Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit DM meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya
usia,diperkirakan pada tahun 2015 di seluruh dunia terdapat 415 juta dewasa
menderitaDM , serta estimasi penyandang DM diseluruh dunia pada tahun
2040 meningkatsebanyak 645 juta. Dari total jumlah penyandang DM di
dunia, negara Indonesiamasuk dalam urutan ke 7 yaitu sebanyak 8,7-10,9 juta
jiwa pada tahun 2015, sertaestimasi pada tahun 2040 penderita DM di
Indonesia meningkat menjadi 14,3-17,7juta jiwa.1 Lebih dari 10,9 juta DM
berusia 65 tahun, dan diprediksi pada tahun2050 meningkat 55 % atau 26,7
juta lansia menderita DM, hal tersebut disebabkankarena kondisi penuaan
pada lansia yaitu terjadinya perubahan anatomi maupunfisiologis yang sangat
cepat pada lansia DM dan ditambah kondisi komordibitasserta sindrom
geriatrik yang dialami lansia DM.2,3,4.
Salah satu perubahan fisiologis pada lansia DMJumlah penderita diabetes
mellitus menurut data WHO (World Health Organization), Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Setelah india (31,7 juta jiwa), China
(20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) (Darmono, 2007).
Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia
meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 % yang sadar
mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat
teratur. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi dimasyarakat
tentang diabetes terutama gejala-gejalanya (ADA, 2007). Berdasarkan
laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi diabetes militus tergantung
insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 0,16%, mengalami
peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar 0,09%.
Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%. Sementara itu
prevalensi diabetes melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2011 sebesar 0,09%, mengalami peningkatan bila dibandingkan
prevalensi tahun 2010 sebesar 0,08%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota

1
Semarang sebesar 0,97%. Sedangkan prevalensi kasus DM tidak tergantung
insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari 0,70%
menjadi 0,63% pada tahun 2011. Prevalensi tertinggi adalah di Kota
Magelang sebesar 7,99% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2011).
Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai
kecenderungan 2 kali lebih mudah mengalami trombosis serebral, 2 kali
terjadi penyakit jantung koroner, 17 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 50
kali menderita ulkus diabetika. Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri
atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%,
retinopati 10%, dan nefropati 7,1% (Waspadji, 2006). Penderita DM berisiko
29 kali terjadi komplikasi ulkus diabetika.Ulkus diabetika merupakan luka
terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati
sehingga terjadi insusifiensi vaskuler dan neuropati.Ulkus diabetika mudah
berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya
gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan
kuman (Waspadji, 2006).
B. Rumusan Masalah
a. Apakah definisi senam kaki diabetes?
b. Apakah tujuan senam kaki diabetes?
c. Apakah indikasi dan kontraindikasi senam kaki diabetes?
d. Apa sajakah hal-hal yang harus dikaji sebelum senam kaki diabetes?
e. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan senam kaki diabetes?
f. Apa sajakah hal-hal yang harus dievaluasi setelah senam kaki diabetes?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memahami dan memperagakan kembali senam kaki pada pasien
penderita diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi senam kaki diabetes?
b. Untuk mengetahui tujuan senam kaki diabetes?
c. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi senam kaki diabetes?

2
d. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dikaji sebelum senam kaki
diabetes?
e. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan senam kaki diabetes?
f. Untuk mengetahuihal-hal yang harus dievaluasi setelah senam kaki
diabetes?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki. Ada 3 alasan mengapa orang
dengan diabates lebih tinggi resikonya mengalami masalah kaki yaitu:
Sirkulasi darah kaki dari tungkai yang menurun (gangguan pembuluh darah)
Berkurangnya perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf) Berkurangnya daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Suryanto, 2009)
Senam diabetes merupakan senam low impact dan ritmis yang telah
dilaksanakan sejak tahun 1997 di klub-klub diabetes di Indonesia (Santoso,
2006).Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas sedang (60-70%
MHR), durasi 30 menit dengan frekuensi 3-5 kali per-minggu (ADA, 2006).
Senam diabetes ditujukan khusus kepada penderita DM dimana gerakan
menyenangkan dan tidak membosankan serta dapat diikuti oleh semua
kelompok umur ( Rachmawati, 2010).
Senam diabetes dibuat oleh tim ahli yang terdiri atas tiga dokter
(spesialis rehabilitasi medis, spesialis penyakit dalam, spesialis olahraga
kesehatan), ahli gizi, dan pelatih sanggar senam. Senam diabetes merupakan
senam aerobic low impact dan ritmis dengan gerakan menyenangkan, tidak
membosankan dan dapat diikuti semua kelompok umur sehingga menarik
antusiasme kelompok dalam klub-klub diabetes (Tandra, 2007). Senam
diabetes merupakan gerakan senam yang penekanannya pada gerakan ritmik
otot, sendi, vaskular dan saraf dalam bentuk peregangan dan relaksasi
(Suryanto, 2009).

4
B. Tujuan Senam Kaki Diabetes
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah :
1. Memperbaiki sirkulasi darah : Senam kaki DM dapat menjadi salah satu
alternatif bagi pasien DM untuk meningkatkan aliran darah dan
memperlancar sirkulasi darah, hal ini membuat lebih banyak jala-jala
kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan
aktif. Kondisi ini akan mempermudah saraf menerima nutrisi dan
oksigen yang mana dapat meningkatkan fungsi saraf. Gerakan dalam
senam kaki DM tersebut seperti yang disampaikan dalam 3rd National
Diabetes Educators Training Camp tahun 2005 dapat membantu
memperbaiki sirkulasi darah di kaki, memperbaiki atau mempelancar
peredaran darah yang terhambat akibat kadar gula dalam darah yang
meningkat yang menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf dan
struktur internal.
2. Memperkuat otot-otot kecil : dapat memperkuat otot-otot kecil,
meningkatkan kekuatan otot betis dan paha (gastrocnemius, hamstring,
quadriceps), mengatasi keterbatasan gerak sendi, memperbaiki atau
memperkuat otot-otot pada betis dan paha. Dan juga latihan senam kaki
DM ini dapat membuat otot-otot di bagian yang bergerak berkontraksi.
Kontraksi otot ini akan menyebabkan terbukanya kanal ion,
menguntungkan ion positif dapat melewati pintu yg terbuka. Masuknya
ion positif itu mempermudah aliran penghantaran impuls saraf.
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Mengatasi keterbatasan gerak sendi.

C. Indikasi Dan Kontraindikasi


1. Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes
Mellitus dengan tipe 1 maupun 2.Namun sebaiknya diberikan sejak
pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan
pencegahan dini.

5
2. Kontraindikasi
a. Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri
dada.
b. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

D. Hal Yang Harus Dikaji Sebelum Senam Kaki Diabetes


1. Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien
2. Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan
3. Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada)
4. Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam
kaki tersebut
5. Kaji status emosi pasien (suasanan hati/ mood, motivasi)

E. Prosedur Pelaksanaan Senam Kaki Diabetes


1. Persiapan Alat: 2 kertas Koran, Kursi (jika tindakan dilakukan dalam
posisi duduk), tempat sampah.
2. Persiapan Klien: Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan
senam kaki
3. Persiapan lingkungan: Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien,
Jaga privacy pasien
4. Prosedur Pelaksanaan:
a. Perawat cuci tangan
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak
diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

6
Gambar 1. Pasien duduk di atas kursi
c. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali.

Gambar 2. Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas

7
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan
tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada
kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 3. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat

8
e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

Gambar 4. Ujung kaki diangkat ke atas

9
f. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 5. Jari-jari kaki di lantai

g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi
sebanyak 10 kali.
h. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut
dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali
kelantai.
i. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun
gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
j. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki
, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan
secara bergantian. Gerakan ini sama dengan posisi tidur.

10
Gambar 6. Kaki diluruskan dan diangkat
l. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan
hanya sekali saja.
 Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
 Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua
kaki
 Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua
kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
 Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

11
Gambar 7. Membentuk kertas Koran

F. Hal-hal yang Harus di Evaluasi Setelah Senam Kaki Diabetes


a. Pasien dapat menyebutkan kembali pengertian senam kaki
b. Pasien dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki
c. Pasien dapat memperagakkan sendiri teknik-teknik senam kaki secara
mandiri

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh
pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki yang memiliki tujuan memperbaiki
sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan
bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mengatasi
keterbatasan gerak sendi. Untuk itu penderita diabetes mellitus di anjurkan
untuk melakukan senam kaki.Peran kita sebagai perawat adalah membimbing
klien untuk melakukan senam kaki agar klien dapat melakukan senam kaki
secara mandiri.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC
Sumosardjuno. 1996. Manfaat dan macam olahraga bagi penderita diabetes
mellitus. Jakarta : EGC

14

Anda mungkin juga menyukai