Anda di halaman 1dari 19

ETIKA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK LANSIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. AANG INDARTONO A.B


2. ATOK PRIBADI
3. ISDIANTO
4. LUSY NUR MARDIANA
5. MASBUCHIN
6. MUHAMMAD SAIFUL RIZAL
7. RONDI HENRIANTO
8. SUYANTO
9. ZENSE M.S
10. WAHYU DWI KURNIAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

GENGGONG – PROBOLINGGO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufikdan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan
yang membahas tentang “Etika Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Lansia ”.
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa kemampuan
yang penulis miliki sangat terbatas, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyusun makalah mata kuliah ini dengan sebaik-baiknya,sehingga
penulis berharap ini dapat berguna bagi mahasiswa yang membacamakalah ini,
masyarakat pada umumnya serta bagi penulis sendiri padakhususnya.Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh darikesempurnaan. Oleh
karena itu dengan kerendahan hati segala kritik dan sarandari semua pihak yang
bersifat membangun akan penulis terima. Dan
akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penambahan i
lmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2


BAB IPENDAHULUAN ..................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 5
A. Definisi ............................................................................................ 5
B. Perkembangan Lansia ...................................................................... 9
C. Permasalahan pada Lansia .............................................................. 10
D. Sikap Perawat pada Lansia................................................................ 10
E. Prinsip Etika Keperawatan Lansia ...................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................ 12
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan pada lansia masih sangat terbatas, baik dari segi jenis
dan cakupannya. Sementara kebutuhan akan pelayanan keperawatan semakin
meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya jumlah lansia di
indonesia. Menurut depkes RI (1999) pada 2005-2010 jumlah lansia akan sama
dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh
jumlah penduduk bahkan dikatakan tahun 2020 jumlah lansia yang ada di
indonesia akan menjadi urutan 4 di dunia
Pada dasarnya,proses menua merupakan proses yang universal dan alami
namun demikian, pengalaman nyata yang terjadi berbeda-beda di pengaruhi
latar belakang keluarga, komunitas, agama, dan budaya.perawatan lansia
dilingkungan keluargalebih memungkinkan pada saat ini karena tipe keluarga
luas (extended famaly) lebih banyak di indonesia
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang ada pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?
5. Apa prinsip Etika keperawatan lansia?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar memperoleh informasi dan gambaran tentang asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
b. Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia
1.4 Manfaat
Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia,
menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan
keperawatan terhadap lansia di masa mendatang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Lanjut usia merupakan istilah lahap akhir dari proses penuaan dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut BKKBN ada 3 aspek yang
perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerusyang di tandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut
usia lebih di pandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak
orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua
sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Etika dalam keperawatan lansia merupakan pola perilaku harus dilakukan oleh
seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada usia lanjut

Asuhan keperawatan lansia mengadapi tantangan khusus karena perbedaan


fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif,
terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang kehilangan kemampuan merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu membuat keputusan yang
berkaitan dengan kebutuhan mereka.

1. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup
orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi
rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka
mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi
pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan
akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti
kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya
(3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat
atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi
profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan
harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui
akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani
maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat
untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut
setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan
tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi
dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat
pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia,
keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia
yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).

2. Teori–teori Proses
Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
a. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik
yang telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut
konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock”
didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada
beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
c. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
d. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori
akumulasi dari produk sisa”.
e. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
f. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
g. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
tubuh menjadi lemah dan sakit.
h. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
i. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh
lelah terpakai.
j. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas (
kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat
regenerasi.
k. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
l. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah
setelah sel- sel mati.

3. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia


Perubahan – perubahan fisik
a. Sel
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
3. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
4. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
5. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem pernafasan
1. Cepat menurunnya persarafan
2. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stres.
3.Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
4. Kurangnya sensitif pada sentuhan
c. Sistem Pendengaran
1. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan
atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50%
terjadi pada usia diatas 65 tahun.
2. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
d. Sistem penglihatan
1. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau
kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan
3. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap
4. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan
volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg,
diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
termostat, yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat
berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang
lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi
1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas silia
2. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman bernafas menurun.
3. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
4. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida
pada arteri tidak berganti
5. Kemampuan untuk batuk berkurang
6. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem gastrointestinal
1. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
2. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
3. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
5. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
6. Menciutnya ovari dan uterus
7. Atropi payudara
8. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
9. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
10. Selaut lendir menurun
i. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai
200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat,
vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 %
tahun
c. Atrofi vulva
j. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen
dan testosteron
k. Sistem kulit
1. Kulit keriput atau mengkerut
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik
3. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun.
4. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
5. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
6. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
7. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
8. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
l. Sistem muskoloskeletal
1. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
2. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
3. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
4. Persendian membesar dan kaku
5. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
6. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan
tremor.

B. Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengarahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan
dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin
mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang
lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan
aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan
fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-
sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri
mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa
cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek
dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan
perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada
yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini
melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada
masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih
aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang
panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan
daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka
sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.(Stanley &
Beare, 2006).

C. Permasalahan yang Timbul pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan
lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan
pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah
lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla
dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-
2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo,
1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik.
Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya
penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis
yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang,
kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru
berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di
dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan
tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ
reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi
menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya:
katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

D. Sikap Perawat terhadap Lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan
dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank
keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya
menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan
administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena
sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan
yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap
negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan
kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang
memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri
sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka
seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang
merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman
pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi
sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka
penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang
positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi
mereka.

E. Prinsip Etika Keperawatan Pada Kelompok Khusus


Yang harus menjadi prinsip dalam melaksanakan etika keperawatan pada
kelompok khusus haruslah mempertimbangkan :
1. Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar- besarnya bagi komunitas, artinya : ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian
2. Autonomi
Dalam keperawatan komunitas diberikan kebebasan untuk melakuakan
atau memilih alternatif yang terbaik yang disediakan untuk komunitas
3. Keadilan
Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas.
4. Tingkat pencegahan dalam etika keperawatan
Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan
yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan
dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat,
ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan
internal dan eksternal.
5. Intervensi keperawatan mencakup :
Pendidikan kesehatan / keperawatan komunitas.
Mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat dilakukan di
komunitas.
Intervensi keperawatan yang memerlukan keahlian perawat seperti :
melakukan konseling pada remaja, wanita, usila, pasangan yang akan
menikah, dll.
6. Kelompok – kelompok masyarakat yang terkoordinir
Perbaikan kesehatan lingkungan
Mencegah dan memberantas penyakit menular
Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau
perseorangan
Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu
wadah padaan pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu
menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat secara optimal
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan lansia mengadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat
kemampuan fungsional mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif,
terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang kehilangan kemampuan merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu membuat keputusan yang
berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Pembahasan definisi lansia, perkembangan lansia, permasalahan lansia,
sikap perawat terhadap lansia.
Prinsip Etika Keperawatan Pada Kelompok Khusus yang harus menjadi prinsip
dalam melaksanakan etika keperawatan pada kelompok khusus haruslah
mempertimbangkan :
1. Kemanfaatan
2. Autonomi
3. Keadilan
4. Tingkat pencegahan dalam etika keperawatan
5. Intervensi keperawatan
6. Kelompok – kelompok masyarakat yang terkoordinir

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i keperawatan, dapat menjalankan etika keperawatan lansia dengan
baik dan sesuai asuhan keperawatan lansia dengan benar dan tepat sehingga
dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha. Medika

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Aspiani, R. Y. (2014). “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi. NANDA, NIC dan
NOC”. Edisi 1; Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai