Anda di halaman 1dari 26

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Dosen: Dr. Oneng Noer Badriah, Mag

OLEH :
FERASINTA
2015980103

ROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA
2016
1. Dunia kedokteran modern berhasil menemukan rekayasa genetika seperti bayi
tabung dan cloning. Coba saudara jelaskan :
a. Bagaimanakah pandangan islam tentang bayi tabung? Apa argumentasinya?
b. Bagaimanakah hukum cloning?apa argumentasinya?
c. Apa hikmah di balik kemajuan dalam bidang rekayasa genetika bagi umat islam?
Jawaban :
a. Pandangan Islam tentang Bayi Tabung
Seperti yang diterangkan dalam surah QS. Al_Insyirah 5-6 bahwa Allah SWT
telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi termasuk kesulitan dalam bereproduksi.
Dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu biologi modern yang Allah
karuniakan kepada umat manusia supaya manusia sealu bersyukur dengan
menggunakannya sesuai kaedah ajarannya.
Bayi tabung atau inseminasi buatan adalah proses pembuahan tanpa melalui
senggama (sexual inercourse) yang merupakan suatu teknologi modern dalam bidang
kedokteran dan sains yang disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak beragama,
sehingga kedah dan ketentuan syariah dalam teknologi ini tidak sesuai dengan ajaran
agama dan norma yang berlaku di masyarakat.
Pandangan Islam terhadap bayi tabung termasuk masalah kontemporer ijtihadiah,
karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
bahkan dalam kajian fiqih sekalipun. Hukum bayi tabung pada manusia harus
diklasifikasikan dengan jelas. Jika sperma yang diambil dari suami dipasangkan dengan
ovum istri yang sah, kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus
istri yananng sah maka hukumnya diperbolehkan. Namun, jika ditanamkan pada wanita
lain atau donor sperma, maka jelas diharamkannya.
Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram bayi
tabung adalah :
1. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra:70 dan AT-Tin:4. Ayat-ayat tersebut
menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya.
Dalam hal ini bayi tabung dengan donor pada hakikatnya dapat merendahkan harkat
manusia sejajar dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan.
2. Hadits Nabi SAW yang mengatakan, “Tidak halal bagi seseorang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain
(istri orang lain).” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan dipandang Shahih oleh Ibnu
Hibban).
3. Dalil lain untuk syarat kehalalan bayi tabung bagi manusia harus berasal dari sperma
dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah kaidah hukum fiqih yang
mengatakan “Dar’ul mafsadah muqaddaam ‘ala jaibil mashlahah” (menghindari
mafsadah atau mudharat) harus didahulukan daripada mencari atau menarik
maslahaan/kebaikan
Hadist dan Ayat-Ayat Al-Quran yang Menjelaskan Tentang Haramnya Bayi
Tabung
Al-Isra ayat 36 :
‫ْس لَكَ ِب ِه‬ ُ ‫َو ََل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
‫ِع ْلم‬
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya“.

‫ت‬ ُ ْ‫ا َ ْل َحا َجةُ ت َِن ْْز ُل َم ْن ِزلَةَ الض َُّر ْو َر ِة َوالض َُّر ْو َرة ُ ت ُ ِب ْي ُح ْال َمح‬
ِ ‫ظ ْو َرا‬

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa.
Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang
terlarang”.
Dalil-dalil Syar’i yang dapat dijadikan sebagai landasan hukumnya adalah Al-
Qur’an Surat Al-Isra ayat 70

‫ض ا‬
‫يًل‬ ٍ ‫ت َوفَض َّْلنَا ُه ْم َعلَى َك ِث‬
ِ ‫ير ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا ت َ ْف‬ َّ ‫َولَقَدْ ك ََّر ْمنَا َب ِني آدَ َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم ِفي ْال َب ِ ِّر َو ْال َبحْ ِر َو َرزَ ْقنَا ُه ْم ِمنَ ال‬
ِ ‫ط ِِّي َبا‬ .

Surat At-tin ayat 4

َ ْ‫سانَ فِي أَح‬


‫س ِن‬ ِ ْ ‫لَقَدْ َخلَ ْقنَا‬
َ ‫ال ْن‬
‫ت َ ْق ِويم‬
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
Kedua ayat tersebut menunjukan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-
makhluk Allah lainnya. Dan Allah sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah
seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati
martabat sesama manusia. Dan inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya
merendahkan harkat martabat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang
diinseminasi.

Hadits Nabi :
‫ع َغي ِْر ِه‬ َ ‫ََل يَ ِح ُّل َِل ِم ْْرئ يُؤْ ِمنُ ِباهللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل َ ِخ ِر أ َ ْن يَ ْس ِق‬
َ ‫ي َما َءهُ زَ ْر‬

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir menyiramkan
airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain). (Hadits Riwayat
Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan hadits ini dipandang shahih oleh Ibnu Hibban)”

Hukum Perdata Tentang Bayi Tabung di Indonesia

a. Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Bayi Tabung


1) Jika benihnya berasal dari Suami Istri yang sah, dilakukan proses fertilisasi-in-
vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak
tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai satus sebagai anak sah
(keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan
mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
2) Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah bercerai
dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai
status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah
masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar
hukum ps. 255 KUHPer.
3) Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka
secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps.
250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak
tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes
DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan
perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320
dan 1338 KUHPer).
b. Jika salah satu benihnya berasal dari pendonor
1) Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi
dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak
sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya
sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah
atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
2) Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka
anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

c. Jika semua benih berasal dari pendonor


1) Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang
terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari
pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang
terikat dalam perkawinan yang sah.
2) Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki
status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan
secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara
biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka
anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap


kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer embrio ditemukan
beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat meng-cover
kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada
khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan embrio
yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan mengenai
inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal
dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk
peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi
fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang
dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.

Fatwa MUI Tentang Bayi Tabung


1. Bayi tabung dengan sperma clean ovum dari pasangan suami istri yang sah
hukumnya adalah mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan
kaidah-kaidah agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain (misalnya
dari istri kedua dititipkan di istri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah
Sadd Adz-Dzariyah sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit kaitannya
dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang
mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkan dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram. Berdasarkan Sadd Adz-Dzariyah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dengan hal pewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami istri
yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin
antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd
Adz-Dzariyah yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

Fatwa MUI Didasarkan Pada Firman Allah


Dan Sesungguhnya telah kam muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di
daratan dan di lautan [862], kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang
Telah kami ciptakan. Maksudnya : Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-
pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.
Berdasarkan ayat di atas, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk mulia.
Allah SWT telah berkenan memuliakan manusia, maka seharusnya manusia
menghormati martabatnya sendiri serta menghormati martabat sesama manusia dalam
hal ini, inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya dapat merendahkan harkat
manusia.
Hadits Nabi SAW yang artinya : “Dari Ruwaifi Ibnu Tsabit Al-Ansyari ra ia
berkata : saya pernah bersama Rasulullah SAW telah perang Hunain, kemudian beliau
bersabda : “Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain)”.

Majelis Mujamma’ Fiqih Islami


Menetapkan :
a. Lima perkara di bawah ini diharamkan dan terlarang sama sekali, karena dapat
mengakibatkan percampuran nasab dan hilangnya hak orang tua serta perkara-
perkara lain yang dikecam oleh syariat.
1. Sperma yang diambil dari pihak lelaki disemaikan kepada indung telur pihak
wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang
diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokakan ke
dalam rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami
istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia
mengandung persemaian benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami
dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
b. Dua perkara berikut ini boleh dilakukan jika memang sangat dibutuhkan dan setelah
memastikan keamanan dan keselamatan.
1. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya
kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya. Sperma si
suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
2. Aurat vital si wanita harus tetap terjaga (tertutup) demikian juga kemungkinan
kegagalan proses operasi persemaian sperma dan indung telur itu sangat perlu
diperhitungkan. Demikian pula perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya
pelanggaran amanah dari orang-orang yang lemah iman di rumah-rumah sakit
yang dengan sengaja mengganti sperma ataupun indung telur supaya operasi
tersebut berhasil demi mendapatkan materi dunia.
Hukum Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam di Indonesia
Para ulama di tanah air telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) mengatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum dari
pasutri yang sah hukumnya adalah “Mubah” atau diperbolehkan. Namun, jika bayi
tabung dengan sperma dan ovum dari pasutri yang sah tapi setelah dibuahi, dimasukkan
atau dititipkan di rahim wanita lain maka hukumnya haram. Nahdlatul Ulama (NU)
juga telah menetapkan bahwa fatwa terkait masalah ini dalam forum Munas Alim
Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981.

b. Hukum Kloning
Menurut syara’ hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apa-apa untuk
dilakukan dan termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal itu memanfaatkan
tanaman dan hewan dalam proses Kloning guna mencari obat yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit manusia –terutama yang kronis– adalah kegiatan
yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah (mandub), sebab berobat hukumnya
sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan
hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad telah meriwayatkan hadits dari Anas RA yang
telah berkata, bahwa Rasulullah SAW berkata:

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia


menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !”

Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik RA, yang
berkata:

”Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,’Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?”

Maka Nabi SAW menjawab :

“Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya…”

Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk memperbaiki


kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas
hewan seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan
proses Kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan
mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia,
terutama penyakit-penyakit yang kronis. Demikianlah hukum syara’ untuk Kloning
manusia, tanaman dan hewan.

Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-
dalil keharamannya adalah sebagai berikut :
1. Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami.
Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia dan
dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunan.
Allah SWT berfirman :

ْ ُ‫الز ْو َجي ِْن الذَّك ََر َو ْاَلُ ْنثَى ِم ْن ن‬


‫طفَط إِذَا ت ُ ْمنَى‬ َّ َ‫َوأَنَّهُ َخلَق‬

“dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.” (QS. An Najm : 45-46)

Allah SWT berfirman :

“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya.” (QS. Al Qiyaamah : 37-38)

2. Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak akan
mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika dihasilkan dari proses
pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim
perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab
rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi
penampung, tidak lebih. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab
dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman
Allah SWT :

ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬


‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَكَر َوا ُ ْنثَى‬

“Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan.” (QS. Al Hujuraat : 13)
3. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah
mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RA, yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :

“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu
Majah).

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan menurut hukum


Islam dan tidak boleh dilaksanakan.

Hukum Kloning menurut MUI

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada


tangga123-27 Rabi’ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000 M. dan membahas tentang
Kloning, setelah

Menimbang,

1. Bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah Kloning, yaitu
“suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer dari sel
janin yang sudah beerdiferensiasi dari sel dewasa”, atau “penggandaan makhluk
hidup menjadi lebih banyak, baik dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam
indung telur pada tahap sebelum terjadi pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh”
2. Bahwa masyarakat senantiasa mengharapkan penjelasan hukum Islam tentang
Kloning, baik Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan, dan terutama Kloning
terhadap manusia/
3. Bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang
hukum Kloning untuk dijadikan pedoman.

Memperhatikan:

1. Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan, melainkan
hanya sekedar penggandaan.
2. Secara umum, Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan membawa
kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
3. Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa genetik
lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ tubuh
pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui donor, dengan Kloning ia
tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati, jantung, darah, dan sebagainya,
karena ia bisa mendapatkannya dari manusia hasil teknologi Kloning.
4. Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang
tidak sedikit; antara lain :
a. menghilangkan nasab anak hasil Kloning yang berakibat hilangnya banyak hak
anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari nasab;
b. institusi perkawinan yang telah disyari’atkan sebagai media berketurunan secara
sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi dapat dilakukan tanpa
melakukan hubungan seksual
c. lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi hancur, dan
pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak), budaya, hukum, dan
syari’ah Islam lainnya
d. tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-laki
dan perempuan
e. hilangnya maqashid syari’ah dari perkawinan, balk maqashid awwaliyah (utama)
maupun maqashid tabi’ah (sekunder).

Mengingat

1. Firman Allah S WT : “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berfikir” (QS. al-Jatsiyah [45].- 13).
2. Firman Allah SWT : “Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas rraakhluk vang telah
Kami ciptakan ” (QS. al-Isra'[I7]: 70).
3. Firman Allah SWT : “..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah
yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua ciptaan itu serupa
menurut pandangan mereka. Katakanlah, ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan
Dialah Tuhan Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa (QS. al-Ra’d [13]: 16)
4. firman Allah SWT : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan ; dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air man: itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpa. darah itu Kami jadikan segumpal daging, dar.
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulan, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan dagiri 27 Kemudian Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain.
Maha sucilah Allah, Pencipta Paling baik” (QS. al-Mu’minun (23]: 12-14).
5. Kaidah Fiqhiyah : “Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif) diutamakan
dari pada mendatangkan kemaslahatan”

Memutuskan

1. Fatwa musyawarah nasional n-i majelis ulama indonesia tentang Kloning.


2. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapuyang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
3. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang
dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkakemudaratan (hal-hal
negatif).
4. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen ata-_ praktek Kloning terhadap manusia.
5. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa mengikuti
perkembangan teknologi Kloning, meneliti peristilahan dan permasalahatannya,
serta menyelenggarakan kajiarkaj ian ilmiah untuk menjelaskan hukumnya.
6. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang
menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada
selain bidang Kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.
7. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk
dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
8. Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim
yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk
menyebarluaskan fatwa ini.

Hingga sekarang, ada sedikit pembicaraan-pembicaraan etika, sosial, ataupun


hukum tentang kloning manusia melalui tranplatasi nuklir, karena konsesus
ilmiah,adalah suatu prosedur yang tidak mungkin secara biologis. Dengan kemunculan
dolly, situasinya menjadi berubah. Namun meskipun kini tampak lebih mungkin
meragukan bahwa praktek tersebut akan hadir dalam penggunaannya yang luas. Saya
beranggapan bahwa itu tidak akan, namun alasan-alasan saya tidak akan menawarkan
banyak kesenangan bagi pengkritik kloning. Sementara teknologi transplatasi nuklir
berlanjut, teknologi-teknologi lain-terutama teknologi rekayasa genetika-juga akan
mengalami kemajuan rekayasa genetika manusia akan dapat diterapkan terhadap suatu
variasi yang luas dari sifat-sifat fisik; itu akan lebih berdaya guna dari pada kloning,
dan dengan demikian lebih atraktif bagi banyak orang. Dia juga akan, sebagaimana
saya telah anjurkan, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mengganggu dari
pada prospek kloning yang telah dimiliki sedemikian jauh.
Tentunya segala keraguan dan kekhawatiran akan dampak negatif perkembangan
bioteknologi akan berkurang bila ilmuwan ataupun calon ilmuwan yang menggeluti
bidang dan teknik ini tetap memiliki disiplin dan kesadaran yang tinggi untuk dapat
mengaplikasikan biotek "hanya" pada bidang yang bermanfaat, bukan sebaliknya
menjadi alat penghancur tatanan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Masalahnya, dibandingkan ilmu pengetahuan yang lain, biotek memiliki tingkat
sensitivitas yang tinggi karena setiap aktivitas bioteknologi hampir selalu melibatkan
kehidupan individu baik tumbuhan, hewan maupun manusia, sehingga penyalahgunaan
aplikasinya akan berakibat fatal. Dengan melihat dan mengetahui perkembangan serta
manfaat aplikasinya sampai saat sekarang ini, diharapkan dapat menambah informasi
positif tentang manfaat bioteknologi dalam kehidupan manusia.
c. Hikmah di balik kemajuan bidang Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika sudah mulai dikembangkan selama kurang lebih sejak 25
tahun yang lalu. Pada tahun 1970 an topik mengenai rekayasa genetika ini sudah
menjadi perbincangan hangat terutama pada kalangan ilmuan biologi, kimia dan fisika.
Terlebih lagi pada konsekuensi jika dilakukan rekaya genetika pada kehidupan sosial
karena pasti akan banyak terjadi konflik mengenai rekayasa genetika ini dan ini
memang sudah terjadi sekarang. Apalagi dengan adanya pengimplementasian dan
pelaksanaan rekayasa genetika yang sangat rumit sehingga orang awam pasti akan
susah memahaminya. Namun meskipun demikian ada banyak manfaat dari adnaya
rekayasa genetika ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Kloning
Kloning merupakan salah satu isu hangat dan banyak diperbincangkan dalam
hal rekayasa genetika ini. kloning saat ini sudah berhasil dilakukan pada beberapa
jenis binatang dengan mengmbangkan gen yang ada pada binatang sebelumnya
pada gen binatang yang baru sehingg penampakan kedua binatang bisa menjadi
sama persis. Dengan adanya hasil tersebut saat ini juga tengah dikembangkan dan
diteliti untuk melakukan kloning pada manusia. Namun seperti biasanya kegiatan
yang dilakukan oleh para peneliti ini menjadi pro dan kontra di masyarakat
sehingg kloning manusia belum bisa dipastikan kapan akan dilakukan.
Dengan adanya teknologi rekayasa genetika kloning ini membuat kemajuan
pesat pada bidang kedokteran, farmakologi, teknologi reproduksi dan bidang
lainnya yang menggunakan DNA sebagai eksperimennya. Di negara skotlandia
sudah berhasil membuat kloningan domba yang dinamakan sebagai “dolly”
dengan sebuah proses rekayasa genetika yang dinamakan sebagai xenographs.
2) Pengobatan
Pada bidang pengobatan, rekayasa genetika ini sangatlah penting dan
bermanfaat terutama untuk menyembuhkan gen yang tidak normal atau cacat.
Misalnya saja orang yang memiliki kelainan tertentu pada tubuhnya bisa
disembuhkan dengan menggunakan rekayasa genetika ini dengan cara mengubah
gen yang cacat menjadi normal. Selain itu ada juga beberapa jenis penyakit seperti
penyakit liver dan autonium yang juga sudah bisa disembuhkan dengan cara
melakukan terapi gen. penyakit lainnya yang berkaitan dengan masalah gen
seperti cytic fibrosis, huntington, dan ALS juga bisa disembuhkan dengan
rekayasa genetika dengan cara mengganti gen yang rusak atau memodifikasi gen
yang rusak.
Kemajuan ini tentunya merupakan capaian yang sangat baik untuk bidang
pengobatan karena berbagai jenis penyakit kelainan cacat fisik maupun mental
sudah ada harapan untuk penyembuhannya. Dengan melakukan terapi gen baik itu
penyakit keturunan atau tidak masih ada harapa untuk bisa mengubah gen menjadi
lebih baik sehingga semua jaringan tubuh yang rusak dapat diperbaiki dengan
melakukan terapi gen ini.
3) Farmasi
Dalam bidang farmasi, rekayasa genetika ini juga memiliki manfaat yang
sangat besar. Produk obat dan farmasi yang ada saat ini sudah lebih maju
dibandingkan dahulu dengan adanya rekayasa genetika ini. misalnya saja saat ini
sudah bisa ditemukan pembuatan insulin alami untuk para penderita kekurangan
insulin seperti diabetes yang terbuat dari gen domba atau sapi dimana dahulu
biasanya insulin ini hanya bisa ditemukan dari mayat. Pengembangan obat baru
juga terus dilakukan dan saat ini masih berpusat pada percobaan untuk sel dari
tanaman.
4) Kehamilan
Rekayasa genetika juga sangat bermanfaat bagi kehamilan. Terkadang terdapat
sebuah kasus dimana bayi di dalam perut sudah memiliki kecacatan baik secara
mental maupun fisik. Dengan adanya rekaya genetika ini bisa dilakukan terapi gen
yang bisa memperbaiki gen bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Jadi, anda
para ibu bisa mempersiapkan lebih dini karena sudah mengetahui anak anda akan
mengalami kebutuhan khusus karena sebuah kelainan. Bahkan saat ini sudah
dikenalkan teknik terapi gen dimana anda bisa memilih jenis kelamin anak dan
berapa jumlah anak yang anda kehendaki.
5) Pertanian
Bidang pertanian juga tidak luput dari mendapatkan manfaat dari adanya
rekayasa genetika ini. jika anda perhatikan baik-baik saat ini sudah banyak
muncul berbagai varietas pertanian seperti bahan pangan pokok, buah, sayur,
rempah-rempah dan lainnya sudah menjadi lebih baik dan lebih subur. Hal ini
dikarenakan sudah banyak dilakukan rekayasa genetika pada beberapa spesies
tanaman tertentu yang mampu melakukan fotosintesi lebih optimal serta mampu
bertahan lebih lama dan kuat dari berbagai ancaman hama, virus dan bakteri.
Rekayasa genetika yang dilakukan juga bertujuan membuat tanaman tidak
memiliki ketergantungan pada pupuk nitrogen sehingga lingkungan menjadi lebih
sehat.
6) Peternakan
Pada bidang peternakan juga telah dilakukan rekayasa genetika. Selain kloning
yang sudah berhasil dilakukan, para peneliti saat ini juga sudah melakukan
penyisipan gen manusia pada sapi. Hasil yang didapatkan ini adalah protein alami
manusia dari sapi yang sangat berguna bagi mereka yang memiliki kelainan pada
proteinnya seperti pada penderita hemophilia. Protein tersebut ada di dalam susu
sapi yang sudah disisipi gen manusia kemudian di ekstrak dan diambil protein
murninya dimana kemudian diberikan kepada mereka yang menbutuhkan protein
manusia secara alami.
Selain itu adanya berbagai persilangan gen hewan seperti dalam sapi dan
unggas juga mendapatkan produk yang lebih baik misalnya sapi menghasilkan
susu yang lebih banyak, daging yang lebih banyak dan kulit yang lebih keras.
Dalam unggas juga demikian sudah ditemukan ayam yang khusus untuk bertelur
dimana produksi telurnya sangat banyak atau ayam pedaging yang khusus
menghasilkan banyak daging sehingga lebih mengntungkan.
7) Industri
Rekayasa genetika di bidang industri bisa dibilang berkembang dengan cepat.
Saat ini sudah ditemukan bakteri yang mampu mengurai logam hasil limbah
industri, menciptakan bakteri yang mampu menjadi bahan kimia seperti sebagai
pemanis buatan, pewarna buatan dan bahan pengawet buatan. Bahkan saat ini
sudah diciptakan bakteri khusus yang mampu menyerap berbagai limbah minyak
seperti bensin, minyak tanah dan lainnya.
2. Khitan perempuan menjadi masalah diskusi berbagai kalangan baik ulama maupun
tenaga medis. Coba saudara jelaskan bagaimanakah islam memandang khitan
perempuan? Sebutkan argumentasinya secara jelas?
Jawaban :
a. Jawaban Majelis Ulama Indonesia
Pada 2008, Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara khusus mengkaji masalah itu.
Wadah musyawarah para ulama zu'ama dan cendekiawan Muslim itu akhirnya
menetapkan fatwa tentang hukum pelarangan khitan terhadap perempuan. ''Khitan, baik
bagi laki-laki maupun perempuan, termasuk fitrah (aturan) dan syiar Islam,'' ungkap
Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Anwar Ibrahim dalam fatwa bernomor 9A Tahun 2008
itu. Sedangkan khitan terhadap perempuan adalah makrumah, pelaksanaannya sebagai
salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan.
Fatwa ulama itu menegaskan, pelarangan khitan terhadap perempuan
bertentangan dengan ketentuan syari'ah. Alasannya, khitan bagik bagi laki-laki maupun
perempuan termasuk aturan dan syiar Islam. Tentang adanya kekhawatiran khitan
perempuan akan membahayakan perempuan dan bayi perempuan serta kesehatan
reproduksi mereka dijawab ulama dengan anjuran batas dan tata cara mengkhitan.
''Khitan perempuan dilakukan cukup dengan menghilangkan selaput
(jaldah/colum/praeputium) yang menutupi klitoris,'' papar KH Anwar Ibrahim. Dalam
fatwa itu, para ulama menegaskan, khitan perempuan tak boleh dilakukan secara
berlebihan, seperti memotong atau melukai klitoris (insisi dan eksisi) yang bisa
mengakibatkan dharar (bahaya).
Sebagian ulama dan fukaha, mengungkapkan, khitan bagi wanita akan menjadi
kebaikan bila dilakukan. Dalam sebuah hadis riwayat Syaddad bin Aus dijelaskan,
''Khitan adalah sunnah bagi kaum lelaki, dan merupakan kebaikan bagi kaum
wanita.'' Khitan terhadap laki-laki telah dicontohkan Nabi Ibrahim AS. Sedangkan
khitan untuk perempuan pertama kalinya dilaksanakan Siti Hajar. Dalam satu riwayat
diungkapkan, bermula ketika Siti Sarah, isteri Ibrahim, memberikan izin kepada
Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar. Siti Hajar pun hamil. Ini menimbulkan
kecemburuan Siti Sarah. Ibrahim menyarankan agar Siti Sarah melubangi kedua
telinga dan menyunat kemaluan Siti Hajar. Ibrahim Muhammad al-Jamal dalam
bukunya berjudul Fiqh Wanita menyarankan agar tetap berpegang pada tuntunan
hadis Nabi SAW. ''Rasulullah telah menerangkan, khitan bagi wanita akan
mendatangkan kebaikan (makramah),'' tegasnya. Di samping itu juga dapat
mewujudkan kebersihan serta kesucian.
Islam punya alasan khusus ketika menganjuran khitan. Muhammad al Jamal dan
Sayyid Sabiq sepakat, bahwa ada maslahat pada lingkup ini, terutama terkait aspek
kesehatan dan biologis. ''Karena dengan berkhitan, mereka (kaum wanita) bisa
menjaga kebersihan dan kesucian diri,'' ungkap al -Jamal. Mengutip pendapat Imam
al-Syatibi, Prof Zaitunah Subhan dalam bukunya Fiqh Pemberdayaan
Perempuan,menilai, dengan menekankan aspek maslahat, terutama secara medis dan
syariat, tidak melihat alasan untuk tidak menganjurkan khitan bagi wanita. ''Sebab
syariat pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat.
Ulama terkemuka Syekh Yusuf al-Qardhawi mengakui masalah khitan perempuan telah
mennjadi perdebatan panjang di kalangan dokter dengan ulama. Ada dokter yang
setuju, ada pula yang menentangnya.
Begitu pula dengan ulama ada yang menganjurkan ada yang melarang.
''Barangkali pendapat yang paling moderat, paling adil dan paling dekat kepada
kenyataan dalam masalah ini ialah khitan ringan, sebagaimana disebutkan
dalam beberapa hadis,'' ungkap Syekh al-Qaradhawi. Meski hadis itu tak sampai
ke derajat sahih, papar dia, Nabi SAW pernah menyuruh seorang perempuan yang
berprofesi mengkhitan wanita. Rasulullah SAW bersabda, ''Sayatlah sedikit dan jangan
kau sayat yang berlebihan, karena hal itu akan mencerahkan wajah dan
menyenangkan suami."
Dari Abu Hurairah Ra : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : “ Fitrah itu
ada lima : khitan, mencukur bulu disekitar kemaluan, memotong kumis, memotong
kuku, dan mencabut bulu ketiak. ” (HR.Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw bersabda kepada Ummi Athiyyah,
salah seorang yang biasa mengkhitan anak-anak perempuan di Madinah, “ Apabila
kamu mengkhifadh, janganlah berlebihan karena yang tidak berlebihan itu akan
menambah cantiknya wajah dan lebih menambah kenikmatan dalam berhubungan
dengan suami. ”(HR.Thabrani, Hadits Hasan)
Dari Hajjaj dari Abi Mali h bin Usamah dari ayahnya, bahwa Nabi Saw
bersabda : “ Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan kehormatan/dianggap baik untuk
wanita. ” (HR.Ahmad dan Baihaqi).
Apabila bertemu dua khitan maka wajib mandi. ” (HR.Muslim)
b. Pendapat Madzhab Fiqih Tentang Khitan Wanita

Kita melihat ada beberapa titik perbedaan pendapat yang bila kita sarikan akan terbagi
menjadi beberapa pendapat, yaitu :

1. Pendapat pertama
Khitan Hukumnya sunnah bukan wajib. Pendapat ini dipegang oleh mazhab
Hanafi (lihatHasyiah Ibnu Abidin: 5-479; Al Ikhtiyar 4-167), mazhab Maliki
(lihat Asy Syarhu Ash Shaghir 2-151) dan Syafi`i dalam riwayat yang syaz (lihat Al
Majmu` 1-300).
Menurut pandangan mereka khitan itu hukumnya hanya sunnah bukan wajib,
namun merupakan fithrah dan syiar Islam. Bila seandainya seluruh penduduk negeri
sepakat untuk tidak melakukan khitan, maka negara berhak untuk memerangi
mereka sebagaimana hukumnya bila seluruh penduduk negeri tidak melaksanakan
azan dalam shalat.
Khusus masalah mengkhitan anak wanita, mereka memandang bahwa
hukumnya mandub (sunnah), yaitu menurut mazhab Maliki, mazhab Hanafi dan
Hanbali. Dalil yang mereka gunakan adalah hadits Ibnu Abbas marfu` kepada
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. `Khitan itu sunnah buat laki-laki dan
memuliakan buat wanita.` (HR Ahmad dan Baihaqi).
Selain itu mereka juga berdalil bahwa khitan itu hukumnya sunnah bukan
wajib karena disebutkan dalam hadits bahwa khitan itu bagian dari fithrah dan
disejajarkan dengan istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencukur kumis,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. Padahal semua itu hukumnya sunnah,
karena itu khitan pun sunnah pula hukumnya.

2. Pendapat kedua
Khitan itu hukumnya wajib bukan sunnah, pendapat ini didukung oleh mazhab
Syafi`i (lihat Al Majmu` 1-284/285; Al Muntaqa 7-232), mazhab Hanbali
(lihat Kasysyaf Al Qanna` 1-80 dan Al Inshaaf 1-123).
Mereka mengatakan bahwa hukum khitan itu wajib baik baik laki-laki maupun
bagi wanita. Dalil yang mereka gunakan adalah ayat Al Quran dan sunnah:
`Kemudian kami wahyukan kepadamu untuk mengikuti millah Ibrahim yang
lurus` (QS. An-Nahl: 123). Dan hadits dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anh berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, `Nabi Ibrahim ‘Alaihis
Salam berkhitan saat berusia 80 dengan kapak`. (HR. Bukhari dan muslim).
Kita diperintah untuk mengikuti millah Ibrahim Alaihis Salam karena
merupakan bagian dari syariat kita juga`. Dan juga hadits yang berbunyi, `Potonglah
rambut kufur darimu dan berkhitanlah` (HR. Asy Syafi`i dalam kitab Al Umm yang
aslinya dri hadits Aisyah riwayat Muslim).

3. Pendapat ketiga
Wajib bagi laki-laki dan mulia bagi wanita. Pendapat ini dipengang oleh Ibnu
Qudamah dalam Al Mughni, yaitu khitan itu wajib bagi laki-laki dan mulia bagi
wanita tapi tidak wajib. (lihat Al Mughni 1-85). Di antara dalil tentang khitan bagi
wanita adalah sebuah hadits meski tidak sampai derajat shahih bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah menyuruh seorang perempuan yang
berprofesi sebagai pengkhitan anak wanita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda : `Sayatlah sedikit dan jangan berlebihan, karena hal itu akan
mencerahkan wajah dan menyenangkan suami.
Jadi untuk wanita dianjurkan hanya memotong sedikit saja dan tidak sampai
kepada pangkalnya. Namun tidak seperti laki-laki yang memang memiliki alasan
yang jelas untuk berkhitan dari sisi kesucian dan kebersihan, khitan bagi wanita
lebih kepada sifat pemuliaan semata. Hadits yang kita miliki pun tidak secara tegas
memerintahkan untuk melakukannya, hanya mengakui adanya budaya seperti itu dan
memberikan petunjuk tentang cara yang dianjurkan dalam mengkhitan wanita.
Sehingga para ulama pun berpendapat bahwa hal itu sebaiknya diserahkan
kepada budaya tiap negeri, apakah mereka memang melakukan khitan pada wanita
atau tidak. Bila budaya di negeri itu biasa melakukannya, maka ada baiknya untuk
mengikutinya. Namun biasanya khitan wanita itu dilakukan saat mereka masih kecil.
Sedangkan khitan untuk wanita yang sudah dewasa, akan menjadi masalah tersendiri
karena sejak awal tidak ada alasan yang terlalu kuat untuk melakukanya. Berbeda
dengan laki-laki yang menjalankan khitan karena ada alasan masalah kesucian dari
sisa air kencing yang merupakan najis. Sehingga sudah dewasa, khitan menjadi
penting untuk dilakukan.

Menurut Imam Ibnul Qayyim, alat kelamin perempuan terdiri atas dua bagian.
Bagian pertama merupakan simbol kegadisannya dan bagian kedua adalah bagian
yang harus dipotong saat ia khitan. Bentuknya seperti jengger ayam jantan, bagian ini
terletak di bagian farji paling atas diantara dua tepinya. Jika bagian ini dipotong,
sisanya akan berbentuk seperti biji kurma. Cara memotongnya tidak boleh berlebihan
dan tidak perlu memotong semua bagian itu.

Al-Mawardi berkata, “ Mengkhitan anak perempuan berarti memotong bagian


yang pada farji bagian teratas. Kita wajib memotong bagian yang menonjol saja.” Dan
ini adalah cara yang benar sesuai dengan pesan Rasulullah Saw kepada Ummi
Athiyyah.

Hikma Khitan Bagi Wanita

1. Khitan pada wanita yang dilakukan secara benar justru bermanfaat untuk kehidupan
seksual wanita yang bersangkutan. Karena membuat lebih bersih dan lebih mudah
menerima rangsangan.
2. Khitan dapat membawa kesempumaan agama, karena ia disunnahkan.
3. Khitan adalah cara sehat yang memelihara seseorang dari berbagai penyakit.
4. Khitan membawa kebersihan, keindahan, dan meluruskan syahwat.

Khitan perempuan merupakan sunnah fitrah yang sudah diterima oleh umat
Islam. Walaupun terjadi perbedaan pendapat para ulama dalam masalah hukum khitan
pada perempuan, namun syiar khitan perempuan ini harus dilakukan oleh umat Islam.
Karena khitan perempuan yang sesuai dengan prosedur dan dilakukan oleh orang yang
mengerti caranya, akan membawa hikmah yang baik bagi perempuan dalam
menstabilkan syahwatnya. Dan juga akan bermanfaat bagi hubungan suami istri
selanjutnya. Para bidan dan dokter yang mengkhitan perempuan harus berhati-hati,
sehingga tidak memotong atau menyayat terlalu besar, sehingga akan membawa akibat
yang buruk bagi yang dikhitan.
Sehubungan dengan menjaga diri dari penyimpangan seksual, maka para
muslimah harus mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan selalu pengawasan
Allah.Sehingga perzinahan dan perselingkuhan jauh dari kita umat Islam ini. Mengenai
adanya pelarangan khitan bagi perempuan dari beberapa pihak, hal itu sebenarnya tidak
hak bagi siapapun melarang sesuatu yang dibolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kalau
terdapat kesalahan dalam praktek, maka kesalahan itu saja yang harus diluruskan.
3. Fenomena aborsi merupakan masalah sosial yang sulit dihentikan. Anehnya aborsi
banyak dilakukan oleh pasangan yang menikah secara sah. Coba saudara jelaskan
bagaimanakah hukum aborsi dalam islam? Apa argumentasinya?
Jawaban :

Aborsi atau abortus adalah pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Di dalam Islam, aborsi merupakan suatu hal yang sangat
dilarang. Pelaku aborsi sama halnya dengan dengan pelaku pembunuhan. Akan tetapi, para
ulama fiqih berbeda pendapat mengenai kebolehannya. Yang memperbolehkan aborsi
sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An-
Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa. Ada pula yang
memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Imam Ibnu Hajar (w. 1567
M) dalam kitabnya At-Tuhfah dan Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumudin.

ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم‬


ِ ِّ ‫ّللاُ إِالَّ بِال َح‬
‫ق‬ َ ‫َوالَ تَ ْقتُلُواْ النَّ ْف‬

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),


melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi
yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman
Allah swt :

‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوأَ َعدَّ لَهُ َعذَاباا َع ِظي اما‬
ِّ ‫ب‬ ِ ‫َو َمن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمناا ُّمتَ َع ِ ِّمداا فَ َجزَ آ ُؤهُ َج َهنَّ ُم خَا ِلداا فِي َها َوغ‬
َ ‫َض‬

“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa’ : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw
bersabda :

‫ضغَةا ِمثْ َل ذَلِكَ ث ُ َّم‬ْ ‫ط ِن أ ُ ِ ِّم ِه أ َ ْربَعِينَ يَ ْو اما ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِكَ َعلَقَةا ِمثْ َل ذَلِكَ ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِكَ ُم‬ ْ َ‫ِإ َّنََ أ َ َحدَ ُك ْم يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب‬
‫س ِعيد‬ َ ‫ش ِقي أَ ْو‬ َ ‫ب ِر ْزقِ ِه َوأَ َج ِل ِه َو َع َم ِل ِه َو‬ ُّ ‫س ُل ْال َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه‬
ٍ ‫الرو َح َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَعِ َك ِل َما‬
ِ ْ‫ت ِب َكت‬ َ ‫ي ُْر‬
“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya
selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah
darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal
daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan
untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta
nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim )

Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w.
1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang
bernyawa. Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang
mengalami pertumbuhan.

Argumentasinya : Tindakan melakukan aborsi sangat di larang dalam islam karena bisa
dikatakan pembunuhan jiwa seseorang. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam wajib
menjaga dan menjauhi adanya tindakan aborsi tersebut. Kecuali ada hal yang darurat
seperti harus menyelamatkan nyawa ibu.

4. Bank ASI merupakan sesuatu yang tidak asing lagi di zaman sekarang.
Bagaimanakah menurut anda tentang bank ASI itu? Jawaban dihubungkan dengan
masalah akibat dan pengaruh terhadap berbagai hal.
Jawaban :

“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. “ ( Qs Al Baqarah : 233 )

َ‫ضا َعة‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أَن يُتِ َّم‬


َ ‫الر‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْوَلَدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك‬
Para ulama berbeda pendapat di dalam mendefinisikan ar -radha’. Menurut
Hanafiyah bahwa ar-radha’ adalah seorang bayi yang menghisap puting payudara seorang
perempuan pada waktu tertentu. Sedangkan Malikiyah mengatakan bahwa ar radha’
adalah masuknya susu manusia ke dalam tubuh yang berfungsi sebagai gizi. As Syafi’iyah
mengatakan ar-radha’ adalah sampainya susu seorang perempuan ke dalam perut seorang
bayi. al Hanabilah mengatakan ar-radha’ adalah seorang bayi di bawah dua tahun yang
menghisap puting payudara perempuan yang muncul akibat kehamilan, atau meminum
susu tersebut atau sejenisnya.
Ketika orang menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman. Mayoritas ulama
mengatakan bahwa batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke bawah.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
َ‫ضا َعة‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أَن يُتِ َّم‬
َ ‫الر‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْوَلَدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك‬
“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan.” ( Qs Al Baqarah : 233 )

Hadist Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

َ ‫عةُ ِم ْن ْال َم َجا‬


‫ع ِة‬ َ ‫ضا‬ َّ ‫فَإِنَّ َما‬
َ ‫الر‬

“ Hanya persusuan (yang menjadikan kemahraman seseorang ) itu terjadi karena


kelaparan." ( HR Bukhari dan Muslim )

Maksudnya bahwa seorang bayi yang berumur dua tahun ke bawah ketika merasa
lapar, kemudian menyusui, maka dia akan menjadi kenyang. Susu tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan tulang dan dagingnya.
Madzhab Syafi’i dan Hanbali mengatakan bahwa susuan yang mengharamkan
adalah jika telah melewati 5 kali susuan secara terpisah. Hal ini berdasarkan hadits Aisyah
ra, bahwasanya beliau berkata :

َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ِ‫ِخنَ بِخ َْمس َم ْعلُو َمات فَتُ ُوف‬
ُ ‫ي َر‬ ْ ‫ضعَات َم ْعلُو َمات يُ َح ِر ْمنَ ث ُ َّم نُس‬
َ ‫آن َع ْش ُر َر‬ ِ ‫انَ فِي َما أ ُ ْن ِز َل ِم ْن ْالقُ ْر‬
‫سلَّ َم َوه َُّن فِي َما يُ ْق َرأ ُ ِم ْن‬
َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
ِ ‫ْالقُ ْر‬
‫آن‬

"Dahulu dalam Al Qur`an susuan yang dapat menyebabkan menjadi mahram ialah sepuluh
kali penyusuan, kemudian hal itu dinasakh (dihapus) dengan lima kali penyusuan saja.
Lalu Rasulullah saw wafat, dan ayat-ayat Al Qur`an masih tetap di baca seperti itu." ( HR
Muslim)

Kapan seorang bayi menyusui dan dianggap sebagai satu susuan? Yaitu jika dia
menyusui, setelah kenyang dia melepas susuan tersebut menurut kemauannya. Jika dia
menyusu lagi setelah satu atau dua jam, maka terhitung dua kali susuan dan seterusnya
sampai lima kali menyusu. Kalau si bayi berhenti untuk bernafas, atau menoleh kemudian
menyusu lagi, maka hal itu dihitung satu kali susuan saja. (Sidiq Hassan Khan, Raudhatu
an Nadiyah, 2/174 ).
Para ulama berbeda pendpat tentang tata cara menyusu yang bisa mengharamkan:
Mayoritas ulama mengatakan bahwa yang penting adalah sampainya air susu tersebut ke
dalam perut bayi, sehingga membentuk daging dan tulang, baik dengan cara menghisap
puting payudara dari perempuan langsung, ataupun dengan cara as su’uth (memasukkan
susu ke lubang hidungnya), atau dengan cara al wujur (menuangkannya langsung ke
tenggorakannya ), atau dengan cara yang lain.
Adapun Madzhab Dhohiriyah mengatakan bahwa persusuan yang mengharamkan
hanyalah dengan cara seorang bayi menghisap puting payudara perempuan secara
langsung. Selain itu, maka tidak dianggap susuan yang mengharamkan. Mereka berpegang
kepada pengertian secara lahir dari kata menyusui yang terdapat di dalam firman Allah swt
:
‫ع ِة‬
َ ‫ضا‬
َ ‫الر‬ َ ‫َوأ ُ َّم َهات ُ ُك ُم الالَّتِي أ َ ْر‬
َّ َ‫ض ْعنَ ُك ْم َوأَخ ََوات ُ ُكم ِمن‬
“(Diharamkan atas kamu mengawini) Ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuan sepersusuan.” (Qs an Nisa’ : 23)
Perbedaan pandangan ulama terhadap beberapa masalah penyusuan di atas,
mengakibatkan mereka berbeda pendapat di dalam menyikapi munculnya Bank ASI :
1. Bayi yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi
perempuan yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah
jika dia menyusu langsung dengan cara menghisap puting payudara perempuan yang
mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam
bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas.
2. Mendirikan Bank ASI hukumnya haram. Alasan mereka bahwa Bank ASI ini akan
menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan yang mengharamkan bisa terjadi
dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun tanpa harus dilakukan
penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang menyusui anaknya. Dalil-dalilnya
sudah dijelaskan di atas.
3. Pendirian Bank ASI dibolehkan jika telah memenuhi beberapa syarat yang sangat ketat,
diantaranya : setiap ASI yang dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan di tempat
khusus dengan menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI yang lain.
Setiap bayi yang mengambil ASI tersebut harus ditulis juga dan harus diberitahukan
kepada pemilik ASI tersebut, supaya jelas nasabnya. Dengan demikian, percampuran
nasab yang dikhawatirkan oleh para ulama yang melarang bisa dihindari.
Donor ASI melalui bank ASI, berpotensi merancukan hubungan mahram atau
persaudaraan karena sepersusuan. Pendonor hanya sekedar memberikan identitas dirinya
secara umum, seperti seseorang yang akan mendonorkan darahnya. Selanjutnya tidak
dapat dilacak siapa saja bayi-bayi yang pernah mengkonsumsi ASI-nya, sehingga tidak
jelas bagi seseorang siapa bermahram dengan siapa. Akibatnya, akan terjadi kelak di
kemudian hari, seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita yang ternyata pernah
mengkonsumsi ASI dari seorang wanita pendonor ASI yang sama. Bila hal ini terjadi,
berarti pasangan tersebut telah melakukan keharaman karena menikahi mahram yang
terjadi akibat ikatan saudara sepersusuan. Inilah bahaya yang nyata dari keberadaan donor
ASI yang disimpan di bank ASI tanpa dilengkapi dengan pencatatan secara syari.
Oleh karena itu, Kementrian Kesehatan yang sedang menggodok peraturan yang
berkaitan dengan donor ASI dan bank ASI, harus memperhatikan kaidah-kaidah syariat
Islam yang berkaitan dengan hubungan nasab sepersusuan.

Anda mungkin juga menyukai