Anda di halaman 1dari 8

PEMERIKSAAN II

I. Judul : Pemeriksaan Albumin


II. Hari / Tanggal : Rabu, 23 Mei 2018
III. Tujuan : Untuk melakukan pemeriksaan albumin pada darah
secara spektrofotometer
IV. Landasan Teori

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh


manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah
3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat
molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin
terdapat 17 ikatan sulfide yang menghubungkan asam-asam amino yang
mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk
molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut
sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju
degradasi, dan distribusi antara kompartemen intravascular dan ekstravaskuler.
Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250 sampai 300 g pada orang
dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada dikompartemen
plasma dan sisanya didalam kompartemen ekstravaskular (Evans, 2000).

Albumin manusia dibuat dari plasma manusia yang diedapkan dengan


alkohol. Albumin secara luas digunakan untuk penggantian volume dan
mengobati hipoalbuminemia. Berdasarkan fungsi dan fisiologis, secara umum
albumin didalam tubuh mempertahankan tekanan onkotik plasma, peranan
albumin terhadap tekanan onkotik plasma mencapai 80% yaitu 25 mmHg.
Albumin mempunyai konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan protein
plasma lainnya, dengan berat molekul 66,4 kDa lebih rendah dari globulin
serum yaitu 147 kDa, tetapi masih mempunyai tekanan osmotic yang
bermakna. Efek osmotik ini memberikan 60% tekanan onkotik albumin.

61
Sisanya 40% berperan dalam usaha untuk mempertahankan intravascular dan
partikel terlarut yang bermuatan positif (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

Secara detail fungsi dan peran albumin dalam tubuh yaitu :

a. Albumin sebagai pengikat

Albumin akan mengikat secara dan lemah reversible partikel yang


bermuatan positif dan negative, dan berfungsi sebagai pembawa dan
sebagai pengangkut molekul dan metabolic obat. Meskipun banyak teori
tentang pentingnya albumin sebagai pengangkut dan pengikat protein
namun masih sedikit megenai, perubahan yang terjadi pada pasien dengan
hipoalbuminemia (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

b. Efek antikoagulan

Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah kerjanya seperti


heparin, karena mempunyai persamaan struktur molekul. Heparin
bermuatan negative pada gugus sulfat yang berikatan antitrombin III yang
bermuatan positif, yang menimbulkan antikoagulan. Albumin serum juga
bermuatan negative (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

c. Pendapar

Albumin berperan sebagai buffer dengan adanya muatan sisa dan molekul
albumin dan jumlahnya relative banyak dalam plasma. Pada keadaan pH
normal albumin bermuatan negative dan berperan dalam pembentukan
gugus anion yang dapat mempengaruhi status asam basa. Penurunan kadar
albumin dapat menyebabkan alkalosis metabolik karena penurunan
albumin dan penurunan anion (Nicholson dan Wolmaran, 2000).

d. Sebagai antioksidan
Albumin dalam serum bertindak memblok suatu keadaan neurotoxic
oxidant stress yang diinduksi oleh hidrogen peroksida atau copper, asam

61
askorbat yang apabila teroksidasi akan menghasilkan radikal bebas (Gum
dan suanson, 2004).
e. Selain disebut diatas albumin juga berperan mempertahankan integritas
mikovaskuler sehingga mencegah masuknya kuman kuman usus kedalam
pembuluh darah.

V. Metode kerja
A. Pra Analitik
1) Persiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus

61
2) Persiapan Sampel : Darah Vena (serum)
a. Prosedur pengambilan sampel/ flebotomi
1. Salam pada pasien
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan
pasien senyaman mungkin
3. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Minta pasien meluruskan lenganya, pilih tangan yng banyak
melakukan aktivitas
5. Minta pasien untuk mengepalkan tangannya
6. Pasangkan torniqket kira-kira 10 cm diatas lipatan siku
7. Pilih bagian vena mediana cubiti atau cephalica. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti sebuah
pipa kecil, elastic dan memiliki dinding tebal
8. jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70% dan biarkan kering, dengan catatan kulit yang sudah
dibersihkan jang dipegang lagi
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk
kedalam semprit (flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu torniquet
dilepas
11. Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka
kepalan tangannya
12. Letakan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan / tarik jarum.
Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama ± 15 menit.

b. Cara memperoleh serum

61
1. Darah yang sudah diambil dimasukan dalam tabung tanpa
antikoagulan sebanyak 3 mL, kemudian didiamkan selama 15
menit atau sampai darah membeku
2. Kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit
3. Lapisa jernih berwarna kuning muda berada dibagian atas adalah
serum.
3) Prinsip : Pada PH 4,1 albumin dapat berikatan dengan bromcresol
green (BCG) sehingga terbentuk kompleks berwarna hijau-
biru. Intensitas warna yang dihasilkan diukur secara
fotometri

4) Metode : Brom Cresol Green (BCG)

5) Alat dan bahan


a. Alat yang digunakan
1. Mikropipet 1000µl dan 10µl
2. Tabung reaksi kecil
3. Tabung k3
4. Tip kuning dan biru
5. Rak tabung
6. Tourniquet
7. Spektrofotometri
b. Bahan yang digunakan
1. 1 kit reagen albumin
2. Alkohol 70%
3. Kapas
4. Serum
5. Spoit

B. Analitik

61
Prosedur Blanko (µL) Standar (µL) Sampel (µL)
Sampel _ _ 10
Standar _ 10 -
Reangen 2500 2500 2500
Dihomogenkan dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang 20-25˚ C.

C. Pasca Analitik
1. Data Pasien
Nama : Yeni Fitriani
Umur : 20 tahun
Alamat : Lorong Rambutan
Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil Pemeriksaan : 6 g/dl

2. Nilai Rujukan
Serum/Plasma : 3,5-5,0 g/dl

3. Gambar

61
VI. Pembahasan

Albumin merupakan protein plasma dengan jumlah dan kelarutan dalam


air paling besar. Albumin merupakan protein yang paling banyak terdapat
dalam serum dengan kadar paling tinggi 3,5-5,5 g/dl. Albumin adalah
protein yang pertama kali hilang ketika jaringan mengalami kerusakan.
Albumin memiliki peran penting regulasi tekanan osmosis kolonial dalam
darah. Gugus reaktif yang banyak pada albumin menyebabkan albumin
dapat berikatan secara reversible dengan berbagai anion dan kation.
Albumin disintesis dan di lepas dan dikatabolisme oleh berbagai
jaringan. Mekanisme penghancuran sintesis albumin belum diketahui
secara pasti namun sering disebutkan bahwa pengaturan tersebut
berdasarkan tekanan osmotik koloidal.
Pada pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien bernama yeni
fitrianti diperoleh kadar albumin sebanyak 6,0 g/dl. Menandakan pasien
mengalami hiperalbuminemia. Merupakan hasil hemokonsentrasi karena
tidak terjadi peningkatan konsentrasi albumin dalam serum misalnya pada
keadaan dehidrasi.
Gejala yang dapat terjadi ketika kadar albumin meningkat adalah urin
berlebih dan kelelahan yang berlebih. Untuk urin berlebih yang
menandakan albumin dalam darah meningkat dan telah terjadi kebocoran
protein. Untuk urin berlebih sebaiknya pasien mengurangi konsumsi
suplemen, vitamin A, C, dan kalsium. Untuk gejala kelahan yang berarti
dapat terjadi karena tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi berat. Untuk
kelelahan berarti sebaiknya pasien mengonsumsi cukup air putih.

61
VII. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai albumin pada
pasien yang bernama Yeni Fitriani yaitu 6,0 g/dl. Hal ini menandakan pasien
mengalami hiperalbuminemia.

61

Anda mungkin juga menyukai