Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID

DI RUANG MELATI DI RS.TUGUREJO SEMARANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Stase Anak

Disusun Oleh :

Heliodorus Yudi Herlangga 1708460


Ivana Probo Kaeksi 1708467
Maria Kristiani Susanti 1708485
Maulida Choirrunnisa 1708491
Meda Saputri 1708492
Melda Pipit Andryany 1708494

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan


oleh salmonella typhi. Demam tifoid di jumpai secara luas di berbagi negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World
Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insiden 600.000 kasus kematian tiap
tahun.

Hingga saat ini penyakit demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan
di negara-negara tropis termasuk indonesia. Kejadian demam tifoid di dunia sekitar
16 juta kasus setiap tahunnya, 7 juta kasus terjadi di asia Tenggara, dengan angka
kematian 600.000 kejadian demam tifoid di indonesia sekitar 760-810 kasus per
100.000 pertahun, dengan angka kematian 3,1-10,4%.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasikan asuhan keperawatan dengan diagnose medis
Thypoid
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien Thypoid di Ruang Melati RS
Tugurejo Semarang.
2. Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada pasien Thypoid di Ruang Melati
RS Tugurejo Semarang.
3. Mengidentifikasi rencana keperawatan pada pasien Thypoid di Ruang Melati
RS Tugurejo Semarang.
4. Melakukan implementasi pada pasien Thypoid di Ruang Melati RS Tugurejo
Semarang.
5. Mengevaluasi keperawatan pada pasien Thypoid di Ruang Melati RS Tugurejo
Semarang.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Demam tifoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdominalis adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang yang masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Tapan, 2004).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan
bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam
tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier,
2013).
Jadi, demam tifoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
gram negatif (bakteri Salmonella typhii ) yang menurunkan sistem pertahanan tubuh
dan masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Aspek paling penting
dari infeksi ini adalah kemungkinan terjadinya perfusi usus, karena organisme
memasuki rongga perut sehingga menyebabkan timbulnya peritonitis yang
mengganas.

B. Penyebab / Etiologi
1. Salmonella typhii
2. S. Paratyphii A, S. Paratyphii B, S. Paratyphii C.
3. S typhii atau S. paratyphii hanya ditemukan pada manusia.
4. Demam bersumber dari makanan-makanan atau air yang dikontaminasi oleh
manusia lainnya.
5. Di USA, kebanyakan kasus demam bersumber baik dari wisatawan mancanegara
atau makanan yang kebanyakan diimpor dari luar.
Salmonella typii, Salmonella paratyphii A, Salmonella Paratyphii B,
Salmonella Paratyphii C merupakan bakteri penyebab demam tifoid yang mampu
menembus dinding usus dan selanjutnya masuk ke dalam saluran peredaran darah
dan menyusup ke dalam sel makrofag manusia. Bakteri ini masuk melalui air dan
makanan yang terkontaminasi dari urin dan feses yang terinfeksi dengan masa
inkubasi 3-25 hari.
Pemulihan mulai terjadi pada minggu ke-empat dalam perjalanan penyakit.
Orang yang pernah menderita demam tifoid akan memperoleh kekebalan darinya,
sekaligus sebagai karier bakteri. Jadi, orang yang pernah menderita tipus akan
menjadi orang yang menularkan tipus pada yang belum pernah menderita tipus.

C. Klasifikasi
Menurut WHO (2003) , ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis :
a. Demam Tifoid Akut Non Komplikasi
Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam
berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan
diare pada anak – anak ), sakit kepala, malaise, dan anoreksia. Batuk bronchitis
biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25%
penyakti menunjukkan adeanya resespot pada dada, abdomen dan punggung.
b. Demam Tifoid Dengan Komplikasi
Pada demam tifois akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan keadaan kliniknya,
hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi,
dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
c. Keadaan Karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella thypi di feses.

D. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi bersama makanan/minuman masuk kedalam tubuh


melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan
dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam
jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai
usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian
menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-
sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi
Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke
jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di
dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati
dan limfe. (Soedarmo, dkk, 2012).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun pejamu maka
Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun,
akan tetapi tempat yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum
tulang belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau penyebaran
retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding
usus atau dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksindalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi menstimulasi
makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah
yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil, demam,
depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem
imunologik (Soedarmo, dkk, 2012).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks Peyer. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga
terjadi ulserasi plaks Peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang
dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai
perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa membesar
(Suriadi & Rita, 2006).
Komplikasi infeksi dapat terjadi perforasi atau perdarahan. Kuman Salmonella
typhi terutama menyerang jaringan tertentu, yaitu jaringan atau organ limfoid seperti
limpa yang membesar, juga jaringan limfoid di usus kecil yaitu plak Peyer terserang
dan membesar. Membesarnya plak Peyer membuat jaringan ini menjadi rapuh dan
mudah rusak oleh gesekan makanan yang melaluinya. Inilah yang menyebabkan
pasien tifus harus diberikan makanan lunak, yaitu konsistensi bubur yang melalui liang
usus tidak sampai merusak permukaan plak Peyer ini. Bila tetap rusak, maka dinding
usus setempat yang memang sudah tipis, makin menipis, sehingga pembuluh darah
ikut rusak akibat timbul perdarahan, yang kadang-kadang cukup hebat. Bila
berlangsung terus, ada kemungkinan dinding usus itu tidak tahan dan pecah
(perforasi), diikuti peritonitis yang dapat berakhir fatal

E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.
Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal masuk rumah sakit.
2. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu
makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah pasien
menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual,
muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,
nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai
koma.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit
yang lainnya.
6. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang
dideritanya.
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan
yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
8. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan
rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
9. Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien
akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
10. Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat,
sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
11. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang
meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
12. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan
terjadi perubahan.
13. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan
dan kemampuan dalam merawat diri.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual,
perut tidak enak, anoresia.
b. Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva
anemia, mata cowong, muka tidak edema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi
dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan
nyeri tekan.
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat
cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.

f. Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

g. Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

h. Sistem musculoskeletal

Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada
gangguan.

i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, pada penderita
penyakit thypoid.

F. Diagnose Keperawatan
Diagnosa yang muncul
1. Hipertemia berhubungan (00007)

Ds: Ibu klien mengatakan anaknya panas

Do:

a. Suhu Tubuh klien lebih dari 36,50C


b. Kulit terasa hangat
c. Kulit terlihat kemerahan
d. Nadi klien lebih normal {anak,-anak (>120x/menit), prasekolah
(>140x/menit), dibawah 3tahun (>150x/menit), bayi (>160x/menit)}
e. Nafas klien lebih normal { anak-anak (>30x/menit), prasekolah
(>34x/menit), dibawah 3 tahun (40x/menit), bayi (60x/menit)}
f. Apakah adanya kejang

2. Kekurangan volume cairan (00027)

Ds:

a. ibu klien mengatakan anaknya susah minum


b. klien mengatakan anaknya buang air kecil terus

Do:

a. bibir klien terlihat pecah-pecah


b. mukosa klien kering dan pucat
c. penurunan tugor kulit
d. kulit klien terlihat lembab
e. peningkatan konsentrasi urin
f. klien terlihat lemas

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh (00002)

Ds:
a. ibu klien mengatakan anaknya susah makan
b. klien mengatakan anaknya mengalami muntah
Do:
a. Klien tampak lemas dan tak memiliki stamina
b. Berat badan klien mengalami penurunan
c. Klien terlihat tidak memilki nafsu makan
d. Membra mukosa klien pucat
e. Adanya sariawan
f. Klien tanpak menghindari makanan
G. Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Hipertermia NOC: NIC:
(00007) 1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence behavior (pengaturan suhu)
3. Immune status 1. Monitor suhu minimal tiap dua
4. Risk control jam
5. Risk detection 2. Rencanakan monitoring suhu
Kriteria hasil: secara kontinyu
1. Keseimbangan antara 3. Monitor tekanan darah, nadi
produksi panas, panas yang dan respiratory rate
diterima, dan kehilangan 4. Monitor warna dan suhu kulit
panas 5. Monitor tanda-tanda
2. Seimbang antara produksi hipertermi dan hipotermi
panas, panas yang diterima, 6. Tingkatkan intake cairan dan
dan kehilangan panas nutrisi
selama 28 hari pertama 7. Selimuti pasien untuk
kehidupan mencegah hilangnya
3. Keseimbangan asam basa kehangatan tubuh
bayi baru lahir 8. Ajarkan pada orang tua pasien
4. Temperature stabil : 36,5 – cara mencegah keletihan
37,5°C akibat panas
5. Tidak ada kejang 9. Diskusikan tentang pentingnya
6. Tidak ada perubahan warna pengaturan suhu dan
kulit kemungkinan efek negative
7. Pengendalian risiko: dari kedinginan
hipertermia 10. Beritahu tentang indikasi
8. Pengendalian risiko: terjadinya keletihan dan
hipotermia penanganann emergency yang
9. Pengendalian risiko: proses diperlukan
menular 11. Ajarkan indikasi dari
hipotermia dan penanganan
10. Pengendalian risiko: yang diperlukan yang
paparan sinar matahari diperlukan
12. Berikan anti piretik jika
diperlukan
2. Kekurangan NOC NIC
volume cairan 1. Fluid balance Fluid management
(00027) 2. Hydration 1. Timbang popok jika perlu
3. Nutritional status: food and 2. Pertahankan catatan intake dan
fluid intake output yang akurat
Kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi
1. Mempertahankan urine (kelembaban membrane
output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat, tekanan
dan berat badan, berat jenis darah ortostatik) jika
urine normal , HT normal diperlukan
2. Tekanan darah, nadi, suhu 4. Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal 5. Monitor masukan makanan
3. Tidak ada tanda-tanda atau cairan dan hitung intake
dehidrasi, elastisitas turgor kalori harian
kulit baik, membran 6. Kolaborasikan pemberian
mukosa lembab, tidak ada cairan IV
rasa haus yang berlebihan. 7. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
8. Dorong masukan oral
9. Berikan nasogastrik sesuai
output
10. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
11. Tawarkan makanan ringan
(jus buah, buah segar) untuk
anak usia bermain sampai
remaja/dewasa
12. Kolaborasi dengan dokter
apabila diperlukan transfusi
Hypovolemia management
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien atau orang tua
pasien untuk menambah intake
oral
8. Pemberian cairan IV monitor
untuk mengindikasi adanya
tanda dan gejala kelebihan
volume cairan yang diberikan
9. Monitor adanya tanda gagal
ginjal
3. Ketidakseimban NOC: NIC
gan nutrisi 1. Nutritional status Weight Management (1260)
kurang dari 2. Nutritional status: Food and 1. Bina hubungan dengan
kebutuhan tubuh fluid intake keluarga klien
(00002) 3. Nutritional status: nutrient 2. Jelaskan keluarga klien
intake mengenai pentingnya
4. Weight control pemberian makanan,
penambahan berat badan dan
Kriteria Hasil: kehilagan berat badan
1. Adanya peningkatan berat 3. Jelaskan kelurga klien tentang
badan sesuai dengan tujuan kondisi berat badan klien
2. Berat badan ideal sesuai 4. Jelaskan resiko dari
dengan tinggi badan kekurangan berat badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi 5. Berikan motivasi keluarga
5. Menunjukan peningkatan klien untuk meningkatkan
fungsi pengecapan dari berat badan klien
menelan 6. Pantau porsi makan klien
6. Tidak terjadi penurunan 7. Anjurkan klien makan teratur
berat badan yang berarti
PATWAYS Kuman salmonela

5f (foot, fingers, fomitus, fly,


feses)

mulut

Kuman mati Lambung (Hcl) hidup

usus halus bagian distal


kuman menularkan

bakteriema primer

difagosit tidak difagosit


bakterimema
mati sekunder

pembulu usus halus hipotalamus hepar


darah kapiler
peradanga menekan hepotasplenomegali

tromboflebiti miokarditis termoregul


mal absorbsi e Endotoksin

nutrien hipertermi merusak hepar

Mual, muntah
hiperperistaltik Hepatitis
Kebutuhan Nutrisi anoreksia cepat lelah
usus
kurang dari
intake tidak bedrest
kebutuhan tubuh Intoleransi
Diare adekuat
aktifitas
konstipasi
reinteraksi
komplikasi usus

haluaran
cairan Intestinal Ekstraintestinal
- Per darahan
usus - pneumonia
- Peritonitis - meningitis
Gangguan keseimbangan cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B. Suharyo B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Kanisius

Damin, Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC

http://www.slideshare.net/septianraha/penatalaksanaan-medik. Diakses pada tanggal senin, 3


maret 2014, 16:05 WIB

Muslim. 2009. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Rubenstein, David. et all. 2007. Kedokteran Klinis. Jakarta: Erlangga

Soedarmo, Sumarmo S Poorwo., dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI

Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthoropogene. Yogyakarta: Kanisius

Sidoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta: Internal
Publishing

Tapan, Erik. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah, Tifus.
Jakarta: Pustaka Populer Obor

Team Elsevier. 2013. Ferri’s Clinical Advisor 2013: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier, Inc

Tjay, Tan Hoan dan Raharja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting: Kasiat, Penggunaan, dan Efek
– Efek Sampingnya. Ed 6. Jakarta: EGC

Weller, Barbara F. 2005. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai