PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) yang orang Indonesia bilang kencing
manis adalah suatu kelainan metabolik ditandai oleh adanya hiperglikemia
yang di sebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau
keduanya Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan
yang besar baik di Indonesia maupun di dunia.
Secara global, jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun
2011 telah mencapai 366 juta. Jika tidak ada tindakan yang berarti, jumlah
ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030
(IDF, 2011). Pada saat ini China menempati peringkat ke dua dengan
penderita DM sebanyak 98,4 juta dan diperkirakan akan mencapai 142,7
juta pada 2035.
Menurut survey yang dilakukan oleh World Health Organisation
(WHO), Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat
(Medan Bisnis Daily, 2011). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
penderita diabetes mellitus di Indonesia akan meningkat pesat dalam 10
tahun terakhir karena pada tahun 2000 jumlah penderita ada 8,4 juta dan
meningkat jadi 21,3 juta orang pada tahun 2010. Secara epidemiologi,
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang.
Provinsi Jawa Tengah melaporkan data penyakit tidak menular
seperti Diabetes Melitus (DM) dengan hasil 14,24% pada tahun 2013
serta hasil penderita DM sebesar 16,53% pada tahun 2014. Prevalensi
penyakit DM menduduki peringkat ke-2 diantara penyakit tidak menular
lainnya seperti jantung, PPOK dan asma bronchial. Hasil tersebut
didapatkan dari jumlah kasus DM tergantung insulin 2013 sebesar 9.376
kasus dan DM yang tidak tergantung insulin sebesar 142.925 kasus
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014). Prevalensi DM tergantung insulin
untuk wilayah Kabupaten Kebumen pada tahun 2012 sebesar 163 jiwa
dan untuk prevalensi DM tidak tergantung insulin ada 1.652 (Dinkes
Provinsi Jawa Tengah). Wilayah Kabupaten Kebumen pada tahun 2015
penyakit Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-2 untuk penyakit tidak
menular setelah penyakit hipertensi (8.131 kasus), Diabetes Melitus
(2.216 kasus) dan Asma Bronkial (2.085 kasus) (Profil Kesehatan
Kabupaten Kebumen).
Peningkatan jumlah penderita DM yang tidak tertangani dengan
baik akan selalu diikuti oleh peningkatan jumlah penyulit Diabetes Melitus
atau pun komplikasi dari Diabetes Melitus tersebut (Diabetes UK, 2011).
Penyulit DM yang sering muncul adalah luka kaki diabetes. Prevalensi
penderita luka kaki diabetes di Indonesia sekitar 15% dari penderita DM,
angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetes
merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80%
untuk Diabetes Melitus (Flahr, 2010).
Luka kaki diabetik merupakan salah satu infeksi yang
merupakan komplikasi dari Diabetes Melitus. Penderita luka kaki Diabetik
biasanya tidak menyadari akan adanya luka karena mengalami mati rasa
(Nabyl, 2009). Berawal dari luka kecil, lalu terinfeksi menyebabkan luka
diabetik dan bila tidak dirawat akan menjadi gangrene. Tetapi efek lebih
lanjut bila luka gangrene tidak dirawat akan mengakibatkan kematian. Hal
ini terjadi karena kurangnya perawatan luka sejak dini. Perawatan luka ini
berfungsi agar luka sembuh dan infeksi tidak menyebar ke organ lain. Bila
menyebar ke jantung maka akan berakibat kematian. Tetapi bila
perawatan luka dilakukan sejak dini, maka efek tersebut tidak terjadi
(Nabyl, 2009). Menurut Han, Kim dan Kim (2009) penanganan terhadap
luka kaki diabetik masih merupakan permasalahan yang sulit untuk
dipecahkan oleh tenaga kesehatan. Konsep patofisiologi dan mekanisme
penyembuhannya yang cukup rumit mengakibatkan timbulnya waktu
penyembuhan yang panjang. Walaupun demikian, perawatan luka pada
luka kaki diabetic dianggap merupakan salah satu cara yang dapat
dilaksanakan untuk menurunkan angka terjadinya amputasi bahkan angka
kematian. Metode perawatan luka kaki diabetik yang tepat akan
meningkatkan penyembuhan luka. Menurut Kaczander et al (2007) salah
satu metode perawatan luka yang dapat digunakan untuk meningkatkan
penyembuhan luka adalah dengan mempertahankan kelembaban pada
dasar luka untuk mencegah kolonisasi bakteri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lisbet (2009), hasil
yang didapatkan adalah adanya perubahan yang baik pada luka yang
diberi madu alami, serta menurut Haryanto (2010) madu sering digunakan
oleh nenek moyang untuk menyembuhkan luka infeksi. Madu alami
memiliki kandungan yang dapat menyembuhkan luka kaki diabetik.
Sebagai contoh enzim katalase yang berfungsi sebagai antibakteria dan
kandungan air yang kurang dari 18% memungkinkan madu untuk menarik
pus (nanah) yang berada disekitar area luka yang di oles dengan madu
alami tersebut (Suranto, 2007). Menurut Eddy, Gideonsen dan Mack
(2008) semua jenis madu dapat digunakan untuk balutan dalam
perawatan luka. Dalam kata lain, semua jenis madu, baik yang diperoleh
langsung dari peternakan, diperoleh di pasar tradisional ataupun
supermarket dapat digunakan sebagai balutan luka.
Menurut Freeman, May & Wraight (2010) madu memberikan
outcome positif pada kenyamanan pasien. Dari 65 pasien yang terlibat
dalam penelitian ini, kenyamanan pasien dilaporkan tinggi hingga 88 %
pada penggunaan honey gel dan 93% pada penggunaan honey alginate.
Hanya satu pasien (1,5%) yang melaporkan tingkat kenyamanan rendah
pada penggunaan madu. Sama halnya dengan madu, minyak zaitun
adalah salah satu bahan alami yang direkomendasikan untuk membantu
proses penyembuhan luka diabetes. Manfaat minyak zaitun yang mampu
obati luka diabetes ini sudah diketahui dan disarankan sejak dulu. Selain
dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes, minyak zaitun memiliki
manfat yang lain yaitu dapat mempercepat pembekun darah, mengurangi
peradangan dan mempercepat pertumbuhan granulasi (Sri Mulyati, 2017).
Luka pada pasien Diabetes Melitus yang dirawat dengan baik akan
mempercepat penyembuhan luka.
Fungsi dari minyak zaitun salah satunya adalah dapat
mempercepat pertumbuhan granulasi. Dengan fungsi mempercepat
pertumbuhan granulasi tersebut maka luka yang dirawat dengan
menggunakan minyak zaitun kondisinya akan membaik. Komponen-
komponen yang terkandung dalam minyak zaitun dapat menjadi
antimikroba pada luka. Selain menghambat pertumbuhan kuman yang
dapat memperburuk luka, minyak zaitun juga dapat dijadikan sebagai
pelembab serta memiliki kemampuan meningkatkan aliran darah yang
mampu menghasilkan kondisi permukaan luka yang ideal bagi
penyembuhan. Untuk proses penyembuhan, lingkungan luka tersebut
harus lembab, sehingga proses epitelisasi atau pertumbuhan jaringan
baru relatif lebih cepat. Komponen tersebut meliputi peroksida, anisidin,
yodium dan aldehid (Sri Mulyati, 2017) Berdasarkan pemaparan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
tentang “Penerapan Perawatan Luka Dengan Menggunakan Madu Dan
Minyak Zaitun Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Kerusakan
Integritas Jaringan”. Dengan studi kasus tersebut diharapkan pasien
dengan luka DM dapat lebih cepat dalam proses penyembuhan luka.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses penyembuhan luka sebelum dan setelah dilakukan
perawatan luka dengan menggunakan madu dan minyak zaitun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kedalaman luka diabetik sebelum dan setelah
dilakukan perawatan luka dengan menggunakan madu dan minyak
zaitun.
b. Mengetahui adanya eksudat pada luka diabetik sebelum dan
setelah dilakukan perawatan luka dengan menggunakan madu dan
minyak zaitun.
c. Mengetahui ukuran luka diabetik sebelum dan setelah dilakukan
perawatan luka dengan menggunakan madu dan minyak zaitun.
d. Mengetahui adanya infeksi pada luka diabetik sebelum dan setelah
dilakukan perawatan luka dengan menggunakan madu dan minyak
zaitun.
e. Mengetahui pertumbuhan jaringan granulasi pada luka diabetic
sebelum dan setelah dilakukan perawatan luka dengan
menggunakan madu dan minyak zaitun.
f. Mengetahui adanya jaringan nekrotik pada luka diabetik sebelum
dan setelah dilakukan perawatan luka dengan menggunakan madu
dan minyak zaitun.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.I DENGAN
KELUARGA ULKUS DIABETIK
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga ( KK ) : Tn. I (56 th)
2. Alamat dan Telepon : Wonosigro, Gombong
3. Pekerjaan KK : Buruh Pasir
4. Pendidikan KK : SD
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
5. Genogram
Pasien
Keterangan:
: Perempan
6. Tipe keluarga
Keluarga Tn.I merupakan keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
7. Suku
Keluarga Tn.I berasal dari suku Jawa
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga Tn.I memiliki status social ekonomi rendah, dengan
penghasilan Rp.<1000.000; per bulan dan tidak menetap. Biaya
kebutuhan di bantu oleh anak-anaknya.
9. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn.I dan keluarga sering menghilangkan kejenuhan dengan menonton
TV.
C. Struktrur Keuarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.I sehari-harinya menggunakan bahasa jawa. Apabila ada
masalah dalam keluarganya di putuskan sendiri, karena anak-anaknya
merantau
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn.I menjaga keluarganya agar tetap baik dan harmonis, saling
mendukung satu sama lain atas kegiatan yang dilakukan. Dalam
keluarga pengambil keputusan oleh kepala keluarga.
3. Struktur peran
a. Tn.I berperan sebagai kepala keluarga, mencari nafkah bagi
anggota keluarganya
b. Ny.R berperan sebagai seorang istri, namun sejak sakit seluruh
pekerjaannya sebagai Ibu Rumah Tangga dilakukan oleh suami.
c. Sdr.A berperan sebagai anak dan saat ini sedang merantau.
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn.I masih mempercayai pak kyai (orang pintar) dalam
pengobatan sebelum ke medis.
Keluarga Tn.I berharap luka yang diderita oleh Ny.R cepat sembuh. Dan
bagi pelayanan kesehatan agar memberikan layanan kesehatan yang
lebih baik bagi masyarakat.
F. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Tn.I : composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 88x/menit, RR :
18x/menit, GDS: 144 g/dL.
Ny.s S composmentis, TD : 100/60 mmHg, N : 90x/menit, RR : 22x/
menit, GDS: Hi
b. Pemeriksaan fisik
N Nama organ Tn.I Ny.R
o
Kepala Rambut panjang, Rambut panjang,
lurus, sedikit lurus, sedikit
beruban, kulit beruban, kulit
kepala bersih, kepala kotor,
tidak ada massa tidak ada massa
dan lesi dan lesi
Mata Konjungtiva Konjungtiva
ananemis, sclera anemis, sclera
anikterik anikterik
Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
pembesaran pembesaran
polip polip
Mulut Gigi berkurang Gigi berkurang,
bibir lembab, bibir kering
kehitaman
Leher Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Simetris, vocal Simetris, vocal
fremitus fremitus
seimbang, tidak seimbang, tidak
ada wheezing, ada wheezing,
tidak tidak
menggunakan menggunakan
otot bantu otot bantu
pernapasan, pernapasan,
tidak ada tidak ada nyeri
Abdomen Perut cembung, Perut datar, Tidak
tidak ada massa ada massa dan
dan lesi, tidak lessi, tidak ada
ada nyeri tekan nyeri tekan
Ekstremitas Tidak sianosis, Terdapat ulkus di
tidak ada lesi dan telapak kaki
massa, CRT< 3 sebelah, terdapat
detik 5 titik/lokasi luka,
luka tampak
kemerahan, tidak
ada pus/nanah,
balutan tampak
kotor, tidak ada
bau pada luka,
kanan, CRT< 3
detik
ANALISA DATA
No Data Diagnosa
1 DS : Kerusakan Integritas
- Ny.R dan keluarga mengatakan bahwa Jaringan
ada luka di telapak kaki kanan
- Ny.R dan keluarga mengatakan Luka
sudah diderita sejak 1 bulan yang lalu
- Ny.R dan keluarga mengatakan luka
dirawat oleh perawat Home Care
DO:
- Luka tampak kemerahan
- Balutan tampak kotor
- Tidak ada pus/nanah
- Tidak ada bau pada luka
- Ada 5 titik/lokasi luka