningkatkan DO : pasien tampak
09.30 konsumsi oral, sedikit lebih segar dari
mendorong konsumsi kemarin
cairan
DS : Pasien mengatakan
habis ¾ porsi makan dan
meminum air putih

10.00 1 melembabkan bibir DO : Pasien tampak


dan mukosa hidung mendapatkan makanan
yg kering dari rumah sakit
DS : pasien mengatakan
kulitnya sudah agak lebih
kencang
DO : bibir dan mukosa
11.00 1&2 Memberikan cairan iv hidung pasien tampak
seperti yg ditentukan lebih lembab

DS : pasien mengatakan
sakit saat obat
dimasukkan ketubuhnya
DO : pasien tampak
menahan sakit
E. Evaluasi Keperawatan

Nama : An. T No.CM : 1518171910


Umur : 8 th Diagnosa Medis : Demam Thypoid

Tgl/jam No Dx Evaluasi Ttd

12 mei 2017 jam 1 S : pasien mengatakan badannya sudah


12.00 WIB lebih enakan
O : suhu turun dari 38ºC ke 37ºC
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2 S : pasien mengatakan semua makanan


terasa hambar
O : pasien tampak pucat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

13 mei 2017 jam 1


S : Pasien mengatakan makan dengan baik
12.00 WIB
O : pasien tampak menghabiskan ½ posi
makanannya
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2 S : pasien mengatakan berat badannya


sudah bertambah
O : BB naik dari 34kg menjadi 35 kg
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

14 mei 2017 jam 1


S : Pasien mengatakan badannya sudah
12.00 WIB
merasa lebih baik dari kemarin
O : paasien tampak lebih segar dibuktkan
dengan mukosa bibir dan hidung lebih
lembab, menghabiskan ¾ porsi makan
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An.T selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian secara umum ditemukan kendala yang berati, pada An.T

dengan, badan panas, suhu tubuh 39°C, akral hangat, mual setelah makan,

aktifitas dibantu keluarga.

2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul dua diagnosa pada

pasien. Diagnosa yang pertama; Hipertermi berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme tubuh, yang kedua; ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual

3. Intervensi yang muncul pada diagnosa pertama; kaji vital sign 2-3 jam,

anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis, anjurkan tirah baring, 39

diagnosa kedua; kaji pola makan pasien, anjurkan pasien makan sedikit tapi

sering, sajikan makanan selagi hangat, kolaborasi dengan ahli gizi.

4. Terdapat beberapa implementasi yang penulis lakukan secara langsung pada

pasien. Diagnosa pertama; mengkaji vital sign 2-3 jam, menganjurkan untuk
menggunakan pakaian yang tipis, menganjurkan tirah baring, diagnosa kedua;

mengkaji pola makan pasien, menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering,

mensajikan makanan selagi hangat, mengkolaborasi dengan ahli gizi.

5. Pada evaluasi keperawatan didapatkan perkembangan kondisi pasien

mengingat penyakit pasien yang membutuhkan perawatan yang optimal. Pada

hari pertama masalah hipertermi teratasi pada An.T dengan demam typhoid di

Bangsal Anggrek RS Surakarta.

B. Saran

Dari uraian makalah yang telah disajikan maka saya dapat memberikan saran
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, memakan makanan yang dalam
keadaan dibungkus jika beli di luar rumah, membiasakan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, membiasakan mencuci buah atau sayur yang hendak
dikonsumsi menggunakan sabun khusus pencuci buah dan sayur, dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA

Padila, 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rampengan, 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga
Carpenito, 2007. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi IX. Alih
Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Editor: Eka Anisa Mardella, Meining
Issuryanti. Jakarta: EGC.
Doenges, Maryllin. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih Bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Manjsoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.

Widodo Joko. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Zulkoni Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sudoyo. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publising.

Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Muttaqin Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2011. Demam Typhoid di Jawa Tengah. Diunduh
dari http://www. Profil Kesehatan Jawa
Tengah.go.id/dokumen/profil 2011/htn.

Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus Hipertensi dalam
rentang waktu tahun 2011 – 2012. Didapat pada 9 Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai