Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Perkembangan jumlah penduduk, pembangunan dan tekhnologi yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan terjadinya peningkatan
tuntutan kebutuhan di segala sektor. Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
tersebut diperlukan sarana penunjang yang memadai, salah satu penunjang
yang mutlak diperlukan adalah ketersediaan sistem kelistrikan yang handal dan
berkesinambungan.
Untuk menjamin ketersediaan sistem kelistrikan yang handal dan
berkesinambungan tersebut diperlukan suatu jaringan yang handal dan memadai
juga, sehingga pembangunan jaringan sistem kelistrikan dalam bentuk jaringan
transmisi baik dalam bentuk Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
maupun Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau disebut juga Transmission
Line (T/L) harus segera diwujudkan.
Sektor ketenagalistrikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari percepatan pertumbuh kembangan suatu daerah, karena ketersediaan
energi listrik berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, yang selanjutnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Pembangunan T/L 150 kV dari Desa Banjarsari ke Gardu Induk serta
perluasan Gardu Induk Lahat ini merupakan upaya PLN dalam rangka
meningkatkan pelayanan penyediaan tenaga listrik khususnya di Kabupaten
Lahat.
Disadari bahwa pembangunan transmisi T/L 150 kV dari Desa Banjarsari
ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat, baik secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi perubahan lingkungan dan ekosistem
disekitar lokasi kegiatan, maka perlu dilakukan studi tentang lingkungan sebelum
kegiatan dilakukan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, serta Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan / atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL), maka untuk setiap proyek atau pembangunan
Transmisi dengan kapasitas > 150 kV Wajib AMDAL, namun Pembangunan T/L
150 kV dari Desa Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat
tidak termasuk kegiatan wajib AMDAL. Kegiatan ini tidak diwajibkan menyusun
AMDAL melainkan membuat dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), dalam penyusunan
UKL dan UPL ini berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13
tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup, yang disajikan dalam buku ini.

1.2. Maksud dan Tujuan serta Manfaat Penyusunan UKL dan UPL
1.2.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan UKL dan UPL.
Maksud dari penyusunan UKL dan UPL ini adalah sebagai Upaya
pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan hidup harus dilakukan oleh
pihak pengelola kegiatan melalui berbagai pendekatan baik secara teknologi,
ekonomi, atau pertimbangan institusional. Upaya pengelolaan akan dirumuskan
sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan
pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan hidup.

Adapun tujuan dari penyusunan dokumen UKL dan UPL Pembangunan


T/L 150 kV dari Desa Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk
Lahat untuk memberikan gambaran secara lengkap dan obyektif kepada
masyarakat dan Pemerintah mengenaan kegiatan pembangunan Pembangunan
T/L 150 kV dari Desa Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk
Lahat. Dengan tujuan spesifikasi dari kegiatan operasional ini adalah sebagai
berikut :

a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemungkinan dampak yang akan timbul


oleh kegiatan pembangunan dan, operasional T/L 150 kV dari Desa
Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat, baik positif
maupun negatif.

b. Merumuskan acuan dan pedoman tentang upaya pengelolaan dampak


negatif yang akan timbul dan penyajian dampak positif bagi masyarakat
sehingga pengelolaan lingkungan yang dilakukan akan lebih efektif dan
berhasil.

c. Sebagai bentuk kepatuhan atas kewajiban PT. PLN (PERSERO) PIKITRING


SBS untuk mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku, bahwa
dalam rencana kegiatan pembangunan dan, operasional T/L 150 kV dari
Desa Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat
dilengkapi dengan dokumen UKL dan UPL.

1.2.2. Manfaat Penyusunan UKL dan UPL

Adapun manfaat dari penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan


Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) ini
adalah sebagai berikut :

a. Sebagai arahan bagi instansi terkait dalam pelaksanaan pengawasan


pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh PT.
PLN (PERSERO) PIKITRING SBS. pada kegiatan pelaksanaan
pembangunan dan, operasional T/L 150 kV dari Desa Banjarsari ke Gardu
Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat, untuk dapat lebih efektif dan
efisien.
b. Sebagai bentuk pengikat bagi pihak pemrakarsa dalam melaksanakan
pengelolaan kegiatan pembangunan dan, operasional T/L 150 kV dari Desa
Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat, dan
pemantauan lingkungan hidup di sekitar lokasi.

TUJUAN DAN MANFAAT Pembangunan T/L 150 kV dari Desa Banjarsari


ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat adalah :
Renana kegiatan Pembangunan Pembangunan T/L 150 kV dari Desa
Banjarsari ke Gardu Induk serta perluasan Gardu Induk Lahat yang
diprakarsai oleh PT. PLN (PERSERO) PI KITRING SBS bertujuan untuk:
Menambah pasokan tenaga listrik di wilayah Propinsi Sumatera Selatan terutama
yang berada di Kabupaten Lahat.

• Mengantisipasi terjadinya krisis energi listrik yang terjadi di wilayah


Propinsi Sumatera Selatan.
• Meningkatkan kehandalanan, kualitas dan ketersediaan tenaga listrik
pada sistem kelistrikan di Propinsi Sumatera Selatan, terutama di
Kabupaten Lahat.
• Menyediakan tenaga listrik secara kontinyu sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional dan nasional sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Propinsi Sumatera
Selatan.
• Menyusun perencanaan pembangunan transmisi yang efisien dan
efektif di Propinsi Sumatera Selatan.
• Meningkatkan kapasitas penyaluran listrik di Propinsi Sumatera Selatan,
terutama di Kabupaten Lahat.

I.3. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN AMDAL

I.3.1. Pemrakarsa
I.3.1.1. Identitas Instansi Pemrakarsa
Identitas Instansi Pemrakarsa kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan/Pemrakarsa : PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit
dan Jaringan Sumatera Selatan, Jambi,
Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung dan
Sumatera Barat
Jenis Badan Hukum : Perseroan Terbatas
Alamat : Jalan Residen Rozak No. 2180 Sekojo
Palembang, 30118 Telepon (0711) 719103
(Hunting) Faksimili (0711) 719102

• Identitas Penanggung Jawab Pemrakarsa


Identitas Penanggung jawab pemrakarsa kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Penanggungjawab : Yusuf Mirand
Jabatan : General Manager
Nama Perusahaan : PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit
dan Jaringan Sumatera Selatan, Jambi,
Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung dan
Sumatera Barat
Alamat : Jalan Residen Rozak No. 2180 Sekojo
Palembang, 30118 Telp (0711) 719103
(Hunting) Faks (0711) 719102
• URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
• Penentuan Batas lahan
Lokasi usaha dan/atau kegiatan Pembangunan SUTT 150 kV Phi Incomer
Tanjung Api – Api dan Gardu Induk Terkait Terkait ini secara administratif
berada di Kabupaten Banyuasin. Secara tata ruang setempat, kegiatan ini
berada merupakan wilayah persawahan, rawa, belukar, tanah tegalan dan
sedikit pemukiman penduduk. Lokasi kegiatan Pembangunan T/L 150 kV PHI
Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait sepanjang ± 52.852,38 m
ini meliputi 1 Kabupaten, 4 Kecamatan dan 8 Desa, yaitu :
• Kecamatan Talang Kelapa (Ds. Gasing)
• Kecamatan Tanjung lago (Ds. Muara Sugih, Ds. Suka Tani, Ds, Mulya Sari,
Ds. Bunga Karang)
• Kecamatan Banyuasin II (Ds.Teluk Payo)
• Kecamatan Muara Telang (Ds. Sri Tiga, Ds. Karang Anyar)
Peta Jalur Transmisi T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait
Terkait seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 :
Gambar 1.1. Peta lokasi kegiatan

Tahapan kegiatan Pembangunan SUTT 150 kV Phi Incomer Tanjung Api – Api dan Gardu
Induk Terkait ini dibagi dalam 4 (empat) tahapan kegiatan yakni prakonstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi. Beberapa tahapan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut
• Kegiatan Tahap Pra Konstruksi
Pengurusan Perizinan

• Survey Pendahuluan
• Sosialisasi Proyek
• Kegiatan Pembebasan Lahan, Tanaman, Bangunan.

• Kegiatan Tahap Konstruksi


• Mobilisasi Tenaga Kerja
• Mobilisasi Peralatan dan Material
• Pembersihan Tapak Tower dan Ruang Bebas
• Pembangunan Pondasi dan Pendirian Tower
• Penarikan Penghantar dan Kawat Tanah (ROW)
• Commisioning Test

• Tahap Operasi
• Kegiatan Penyaluran Energi Listrik
• Kegiatan Pemeliharaan

• Tahap Pasca Operasi


Kegiatan pembangunan SUTT 150 kV Phi Incomer Tanjung Api – Api dan Gardu Induk
Terkait diprakirakan akan dapat menimbulkan dampak pada komponen lingkungan sebagai
berikut :
Komponen kegiatan tersebut diuraikan lebih lanjut berikut ini :
• Kegiatan Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan tahap prakonstruksi dilaksanakan sebelum konstruksi fisik Pembangunan T/L
150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait, lebih bersifat kegiatan
administratif dan penelitian, dengan demikian belum terjadi perubahan kondisi
lingkungan yang mendasar. Kegiatan tahap ini terdiri atas :
Pengurusan Perizinan

Perizinan adalah aspek mendasar dalam pelaksanaan suatu kegiatan tak terkecuali
pembangunan transmisi. Kegiatan pembangunan sistem Transmisi 150 kV Phi
Incomer - Tanjung Api-Api tersebut memerlukan izin baik dari pemerintah pusat
maupun pemerinta daerah serta dari instansi atau departemen terkait. Beberapa
izin yang diperlukan untuk kegiatan proyek tersebut antara lain izin prinsip, izin
lokasi, dan Izin pemanfaatan tanah.
• Izin Prinsip
Dalam suatu kegiatan pembangunan, perizinan yang pertama kali diurus adalah
Izin Prinsip. Izin prinsip suatu kegiatan pembangunan akan dikeluarkan oleh
Pemerintah Propinsi masing – masing. Untuk kegiatan pembangunan transmisi
150 kV Izin Prinsip akan dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera
Selatan. Dalam kegiatan pengurusan izin prinsip diperlukan beberapa
kelengkapan yang akan dipenuhi yaitu :
• Surat Permohonan Ke Gubernur
• Proposal Project
• Akte Perusahaan
• Lay out lokasi
Izin Lokasi

Izin lokasi adalah perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota
terhadap suatu kegiatan pembangunan. Pemkab yang akan mengeluarkan Izin
Lokasi untuk kegiatan pembangunan adalah Pemerintah Kabupaten Banyuasin.
Kelengkapan yang harus dipenuhi dalam pengurusan izin lokasi adalah sebagai
berikut :
• Surat Permohonan Ke Bupati
• Proposal Project
• Akte Perusahaan
• Lay out lokasi
• Izin Pemanfaatan Tanah
Beberapa Pemkab mensyaratkan suatu kegiatan pembangunan harus
dilengkapi dengan Izin Pemanfaatan Tanah. Izin Pemanfaatan Tanah adalah
izin yang dikeluarkan oleh Bupati atas rekomendasi dari Dinas Tata Ruang atau
Bappeda. Dalam pengurusan Izin Pemanfaatan Tanah kelengkapan yang harus
dilengkapi adalah :
• Surat Permohonan Ke Bupati
• Proposal Project
• Akte Perusahaan
• Lay out lokasi
Ijin ketinggian bangunan

Izin ini terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)


dengan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Angkasa Pura.
Izin – izin lainnya

Secara umum perizinan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan


transmisi adalah seperti yang diuraikan diatas. Izin – izin lainnya yang dibutuhkan
antara lain adalah izin penebangan pohon, izin pengangkutan barang, izin Perhutani
dan lain – lain. Karena pembangungan T/L 150 kV Phi Incomer – Tanjung Api-Api
melintasi wilayah hutan bakau (mangrove) maka diperlukan izin khususnya dari Dinas
Kehutanan untuk melintasi wilayah sensitive tersebut.

• Survey Pendahuluan
Pembangunan transmisi membutuhkan informasi jalur yang jelas. Informasi ini
didapatkan dari survey. Kegiatan survey jalur transmisi meliputi kegiatan survey topografi
dan mekanika tanah serta tata ruang. Kegiatan survey topografi dilakukan untuk
menentukan jalur mana yang akan dilalui Transmisi 150 kV Phi Incomer - Tanjung Api-
Api yang merupakan jalur terbaik dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Kegiatan survey
topografi meliputi kegiatan lapangan dan kantor yaitu pengolahan data dan
penggambaran. Kegiatan survey mekanika dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi tanah. Kegiatan tersebut dibagi menjadi dua yaitu kegiatan di lapangan dan
kegiatan di laboratorium mekanika tanah.
Dalam penelitian/survey ini kegiatan yang dilakukan meliputi survey :
• Penentuan lokasi/konfigurasi jaringan
Kegiatan ini diawali dengan survey topografi untuk menentukan lokasi atau jalur yang
akan dilalui yang terbaik dilihat dari segi teknis dan ekonomis.
Menetapkan tipe tiang dan konduktor

• Menggambar potongan memanjang dan penempatan menara (peta profil)


Pada pekerjaan ini meliputi kegiatan lapangan dan kantor yaitu :
Pekerjaan lapangan, terdiri dari :

• Pengukuran profil memanjang dan situasi jalur, dengan beberapa tahapan yaitu :
pengukuran poligon utama, stacking out centerline, dan pengukuran situasi
memanjang dan situasi jalur.
• Pematokan dan pengukuran situasi tower, setelah pekerjaan perencanaan lokasi
tower. Pengukuruan di lapangan dengan menggunakan alat ukur teodolit.
• Pekerjaan kantor, terdiri dari :
a. pengolahan data dan penggambaran
b. perencanaan lokasi tower (tower spotting)
c. penggambaran plan section lokasi tower
d. pembuatan laporan survey

• Penyelidikan tanah
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah, dengan tujuan sebagai berikut
:
• Mengumpulkan data keadaan tanah permukaan dan bagian dalam di lokasi tapak
tower.
Memberikan saran tentang konstruksi tower yang sesuai dengan kondisi tanah dari hasil
survey mekanika tanah.

• Memberikan data teknik dalam penyusunan anggaran pada tahap perencanaan


• Sondir dan boring dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah karena
sebagian besar berada pada lahan rawa / basah.
• Khususnya di lokasi pemukiman diupayakan menggunakan pondasi sumuran agar
tidak mengganggu bangunan rumah warga.
• Pencatatan data tanah, bangunan dan tanaman yang terkena jalur.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembebasan tanah tapak tower diawali dengan
inventarisasi tanah yang mencakup luas tanah, status tanah, kelas tanah, pemilikan
tanah, jenis tanaman yang terkena jalur. Inventarisasi dilakukan bersama dengan PT
PLN (Persero) dengan pemilik tanah dan Badan Pertahanan Nasional (BPN) Tingkat
II yang kemudian dilegalisisr Kepala Desa setempat. Pada tahap pra konstruksi ini
kegiatan dilakukan oleh PT PLN (Persero).

3. Sosialisasi Proyek
Kegiatan sosialisasi proyek pembangunan T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api
dan Gardu Induk dilakukan untuk memberikan informasi yang jelas tentang rencana
pelaksanaan kegiatan tersebut kepada masyarakat. Sosialisasi ini merupakan
pemberitahuan mengenai proyek Pembangunan T/L 150 kV PHI Incomer Tanjung Api-
Api dan Gardu Induk Terkait oleh pihak Pemrakarsa dan Tim Studi yang ditujukan
kepada pada masyarakat yang langsung terkena dampak dari pelaksanaan kegiatan,
yaitu pada masyarakat yang berada dibawah atau di sekitar jalur T/L. Sehingga nantinya
dapat diketahui seberapa besar tanggapan dan harapan masyarakat terhadap proyek ini.
Sosialisasi ini dilakukan dengan sistem tanya jawab yang melibatkan pihak Pemrakarsa,
Tim Studi AMDAL, perwakilan/tokoh masyarakat setempat dan perangkat
kelurahan/kecamatan setempat. Sistem, waktu dan cara sosialisasi yang tepat dan
terarah akan sangat efektif untuk pelaksanaan sosialisasi kegiatan pembangunan T/L
150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait ini. Materi yang perlu
disampaikan dalam sosialisasi dan konsultasi publik meliputi:
• Pemaparan rencana kegiatan pembangunan proyek, diantaranya meliputi deskripsi
dampak yang diprakirakan terjadi akibat kegiatan.
• Manfaat, tujuan dan kegunaan proyek pembangunan.
• Pemaparan mengenai medan listrik dan medan magnet.
• Pemaparan batas ruang bebas pada bangunan maupun pohon terhadap tower.
Tahap pertama sosialisasi atau konsultasi publik yang dilakukan dalam rangka studi
AMDAL dan hal tersebut telah dilaksanakan dengan dilakukan melalui beberapa
sarana, yaitu :
• Pengumuman di surat kabar
• Pengumuman di tempat – tempat umum
• Pengumuman di Kecamatan dan Instansi terkait
• Pertemuan dengan masyarakat dan tokoh – tokoh masyarakat
Sosialisasi proyek yang dilakukan pada saat penyusunan studi AMDAL bertujuan untuk
mencari masukan guna pelingkupan dampak penting mengenai masalah pembangunan
T/L 150 kV PHI Incomer Tanjung Api-Api dan Gardu Induk ini dalam rangka
penyusunan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pengumuman di surat kabar telah dilakukan pada tanggal 31 Desember 2010 di harian
Banyuasin, bersamaan dengan hal ini dilakukan juga pengumuman melalui radio RRI
dan pemasangan pengumuman di tempat – tempat umum serta di kecamatan dan
instansi terkait.
Tahap kedua sosialisasi dan atau konsultasi publik dilaksanakan pada saat kegiatan
proyek akan dilakukan setelah mendapatkan semua perizinan yang berkaitan dengan
pembangunan sistem transmisi 150 kV Phi Incomer - Tanjung Api-Api. Kegiatan
sosialisasi pada tahap tersebut dilakukan pada instansi terkait maupun pada masyarakat
yang terkena proyek. Sosialisasi yang dilakukan di masyarakat dilakukan secara
terstruktur dengan melibatkan perangkat kecamatan dan desa serta tokoh masyarakat
sekitar proyek.
Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan melibatkan tokoh – tokoh atau pemuka agama,
untuk kegiatan yang melewati sarana ibadah dimana dapat dilakukan dengan
pendekatan tersendiri.
Keterbukaan diharapkan diharapkan dapat menciptakan hubungan yang baik dan
informasi yang jelas mengenai proyek yang sangat dibutuhkan dan untuk bisa
mendapatkan izin maka pemrakarsa harus memenuhi semua prosedur baik formal
maupun non formal yang berlaku di masyarakat.
Penyampaian informasi mengenai keberadaan proyek secara transparan bertujuan
untuk mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.
Sosialisasi Studi AMDAL 150 kV PHI Incomer - Tanjung Api-Api telah dilakukan di
semua kecamatan yang dilalui oleh jalur T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan
Gardu Induk.
• Kegiatan Pembebasan Lahan, Tanaman, Bangunan.
Pembebasan Lahan, Tanaman dan Bangunan

Dasar peraturan yang digunakan oleh PT PLN dalam melakukan pembebasan lahan
adalah Peraturan Presiden RI No. 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Kegiatan pembebasan
lahan, tanaman dan bangunan akan dilakukan oleh pihak pemrakarsa yaitu PT PLN
(Persero) sesuai kesepakatan dengan warga atau instansi pemilik lahan.
Pembebasan lahan untuk pembangunan 156 tower transmisi T/L 150 kV PHI Incomer
– Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait sepanjang ± 52,85 km dapat
mencapai luas ± 189.099 m2 yang kemungkinan akan menyentuh lahan-lahan yang
dimiliki masyarakat. Kegiatan pembebasan atau penambahan lahan/tanah dan
tanaman proyek pembangunan T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan
Gardu Induk Terkait ini dilakukan di tapak tower sepanjang jalur pembangunan T/L
150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait akan dilaksanakan
oleh pihak pemrakarsa yaitu PT PLN (Persero) PIKITRING Sumatera Selatan,
Jambi,Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung dan Sumatera Barat. Pembebasan
lahan dan tanaman akan dilakukan oleh pihak pemrakarsa sesuai kesepakatan
dengan warga pemilik lahan.
Tahapan kegiatan pembebasan lahan adalah sebagai berikut :
• Mengadakan sosialisasi / penyuluhan kepada masyarakat yang tanahnya terkena
tapak tower.
• Membuat daftar inventarisir lahan yang mencakup luas tanah, status tanah, kelas
tanah dan pemilikan tanah serta tegakan dan bangunan yang berada diatasnya.
• Mengidentifikasi status kepemilikan tanah dari pemilik tanah dan melakukan
pengecekan ke desa, kecamatan serta institusi yang berwenang.
• Melakukan negosiasi harga tanah. Negosiasi dilakukan melalui beberapa tahapan
diantaranya :
Tahap pertama yang dilakukan adalah negosiasi yang disaksikan oleh aparat
setempat di kantor kepala desa. Tahap selanjutnya negosiasi dilakukan pada
pemilik tanah secara langsung hingga didapatkan suatu kesepakatan mengenai
harga dari kedua belah pihak.
• Standar yang digunakan sebagai patokan dalam proses pembebasan tanah
adalah NJOP dan harga tanah yang ada disekitarnya serta dengan melihat
transaksi jual beli tanah yang terjadi 2 tahun terakhir.
• Pembebasan tegakan maupun bangunan yang berada diatas tanah dilakukan
dengan dasar peraturan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk pembebasan
bangunan dan Peraturan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk
pembebasan tanaman serta mengacu pada peraturan daerah yang berlaku
didaerah masing – masing.
• Melakukan pembayaran secara langsung kepada pemilik lahan apabila telah
didapatkan suatu kesepakatan dari masyarakat.
• Melakukan dokumentasi dan membuat berita acara pembayaran yang nantinya
akan digunakan sebagai bukti pelepasan hak dari masyarakat sehingga tanah
dapat digunakan sebagai tapak tower.
Sebelum pembebasan lahan dilakukan data yang diperoleh dari masyarakat tersebut
dikonfirmasikan ke Badan Pertanahan setempat untuk mendapatkan kejelasan status
tanah. Pembebasan lahan dilakukan dengan memperhatikan pemanfaatan sisa tanah
yang dimiliki oleh masyarakat. Sisa tanah yang dimaksudkan adalah sisa tanah yang
tersisa dari luas lahan untuk tapak tower, sehingga sisa tanah tersebut ikut
dibebaskan dan tanah tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain dari tanah yang digunakan untuk tapak tower dilakukan juga pembebasan
tegakan dan bangunan yang masuk dalam ruang bebas. Ruang bebas adalah Ruang
yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal disekeliling dan disepanjang
konduktor transmisi dimana tidak boleh ada benda didalamnya demi keselamatan
manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi Transmisi.
Ruang bebas untuk transmisi 150 kV nantinya disesuaikan dengan SNI No.
4.6918.2002 seperti pada gambar 2.2 dan 2.3. Sesuai dengan ketentuan yang
berlaku didalam ruang bebas dari transmisi 500 kV tidak diperkenankan adanya
tegakan atau apapun, untuk hal itu maka tegakan yang diperkirakan ada diruang
bebas harus dibebaskan. Kegiatan pembebasan ruang bebas dari tegakan disebut
kegiatan pembebasan jalur.
Tahapan – tahapan dalam kegiatan pembebasan jalur meliputi :
Mengidentifikasi tegakan yang diperkirakan akan masuk ke dalam ruang bebas.

• Mengidentifikasi kepemilikan tegakan yang diperkirakan masuk ke dalam ruang


bebas tersebut.
• Membuat daftar jenis dan jumlah tegakan yang diperkirakan akan masuk ke
dalam ruang bebas.
• Melakukan sosialisasi mengenai ruang bebas kepada pemilik tegakan. Sosialisasi
ini dilakukan secara bertahap mulai dari kabupaten, kecamatan hingga desa.
• Melakukan pendekatan dan negosiasi kepada masyarakat secara langsung
kepada pemilik tegakan sampai didapatkan suatu kesepakatan harga. Dasar
yang digunakan sebagai acuan untuk pembebasan tegakan adalah peraturan dari
Dinas Pekerjaan Umum untuk pembebasan bangunan dan Peraturan dari Dinas
Pertanian dan Perkebunan untuk pembebasan tanaman.
• Melakukan pembayaran secara langsung kepada pemilik lahan apabila telah
didapatkan suatu kesepakatan dari masyarakat.
• Melakukan dokumentasi dan membuat berita acara pembayaran yang nantinya
akan digunakan sebagai bukti pelepasan hak dari masyarakat.

Wilayah dibawah jalur untuk transmisi 150 kV jarak bebas horisontal untuk Transmisi
150 kV adalah 17 meter ke kiri dan kanan dari titik tengah transmisi dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 2.2.
Jarak Bebas Horizontal Transmisi 150 kV
Jarak dari sumbu Jarak datar Jarak
Saluran vertikal menara akibat ayunan bebas Total L + H + I
udara ke konduktor R konduktor (H) impuls (m)
(L) (m) (m) petir (m)

16,56
150 kV 7,3 6,16 3,10 Dibulatkan
17,00

Mekanisme pemberian kompensasi adalah sebagai berikut :


Membuat daftar inventarisir lahan dan bangunan yang masuk kedalam ruang bebas
transmisi seluas 17 m kiri dan kanan dari titik tengah yang mencakup luas tanah, status
tanah, kelas tanah dan pemilik tanah.

• Mengidentifikasi status kepemilikan tanah dari pemilik tanah dan melakukan


pengecekan ke desa, kecamatan serta institusi yang berwenang.
• Melakukan pembayaran secara langsung kepada pemilik lahan dan bangunan.
• Melakukan dokumentasi dan membuat berita acara pembayaran.
Jarak bebas minimum bidang vertikal adalah batas dimana bangunan atau tegakan
yang diperbolehkan tidak boleh melebihi batas minimum yang ditentukan dalam standar
WHO dan SNI. Jarak bebas minimum bidang vertikal untuk tranmsisi antara penghantar
dengan benda lain dibawahnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Jarak Minimum Penghantar Transmisi 150 KV
Dengan Tanah Atau Benda Lainnya
No Lokasi T/L 150 kV

1. Lapangan Terbuka atau Daerah 7,5 m


Terbuka
2. Daerah Dengan Keadaan Tertentu
2.1. Bangunan Tidak Tahan Api 13,5 m
2.2. Bangunan Tahan Api 4,5 m
2.3. Lalu lintas jalan/ jalan raya 9m
2.4. Pohon-pohon pada umumnya hutan, 4,5 m
perkebunan
2.5. Lapangan olahraga 13,5 m
2.6. SUTT lainnya, penghantar udara 4m
tegangan rendah, jaringan
telekomunikasi, antena radio, antena
televisi dan kereta gantung
2.7. Rel kereta biasa 9m
2.8. Jembatan besi, rangka besi penahan 4m
penghantar, kereta listrik terdekat dsb.
2.9. Titik tertinggi tiang kapal pada 4m
kedudukan air pasang/ tertinggi pada
lalu lintas air
Sumber : SNI 04-6918-2002

• Kegiatan Tahap Konstruksi


Mobilisasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang pembangunan tower meliputi tenaga
ahli berbagai disiplin ilmu, tenaga pengawas dan tenaga pelaksana dimana jumlahnya
sesuai dengan kebutuhan. Sebagian besar pekerja merupakan tenaga kasar yang
diambil dari penduduk sekitar lokasi tapak proyek, selain untuk memudahkan juga
menghindari masalah-masalah sosial lainnya yang akan timbul. Sedangkan untuk tenaga
kerja yang membutuhkan keahlian khusus yang tidak didapat dari daerah sekitar tapak
proyek akan diambil dari luar wilayah proyek. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan
terlibat dalam kegiatan pembangunan T/L 150 kV PHI Incomer Tanjung Api-Api dan
Gardu Induk pada tahap konstruksi berjumlah kurang lebih 153 orang meliputi :
• Tenaga kasar/pelaksana = 120 orang
• Tenaga menengah = 25 orang
• Tenaga ahli = 8 orang
Pengurangan tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan volume dan jenis
pekerjaan. Pada tahap konstruksi ini akan memberikan pengaruh terhadap perubahan
mata pencaharian penduduk di sekitar lokasi kegiatan yaitu menjadi tenaga
kuli/pelaksana yang bersifat sementara/insidental.
Tenaga kerja yang akan digunakan dalam pekerjaan pembangunan tower adalah sebagai
berikut :

Tabel
Jenis Tenaga Ahli Yang Digunakan

No Jenis Keterangan
1 Tenaga Ahli Teknik sipil
Teknik elektro
Teknik mesin
2 Tenaga Menengah SMU
STM
3 Tenaga kasar SLTP
SD

Mobilisasi Peralatan dan Material

Mobilisasi peralatan dan material yang dimaksud disini adalah mendatangkan peralatan
dan material ke lokasi proyek. Material yang dibutuhkan untuk proyek adalah material
tower dan material untuk pondasi. Alat-alat yang digunakan untuk mendirikan menara
dan membentangkan penghantar adalah molen, peralatan stringing dan alat pancang.
Material yang dibutuhkan untuk Tower terdiri dari potongan-potongan baja yang dirangkai
di tapak tower, sedangkan material untuk pondasi berupa semen, pasir batu dan baja.
Peralatan dan material tersebut umumnya berukuran kecil sehingga pengangkutannya ke
setiap lokasi menara dapat dilaksanakan menggunakan truk sampai posisi terdekat yang
memungkinkan dan kemudian dibawa dengan tenaga manusia ke lokasi. Yang
berukuran agak besar adalah gulungan kawat penghantar (drum konduktor) dan mesin
penarik kawat penghantar yang harus diangkut dengan trailer ke tempat penyimpanan
akhir peralatan. Jadwal mobilisasi peralatan dan material akan disesuaikan dengan
kondisi lalu lintas sekitar proyek sehingga tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas
yang telah ada khususnya pada jam-jam sibuk. Proses selanjutnya untuk pemasangan
kawat ini sepenuhnya dilaksanakan menggunakan tenaga manusia.

Pembersihan Tapak Tower dan Ruang Bebas

Pembersihan tapak menara dan ruang bebas yang dimaksud adalah membersihkan
lokasi tapak tower dari tanaman dan gangguan lainnya sebelum pekerjaan pembuatan
pondasi dimulai. Kegiatan ini meliputi pekerjaan pembersihan lahan (land clearing),
perataan tanah dan pemadatan tanah untuk persiapan pembangunan pondasi tower.
Pada kegiatan ini juga dilakukan penebangan tegakan/pohon pada tapak tower dan
tegakan yang memasuki ROW di sepanjang jalur pembangunan T/L 150 kV PHI Incomer
– Tanjung Api-Api dan Gardu Induk. Termasuk juga pembuatan jalan sementara/darurat
untuk keperluan kelancaran transportasi bahan dan peralatan menuju lokasi pekerjaan.
Prosedur penyediaan bahan akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.

Pembangunan Pondasi dan Pendirian Tower

Pembangunan pondasi dan pendirian tower proyek pembangunan T/L 150 kV


Phi Incomer - Tanjung Api-Api dan Gardu Induk didasarkan pada jenis dan ukuran
pondasi tower. Jenis dan ukuran pondasi tower dirancang dan dibangun berdasarkan
hasil penyelidikan tanah dan besarnya perhitungan beban tower. Jenis pondasi yang
digunakan pada proyek ini adalah pondasi bor, pondasi blok, dan pondasi sumuran.
Pendirian tower dilakukan dengan cara menyambung bagian-bagian atau potongan serta
rangka besi menara tersebut. Bentuk menara adalah konstruksi menara besi atau biasa
disebut lattice steel menara. Konstruksi menara merupakan rangka-rangka besi yang
disusun sedemikian rupa sehingga mampu menahan beban angin, moment dan gaya
uplift. Cara pemasangannya dilaksanakan setiap potongan demi potongan mulai dari
potongan yang paling bawah dan berturut-turut dipasang sambungan atasnya dirangkai
dengan sistem baut dan dilakukan pengikatan dengan baut. Menara-menara ini akan
digunakan sebagai tempat menempelnya konduktor transmisi. Jaringan diamankan dari
petir menggunakan sistem pengaman yang terdiri atas konduktor yang dipasang pada
bagian paling atas menara ke menara lainnya dan di grounding di setiap menara.
Pada kegiatan ini juga dilakukan pembangunan Gardu Induk beserta fasilitas
pendukungnya.
Jenis pondasi dan tower yang akan digunakan ini adalah merupakan tower yang dipilih
dari berbagai macam alternatif pilihan tower dan memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) bidang elektronika. Kegiatan pembangunan pondasi dan pendirian tower baru akan
berdampak pada penurunan kualitas udara berupa kebisingan serta gangguan flora dan
fauna yang berdampak tidak langsung pada keresahan masyarakat.

Penarikan Penghantar dan Kawat Tanah (ROW)

Pekerjaan ini dilakukan setelah pendirian menara selesai dilaksanakan. Pelaksanaan


pemasangan penghantar dan kawat tanah ini dilakukan dari satu seksi ke seksi
berikutnya secara berurutan dengan desain dari tension menara ke tension menara
lainnya. Lokasi tension menara dipilih daerah terbuka dan cukup luas, karena tension
menara merupakan tempat drum konduktor, tension meter dan peralatan lainnya. Lokasi
tension ini berada pada tiap sudut, dan apabila jarak antara tiap sudut terlalu panjang,
maka setiap 10 menara dibuatkan tension menara. Setelah disusun letak drum konduktor
dengan tepat maka ujung konduktor tersebut disambungkan ke york, yang kemudian
disambungkan ke kawat pancingan.
Kegiatan penarikan kawat penghantar bisa dilakukan dengan menggunakan mesin
maupun secara manual atau menggunakan tenaga manusia. Kegiatan penarikan
penghantar meliputi pekerjaan:
Pemasangan insulator (pemisah antara kawat penghantar dengan body tower) dan
perlengkapannya

• Penarikan penghantar dan kawat tanah yang dilakukan melalui tahapan – tahapan
sebagai berikut :
• Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan
• Berkoordinasi dengan aparat setempat mengenai jadwal yang akan dilaksanakan
• Menyiapkan team terlibat
• Memasang stager dilokasi persimpangan jalan, daerah – daerah strategis
• Menyiapkan keamanan lokasi
• Melakukan pemasangan kelengkapan tower (isolator)
• Memasang kerekan sebagai tempat lewatnya kawat konduktor
• Memasang kawat pacing di salah datu kawat konduktor
• Memasukkan kawat pancing ke dalam kerekan
• Menghubungkan kawat pancing ke tower, selanjutnya dan seterusnya
• Mengikat kawat pancing pada mesin penarik
• Melakukan koordinasi team yang terlibat
• Menghubungkan kawat pancing dari satu sisi yang akan di pasang
• Menghidupkan mesin penarik
• Melakukan penarikan hingga seluruh kawat konduktor terpasang
• Melakukan kegiatan pada siang hari
• Menghubungkan atau ikat kawat konduktor dengan klem pada isolator yang
terpasang di tower
• Melepaskan kerekan dari masing – masing tower
• Merapikan alat – alat yang digunakan
• Membongkar srandang yang terpasang
• Memberikan ganti rugi pada masyarakat, apabila terjadi kerusakan akibat
kegiatan penarikan kawat konduktor
• Melakukan pengecekan di setiap tower pada dudukan konduktor, isolator
maupun perlatan – peralatan transmisi lainnya.
• Penyetelan andongan dan tegangan tarik.
Pemasangan isolator dilakukan apabila semua menara atau tower sudah berdiri,
selanjutnya apabila semua isolator telah terpasang maka penarikan kawat
penghantar bisa dilakukan. Penarikan kawat penghantar gulungan kawat
penghantar diletakkan di satu lokasi yang paling mudah dijangkau yang kemudian
disambungkan dengan kawat pancing secara horisontal dari satu menara ke
menara lain apabila dirasa cukup maka kawat pancing akan dilepas yang kawat
penghantar akan ditarik sesuai dengan ukuran tertentu sesuai persyaratan yang
ditetapkan.
Kawat tanah berfungsi sebagai grounding untuk tiap–tiap tower. Penggunaan
sistem grounding tidak selalu dengan kawat tanah tetapi dapat juga digunakan
sistem grounding yang lain dengan memanfaatkan kaki tower sebagai grounding.
Kawat tanah atau grounding dibuat berdasarkan data sambaran petir didaerah
dimana tower itu berada. Jenis grounding ataupun kawat tanah dapat berbeda
antara daerah satu dengan daerah lainnya.

Commisioning Test

Commisioning Test merupakan suatu kegiatan penyaluran sementara untuk mengetahui


kondisi konstruksi secara menyeluruh sebelum dilakukan kegiatan penyaluran tenaga
listrik. T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk yang telah selesai
dibangun sebelum dioperasikan terlebih dahulu diperiksa kelengkapan peralatannya,
termasuk tata cara pemasangan peralatan tersebut. Kemudian diuji coba dengan
pemberian tegangan pada sisi pengirim sebagai beban percobaan, hal ini biasa disebut
energizing. Apabila semua berjalan lancar, maka T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-
Api dan Gardu Induk tersebut siap untuk dioperasikan.

• Tahap Operasi
Kegiatan Pengoperasian T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu
Induk Terkait
Kegiatan Penyaluran Energi Listrik

Setelah tahap konstruksi selesai, maka sistem Transmisi T/L 150 kV PHI Incomer –
Tanjung Api-Api dan Gardu Induk Terkait telah siap untuk dialiri listrik. Selama tahap
operasi, transmisi akan menimbulkan medan listrik dan medan magnet pada radius
tertentu dari kawat penghantar. Kuat medan dapat melemah seiring semakin jauhnya
jarak atau adanya penghalang. Dengan dipenuhinya persyaratan teknis yang telah
dipersyaratkan, kuat medan dibawah jaringan sudah berada dibawah nilai batas aman
yang telah ditentukan oleh WHO.

Kegiatan Pemeliharaan

Pemeliharaan transmisi ini berkaitan erat dengan kelangsungan penyaluran tenaga


listrik. Kegiatan ini dilakukan secara berkala, meliputi pemeliharaan menara, kabel
transmisi (termasuk pula perlengkapannya), dan ROW. Kegiatan pemeliharaan di
sepanjang jalur SUTT ini juga berupa penebangan terhadap tegakan/pohon yang akan
memasuki ROW, pembersihan di sekitar tapak tower dan perbaikan-perbaikan akibat
gangguan teknis maupun non teknis. Dengan banyaknya sawah atau tanah tegalan
yang memasuki ruang bebas, maka diperlukan upaya lain dalam hal pemeliharaan
mengingat tanah persawahan tersebut merupakan sumber mata pencaharian penduduk.

• Tahap Pasca Operasi


Tahap pasca operasional adalah tahap berakhirnya masa operasi T/L baik karena faktor
ekonomis dan/atau umur teknisnya, sehingga pengoperasian Transmission Line (T/L)
tersebut tidak layak lagi dioperasikan. Transmission Line (T/L) 150 Phi Incomer –
Tanjung Api-Api diperkirakan mempunyai umur operasi 30 tahun, setelah masa operasi
Transmission Line (T/L) 150 kV Phi Incomer - Tanjung Api-Api selesai akan dilakukan
kajian untuk mengetahui kelayakan dari Transmission Line (T/L) 150 kV PHI Incomer -
Tanjung Api-Api tersebut.
Terdapat 2 kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca operasional
T/L 150 kV PHI Incomer – Tanjung Api-Api dan Gardu Induk, yaitu :
a. Pembongkaran T/L.
Pembongkaran Transmission Line (T/L) dilakukan apabila hasil kajian menunjukkan
bahwa Transmission Line (T/L) sudah tidak layak lagi untuk dipergunakan dan perlu
dilakukan pembongkaran. Material tower akan dipindahkan ke tempat lain sedangkan
lahan yang digunakan untuk tapak tower dimanfaatkan untuk tujuan lain.
b. Peningkatan daya dan kehandalan T/L (Uprating/upgrading)
Peningkatan daya dan kehandalan Transmission Line (T/L) dilakukan apabila hasil
kajian menunjukkan bahwa Transmission Line (T/L) tersebut masih layak untuk
digunakan dan masih diperlukan keberadaanya. Peningkatan daya dan kehandalan
Transmission Line (T/L) ini dapat dilakukan dengan memperbaiki atau membongkar
beberapa tower maupun semua tower pada jalur tersebut untuk diganti dengan
material yang lebih baik. Kegiatan ini paling mungkin dilakukan mengingat untuk
mencari lahan baru untuk tapak tower dimasa yang akan datang akan lebih sulit.
• REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN
Berdasarkan hasil telaahan yang telah disusun dari berbagai pertimbangan
diantaranya :
Lokasi transmisi T/L 150 kV PHI Incomer - Tanjung Api Api dan Gardu Induk diupayakan
tidak melewati daerah pemukiman sehingga efek negatif induksi medan magnet dan medan
listrik dapat diminimalisir

• Dari sisi perijinan, pembangunan transmisi T/L 150 kV PHI Incomer - Tanjung Api
Api dan Gardu Induk telah mendapatkan Ijin Prinsip dan Ijin Lokasi baik dari
Bupati Banyuasin. Selain itu pembangunan transmisi T/L 150 kV PHI Incomer -
Tanjung Api Api dan Gardu Induk juga menunjang Peraturan Presiden tentang
Percepatan Pembangunan Dibidang Ketenagalistrikan dimana diharapkan dapat
memberikan peningkatan kehandalan tenaga listrik
• Tidak ditemukan dampak negatif yang tidak dapat dikelola sehingga secara
lingkungan aman.
Dari pertimbangan tersebut diatas maka transmisi T/L 150 kV PHI Incomer - Tanjung
Api Api dan Gardu Induk bisa dinyatakan layak lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai