Anda di halaman 1dari 6

ETIK MANAJEMEN

RUMAH SAKIT METTA MEDIKA SIBOLGA

TAHUN 2017

Etika Di Rumah Sakit

Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis (practical
ethics), yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti
perlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan
hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia,
kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak mampu, dan sebagainya. Jadi, etika
rumah sakit adalah etika umum yang diterapkan pada (pengoperasian) rumah sakit.
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang
berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang
moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang
motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis
Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk
menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak?
Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya,
karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan
budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika
berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan
amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah
yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar,
jujur, adil, profesional dan terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung
jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri
sendiri dan profesi, terhadap pemerintah dan pada tingkat akhir
walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional
dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk
diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk
dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk
diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk
dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
Etika Rumah Sakit adalah suatu etika praktis yang dikembangkan untuk Rumah Sakit
sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran etika
biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika institusional rumah sakit adalah pengembangan
dari etika biomedika (bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama
sekali sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan teknologi
biomedis, justru terjadi di rumah sakit. Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan reproduksi
dibantu transplantasi organ.
Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :

1. Etika adminstrative
2. Etika biomedis
Secara umum masalah etik rumah sakit yang perlu diatur adalah tentang :
1. Rekam medis
2. Keperawatan
3. Pelaynan pasien dewasa
4. Pelayanan kesehatan anak
5. Pelayanan klinik medik
6. Pelayanan intensive, anatesi
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan kamar operasi
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan gawat darurat

1. Etika Adminstratif

Potensi Etika administratif yang pertama terkait dengan kepemimpinan dan


manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan
menentukan obyektif, menentukan arah dan memberi pedoman pada organisasi, kegiatan-
kegiatan kepemimpinan dan manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam
pelaksanaannya seorang pemimpin yang manajer puncak sangat mudah disadari atau
tidak melanggar asas-asas etikabeneficence, nonmaleficence, menghormati manusia dan
berlaku adil. Apalagi jika Direktur Rumah Sakit berprilaku diskrimatif dan menerapkan
standar ganda. Ia menuntut orang lain mematuhi standar-standar yang ditetapkan.
Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan sesuai dengan standar-standar itu
Potensi etika administratif berikutnya adalah tentang privasi. Privasi menyangkut hal-
hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita,
keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang
menjadi haknya. Adalah kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi
dan kerahasiaan pasiennya. Harus di akui, hal itu tidak selalu mudah. Misalnya kerahasiaan
rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang
terdapat di dalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang
berhak punya akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika administratif,
jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu sebab di satu pihak lain
kewajiban moral untuk menjaganya
Persetujuan tindakan medis (Informed consent). Masalah etika administratif dapat
terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan
yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan
tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti
olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan itu
atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak
terjadi banyak masalah etika, jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai
dengan apa yang diharapkan semua pihak.
Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin dikerjakan sehari-
hari misalnya pendektomi erakibat fatal. Kasus demikian dapat menjadi penyesalan
berkepanjangan. Dapat juga terjadi dilema etik pada dokter dirumah sakit, yang tega
mengungkapkan informasi yang selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu
dilakukan pasien akan jadi bingung, panik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja
untuk mencari pengobatan alternatif. padahal dokter percaya bahwa tindakan medik yang
direncanakan masih besar kemungkinannya untuk menyelamatkan pasien.
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi berhubung dengan
faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini terjadi sehari-hari.
a. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka dalah faktor yang mempengaruhi
rumah sakit untik memberikan pertolongan kepadanya
b. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter tertentu yang tarif jasanya tinggi, jika
ditegur pasti akan marah dan ungkin akan hengkang kerumah sakit lain.
c. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi piutang
priodiknya
d. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada konflik
kepentingan atara kebutuhan pasien dengan keinginan pemegang saham yang melihat
sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.
e. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan para klini
yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan pendapatan.
f. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi mahal, disuatu pihak diperlukan
untuk meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, dipihak lain potensi moral juga
tinggi.
2. Etika Biomedis

Etika biomedis di rumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan
instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada
saat-saat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua,
sampai saat-saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam
isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak
tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi para
dokter dalam menjalankan propesinya. Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh
International association of bioethics sebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-
isu etis, sosial, hukum, dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-
ilmu biologi.
Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika medis
’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak
menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien.
Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah
sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.

Etika Bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang etika biomedis dalam arti pertama
(bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik, teknologi
reproduksi, eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin,
eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai
dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International Association of Bioethics ,
kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya
menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan,
ekonomi, kependudukan, lingkungan hidup, dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis dalam arti tidak
hanya terbatas pada kepedulian internal rumah sakit saja-misalnya Komite Etika Rumah
Sakit dan para dokter saja seperti halnya pada penanganan masalah etika medis
‘tradisional’ melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti dan inter-
displiner tentang masalah-masalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis
pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan
sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika yang sekarang
sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian, identifikasi dan
pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut
pada presentasi ini. yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan
rumah sakit adalah tentang ‘fatwa’ pusat-pusat kajian nasional dan
internasional,deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty
International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI)
tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar
kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau
supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang
belum diketahui solusinya, pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.

Etika Medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan
medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya
malpraktek, terutama oleh dokter. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan
tanggung jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat
berdasar pada ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada
norma-norma etika.
Panitia Etik Rumah Sakit (PERS)

Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI) disusun oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI). ERSI ini memuat tentang kewajiban umum rumah sakit, kewajiban
rumah sakit terhadap masyarakat, kewajiban rumah sakit terhadap pasien, kewajiban
rumah sakit terhadap staf dan lain-lain.

Pada saat ini beberapa rumah sakit telah mulai merasakan perlunya sebuah badan
yang menangani pelanggaran etik yang terjadi di rumah sakit. Di rumah sakit besar di
Indonesia telah ada badan yang dibentuk di bawah nama Panitia Etika Rumah Sakit
(PERS) yang di luar negeri disebut Hospital Ethical Commitee dimana anggotanya
terdiri dari staf medis, perawatan, administratif dan pihak lain yang berkaitan dengan
tugas rumah sakit.

Fungsi Panitia Etika Rumah Sakit

Fungsi PERS ini adalah memberikan nasihat atau konsultasi melalui diskusi atau
berperan dalam menilai penyelesaian melalui kebijaksanaan, pendidikan pada
lingkungannya dan memberikan anjuran-anjuran pada pelayan kasus-kasus sulit.

Dengan demikian PERS dapat memberikan manfaat :

1. Sebagai sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik di rumah
sakit.
2. Mengidentifikasi masalah pelanggaran etik di rumah sakit dan memberikan pendapat
untuk penyelesaian.
3. Memberikan nasihat kepada direksi rumah sakit untuk meneruskan atau tidak, perkara
pelanggaran etik ke MKEK.

Tugas PERS adalah membantu para dokter, perawat dan anggota tim kesehatan di
rumah sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran etik maupun pemantapan
pengalaman kode etik masing-masing profesi.

Anda mungkin juga menyukai