Anda di halaman 1dari 4

Fatwa Ulama: Hukum Rekreasi Ke

Tempat Peribadatan Kaum Musyrikin


Yulian Purnama 23 July 2016 0 Comments

Fatwa Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak

Soal:

Saya bercerita kepada sahabat saya tentang keadaan para pemuda


yang mereka masuk ke tempat-tempat peribadatan orang Budha.
Dan pengurus tempat peribadatan tersebut meminta mereka untuk
menjaga tempat ibadah tersebut dan meminta uang dari mereka
untuk berhala. Saya menceritakan demikian semata-mata
mengingatkan tentang apa yang terjadi di tengah para pemuda kita.
Lalu dia mengatakan, “jika saya dalam posisi mereka, saya tetap
akan memberikan uang masuk tersebut sehingga mereka tidak
memerangi saya“. Lalu saya pun terheran, dan saya katakan
kepadanya, “apakah engkau ingin berbuat syirik kepada Allah?“. Ia
lalu menjawab, “ini karena keadaan terpaksa dan karena darah
seorang muslim itu tidak ringan, apakah ingin diperangi gara-gara
tidak memberi 1/4 real?“. Lalu saya sampaikan kepadanya hadits
tentang orang yang memberikan kurban seekor lalat kepada selain
Allah, ia malah menyanggah, “apakah kamu ingin mengkafirkan
saya?“.

Salah satu teman saya yang lain juga mengatakan bahwa ia pernah
masuk ke tempat peribadatan orang Budha dan dikenai biaya masuk
dengan jumlah tertentu. Apa pendapat anda wahai Syaikh mengenai
hal ini dan bagaimana membantah mereka?
Jawab:

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga selalu


terlimpah kepada Rasulullah.ِ Amma ba’du.

Tempat peribadatan orang kafir tidak terlepas dari pemandangan-


pemandangan yang merupakan praktek kesyirikan, baik berupa
perkataan, perbuatan, dan simbol-simbol seperti gambar-gambar
syirik dan juga patung berhala. Maka tidak boleh masuk ke sana
dalam rangka sekedar melihat-lihat dan jalan-jalan. Karena semua
ini termasuk az zuur yang disebutkan dalam firman Allah:

‫ور َوإِذَا َم ُّروا بِاللَّ ْغ ِو َم ُّروا ِك َراما‬ ُّ َ‫َوالَّذِينَ ال يَ ْش َهدُون‬


َ ‫الز‬

“(hamba Ar Rahman yang sejati adalah) orang-orang yang tidak


menyaksikan az zuur. Jika mereka menemuinya, mereka
melewatinya dengan wibawa dan mulia” (QS. Al Furqan: 72).

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫غي َْر ُم ْش ِر ِكينَ بِ ِه‬


َ ِ‫ور ُحنَفَا َء ِ ََّلِل‬
ِ ‫الز‬ ِ َ ‫س ِمنَ ْاْل َ ْوث‬
ُّ ‫ان َوا ْجتَنِب ُوا قَ ْو َل‬ ِّ ِ ‫فَا ْجتَنِب ُوا‬
َ ‫الر ْج‬

“maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah


perkataan-perkataan az zuur. dengan ikhlas kepada Allah, tidak
mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS. Al Hajj: 30-31).

Bagaimana mungkin seorang Muslim jiwanya menjadi rileks/senang


dengan memasuki tempat-tempat seperti ini yang di dalamnya
terdapat orang-orang yang bermaksiat kepada Allah dan berbuat
syirik kepada Allah dan merendahkan Allah. Bagaimana mungkin ia
tidak marah karena Allah? Atau marah karena belum sanggup untuk
mengubah dan mengingkari kemungkaran tersebut? Dan telah
maklum bahwa orang-orang yang masuk ke tempat tersebut untuk
rekreasi mereka tidak ada gairah untuk berdakwah dan mengingkari
kemungkaran. Bahkan mereka bersikap dingin saja. Lemah sekali
rasa berlepas diri mereka terhadap kaum Musyrikin dan kesyirikan.
Dan mereka tidak menjadikan Nabi Ibrahim dan orang-orang yang
mengikutinya sebagai teladan mereka. Allah Ta’ala berfirman:

َ‫يم َوالَّذِينَ َمعَهُ إِ ْذ قَالُوا ِلقَ ْو ِم ِه ْم إِنَّا بُر َءآؤاْ ِم ْن ُك ْم َو ِم َّما ت َ ْعبُدُون‬ َ ‫سنَةٌ فِي إِب َْرا ِه‬ َ ‫َت لَ ُك ْم أُس َْوة ٌ َح‬ ْ ‫قَ ْد َكان‬
َّ ِ‫ضا ُء أَبَدا َحتَّى تُؤْ ِمنُوا ب‬
ُ ‫اَلِلِ َو ْح َده‬ َ ْ‫َّللاِ َكفَ ْرنَا بِ ُك ْم َوبَ َدا بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ُم ْالعَ َد َاوة ُ َو ْالبَغ‬ ِ ‫ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada


Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah,
kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja”” (QS. Al Mumtahanah: 4).

Dan para ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat di


gereja Nasrani. Jumhur ulama berpendapat hukumnya tidak sah
shalat di sana. Sebagian ulama ada yang membolehkan dengan
syarat tidak ada gambar-gambar. Namun secara umum gereja itu
tidak lepas dari adanya gambar-gambar orang-orang yang mereka
agungkan dan gambar sesembahan-sesembahan mereka yang
disalib dan yang lainnya.

Maka wajib bagi seorang Muslim untuk bertaqwa kepada Allah dan
mencukupkan diri untuk melakukan rekreasi dan jalan-jalan pada
perkara-perkara yang Allah bolehkan. Itu sangat cukup dan banyak
sehingga kita tidak butuh pada sarana rekreasi yang haram. Inilah
yang membedakan seorang Muslim dengan pemeluk agama lain
dan ini juga akan semakin mengokohkan predikat Islam pada
dirinya.

Demikian, semoga shalawat senantiasa terlimpah atas Nabi kita


Muhammad serta keluarganya.

***

Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/37101

Penerjemah: Yulian Purnama

Artikel Muslim.or.d

Anda mungkin juga menyukai