Anda di halaman 1dari 5

BAB 4

PEMBAHASAN

Praktik keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa Program


Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Kelompok 2 adalah salah satu program profesi untuk mengaplikasikan konsep
keperawatan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan komunitas
sebagai dasar ilmiah.
Upaya pendidikan untuk mencetak seorang perawat yang profesional,
mandiri dan mempunyai kompetensi sesuai dengan yang diinginkan dapat
dilakukan dengan menerapkan konsep tersebut, dan secara resmi mahasiswa
melakukan praktik klinik keperawatan komunitas di RT 02 RW 14 Kelurahan
Tulusrejo Kecamatan Lowakwaru Kota Malang mulai tanggal 22 Mei sampai 15
Juli 2017 dengan melakukan berbagai kegiatan. Hasil dari kegiatan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :

4. 1 Diagnosa keperawatan komunitas I : Ketidakefektifan managemen kesehatan


Untuk melakukan intervensi diagnosa pertama kelompok mengadakan kegiatan
yang dinamai dengan “Hari dinkes” yaitu Hari deteksi dini kesehatan berupa pemeriksaan
gratis dan “TOPHIS” yaitu Totalitas BHBS berupa penyuluhan kesehatan dan praktek cuci
tangan. Di mana akan diadakan pemeriksaan gratis kemudian dilanjutkan dengan
penyuluhan kesehatan. Pemeriksaan gratis dilakukan dengan tujuan menarik minat
warga untuk mengikuti penyuluhan. Pemeriksaan gratis yang dilakukan yaitu berupa
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan pengukuran tekanan darah.
Kemudian di berikan edukasi singkat mengenai hasil pemeriksaan. Setelah itu peserta
berkumpul untuk diadakan penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan ini dilakukan oleh mahasiswa kepada warga di RT 02 RW
14 di Kelurahan Tulusrejo. Penyuluhan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang PHBS. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada
warga di lakukan di balai RT 02 kelurahan Tulusrejo. Materi penyuluhan kesehatan
meliputi pengertian PHBS, 10 poin PHBS dan cara penerapannya di rumah. Dalam
penyuluhan ini metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab. Ada
beberapa peserta mengajukan pertanyaan tentang PHBS seperti penggunaan sabun,
penyakit yang di timbulkan akibat PHBS yang kurang baik. Peserta kurang antusias
dalam penyuluhan di buktikan dari awal penyuluhan hanya 7 peserta yang datang
kemudian warga berdatangan tidak serentak, sehingga kurang efektifitas penyuluhan
yang di lakukan.
Penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual. Media audiovisual
merupakan suatu cara menyajikan materi dengan menggunakan alat-alat media

87
pengajaran yang dapat memperdengarkan, atau memperagakan bahan-bahan tersebut
sehingga peserta dapat menyaksikan secara langsung, mengamati secara cermat
(Arsyad, 2005). Media audiovisual bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk
yang menarik, mudah dimengerti dan jelas. Infromasi akan mudah dimengerti karena
indera, terutama telinga dan mata digunakan untuk menyerap informasi. (Arsyad, 2005).
Peningkatan pengetahuan warga setelah diberikan penyuluhan melalui praktek
cuci tangan dengan media video. Setelah penyuluhan selesai diadakan praktek langsung
cuci tangan menggunakan handrub, peserta dibagi beberapa kelompok, satu kelompok di
pegang oleh satu mahasiswa. Peserta di ajarkan langkah-langkah cuci tangan yang baik
dan benar, kemudian peserta di minta untuk mengulang kembali langkah langkah cuci
tangan tersebut. Adanya media dalam penyuluhan terdapat dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap yang selanjutnya dapat mempengaruhi praktik cuci tangan. Video ini
menjelaskan tentang langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar yang diberikan
kepada responden sehingga responden bisa menerimanya agar mampu menerapkan
praktik cuci tangan. Video memiliki keunggulan karena dapat menyampaikan informasi
yang lebih kongkrit atau lebih nyata. Sehingga warga menjadi antusias terhadap video
cuci tangan, sehingga mempengaruhi warga agar bisa melakukan cuci tangan yang baik
dan benar supaya terlaksana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sesuai dengan
Setiawan dan Dermawan (2008) yaitu ada dua upaya untuk mempengaruhi perilaku agar
dapat menerapkan yaitu tekanan dan pendidikan atau penyuluhan. Penyuluhan yang
dimaksud yaitu proses perubahan perilaku agar mereka tahu, mau dan mampu
melakukan perubahan perilaku kesehatan. Untuk merubah perilaku kesehatan yang lain
juga dapat menggunakan media video karena pesan lebih mudah diterima (Lubis, Z dan
Isyatun Mardiyah Syahri, 2015).
Pengetahuan warga tentang PHBS meningkat hal ini dibuktikan dengan evaluasi
yang dilakukan. Seperti memberi pertanyaan pada warga dan warga mampu menjawab
dan mengulang kembali apa yang sudah disampaikan oleh pemateri. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah media yang digunakan dalam pelatihan dan penyuluhan kader ini
adalah adanya leaflet tentang cuci tangan. Peserta yang datang 25%, yaitu sebanyak 22
orang dari 120 orang total warga di RT 02 RW 14. Setelah diberikan edukasi kesehatan
tentang PHBS, orang (18%) peserta mampu mengerti tentang materi PHBS, dinilai dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pemateri kepada peserta. Sebanyak 25 orang
(85%) peserta mampu mempraktekkan cuci tangan dengan benar. Seperti dalam teori
Keberhasilan penyuluhan kesehatan dipengaruhi oleh faktor penyuluh, faktor sasaran
dan faktor proses dalam penyuluhan (Nursalam, 2008). Sehingga dalam proses
penyuluhan kesehatan diperlukan peran aktif peserta didik dan pemberi pendidikan
kesehtaan untuk berperan aktif dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan.

4.2 Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan


a. Counko 3 in 1

88
Kegiatan Counko 3 in 1 dilaksanakan di beberapa rumah warga RT
02 RW 14 pada hari Selasa, 11 Juli 2017. Kegiatan Counko 3 in 1 adalah
pemberian pendidikan kesehatan kepada warga mengenai bahaya
merokok. Setelah dilakukan penyuluhan dilanjutkan dengan pembagian
permen dan celengan sebagai pengganti rokok. Hasil pendidikan
kesehatan ini, sebanyak 80% peserta masih mengingat materi yang telah
disampaikan oleh mahasiswa dan mampu menjawab pertanyaan dengan
baik. Keluarga yang merokok juga menyatakan mau mengubah
kebiasaan merokok.
Penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Najmah,
dkk (2015) bahwa Intervensi berupa konseling terpadu, pemberian
permen pengganti rokok, dan pesan singkat sehat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan perilaku. Namun pada penelitian ini
menyatakan bahwa partisipasi masyarakat yang cukup baik dapat
mewujudkan KTR pada tingkat rumah tangga. Intervensi ini memberikan
peluang 46% untuk mengurangi perilaku merokok.

b. Pembagian Sticker 6 Langkah Cuci Tangan


Salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
adalah pengalaman. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami
seseorang mungkin akan menambah sesuatu. Dalam hal ini, umur
merupakan wujud dari pengalaman yang nantinya akan menambah
wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak (Mubarak, 2010).
Pembagian Sticker 6 Langkah Cuci Tangan untuk menindaklanjuti
kegiatan penyuluhan dan demosntrasi cuci tangan 6 langkah yang sudah
dilakukan tanggal 21 Juni 2017. Pembagian Sticker 6 Langkah Cuci
Tangan ini dilakukan pada hari Selasa, 11 Juli 2017 kepada warga RT 02
RW 14 Kelurahan Tulusrejo..
Hasil evaluasi sebelum dilakukan pembagian stiker menunjukkan
pengetahuan warga tentang cuci tangan sudah menunjukkan hasil baik
yaitu 80% masih ingat dengan yang disampaikan pada pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan.
Pembagian stiker 6 langkah cuci tangan ini bertujuan sebagai
pengingat warga dalam melakukan cara cuci tangan yang benar.
Diharapkan setelah pembagian stiker cuci tangan ini dapat lebih
meningkatkan kemauan warga RT 02 RW 14 Kelurahan Tulusrejo untuk
melakukan cuci tangan dengan benar.

89
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan di RW
14KelurahanTulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Malang yang dilaksanakan pada
22 Mei 2017 sampai 15 Juli 2017, sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Dari kegiatan MMRW dipaparkan hasil pengkajian yang telah dilakukan di setiap
rumah warga RT 02 RW 14 didapatkan hasil mufakat untuk dilaksanakannya
kegiatan penyuluhan kesehatan, deteksi dini kesehatan, dan demonstrasi cuci
tangan.
2. THOPIS (Totalitas PHBS) yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2017. Materi
peyuluhan yang diberikan yaitu PHBS yang terdiri dari 10 poin PHBS dan
demonstrasi cuci tangan. Dari kegiatan THOPIS didapatkan peserta kurang
antusias dalam penyuluhan yang di buktikan di awal penyuluhan dihadiri 7
pesertayang datang kemudian warga berdatangan tidak serentak, sehingga
kurang efektif dalam penyampaian penyuluhan.
3. Hari Dinkes (Hari deteksi dini kesehatan) yang dilaksanakan tanggal 21 Juni
2017 kegiatan yang dilakukan meliputi pengukuran berat badan tinggi badan,
mengukur tanda-tanda vital dan memberikan konseling. Kegiatan ini termasuk
berhasil menarik peserta dengan kehadiran 26 orang, dalam pelaksanaannya
peserta tampak antusias dalam mengikuti setiap pemeriksaan dan aktif bertanya
ketika dilakukan konseling kesehatan.
4. Counko 3 in 1 yang dilaksanakan di beberapa rumah warga RT 02 RW 14 pada
hari Selasa, 11 Juli 2017 kegiatan ini berisikan penyuluhan kesehatan tentang
merokok meliputi bahaya merokok, kadungan yang ada di dalam rokok, dan cara
menghentikan merokok dan pembagian celengan untuk menabung uang rokok.
5. Pembagian sticker cuci tangan kegiatan ini berfungsi untuk menindaklanjuti
kegiatan penyuluhan dan demosntrasi cuci tangan 6 langkah yang sudah
dilakukan tanggal 21 Juni 2017. Pembagian 100 sticker ke rumah warga
bertujuan sebagai pengingat warga dalam melakukan cara cuci tangan yang
benar.

5.2Saran

90
1. UntukPuskesmas
Sebaiknya diadakan kegiatan rutin tentang penyuluhan kesehatan dan deteksi
dini kesehatan yang dilakukan oleh petugas untuk mengurangi perilaku beresiko
pada warga sehingga dapat menjadi salah satu upaya preventif terhadap
kejadian penyakit–penyakit yang disebabkan oleh karena perilaku beresiko yang
dilakukan warga.

2. Untuk Perangkat Kelurahan dan Warga Binaan


a. Untuk perangkat kelurahan sebaiknya memperhatikan kebersihan
lingkungan, dengan diadakannya kegiatan rutin kerja bakti sehingga
lingkungan warga terjaga kebersihannya dan terhindar dari penyakit yang
berasal dari lingkungan
b. UntukPerangkat kelurahan sebaiknya berkerja sama dengan tenaga
kesehatan atau kader desa untuk memfasilitasi pemberian penyuluhan
kesehatan pada kegiatan warga. Sehingga dengan diadakannya
penyuluhan pengetahuan dan kesadaran warga untuk berperilaku bersih
dan sehat meningkat.
c. Untuk Warga saat anggota keluarganya memiliki masalah kesehatan
sebaiknya segera dibawa ke tenaga kesehatan, sehingga pengobatan dan
pencegahan penyakit berbahaya dapat dilakukan dengan tepat.

91

Anda mungkin juga menyukai