Disusun Oleh :
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini penyakit demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan
di negara-negara tropis termasuk indonesia. Kejadian demam tifoid di dunia sekitar
16 juta kasus setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di asia Tenggara, dengan angka
kematian 600.000 kejadian demam tifoid di indonesia sekitar 760-810 kasus per
100.000 pertahun, dengan angka kematian 3,1-10,4%.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasikan asuhan keperawatan dengan diagnose medis
Thypoid
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien Thypoid di Ruang Melati RS
Tugurejo Semarang.
2. Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada pasien Thypoid di Ruang Melati
RS Tugurejo Semarang.
3. Mengidentifikasi rencana keperawatan pada pasien Thypoid di Ruang Melati
RS Tugurejo Semarang.
4. Melakukan implementasi pada pasien Thypoid di Ruang Melati RS Tugurejo
Semarang.
5. Mengevaluasi keperawatan pada pasien Thypoid di Ruang Melati RS Tugurejo
Semarang.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Demam tifoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Tapan, 2004).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan
bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam
tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier,
2013).
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif (bakteri Salmonella typhii ) yang menurunkan sistem pertahanan tubuh
dan masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Aspek paling penting
dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya perfusi usus, karena organisme
memasuki rongga perut sehingga menyebabkan timbulnya peritonitis yang
mengganas.
B. Penyebab / Etiologi
1. Salmonella typhii
2. S. Paratyphii A, S. Paratyphii B, S. Paratyphii C.
3. S typhii atau S. paratyphii hanya ditemukan pada manusia.
4. Demam bersumber dari makanan-makanan atau air yang dikontaminasi oleh
manusia lainnya.
5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan mancanegara
atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar.
Salmonella typii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B,
Salmonella Paratyphii C merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu
menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran darah
dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini masuk melalui air dan
makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa
inkubasi 3-25 hari.
Pemulihan mulai terjadi pada minggu ke-empat dalam perjalanan penyakit.
Orang yang pernah menderita demam tifoid akan memperoleh kekebalan darinya,
sekaligus sebagai karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tipus akan
menjadi orang yang menularkan tipus pada yang belum pernah menderita tipus.
C. Klasifikasi
Menurut WHO (2003) , ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis :
a. Demam Tifoid Akut Non Komplikasi
Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam
berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan
diare pada anak – anak ), sakit kepala, malaise, dan anoreksia. Batuk bronchitis
biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25%
penyakti menunjukkan adeanya resespot pada dada, abdomen dan punggung.
b. Demam Tifoid Dengan Komplikasi
Pada demam tifois akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan keadaan kliniknya,
hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi,
dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
c. Keadaan Karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella thypi di feses.
D. Patofisiologi
E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal masuk rumah sakit.
2. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu
makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah pasien
menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,
nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai
koma.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit
yang lainnya.
6. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang
dideritanya.
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan
yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
8. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan
rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
9. Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien
akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
10. Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat,
sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
11. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang
meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
12. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan
terjadi perubahan.
13. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan
dan kemampuan dalam merawat diri.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual,
perut tidak enak, anoresia.
b. Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva
anemia, mata cowong, muka tidak edema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi
dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan
nyeri tekan.
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
f. Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem musculoskeletal
Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.
i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, pada penderita
penyakit thypoid.
F. Diagnose Keperawatan
Diagnosa yang muncul
1. Hipertemia berhubungan (00007)
Do:
Ds:
Do:
Ds:
a. ibu klien mengatakan anaknya susah makan
b. klien mengatakan anaknya mengalami muntah
Do:
a. Klien tampak lemas dan tak memiliki stamina
b. Berat badan klien mengalami penurunan
c. Klien terlihat tidak memilki nafsu makan
d. Membra mukosa klien pucat
e. Adanya sariawan
f. Klien tanpak menghindari makanan
G. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Hipertermia NOC: NIC:
(00007) 1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence behavior (pengaturan suhu)
3. Immune status 1. Monitor suhu minimal tiap dua
4. Risk control jam
5. Risk detection 2. Rencanakan monitoring suhu
Kriteria hasil: secara kontinyu
1. Keseimbangan antara 3. Monitor tekanan darah, nadi
produksi panas, panas yang dan respiratory rate
diterima, dan kehilangan 4. Monitor warna dan suhu kulit
panas 5. Monitor tanda-tanda
2. Seimbang antara produksi hipertermi dan hipotermi
panas, panas yang diterima, 6. Tingkatkan intake cairan dan
dan kehilangan panas nutrisi
selama 28 hari pertama 7. Selimuti pasien untuk
kehidupan mencegah hilangnya
3. Keseimbangan asam basa kehangatan tubuh
bayi baru lahir 8. Ajarkan pada orang tua pasien
4. Temperature stabil : 36,5 – cara mencegah keletihan
37,5°C akibat panas
5. Tidak ada kejang 9. Diskusikan tentang pentingnya
6. Tidak ada perubahan warna pengaturan suhu dan
kulit kemungkinan efek negative
7. Pengendalian risiko: dari kedinginan
hipertermia 10. Beritahu tentang indikasi
8. Pengendalian risiko: terjadinya keletihan dan
hipotermia penanganann emergency yang
9. Pengendalian risiko: proses diperlukan
menular 11. Ajarkan indikasi dari
hipotermia dan penanganan
10. Pengendalian risiko: yang diperlukan yang
paparan sinar matahari diperlukan
12. Berikan anti piretik jika
diperlukan
2. Kekurangan NOC NIC
volume cairan 1. Fluid balance Fluid management
(00027) 2. Hydration 1. Timbang popok jika perlu
3. Nutritional status: food and 2. Pertahankan catatan intake dan
fluid intake output yang akurat
Kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi
1. Mempertahankan urine (kelembaban membrane
output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat, tekanan
dan berat badan, berat jenis darah ortostatik) jika
urine normal , HT normal diperlukan
2. Tekanan darah, nadi, suhu 4. Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal 5. Monitor masukan makanan
3. Tidak ada tanda-tanda atau cairan dan hitung intake
dehidrasi, elastisitas turgor kalori harian
kulit baik, membran 6. Kolaborasikan pemberian
mukosa lembab, tidak ada cairan IV
rasa haus yang berlebihan. 7. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
8. Dorong masukan oral
9. Berikan nasogastrik sesuai
output
10. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
11. Tawarkan makanan ringan
(jus buah, buah segar) untuk
anak usia bermain sampai
remaja/dewasa
12. Kolaborasi dengan dokter
apabila diperlukan transfusi
Hypovolemia management
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien atau orang tua
pasien untuk menambah intake
oral
8. Pemberian cairan IV monitor
untuk mengindikasi adanya
tanda dan gejala kelebihan
volume cairan yang diberikan
9. Monitor adanya tanda gagal
ginjal
3. Ketidakseimban NOC: NIC
gan nutrisi 1. Nutritional status Weight Management (1260)
kurang dari 2. Nutritional status: Food and 1. Bina hubungan dengan
kebutuhan tubuh fluid intake keluarga klien
(00002) 3. Nutritional status: nutrient 2. Jelaskan keluarga klien
intake mengenai pentingnya
4. Weight control pemberian makanan,
penambahan berat badan dan
Kriteria Hasil: kehilagan berat badan
1. Adanya peningkatan berat 3. Jelaskan kelurga klien tentang
badan sesuai dengan tujuan kondisi berat badan klien
2. Berat badan ideal sesuai 4. Jelaskan resiko dari
dengan tinggi badan kekurangan berat badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi 5. Berikan motivasi keluarga
5. Menunjukan peningkatan klien untuk meningkatkan
fungsi pengecapan dari berat badan klien
menelan 6. Pantau porsi makan klien
6. Tidak terjadi penurunan 7. Anjurkan klien makan teratur
berat badan yang berarti
PATWAYS Kuman salmonela
mulut
bakteriema primer
Mual, muntah
hiperperistaltik Hepatitis
Kebutuhan Nutrisi anoreksia cepat lelah
usus
kurang dari
intake tidak bedrest
kebutuhan tubuh Intoleransi
Diare adekuat
aktifitas
konstipasi
reinteraksi
komplikasi usus
haluaran
cairan Intestinal Ekstraintestinal
- Per darahan
usus - pneumonia
- Peritonitis - meningitis
Gangguan keseimbangan cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Kanisius
Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo., dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI
Sidoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta: Internal
Publishing
Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah, Tifus.
Jakarta: Pustaka Populer Obor
Team Elsevier. 2013. Ferri’s Clinical Advisor 2013: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc
Tjay, Tan Hoan dan Raharja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting: Kasiat, Penggunaan, dan Efek
– Efek Sampingnya. Ed 6. Jakarta: EGC