Anda di halaman 1dari 18

1.

1 KONSEP DASAR LANSIA


1.1.1 Definisi
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Widuri, 2010).
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,
2008).
1.1.2 Batasan-Batasan Lansia
1. Menurut organisasi kesehatan dunia, lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age),ialah kelompok usia 40-59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly), antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
2. Menurut Depkes RI membagi Lansia sebagai berikut:
a. Menjelang Usia Lanjut (45-54) sebagai masa Vebirilitas.
b. Usia Lanjut (55-64) sebagai Presenium.
c. Usia Lanjut (lebih dari 65 tahun) sebagai Senium.
1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
MenurutBandiyah (2009). Factor Yang Mempengaruhi Penuaan adalah:
1. Herediter
Herediter atau gen, yakni factor dari keturunan keluarga.
2. Nutrisi
Pola makanan yang dikonsumsi oleh lansia sejak dulu sampai
sekarang.
3. Status Kesehatan
Riwayat penyakit yang diderita oleh lansia selama hidupnya.
4. Pengalaman hidup
Apakah lansia dulunya seorang pekerja keras dan hidup serba ada.
5. Lingkungan
Pengaruh tempat tinggal dan kebersihan lingkungan itu sendiri
6. Stress
Lansia selalu mengeluh atau tidak dalam menghadapi masalan yang
dialami selama hidupnya.
1.1.4 Masalah-Masalah Yang Menyertai Lansia
Menurut Widuri(2010).adalah Sebagai Berikut :
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang
lain,
2. Ketidakpastian ekonorni sehingga memerlukan perubahan total dalam
pola hidunnya,
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
4. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak dan
5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak..
1.1.5 Teori-Teori Proses Penuaan
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik
dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia
timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik
menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.
Menurut Widuri (2010) Teori Proses Penuaan adalah:
1. Teori Genetik Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel).
2. Mutasi Somatik (Error CatassiropeTheory)
Menurut hipotesis ini, menua disebabkan kesalahan yang
beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam transkripsi dan
translasi: Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang
salah dan berakibat metabolisme yang salah sehingga mengurangi
fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu.
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun
4. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
5. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat beregenerasi.
6. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
1.1.6 Mitos-Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya
MenurutMariyam (2010). adalah sebagai berikut :
1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan
Pada usia lanjut dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih
payahnya pada usia muda serta dewasanya..
2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran Pandangan
Usia lanjut pada umumnya konservatif, tidak kreatif, menolak
inovasi, berorientasi ke masa silam, ketinggalan zaman, merindukan
masa lalu, kembali ke masa anak-anak, susah berubah, keras kepala
dan bawel.
3. Mitos Berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang
disertai oleh berbagai penderitaan akibat berbagai proses penyakit..
4. Mitos Senilitas
Usia lanjut dipandang sebat sebagai masa pikun yang
disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu dari otak..
5. Mitos Ketidakproduktifan
Usia lanjut dipandang sebagai usia yang tidak produktif.
1.1.7 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Menurut Widuri (2010) Perubahan-Perubahan Lansia Sebagi Berikut:
1. Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraselular.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan
hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5–10 %.
b. Sistem Persarafan
1) Berat otak menurun 10–20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stres.
4) Mengecilnya saraf panca indera.
5) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis(gangguan pada pendengaran). Hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan osteosklerosis.
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia mengalami
ketegangan jiwa atau stres.
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapang pandang, berkurang luas pandangannya.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada
skala.
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk, duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing).
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resisten
dari pembuluh darah perifer; sistolik normal ± 170 mmHg,
diastoli normal ± 90 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu termostat.yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.Yang sering ditemui
antara lain:
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35oC
ini akibat metabolisme yang menurun.
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
g. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas: kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
h. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi: penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun: adanya iritasi yang Icronis dari
selaput lendir, atrofi indera pengecap (80 %), hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutarna rasa manis dan
asin, asam dan pahit.
3) Esofagusmelebar.
4) Lambung: rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver (hati): makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
i. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus).Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1); BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg %;.
2) Vesika Urinaria (kandung kemih)
Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostate ± 75 % dialami oleh pria usia di atas 65
tahun.
4) Atrofi vulva
j. Sistem Reproduksi
1) Menciutnya ovari dan uterus.
2) Atrofi payudara.
3) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan berangsur-angsur.
4) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan haik).
5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan
terjadi perubahan-perubahan warna.
6) Vagina
Orang-orang yang makin menua sexual intercourse
masih juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu
fungsi sexual seseorang behenti, frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara.bertahap tiap tahun tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
k. Sistem Endokrin
1) Produksi dari hampir sernua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari; pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR = Basal
Metabolic Rate,dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron
6) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya: progesteron,
estrogen dan testosteron.
l. Sistem Kulit (Integumentary System)
1) Kulit mengerut dan keriput akibat kehilanganjaringan lemak.
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta.Perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis).
3) Menurunnya respon terhadap trauma.
4) Mekanismeproteksi kulit menurun.
5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
8) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
9) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
m. Sistem Muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2) Kifosis.
3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas gerakannya.
4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
5) Persendian membesar dan menjadi kaku.
6) Tendon mengerut clan mengalami sclerosis.
7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil); serabut-serabut
otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot-otot kram dan menjadi tremor.
8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
2. Perubahan-perubahan Mental
Menurut(Widuri 2010)
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: perubahan
fisik khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat dan
ulserasi. pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan.
b. Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi.
Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang,
kekakuan mungkin karena faktor lainnya.
c. IQ(Intelektual Quality), tidak berubah dengan informasi matematika
dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
keterampilan. Psikomotor: terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan-perubahan Psikososial
Menurut(Widuri, 2010)
a. Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
pensiun maka ia akan mengalami kehilangan-kehilangan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (Sense of awareness of
mortality).
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (Economic
deprivation).
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehidupan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
4. Perkembangan Spiritual
Menurut(Widuri, 2010)
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.

1.1.8 Masalah-masalah dan Penyakit Yang Sering Dihadapi Oleh Lanjut


Usia. Menurut (Widuri 2010) Adalah :
1. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lanjut usia
a. Mudah jatuh.
b. Mudah lelah.
c. Kekacauan mental akut.
d. Nyeri dada.
e. Sesak napas pada waktu melakukan kerja fisik.
f. Berdebar-debar (palpitasi).
g. Pembengkakan kaki bagian bawah.
h. Nyeri pinggang atau punggung.
i. Nyeri pada sendi pinggul.
j. Sukar menahan buang air seni (sering ngompol).
k. Sukar menahan buang air besar.
l. Gangguan pada ketajaman penglihatan.
m. Gangguan pada pendengaran.
n. Gangguan tidur.
o. Keluhan pusing-pusing.
p. Keluhan perasaan dingin-dingin dan kesemutan pada anggota
badan.
q. Mudah gatal-gatal
2. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lanjut Usia
Menurut “The National Old People’s Welfare Council Di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia
ada 12 macam, yakni:
1) Depresi mental.
2) Gangguan pendengaran.
3) Bronkitis kronis.
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada sendi panggul.
6) Anemia.
7) Demensia.
8) Gangguan penglihatan.
9) Ansietas/kecemasan.
10) Decompensasi kordis.
11) Diabetes melitus, osteornalisiadan hipotiroidisme.
12) Gangguan pada defekasi.
1.2 LANSIA DENGAN HIPERTENSI
1.2.1 Pengertian
Hpertensi didefinisikan sebagai TD persisten diaman tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer &
Bare, 2001 : 896).
Hiperetnsi adalah peningkatan tekanand arah yang menetap di atas batas
normal yang disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Kee
& Hayes, 1996 : 479).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas
normal yang disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg
(Price & Wilson, 1995 : 933).
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :
Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg /
tekanan diastolic sama / lebih besar dari 140 mmHg
Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg,
dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg
Pada hipertensi sistolik ini masih controversial. Mengenai target tekanan
darah dianjurkan penurunan yang bertahap sampai sekitar sistolik 140-160
mmHg. (R.P. Sidabular, 1974).
1.2.2 Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal + < 130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi I
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) > 210 > 120

1.2.3 Etiologi
Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1.Hipertensi primer / esensial
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa
faktor penunjang antara lain :
a. Herediter
b.Lingkungan
c. Hiperaktivitas
d.Susunan syaraf simpatis
e. Sistem rennin ongiotensin
f. Defek dalam mensekresi Na
g.Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok serta
polistemia, stress (Ignativicius, 1991 : 2197).
2.Hipertensi sekunder / hipertensi renal
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal
dias teronisme primer dan sindrom cushing, feokromasitoma, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, penggunaan
konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal, kelainan
endokrin, tumor otak, encephalitis, peningkatan volume introvaskuler,
luka bakar.

1.2.4 Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi
menyebabkan aliran darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah
terjadi sclerosis yang kemudian aliran darah tersebut menjadi statis (adanya
retensi garam). Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang
ditandai dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung
mengalami pembesaran dan mengakibatkan penurunan cardiac output.
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan
pengecilan pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan
vaskuler (aliran darah) karena adanya peningkatan ini menyebabkan aliran
darah turun, sehingga suplai darah ke otak kurang dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh
darah ke otak menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi
jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah
ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah. Hal ini menyebabkan
rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus
ginjal) bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II
yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke
inter stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam
tubuh.
Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi :
1. Elastisitas, dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
umur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatknya resistensi dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Distolis normal ±
90 mmHg.
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2
berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan
terjadi resiko injuri.
(Ganong, 2003)(Price & Wilson, 1995)(Smeltzer & Bare, 2001)

1.2.5 Manifestasi
1. Neurologi
a. Pusing / migraine
b.Penurunan kemampuan berbicara
c. Disfungsi sistem syaraf
d.Infeksi serebral
e. Infark otak
f. Perdarahan serebral
g.Edema cerebral
h.Stroke
i. Hemiplegia
2. Gastro intestinal
a. Mual
b.Muntah
3. Urologi
a. Poliuria
b.Nokturia
c. Hematuria mikroskopik
d.Palidipsi
e. Azotemia
f. Gagal ginjal
g.Proteinuria
4. Kardiovaskuler s
Mycocardiac infark
5. Respiratorisus
Sesak nafas

6. Psikologis
a. Mudah marah
b.Cemas
c. Sulit tidur
7. Sensori
a. Gangguan tajam pengelihatan
b.Pandangan akbur
c. Kebutaan
d.Retinopati

1.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari penatalaksanaan
non farmakologis dan famarkologis.
1.Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari :
a. Penurunan berat badan
b. Pembatasan alcohol
c. Pembatasan konsumsi natrium
d. Pembatasan penggunaan tembakau
e. Latihan dan relaksasi
2.Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari :
a. Diuretik (chlorthalidone chygraton)
b. Diuretika pengganti kalium
c. Diuretika loop (frerasemide (lasik)
d. Inhibitor asenergik (propanoloc (iinderal)
e. Vaskodilaton (hydrolazine hydrocholoride (apresoline)
f. Penghambat enzim pengubah angiotensin (captopril (capoten)
g. Antagonis kalsium (diltiazem hydrochloride (cardizem)

Anda mungkin juga menyukai