Konsep Dasar Lansia
Konsep Dasar Lansia
PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik
•Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
•Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik : gerontologi + geriatrik
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah
yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
•Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Gerontologi
adalah bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari proses penuaan.
Hal ini berbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari
penyakit pada lanjut usia (lansia). Istilah geriatri ini berasal dari bahasa Yunani geron yang
berarti “orang tua” dan iatros yang berarti “penyembuh” alias dokter atau dukun
Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya tidak sepesat ilmu
kedokeran yang lain. Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian universitas terkenal di
negeri ini “demam” dengan ilmu tersebut. Bisa jadi, penghargaan kita terhadap generasi
pendahulu kita perlu diperbaharui.
Konotasi “jompo” atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia. Barangkali, bila
semakin banyak kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya, ilmu geriatri
ini akan lebih berkembang
Di Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit dalam yang memperoleh
pelatihan sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level
komunitas. Sedangkan di Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di
rumah sakit, meskipun memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya
meliputi pelayanan orthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya),
psychogeriatrics (fokus pada demensia dan depresi pada geriatri) dan rehabilitasi.
Di Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit
dalam yang merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai
divisi seperti reumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi (Prof)
dan ginjal hipertensi (Dr Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2
orang ahli geriatri di FKUI yang secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna Heriawan
dan Dr. Siti Setiati
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari
angka harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia
tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun
Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:
•Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk.
•Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi
penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
•62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
•59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
•53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
•hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2. Usia Tua : 75 - 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
PROSES PENUAAN
Proses Terjadinya Penuaan
1. Biologi
a. Teori “Genetic Clock”;
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam
nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis
putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya
hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik
(teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-
aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya
mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik,
akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error
Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan
tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai
sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan
dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari
Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun,
sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola
prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat
proses penuaan.
3. Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya.
•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada
proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein
maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
•Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian
seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
•Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menipisnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya
menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih
Proses menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang
mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat,
kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat dalam hal
ini diartikan :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya
untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip
oleh Munandar Ashar Sunyoto ( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia
yaitu :
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan
fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalhan perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang
semakin meningkat, terkhir minta terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung
menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga
kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan
latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang
dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan
akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang
berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan peran sosial
(Goldstein, 1992).
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak
baik dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar (1994) adalah :
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
2) penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu kwuatir karena pengangguran
5) Kurang ada motivasi
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan
Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah : Minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,
menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan
orang lain.
Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1)Hereditas atau ketuaan genetik
2)Nutrisi atau makanan
3)Status kesehatan
4)Pengalaman hidup
5)Lingkungan
6)Stres
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
•Saling berhubungan satu sama lain
•Penyakit sering multiple
•Penyakit bersifat degeneratif
•Berkembang secara perlahan
•Gejala sering tidak jelas
•Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
•Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
•Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak
sesuai dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar),
sebagai berikut:
•Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan (76,24 %),
Daya ingat (69,39 %),
Sexual (58,04 %),
Kelenturan (53,23 %),
Gilut (51,12 %).
•Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %),
Sakit kepala (51,15 %),
Daya ingat menurun (38,51 %),
Selera makan menurun (30,08 %),
Mual/perut perih (26,66 %),
Sulit tidur (24,88 %) dan
sesak nafas (21,28 %).
Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi:
3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI.