THYPUS ABDOMINALIS
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Typoid
Abdominalis”.Tidak lupa kami juga banyak terimakasih atas bantuan dari semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang sudah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Surakarta,
Penulis
i
Daftar isiII
ii
Analisa Data .......................................................................................................... 23
Diagnosa Keperawatan.......................................................................................... 24
Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 25
Implementasi Keperawatan ................................................................................... 26
Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................... 31
Saran ...................................................................................................................... 32
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella typhi
C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang
berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi
kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat
sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2009 )
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak
menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tidak
terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk
memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengendalkan hanya pada
tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu sebagian besar
dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya
para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasi dana
kesehatan yang lebih menekankan pada segi preventif dari pada kuratif. ( Muttaqin
Arif, 2011 )
Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012 WHO
mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang meninggal.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah maupun sekolah akan
tetapi tidak menutup kemugkinan juga menyerang orang dewasa. Demam Typhoid
atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik
di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kualitas kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh,
kebersihan tempat-tempat umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat. Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah
kasus di rumah sakit besar di Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. ( Sudoyo, 2006 )
Kasus tertinggi Demam typhoid adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.973
kasus (48,33%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus demam typoid di
kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah. Dibandingkan jumlah kasus keseluruhan
PTM lain di Kota Semarang sebesar 3,19%. Sedangkan kasus tertinggi kedua
adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164 kasus (14,25%) dan apabila dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar
10,99%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Semarang yaitu 4 kasus
(0,01%). Rata-rata kasus Demam typhoid di Jawa Tengah adalah 635,60 kasus. (
Dinkes Jateng, 2011)
Sedangkan kasus Demam Typhoid di RS PKU Muhammadiyah Surakarta
periode 1 januari 2011 sampai dengan 30 april 2012 sejumlah 1.007 kasus. Dalam
periode ini kasus demam typhoid di RS PKU Muhammadiyah Surakarta masuk
sepuluh besar dalam tindakan medis. Masalah yang timbul pada pasien
demam typhoid yaitu kemungkinan pada usus halus anatara lain, perdarahan usus,
perforasi usus. Prioritas pada luar usus antara lain, bronkopnemonia, typhoid
ensefalopati, miningitis. Komplikasi yang berat dapat menyebabkan kematian pada
penderita demam typhoid.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Thypus Abdominalis ?
2. Apa penyebab dari Thypus Abdominalis ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Thypus Abdominalis ?
4. Bagaimana patofisiologi Thypus Abdominalis ?
5. Bagaimana path way dari Thypus Abdominalis ?
6. Apa komplikasi dari Thypus Abdominalis ?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari Thypus Abdominalis ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Thypus Abdominalis ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Definisi dari Thypus Abdominalis.
2. Untuk mengetahui penyebab dari Thypus Abdominalis.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Thypus Abdominalis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Thypus Abdominalis.
5. Untuk mengetahi path way dari Thypus Abdominalis.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Thypus Abdominalis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Thypus Abdominalis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan bagi pasien Thypus Abdominalis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jadi, Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu disertai
dengan gangguan pencernaan bahkan sampai gangguan kesadaran.
2. Penyebab
Penyakit Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,
(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus
menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri ini. Salmonella Thyposa sebagai suatu spesies, termasuk
dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma
proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus
Salmonella. Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang kurangnya tiga macam
antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida),
antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein membrane). Dalam serum
penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen tersebut
(Zulkhoni, 2011).
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-
lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. ( Widodo Djoko, 2009 )
4. Patofisiologi
Limpa
Tukak
Hipertermi
Splenomegaly
Perdarahan dan
Perforasi
Resiko Defisit
Lambung tertekan
Volume Cairan
Nyeri Raba
Mual
Anoreksia
Perubahan Nutrisi
(Zulkoni,2011)
6. Komplikasi
Menurut Padila (2013), komplikasi pada penyakit typhus abdominalis adalah
sebagai berikut :
a. komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Illius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi, miokarditis,
trombosis, tromboplebitis
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, syndroma
uremia hemolitik
Komplikasi pada hepar dan kandung kemih : hepatitis, kolesititis
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis
Komplikasi pada tulang : osteomiyelitis, osteoporosis, spondilitis, dan
arthritis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak spesifik. Hitung
leukosit yang rendah sering berhubungan dengan demam dan toksisitas
penyakit, namun kisaran jumlah leukosit bisa lebar. Pada anak yang lebih
muda keukosit bisa mencapai 20.000-25.000/mm3. Trombositopenia dapat
merupakan marker penyakit berat dan disertai dengan koagulasi
intravaskular diseminata. Pemeriksaan fungsi hati dapat berubah, namun
gangguan hati yang bermakna jarang ditemukan.
b. Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O dan H
S. typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Pemeriksaan Widal
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah dan penggunaannya
sebagai satusatunya pemeriksaan penunjang di daerah endemis dapat
mengakibatkan overdiagnosis. Kadar aglutinin tersebut diukur dengan
menggunakan pengenceran serum berulang. Pada umumnya antibodi O
meningkat di hari ke-6-8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak awal penyakit.
d. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. typhi hanya
membutuhkan waktu kurang dari 8 jam dan memiliki sensitivitas yang
tinggi sehingga lebih unggul dibanding pemeriksaan biakan darah biasa
yang membutuhkan waktu 5-7 hari. In-flagelin PCR terhadap S. typhi
memiliki sensitivitas 93,58% dan spesifisitas 87,9%. Pemeriksaan nested
polymerase chain reaction(PCR) menggunakan primer H1-d dapat
digunakan untuk mengamplifikasi gen spesifik S. typhi dari darah pasien
dan merupakan pemeriksaan diagnostik cepat yang menjanjikan.
Pemeriksaan nested PCR terhadap gen flagelin (fliC) dari S. typhi dapat
dideteksi dari spesimen urin 21/22 (95.5%), dikuti dari spesimen darah
20/22 (90%), dan tinja 15/22 (68.1%).
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian menurut ( Carpenito, 2007 ), yaitu tahap pertama proses
keperawatan yang meliputi pengumpulan data secara sistematis dan cermat
untuk menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat kesehatan
masa lalu, serta menentukan status fungsional serta mengevaluasi pola
koping klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan
cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, peninjauan catatan dan
laporan diagnostik, kolaborasi dengan rekan sejawat.
c. Intervensi Keperawatan
Kriterian Hasil :
Intervensi :
Beri diit dalam porsi hangat, porsi kecil tapi sering, lunak
Intervensi :
d. Implementasi Keperawatan
melakukan kompres hangat pada aksila dan lipatan paha sesuai dengan
penulis.
e. Evaluasi Keperawatan
intervensi yang telah ada, seperti mengkaji tanda – tanda vital pasien
dosis.
jam, hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan ini adalah pasien sudah
mau makan habis ½ porsi yang disediakan di Rumah sakit. Data yang
dengan perawat ruang sofa bahwa agar masalah yang ada pada pasien
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 8 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
No. RM : 1518171910
2) Ibu
Nama : Ny . S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :Penanggungan, Pengadon, Kendal
Hub. Dengan Pasien : Ibu Kandung
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan panas didahului oleh
sakit kepala,mual,muntah dan tidak nafsu makan seminggu sebelum
masuk RS.
Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan panas
naik setelah sejak 3 hari sebelum masuk RS.
Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan panas naik turun selama
1 minggu
Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan panas
cenderung bertambah ketika malam hari dan naik turun 3 hari
sebelum masuk RS.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak
mengatakan upaya untuk mengatasi panas adalah dengan istirahat
dan minum obat panas ( paracetamol ).
Keluhan lain saat pengkajian : Orang tua anak juga mengatakan
panas disertai mual,muntah dan sakit kepala.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan,
debu, dan lain-lain.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan penyakit
menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-
lain.
2. BAK
Pola BAK Sebelum Sakit Selama Sakit
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
I. Pemeriksaan Fisik
Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketombe, bersih.
Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
Telinga : DBN
Kuku : Kuku pucat dan sedikit sianosis
Hidung : normal,bersih
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
Thorak /paru
- Inspek : RR : 20x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (-), takipnea
(-),dispnea (-),pernapasan normal dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus normal
- Perkusi : sonor
- Auskultrasi : vasiculer
Vaskular periper : akral panas, capilarry repille kembali dalam 4 detik
3. Analisa Data
Nama : An. T No.CM : 1518171910
Umur : 8 th Diagnosa Medis : Demam Thypoid
No Tanggal/ Data Fokus Problem Etiologi Ttd
Jam
1 12 mei DS : hipertermi Peningkatan
2017 Ibu pasien mengatakan laju
metabolism
08.00 anak panas naik turun
DO :
Akral teraba panas
Klien Nampak
pucat
Mukosa bibir
kering
Turgor kulit jelek
RR = 20 x/menit
N = 80 x/menit
S = 390C
2
DS : Ketidakseimban Anoreksia
gan nutrisi (Mual)
Ibu pasien mengatakan
pasien tidak mau makan kurang dari t
kebutuhan tubuh u
dan muntah
b
u
DO : h
.
KU = Lemah
Mukosa bibir
kering
Muntah
Turgor kulit jelek
B. Diagnose Keperawatan
1. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolism
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,mual
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Meningkatkan DS : Pasien
09.30 1&2
konsumsi oral, mengatakanhanya habis
mendorong konsumsi ¼ porsi makan dan
cairan makan terasa hambar
DO : Pasien tampak
mendapatkan makanan
dari rumah sakit
DS : pasien mengatakan
sakit saat obat
dimasukkan ketubuhnya
DO : pasien tampak
menahan sakit
E. Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An.T selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian secara umum ditemukan kendala yang berati, pada An.T
dengan, badan panas, suhu tubuh 39°C, akral hangat, mual setelah makan,
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul dua diagnosa pada
3. Intervensi yang muncul pada diagnosa pertama; kaji vital sign 2-3 jam,
diagnosa kedua; kaji pola makan pasien, anjurkan pasien makan sedikit tapi
pasien. Diagnosa pertama; mengkaji vital sign 2-3 jam, menganjurkan untuk
menggunakan pakaian yang tipis, menganjurkan tirah baring, diagnosa kedua;
mengkaji pola makan pasien, menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering,
hari pertama masalah hipertermi teratasi pada An.T dengan demam typhoid di
B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka saya dapat memberikan saran
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, memakan makanan yang dalam
keadaan dibungkus jika beli di luar rumah, membiasakan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan, membiasakan mencuci buah atau sayur yang hendak
dikonsumsi menggunakan sabun khusus pencuci buah dan sayur, dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
Widodo Joko. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2011. Demam Typhoid di Jawa Tengah. Diunduh
dari http://www. Profil Kesehatan Jawa
Tengah.go.id/dokumen/profil 2011/htn.
Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus Hipertensi dalam
rentang waktu tahun 2011 – 2012. Didapat pada 9 Mei 2012.