Anda di halaman 1dari 16

DRAF ANALISIS MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL & CARA

PENANGGULANGANNYA SERTA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


SNOWBALL THROWING

Analisis Materi Masalah- masalah Sosial dan cara penanggulangannya


No 5W+1H Penjelasan
Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial yang mempengaruhi
sejumlah besar orang yang memerlukan perbaikan segera dengan
sekumpulan tindakan-tindakan (Zastrow, 2000).
Masalah sosial adalah suatu situasi atau kondisi sosial yang
dievaluasi oleh orang-orang sebagai suatu situasi atau kondisi yang
tidak mengenakkan atau situasi problematic (Pincus & Minahan, 1975).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan unsur-unsur masalah sosial
yaitu:
1. Adanya suatu situasi atau kondisi sosial;
2. Adanya sekelompok orang yang mengevaluasi situasi atau
What : Apa kondisi sosial tersebut;
yang maksud 3. Adanya evaluasi terhadap situasi atau kondisi sosial tersebut
dengan sebagai tidak mengenakkan;
1.
masalah 4. Adanya alasan-alasan mengapa situasi atau kondisi tersebut
sosial? sebagai tidak mengenakkan.
Masalah sosial merupakan suatu fenomena yang mempunyai
berbagai dimensi. Karena, begitu banyaknya dimensi yang terkandung
didalamnya, mengakibatkan hal ini menjadi objek kajian, akan tetapi,
meskipun gejalan ini telah lama, sampai sekarang belum disepakati
berbagai pihak. Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu
kondidi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar masyarakat. Hal itu
disebabkan karena gejala tersebut erupakan kondisi yang tidak sesuai
dengan harapan atau tidak sesuai dengan nila, norma, dan standar sosial
yang berlaku.

Menurut Weinberg, masalah sosial atadalah situasi yang


dinyatakan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai oleh
warga masyarakat yang cukup signifikan, dimana mereka sepakat
dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut. Dari
definisi tersebut dapat diidentifikasi tiga unsur penting, yaitu:

1. suatu situasi yang dinyatakan;

2. warga masyarakat yang signifikan;

3. kebutuhan akan tindakan pemecahan masalah.

Dari unsur-unsur tadi dapat dikatakan bahwa agar dinyatakan


sebagai masalah sosial, suatu gejala harus didefinisikan dan
diidentifikasi sebagai masalah oleh masyarakat.

Definisi yang dirumuskan Weinberg ini lebih melihat keberadaam


masalah sosial sebagai hasil konstruksi sosial. Pada mulanya berawal
dari interpretasi individual yang bersifat subjektif, kemudian menjadi
interpretasi subjektif melalui interaksi sosial.

Who :
Siapa yang
merasakan
dampak
dari
2.
terjadinya
masalah
sosial?
M

When: Masalah sosial muncul dan terjadi karena perbedaan yang saling
Kapan bertentangan antara pihak satu dengan pihak lainnya ataupun nilai
3.
situasi dalam masyarakat dengan realita yang ada, seperti di negara kita
masalah masalah kebodohan, pengangguran, kemiskinan, kejahatan,pertikaian
sosial bisa serta kenakalan remaja.
terjadi? 1. Kebodohan
Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau
pendidikannya rendah. Di negara kita ternyata masih banyak orang
yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali.
Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf. Hal ini
antara lain disebabkan oleh kemalasan, biaya pendidikan yang tinggi
dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Kita mungkin beruntung
bisa menikmati bangku sekolah dengan mudah. Sekolahnya mudah
dijangkau dan fasilitasnya lengkap. Sebagian saudara-saudara kita ada
yang tidak bisa sekolah karena tidak punya biaya. Mereka bahkan harus
bekerja membantu orang tuanya agar tetap bisa makan. Ada pula
saudara kalian yang kesulitan untuk bisa sekolah karena tempatnya
yang jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Itupun
sekolahnya juga masih sangat sederhana. Fasilitasnya juga masihsangat
terbatas.
2. Pengangguran
Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak
mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak
karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan
pekerjaan. Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan
kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal itu
menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau
setidaknya mengurangi jumlah karyawannya. Kita bisa membayangkan
jika orang tua kita tidak lagi bekerja dan tidak punya penghasilan. Apa
yang akan terjadi?
Tentunya keluarga kita akan kesulitan memenuhi kebutuhan
hidup baik makan, pakaian, biaya sekolah serta kebutuhan yang
lainnya. Itulah sebabnya pengangguran dapat menimbulkan
permasalahan sosial lainnya. Seperti kemiskinan, kejahatan, perjudian,
kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.
3. Kemiskinan
Semakin banyak dan semakin lama orang menganggur menyebabkan
kemiskinan. Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak,
walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang miskin
tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang
dan papan. Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai permasalahan
sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus sekolah, kurang
gizi, rentan penyakit dan stress. Apa penyebab dari kemiskinan?
Kemiskinan bisa disebabkan oleh dua hal. Yakni dari dalam diri
seseorang (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal antara lain karena pendidikan yang rendah, tidak
memiliki keterampilan dan karena sifat malas. Sedangkan faktor
eksternal antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi negara yang
buruk, hargaharga melambung tinggi dan kurangnya perhatian
pemerintah.
4. Kejahatan
Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau perbuatan
yang melanggar hukum. Pengangguran dan kemiskinan dapat
menyebabkan tindak kejahatan. Jika tidak dilandasi keimanan dan akal
sehat, penganggur mengambil jalan pintas untuk mengatasi
kemiskinannya. Banyak cara keliru yang dijalani misalnya melakukan
judi, penipuan, pencurian, pencopetan, perampokan hingga pada
pembunuhan. Yang stress dan tidak kuat bisa kemudian minum-
minuman keras atau memakai narkoba. Namun ternyata kejahatan tidak
hanya karena miskin. Banyak orang-orang yang sebenarnya sudah
mapan hidupnya melakukan kejahatan. Salah satunya terkait korupsi.
Istilah korupsi sebenarnya tak jauh beda dengan mencuri. Yakni
mencuri sesuatu yang bukan haknya dengan cara-cara tertentu. Uang
atau barang yang telah dipercayakan untuk dikelola diambil untuk
kepentingan dirinya. Itulah korupsi. Contohnya adalah mengambil
sebagian dana yang mestinya untuk korban bencana alam. Korupsi
biasanya dilakukan oleh para pegawai dan pejabat. Perbuatan korupsi
kadang sulit diketahui karena pelakunya sangat pintar
menyembunyikan. Negara kita termasuk negara yang paling tinggi
tingkat korupsinya.
5. Pertikaian
Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah
paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan
sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip,
seseorang atau suatu barang. Pertikaian dapat terjadi di dalam suatu
keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak segera diselesaikan
bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan
korban jiwa. Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau
konflik menyebabkan suasana tidak aman dan nyaman. Pertikaian yang
terjadi di keluarga juga dapat menyebabkan suasana tidak tenang dan
tenteram.
6. Kenakalan remaja
Pernahkan kita melihat sekelompok anak remaja yang kebut-kebutan
di jalan? Bagaimana perasaan ketika ketika melihat hal itu? Kebut-
kebutan bagi mereka sendiri sangat berbahaya yakni dapat
menimbulkan kecelakaan. Di samping itu juga mengganggu dan
membahayakan orang lain. Kenakalan remaja dapat berbentuk lain
seperti coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan
yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab
kenakalan remaja antara lain sebagai berikut :
a. Kurangnya perhatian dari orang tua
b. Pengaruh lingkungan pergaulan
c. Kurang mantapnya kepribadian diri
d. Jauh dari kehidupan beragama
Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun di
perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu
berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat
nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sehingga tidak
Where :
heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi dan
Dimana
menolong.Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois,
masalah
4. individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan
sosial dapat
semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di
terjadi?
wilayah tersebut. Saat ini di negara kita masih banyak kita jumpai
permasalahan sosial, antara lain sebagai berikut: kebodohan,
pengangguran, kemiskinan, kejahatan, pertikaian, dan kenakalan
remaja.

Masalah sosial bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya:


4 faktor masalah sosial
Why : 1. Faktor ekonomi
Mengapa (kemiskinan, pengangguran dan lain-lain);

5. masalah sosial 2. Faktor budaya


terjadi? ( perceraian, kenakalan remaja dan lain-lain);
3. Faktor biologis
(penyakit menular, keracunan makanan dan lain-lain);

How : Tahap-Tahap Penanganan Masalah Sosial


Bagaimana Masalah sosial adalah sebuah gejala atau fenomena yang muncul dalam
tahap- tahap realitas kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan keseharian
penanganan fenomena tersebut hasir bersamaan dengan fenomena sosial yang lain,

6. masalah sosial oleh sebab itu untuk dapat memahaminya sebagai masalah sosial, dan
dan cara membedakannya dengan fenomena yang lain dibutuhkan suatu
untuk identifikasi. Disamping itu, pada dasarnya, fenomena tersebut merupakan
menanggulan kondisi yang tidakdikehendaki, oleh karenanya wajar kalau kemudian
gi masalah selalu mendorong adanya usaha untuk mengubahdan memperbaikinya.
sosial yang Agar lebih berdayaguna, upaya untuk melakukan perubahan dan
terjadi perbaikan tersbut perlu dilandasi oleh analisis untuk memperoleh
dimasyarakat pemahaman tentang konsidi dan latar belakang gejala yang disebut
? masalah sosial tadi. Maka dilihat dari proses untuk melakukan studi
masalah sosial maupun proses untuk melkukan upaya penanganan
masalahnya dikenal adanya tiga tahap yaitu identifikasi, diagnosis, dan
treatment.

a. Tahap Identifikasi

Masalah sosial dianggap sebagai sebagai kondisi yang tidak


diinginkan karena dapat membawa kerugian baik secara fisik maupun
non fisik pada individu, kelompok, maupun masyarakat
secaraseseluruhan, atau dapat juga merupakan kondidi yang dianggap
bertentangan dengan nilai, norma, atau standar sosia yang yang
disepakati. Walaupun demikian keberadaannya sering tidak cepat
disadari atau disadari secara lambat. Hal itu disebabkan karena fenomena
masalah sosial hadir di tengah fenomena lain dalam keidupan
masyarakat, sehingga apabla tidak dilihat secara teliti terkesan sebgai
fenomen ayang normal. Oleh sebab itu dibutuhkan kepekaan dalam
mengenali dan memisahkannya dari fenomena yang lain.

Dalam maslah studi masalah sosial terdapat beberapa kriteria yang


sering digunakan untuk melakukan identifikasi awal guna mengetahui
apakah dalam suatu masyarakat terkandung fenomena yang disebut
masalah sosial ataukah tidak. Dari beberapa kriteria yang digunakan
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu ukuran objektif dan
subjektif (Raab and Selznick, 1964). Ukuran objek merupakan instrumen
mengetahui keberadaan gejala masalah sosial dalam masyarakat dengan
parameter yang dianggap naku dengan menmanfaatkan data yang ada
termasukangka-angka statistik. Menurut cara ini keberadaan masalah
sosialdilihat dari data tentang gejala yang ada, salah satunya dari
tampilan angka dalam statistik dengan berbagai hal yang dianggap terkait
dengan masalah sosial. Guna memberikan pedoman yang lebih
operasioanl untuk mengethaui keberadaan masalah sosial dalam
mayarakat atau lokasi tertentu dengan menggunakan ukuran objektif ini,
dikenal adanya indikator masalah. Beberapa diantaranya adalah indikator
sederhana, indikator kependudukan, indikator berganda, indikator jarak
sosial dan indikator partisipasi sosial.

Indikator sederhana adalah identifikasi masalah sosial dengan


memanfatkan angka statistik yang tersedia bagidaerah tertentu seperti
monografi, kabupaten atau provinsi dalam angka. Sudah tentu tidak
semua angka dalam statistik daerah tersebut dapat digunakan, melainkan
angka-angka terkait dengan gejala masalah sosial seperti angka
riminalitas, angka perceraian, angka pengangguran, angka kemiskinan.
Dalam rangkan memanfaatkan dara statistik tersebut tersebut, kemudian
dikenal konsep insidensi dan prevalensi. Insidensi menggambarkan
jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu tertentu dalam masyarakat
tertentu. Sebagai contoh misalnya jumalh peristiw perampokn,
emerkosaan, aborsi dalam satu tahun. Prevalensi digunakan untuk
mengetahui jumlah penyandang masalah sosial didaerah tertentu
misalnya jumlah penjahat kambuhan, pecandu narkoba, wanita tuna
susila, penderita gangguan jiwa dan anak nakal.

Indikator kependudukan adalah cara melaukan identifikasi


masalah sosial khususnya dengan memanfaatkan data kependudukan
yang tersedia. Sebagai contoh adalah data yang menggambarkanpiramida
penduduk.

Indikator jarak sosial merupakan instrumen identifikasi


keberadaan masalah sosial dengan memanfaatkan data yang lebih
kualitatif. Indikator ini didasarkan pada suatu bahwa dalam masyarakat
yang harmonis hubungan antar warga dan antarkelompok verlangsung
karena adanya ikatansosial yang kokoh. Dalam masyarakat seperti itu
hubungan antarwarga cenderung bersifat kohesif, dengan implikasinya
dalam bentuk solidaritas dan ikatan saling percaya. Bahka apanika
masyaraknya heterogen sekalipun perbedaan dapat diatasi dengan penuh
toleransi. Kondisi yang demikian dapat ditandai dengan adanya jarak
sosial yang yang dekat antarwarga dan antarkelompok. Sebaliknya,
apanila jarak sosial antarwarga dan antar kelompok mulai renggang, hal
itu dapat menjadi indikasi adanya masalah sosila dalam masyarakat yang
bersangkutan

Ukuran apapun yang dipakai dalam tahap identifikasi hasilnya akan


memberikan kesadarn tentang keberadaan masalah sosial. Identifikasi
yang dilakukan dengan benar akan mengubah sifat masalah yabg laten
menjadi menifest, sehingga akan mendorong upaya untuk melakukan
pemecahan masalahnya.

b. Tahap Diagnosis

Setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong


mnculnya respon dari masyarakat, berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalahnya. Disadari pula, agar upaya pemecahan masalah
mencapai hasil yang diharapkan, dibutuhkan pengenalan tentang sifat,
eskalasi dan latar belakang masalah yang disebut sebgai tahap diagnosis
untuk menentukan tindakan sebagai upaya pemecaham masalah. Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa upaya pemecahan masalah ynag
didasari oleh diagnosis diharapkan lebih tepat sasarn dan berpijak pada
realitas yang ada.

Eitzen (1987:12) membedakan adanya dua pendekatan yaitu person


blame approach dan system blame approach. Pendekatan pertama
mencari sumber masalah sosial pada level individu, sedangkan
pendekayan kedua beranggapan bahwa sumber masalah sosial ada pada
level sistem sehiongga dalam mendiagnosis masalah sumber kesalahan
dicari pada sistem level juga.

c. Tahap Treatment

Tindakan treatment atau upaya pemecahan masalah yang ideal


adalah apabils dapat mengahpus atau menghilangkan masalahnya dari
realitas kehidupan sosial. Walaupun demikian, untuk penanganan
masalah sosial, harapan ideal tersebut jarang atau sulit untuk
diwujudkan. Treatment tidak harus diartikan sebagai upaya untuk
menghilangkan msalah sosial, akan tetapi dalam banyak hal juga dapat
berupa usaha untuk mengurangi atau membatasi berkembangnya
masalah. Apabila suatu bentuk masalah sosial mengalami kecnderungan
meningkat tajam, kemudian upaya treatment berhasil menghambat laju
peningkatannya maka berarti telah ada usaha mengalami mengurangi
masalah sosial.

Bentuk treatment untuk mengurang masalah sosial diantaranya:

a. usaha rehabilitatif;

b. usaha preventif;

c. usaha developmental.

Cara Penanggulangan Masalah Sosial


1. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.
2. Tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral
dalam menghadapi persoalan sosial.
3. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain
ikut memberikan beasiswa.
4. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Sosial Masyarakat
(LSM) membantu dalam berbagai bidang dimulai dengan
penyuluhan
sampai bantuan berupa materi.
5. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF, dan WHO
memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi
masalah sosial.
6. Para dermawan yang secara pribadi banyak memberi bantuan
kepada masyarakat sekitarnya berupa materi.
7. Organisasi pemuda seperti karang taruna yang mendidik dan
mengarahkan para remaja putus sekolah dan pemuda untuk berkarya
dan berusaha mengatasi pengangguran.
8. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan
memberikan berbagai penyuluhan.

Selain cara-cara tersebut di atas, pemerintah juga menggalakkan


berbagai program untuk mengatasi masalah sosial antara lain:
1. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
2. BOS diberikan kepada siswa-siswa sekolah mulai dari sekolah dasar
sampai tingkat SLTA. Tujuannya untuk meringankan biaya
pendidikan.
3. Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
4. BLT diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan
sebagai dana kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM).
5. Pemberian Kartu Askes
6. Bagi keluarga miskin pemerintah memberikan kartu Askes untuk
berobat ke puskesmas atau rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya
ringan atau gratis.
7. Pemberian Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin)
8. Pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan
harga yang sangat murah.
Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
No 5W+1H Penjelasan
Model pembelajaran Kooperatif adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
belajar dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang
atau lebih untuk keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (
Karli 2004:48 ), sedangkan pendekatan cooperative learning tipe
snowball Throwing adalah pembelajaran dengan siswa dibentuk
menjadi beberapa kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk
mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola ( kertas pertanyaan ) lalu
dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan
What : Apa
dari bola yang diperoleh ( Suprijono, 2009 : 128 ).
yang
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan
dimaksudkan
throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan
model
1. dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball
pembelajaran
Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang
kooperatif
dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk
tipe snowball
dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran
throwing ?
( active learning ) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan
siswa. Peran guru hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topic
pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya
pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu model
pembelajaran aktif ( active learning ) pada hakikatnya mengarahkan
atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
Pembelajaran snowball throwing melatih siswa untuk lebih
tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini
adalah berupa pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa.
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pemeblajaran snowball throwing adalah pemeblajaran secara
berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana
setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada
kelompokyang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan
yang diperoleh harus dijawab oleh masing-masing individu dengan cara
berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas.

Model pembelajaran kooperatif learning tipe snowball throwing


ini, jika dilihat dari psikologi anak usia Sekolah Dasar ( SD ) yang
dikemukakan oleh syamsudin ( 2005 : 113 ) yakni bahwa “ tugas-tugas
perkembangan masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah dimana salah
satunya adalah mencapai kebebasan pribadi yang didalamnya
Who : Siapa
kebebasan tersebut adalah kebebasan berpendapat maupun bertanya ,
yang terlibat
model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini diharapkan
dalam model
2. membantu memenuhi tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak
pembelajaran
akhir dan sekolah. Dimana setiap siswa diberikan kesempatan untuk
ini ?
bertanya , dari mereka yang sering mengungkapkan pendapat dan
mengajukan pertanyaan sampai dengan siswa yang enggan berbicara
pada saat pembelajaran berlangsung. Selain memenuhi tugas
perkembangan, penerapan model ini sesuai pula dengan kebutuhan
operasional konkretnya.

Keberhasilan belajar pada model ini tidak hanya ditentukan oleh


Where :
kemampuan individu, melainkan kelompok kecil yang terstruktur
Dimana
dengan baik. Dimana model pembelajaran tipe snowball throwing
model
menunjukkan pada masing- masing anggota kelompok memiliki
pembelajaran
3. tanggung jawab atas hasil yang dilakukan oleh kelompoknya. Tipe
tipe snowball
snowball throwing ini diterapkan agar setiap individu atau siswa dapat
throwing
mengungkapkan pendapat maupun pertanyaan untuk diajukan ke teman
digunakan ?
lainnya. Karena langkah-langkah dari tipe Snowball Throwing adalah
setiap siswa mengungkap pendapatnya atau pertanyaan di kelompok
masing-masing yang nantinya akan diberikan pertanyaan tersebut pada
teman atau kelompok lainnya, kemudian akan dijawab atau diberikan
pendapatnya oleh kelompok yang mendapat kan pertanyaan tersebut .
Pertanyaan tersebut ditulis dikertas dan dibentuk seperti bola salju yang
dilemparkan kepada teman lainnya.

Cooperative learning tipe snowball throwing ini dalam


pembelajarannya siswa terlibat secara langsung ketika konsep masalah
When : social menggambarkan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan
Kapan model kehidupan nyata. Hal ini dikemukakan oleh Syamsudin ( 2005 : 103 ),
pembelajaran yaitu “ perilaku kognitif yang tampak pada periode ini adalah
kooperatif kemampuannya dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-
4.
tipe snowball kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat
throwing konkret. Dari kutipan diatas, jelas bahwa siswa SD mulai menggunakan
digunakan ? kaidah logikannya walaupun masih melihat pada objek yang nyata, atau
situasi yang terlihat secara langsung olehnya bahkan siswa tersebut bisa
merasakan hal itu secara langsung.

“Manusia pada hakikatnya adalah makhluk social yaitu manusia


Why
tidak dapat hidup sendiri , dimana adanya dorongan untuk berinteraksi
:Mengapa
dengan orang lain” ( Effendi, 20007 : 31 ). Berdasarkan hasil
model
pengamatan pada permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa
pembelajaran
terutama dengan hasil belajar siswa pada konsep masalah social hanya
tipe
33% dari 30 siswa atau setara dengan 10 orang siswa yang hasil
snowballing
5. belajarnya mencapai angka 50, sehingga dalam proses pembelajaran
dapat
tidak terdapat interaksi yang bermakna ( Novi Susanti, 2013 ). Hal ini
diterapkan
menyebabkan siswa kurang tertarik pada metode pembelajaran yang
pada materi
digunakan oleh guru salah satu faktor penyebabnya ialah kurang
masalah
tepatnya penggunaan pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh
social ?
guru terutama pada konsep masalah sosial.
Upaya yang harus digunakan demi terciptanya kepercayaan diri dalam
diri siswa baik dalam betanya maupun mengemukakan pendapatnya
diharapkan guru harus membuat dan melkaukan sintaks-sintaks dalam
model pembelajaran ini diantaranya:
Langkah-langkah pemeblajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing
menurut Suprijono ( 2010:51 ) yaitu sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan materi yang disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
How :
masing kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
Bagaimana
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya,
upaya
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
meningkatkan
kepada temannya.
aktivitas
4. Masing –masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk
siswa pada
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
konsep
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
masalah
6. 5. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
social melalui
dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama ( 15 menit )
penerapan
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan
model
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
cooperative
tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara
learning tipe
bergantian
snowball
7. Evaluasi
throwing?
8. Penutup

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan langkah – langkah


pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan,
dan KD yang ingin dicapai
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya,
kemudian menjelaskan materi kembali yang telah
disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas
kerja, untuk menliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut di buat
seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selam 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian. Ketika menjawab pertanyaan tersebut siswa
diminta untuk berdiri dari tempat duduknya atau maju
kehadapan teman-temannya di kelas untuk menjawab
pertanyaan yang mereka dapatkan.
7. Evaluasi
8. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

Soetomo. 2010. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta. Oustaka Belajar. Pustaka
Belajar.

Anda mungkin juga menyukai