Anda di halaman 1dari 7

KASUS BEDAH

No. ID danNamaPeserta : 2016.02.03.37.UMI/ dr.Syukri Mawardi


No. ID danNamaWahana : 2016.02.03.37.UMI/
RSUD Lanto Dg Pasewang Kab. Jeneponto
Topik :Susp. Fraktur tertutup Femur dexra
Tanggalkasus : 25 Maret 2017
Presenter : dr. Syukri Mawardi
TanggalPresentasi :5 April 2017 Pendamping : dr. Hj. Sri Mulya
TempatPresentasi :RuangPertemuanRSUDLanto Dg. PasewangJeneponto
ObyekPresentasi :Anggota Komite Medik, Petugas Kesehatan & Dokter
Internsip RSUD Lanto Dg. PasewangJeneponto
◊ Keilmuan ◊ Keterampilan ◊ Penyegaran ◊ Tinjauan Pustaka
◊ Diagnostik◊ Manajemen ◊ Masalah ◊ Istimewa
◊ Neonatus ◊ Bayi ◊ Anak ◊ Remaja ◊ Dewasa ◊Lansia ◊ Bumil

◊ Deskripsi :
Laki-laki, 17 tahun datang dengan keluhan nyeri pada paha dan betis kanan yang
dialami sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme trauma: pasien mengendarai sepeda motor lalu ditabrak oleh
pengendara sepeda motor lain dari samping kanan. Paha dan betis kanan tidak
dapat digerakkan. Riwayat pingsan, mual maupun muntah disangkal. Riwayat
nyeri kepala tidak ada, riwayat keluar darah dari hidungdan telinga tidakada.

◊ Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan yang tepat
BahanBahasan ◊ TinjauanPustaka ◊ Riset ◊ Kasus ◊ Audit
Cara Membahas ◊ Diskusi ◊ Presentasi&Diskusi ◊ E-mail ◊ Pos
Data Pasien ◊Nama : Tn. H ◊ No.RM : 11.05.88
NamaKlinik : UGD Telp. : - Terdaftarsejak :
Data UtamaUntukBahasanDiskusi :
1. Diagnosis/GambaranKlinis :Susp. Fraktur tertutup femur et cruris dextra
2. Riwayat pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat kesehatan/penyakit :riwayat keluhan yang sama disangkal
4. Riwayat keluarga : riwayat penyakit dalam keluarga tidak diketahui
5. Riwayat pekerjaan : pelajar
6. Lain-lain :
Primary Survey
A : Paten, bersih
B : RR : 24x/menit, simetris, spontan, tipe torakoabdominal, sonor +/+,
suara dasarvesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-
C : TD : 110/70mmHg, Nadi : 102x/menit, reguler, kuat angkat
D : GCS 15 (E3M6V5), refleks cahaya +/+, pupil isokor Ø : 2.5mm ODS
E : Suhu: 36,70C aksilla

Secondary Survey
Regio Femoralis Dextra

- Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitarnya, tampak deformitas


berupa rotasi eksternal daerah proksimal femur, hematom (-), luka
terbuka (-)
- Palpasi : massa tumor(-), nyeri tekan (+)
- ROM : gerakan aktif dan pasif sendi panggul dan lutut terbatas
karena nyeri
- NVD : sensibilitas baik, denyut arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis
posterior teraba kuat angkat, capillary refill time <2detik.
PemeriksaanPenunjang
- Foto Femur dextra AP/Lateral
Kesan: frakturos femur 1/3 tengahdextra
DaftarPustaka :
1. Sjamsuhidajat R dan Jong WD : ‘Buku Ajar Bedah’, Ed Revisi,
PenerbitBukuKedokteran EGC, Jakarta, 1997; 995-1093
2. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: Butterworths. 2010. p.
687-732
3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 3rd
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
4. Thompson, John C. Netter's Concise Orthopaedic Anatomy. Second
Edition. USA: Saunders Elsevier. 2010.
HasilPembelajaran :
1. Diagnosis fraktur
2. Penanganan awal pada pasien fraktur tertutup
3. Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penatalaksanaan fraktur

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Laki-laki, 17 tahun dating dengan keluhan nyeri pada paha dan betis
kanan yang dialami sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit akibat
kecelakaan lalu lintas. Mekanisme trauma, pasien mengendarai sepeda motor
lalu ditabrak oleh pengendara sepeda motor lain dari samping kanan. Paha
dan betis kanan tidak dapat digerakkan. Riwayat pingsan, mual maupun
muntah disangkal. Riwayat nyeri kepala tidak ada, riwayat keluar darah dari
hidung dan telinga tidakada.

2. Obyektif:
Pada primary survey didapatkan airway paten dan bersih. Breathing laju
pernapasan 24x/menit, simetris, spontan, tipe torakoabdominal, perkusi
sonor pada kedua lapangan paru, auskultasi suara dasar vesikuler, tidak
didapatkan bunyi paru tambahan (ronki maupun wheezing). Circulation TD :
110/70mmHg, nadi 102x/menit, reguler, kuat angkat. Disabilitas GCS 15
(E3M6V5), refleks cahaya +/+, pupil isokor Ø: 2.5mm/2.5mm. Exposure
suhu: 36,70C aksilla.
Hasil secondary survey pada region femoralis dextra tampak deformitas
berupa rotasi eksternal daerah proksimal femur disertai nyeri tekan. Gerakan
aktif dan pasif sendi panggul dan lutut terbatas karena nyeri. Pemeriksaan
neurovascular : sensibilitas baik, denyut arteri dorsalis pedis dan arteri
tibialis posterior teraba kuat angkat, capillary refill time <2detik.Dari
pemeriksaan penunjang (foto femur dextraposis AP) didapatkan adanya
fraktur os. femurdextra 1/3 tengah.

3. Assesment
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka diagnosis yang sangat mendukung adalah Fraktur
Tetutupos. Femur Dextra 1/3 Tengah.

Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan


amat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga
bagian, yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan
metafisis distal. Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight
anterior bow, yang terletak antara trochanter minor hingga condylus
femoralis. Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter
major dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola
dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk
articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut
fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamen dari caput. Sebagian
suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
epifisis dan atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang
parsial. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang
berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung
atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik
tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada
tulang. Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau
metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau
tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget).

Prinsip dan Metode Penanganan Fraktur


1. Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka
diperlukan:
- Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah
membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang
bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena
agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.
- Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian
klinis, apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma
pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya.
- Resusitasi
2. Prinsip umum pengobatan fraktur
- Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan:
 Lokalisasi fraktur
 Bentuk fraktur
 Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
 Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan
- Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi
yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi
anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan
mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta
perubahan osteoartritis di kemudian hari.
Posisi yang baik adalah :
 Alignment yang sempurna
 Aposisi yang sempurna
- Retention; imobilisasi fraktur
- Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin
3. Metode Pengobatan Fraktur Tertutup
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:
a. Konservatif
Terdiri atas:
1) Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut
misalnya dengna cara memberikan sling (mitela) pada anggota
gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
2) Imobilisasi dengan bidai eksterna
Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya
memberikan sedikit imobilisasi, biasanya mempergunakan
plaster of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai
dari plastik atau metal. Indikasi: digunakan pada fraktur yang
perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan
3) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilissi eksterna,
mempergunakan gips, reduksi tertutup dengan traksi berlanjut
diikuti dengan imobilisasi, reduksi tertutup dengan traksi
kontinu dan counter traksi, reduksi tertutup dengan fiksasi
eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-wire maupun
reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna
tulang

4. Plan
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang
pasien ini didiagnosis dengan fraktur tertutupos. femur 1/3 tengah dextra.
Pengobatan
a. Jaga ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b. Berikan oksigen 3 liter/menit
c. Infus RL 20 tpm
d. Pasang spalk pada tungkaikanan
e. Injeksi Ketorolac30 mg IV
f. Injeksi Ranitidin 50 mg IV
Pendidikan
Konsultasi (-)
Rujukan: dokterbedah
Kontroldokterbedah

Jeneponto, 31 November 2016

Peserta, Pendamping,

dr. Syukri Mawardi dr.Hj. Sri Mulya


NIP. 196706202006042009

Anda mungkin juga menyukai