Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

PENYAKIT AKIBAT KERJA BIOLOGIS


“VIRUS”

Disusun oleh:
Kelompok 3
Satriyo Madipurwo 1102013265
Amorrita Puspita Ratu 1102013023
Gesti Pratiwi Herlambang Putri 1102013118
Putri Utari Azde 1102013236

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JULI 2018
1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja Biologis

Menurut Kepres RI No 22/1993 pengertian penyakit akibat kerja adalah


penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Sedangkan penyakit akibat kerja karena paparan biologis adalah
penyakit yang disebabkan paparan biologis yang terjadi akibat kontak langsung
dengan bahan kerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Paparan biologis pada pekerja dapat terjadi akibat:

 Proses kerja dan bahan kerja

Bila pekerja terpapar bahan biologis karena bekerja langsung dengan bahan
bilogis tersebut atau merupakan hasil langsung dari proses kerja yang
dilakukan pekerja.
 Lingkungan kerja

Bila pekerja terpapar lingkungan yang tercemar paparan biologis yang


berasal dari proses kerja di tempat kerja, ini termasuk penyakit akibat kerja.
Sebagai contoh penyakit TBC pada petugas laboratorium kesehatan.

Paparan biologis yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja terdiri dari:
 Golongan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, jamur)
 Vertebrata (ternak, binatang liar)
 Invertebrata (serangga)
 Binatang dalam air (ikan hiu, ular laut)

Penggolongan penyakit akibat kerja karena paparan biologis adalah sebagai berikut:

1. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi akibat kerja, gejala dan perjalanan penyakitnya sama dengan
penyakit infeksi pada masyarakat umum, yang membedakan adalah
penularannya, yaitu didapat dari pekerjaannya.
Penyakit infeksi akibat kerja ini dapat ditularkan melalui:

a. Udara: TBC, Flu Burung


b. Air: Legionella Pneumonii
c. Kontak langsung:
1) HIV/AIDS
2) Hepatitis B, Hepatitis C
3) CMV (Cito Megalo Virus)
4) Jamur

2. Infestasi Binatang

Kontak langsung dengan parasit (Ascariasis, cacing Tambang, Cacing Pita)

3. Penyakit Alergi dan Iritan


a. Dermatitis alergi
b. Asma bronchiale
c. Rhinitis allergic

4. Keracunan bahan toksin dan zat kimia


a. Reagen
b. Zat zat kimia asam: HCl, H2SO4

Dalam hal ini tenaga analis kesehatan beresiko terkena paparan biologis
golongan mikroorganisme, penyakit infeksi, infestasi binatang ketika memeriksa feses
yang terdapat cacing didalamnya, dan keracunan bahan toksin dan zat kimia karena
terlalu sering bekerja di laboratorium dan menghirup bahan bahan kimia.

2. Jenis Virus Di Lingkungan Pekerjaan

Kata virus berasal dari bahasa latin yaitu venom yang berarti racun.
Hampir semua jenis virus adalah penyebab penyakit, baik pada tumbuhan,
hewan maupun manusia. Virus dapat bereplikasi di dalam sel/jaringan hidup
sehingga disebut parasit obligat interseluler. Virus adalah parasit berukuran
mikroskopik (Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil yang bervariasi antara
16-300 nm). Virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri karena
berukuran lebih kecil daripada bakteri.
a. CIRI-CIRI VIRUS

 Berukuran ultra mikroskopis

 Parasit sejati/parasit obligat

 Berbentuk oval, bulat, batang, huruf T, kumparan

 Kapsid tersusun dari protein yang berisi DNA saja atau RNA

 Dapat dikristalkan

 Aktivitasnya harus di sel makhluk hidup

b. Struktur dan Anatomi Virus

Struktur virus secara umum kita gunakan bakteriofage (virus T),


strukturnya terdiri dari:

• Kepala : diselubungi kapsid dan berisi DNA

• Kapsid selubung unit : protein(kapsomer)

• Isi tubuh : berisi materi genetik(DNA dan RNA)

• Ekor : alat penempel pada inang

3. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Menurut KEPMENAKERTRANS RI no 68 tahun 2004 tentang


Pencegahan Dan Penanggulangan Hiv/Aids Di Tempat Kerja: “Human
Immunodeficiency Virus"(HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus ini menyerang
manusia dan sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah
dalam melawan infeksi. Kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.

3.1 Penyebaran dan Penularan


Virus HIV biasanya tertular melalui:
 Kontak langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh yang
terkandung HIV, yaitu darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu.
 Terjadi pada saat seseorang berhubungan intim
 Jarum suntik yang terkontaminasi
 Transfusi darah
 Ibu yang sedang menyusui.

3.2 Gejala dan Penyakit

Gejala AIDS berasal dari infeksi HIV sendiri serta infeksi oportunistik
dan kanker. Tetapi hanya sedikit penderita AIDS yang meninggal karena efek
langsung dari infeksi HIV. Gejala berlangsung selama 3-14 hari. Sebagian besar
gejala akan menghilang, meskipun kelenjar getah bening tetap membesar.
Penderita bisa menunjukan gejala-gejala infeksi HIV dalam waktu beberapa
tahun sebelum terjadinya infeksi atau tumor yang khas untuk AIDS.

Gejala dari penyakit HIV dapat dilihat berikut ini:


- Merasa kelelahan yang berkepanjangan.
- Deman dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas.
- Batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang
berkepanjangan.
- Diare/mencret terus-menerus selama 1 bulan.
- Bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa.
- Berat badan menurun secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas
dalam 1 bulan.
- Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.

3.3 Risiko Penularan

Resiko penularan melalui pekerjaan relatif kecil dan biasanya terjadi


pada pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja
dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV terutama bila menggunakan benda
tajam, serta pekerja yang sering berganti-ganti pasangan dalam hubungan
seksual yang tidak sehat.

3.4 Tahapan Infeksi

Masa Inkubasi penyakit belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa


literatur di katakan bahwa melalui transfusi darah masa inkubasi kira-kira 4,5
tahun, sedangkan pada penderita homoseksual 2 -5 tahun, pada anak- anak rata
– rata 21 bulan dan pada orang dewasa 60 bulan. Ada beberapa Tahapan ketika
mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
Tahap 1: Periode Jendela

• HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV


dalam darah

• Tidak ada tanda khusus, penderitaHIV tampak sehat dan merasa sehat

• Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

• Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan

Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun

• HIV berkembang biak dalam tubuh

• Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat

• Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV

• Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)

Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)

• Sistem kekebalan tubuh semakin turun

• Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar


limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll

• Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan


tubuhnya

Tahap 4: AIDS

• Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

• berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

3.5 Pengendalian

Pengendalian atau pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :

• Selalu menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terjangkit penyakit.

• Tidak melakukan seks bebas dan tidak menggunakan narkoba

• Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar

• Berhati-hati saat melakukan donor darah (dipastikan kalau


jarum yang digunakan steril)

Pengendalian dengan peraturan undang-undang

• Terdapat di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor: Kep. 68/Men/IV/2004 Tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja.

• Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.


Kep. 20/Djppk/VI/2005 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan
Dan Penanggulangan

Pengendalian teknis (engineering control)

• Pengendalian teknis dapat berupa isolasi proses, proses tertutup penggunaan


peralatan mekanis atau otomatisasi serta modifikasi alat kerja dan
perlengkapan kerja.

Pengendalian Teknis:

• Pengendalian teknis dapat berupa isolasi proses, proses tertutup, penggunaan


peralatan mekanis atau otomatisasi serta modifikasi alat kerja dan
perlengkapan kerja.

• Eliminasi : Larangan penggunaan jarum suntik bekas.

• Substitusi : Dalam kondisi di mana eliminasi tidak dapat dilaksanakan, maka


pengurus/pengusaha hendaklah menggantikan pelaksanaan kerja dengan
yang berisiko rendah terhadap penularan HIV/AIDS, misalnya pemberian
obat-obatan melalui suntik diganti dengan obat-obatan yang diminum.

3.6 Pencegahan

Pencegahannya dapat dilakukan dengan meningkatkan penyuluhan tentang


HIV/AIDS, penjagaan perilaku seks yang aman, atau menggunakan kondom,
dan tidak menggunakan peralatan secara bergantian tanpa sterilisasi serta bagi
petugas kesehatan, selalu menggunakan APD seperti sarung tangan, baju
pelindung, jas laboratorium, masker atau pelindung mata yang sesuai dengan
kebutuhan aktivitas pekerjaan.

Namun telah dikembangkan konsep ABCD untuk mencegah HIV/AIDS, yakni:

• A atau Abstinence (Menghindari), metode pencegahan yang paling efektif


dengan cara menghindari hubungan seks dan perilaku berisiko tinggi.

• B atau Be Faithful (Setia), berganti-ganti pasangan meningkatkan risiko


terinfeksi HIV, maka harus saling setia pada pasangan setelah menikah.

• C atau Condom, yaitu memakai kondom bagi orang yang melakukan seks
beresiko untuk mencegah penularan penyakit, termasuk HIV.
• D atau Drugs, yaitu tidak menggunakan napza terutama napza suntik agar
tidak menggunakan jarum suntik bergantian dan bersama-sama.

• Memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada masyarakat


khususnya remaja.

4. Hepatitis

Hepatitis berasal dari dua kata yaitu hepa (hepar/hati) dan itis (radang).
Hepatitis merupakan radang yang terjadi pada organ hati. Peradangan pada hati
dapat disebabkan oleh kuman (tbc, sifilis), parasit (amuba, malaria), jamur dan
yang terpenting ialah virus. Menurut definisi WHO, hepatitis berarti peradangan
hati, dan penyebab utama paling sering (>95%) adalah virus hepatitis yaitu
hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Dan menurut (Elizabeth J.Corwin.2000:573)
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol.

Karena hampir seluruh tubuh penderita berwarna kekuning- kuningan


maka dalam masyarakat dikenal dengan istilah penyakit kuning (jaundice).
Namun, sebenarnya istilah sakit kuning dapat menimbulkan kerancuan karena
tidak semua sakit kuning disebabkan radang hati.

Penyakit hepatitis dapat terjadi karena adanya virus utama dari kelima
virus penyebab hepatitis, yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis
C, virus hepatitis D, dan virus hepatitis E. Selain kelima virus tersebut yang
menjadi penyebab terjadinya penyakit hepatitis, penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh karena infeksi dari virus lain. Contohnya seperti infeksi
sitomegalovirus, mononukleosis infeksiosa, dan demam kuning. Terdapat juga
hepatitis non virus yang penyebab utamanya adalah alkohol dan juga obat-
obatan.

Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, tak terkecuali orang
yang memiliki kekebalan tubuh yang sangat baik. Hepatitis jugat dapat terjadi
pada bayi, anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Hepatitis yang juga banyak
melanda pada bayi dari usia 0-12 bulan, pada anak-anak diperkirakan terjadi
dari mulai usia 2-15 tahun, orang dewasa 15-20 tahun dan orang tua diatas usia
40 tahun keatas.
4.1 Jenis Hepatitis

• Hepatitis A

Termasuk golongan penyait hepatitis yang ringan dan jarang menyebabkan


kematian. Virus hepatitis A banyak terjadi melalui vecal oral karena virus
dikeluarkan dari tubuh melalui tinja yaitu lewat empedu masuk ke dalam usus.
Rata-rata terjadi di negara berkembang

• Hepatitis B

Hepatitis jenis ini tergolong penyakit yang berbahaya. Virus Hepatitis B dapat
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Penyakit
ini selanjutnya dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.

• Hepatitis C

Disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC). Penularan penyakit ini dapat melalui
kontak darah (transfusi, jarum suntik bahkan serangga yang menggigit penderita
kemudian menggigit orang sehat disekitarnya). Penderita hepatitis C kronik
akan mengalami kerusakan/kematian sel-sel hati dan kemudian menjadi kanker
hati.

4.2 Gejala

 Kelelahan

 Mual dan muntah

 Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi
kanan bawah tulang rusuk)

 Kehilangan nafsu makan

 Demam

 Urin berwarna gelap

 Nyeri otot
 Menguningnya kulit dan mata (jaundice).

4.3 Pengobatan

Hingga saat ini belum ditemukan obat yang jitu untuk hepatitis virus
sehingga pengobatan umumnya bersifat menghilangkan keluhan saja dan
meliputi :

- Istirahat yg cukup

- Makanan bergizi dan yang mudah dicerna. Pada penderita yang mual
dan muntah, lemak perlu dikurangi.

- Vitamin.

- Untuk hepatitis B, C dan D sekarang telah dipakai obat Interferon,


Lamivudin, Telbivudin, Adefovir, Entecavir, Telbivudin, namun harga
obat yang sangat mahal, serta efek samping adalah kendala kendala yang
membatasi penggunaan obat ini.

4.4 Pencegahan

Pencegahan secara Teknis

• Melakukan imunisasi aktif.

Imunisasi aktif hepatitis ini adalah bertujuan jalur transmisi penyebaran


penyakit hepatitis ini melalui program imunisasi bayi baru lahir dan
kelompok resiko tinggi tertular hepatitis

• Hep B, C dan D: pemberian vaksin screening darah donor (liver enzim


dan virusmarker), safe sex, edukasi pola transmisi, aktif imunisasi pada
kelompok beresiko (untuk kasus Hep A dan B), lakukan pemeriksaan
berkala.

• Bed rest, istirahat di tempat tidur, bangun dari tempat tidur hendaknya
perlahan agar tidak terjadi peningkatan kembali (re-elevasi) enzim–
enzim liver

Pencegahan Administratif

• Gantilah waktu tidur dengan istirahat yang cukup di siang hari.

• Usahakan untuk rotasi Shift. Maksimal 6 bulan, shift harus diubah.


Gunanya, agar para pekerja malam bisa segera mengembalikan kondisi
kesehatannya

4.5 Hepatitis B

a. Penyebab: Virus Hepatitis B


b. Cara penularan: Kontak dengan cairan tubuh/jaringan yang mengandung
Hepatitis B. Resiko penularan virus Hepatitis B adalah 27-37%. Percikan 10-8
ml darah yang mengandung virus Hepatitis B dapat menularkan virus yang
berbahaya ini ke tubuh manusia yang rentan.
c. Pekerja yang beresiko:

1) Petugas kesehatan yang kontak dengan darah.

2) Pekerja kebersihan alat kesehatan yang kontak dengan darah atau


cairan tubuh (semen, vagina, serebospinal, sinovia, pleura,
peritoneal, pericardial).
3) Pekerja bank darah.

4) Pekerja di bagian dialisa dan onkologi.

5) Polisi lalu lintas yang menolong korban kecelakaan.


d. Tanda dan gejala
 Ikterik
 Mual
 Panas
 Kronis terhadap acites
 Pemeriksaan HbsAg positip.
4.6 Hepatitis C

a) Penyebab: Viruh Hepatitis C


b) Cara penularan: kontak dengan cairan tubuh/jaringan yang mengandung
virus Hepatitis C. Resiko penularan virus Hepatitis C adalah 3-10%.
1. Pekerja yang beresiko:

a. Petugas kesehatan yang kontak dengan darah.

b. Pekerja kebersihan alat kesehatan yang kontak dengan darah atau


cairan tubuh (semen, vagina, serebospinal, sinovia, pleura,
peritoneal, pericardial).

c. Pekerja bank darah.

d. Pekerja di bagian dialisa dan onkologi.

e. Polisi lalu lintas yang menolong korban kecelakaan.


c) Tanda dan gejala
 Ikterik
 Mual
 Panas
 Kronis terhadap acites
 Pemeriksaan Hbc positip.

Pencegahan Penyakit Akibat Paparan Biologis Hepatitis B dan Hepatitis C


Secara umum, penyebab tertularnya virus Hepatitis C dan Hepatitis C
adalah sama, untuk itu cara pencegahan dan pengobatannya pun juga tidak jauh
berbeda.

a) Pencegahan
 Melaksanakan kewaspadaan standar.
 Pengendalian lingkungan: proses alat sesuai standar (dekontaminasi,
pencucian dan sterilisasi).
 Membersihkan permukaan dari barang yang terkontaminasi cairan
tubuh.
 Penggunaan alat pelindung diri:
(1) Menggunakan sarung tangan pada waktu melakukan tindakan yang
memungkinkan kontak dengan cairan tubuh atau mencuci alat yang
terkontaminasi. Selain itu untuk menghindari terhirupnya bahan
kimia dapat menggunakan masker.

(2) Menggunakan alas kaki tertutup.


(3) Menggunakan alat pelindung wajah (Google Mask) bila melakukan
tindakan yang memungkinkan terkena cipratan Vaksinasi Hepatitis
B atau Hepatitis C. Bagi yang terpapar (tertusuk/terpercik) yang
harus dilakukan mencuci bersih dengan air sabun (kulit).
(4) Untuk mata hidung atau mulut, bilas dengan air selama 10 menit.
(5)Kalau tertusuk atau luka tersayat cuci dengan air sabun, biarkan
darah mengalir, kemudian luka ditutup.
(6)Pemeriksaan HbsAg/HbCV pada waktu sesudah terpapar dan 6
bulan berikutnya.
b) Deteksi dini
Pada petugas kesehatan termasuk petugas laboratorium dianjurkan
dilakukan pemeriksaan laboratorium (fungi liver, status vaksinasi hepatitis).
c) Pengobatan
(1) Pemberian antivirus Interferon.
(2) Istirahat.
(3) Diet TKTP (Tinggi Kalori dan Tinggi Protein)
(4) Simptomatis.

5. Virus Influenza

Influenza adalah flu yang disebabkan oleh virus Influenza, Virus ini
ditularkan oleh orang lain melalui air liur yang sudah terinfeksi pada saat penderita
batuk atau bersin melalui kontak langsung dengan sekresi (liur dan lendir)
penderita.

Influenza (sering disebut sebagai “flu”) adalah penyakit pernapasan yang


sangat menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.

• Virus influenza A, virus ini menginfeksi manusia, mamalia dan unggas.


contohnya: flu burung, H5N1
• Virus Influenza B, menginfeksi manusia dan binatang laut seperti singa laut dan
linsang.

• Virus influenza C, menginfeksi manusia dan babi,

contohnya: flu biasa kadang menyebabkan masalah pernapasan sangat ringan.


Vaksinasi ditawarkan setiap musim flu untuk jenis sasaran A dan B, strain yang
menyebabkan penyakit pandemi.

5.1 Penyebab

Penyebab dari penyakit ini adalah virus influenza dari berbagai tipe, diantaranya:

• Virus Influenza A: Virus influenza A merupakan patogen manusia yang paling


virulen di antara ketiga tipe influenza lainnya dan menimbulkan penyakit yang
paling berat. Beberapa contoh virus yang termasuk dalam golongan virus
influenza A diantaranya:

- H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918 atau


disebut Flu Babi pada tahun 2009
- H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957
- H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968
- H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004

• Virus Influenza B: virus influenza B hanya menyerang pada manusia.

• Virus Influenza C: virus influenza C dapat menginfeksi manusia, anjing dan


babi, kadangkala dapat menimbulkan penyakit ang berat dan menjdi epidemic
lokal.

Jika imunitas tubuh baik, virus flu tidak akan menyerang tubuh. Virus ini
biasanya menginfeksi manusia selama 5-7 hari. Anak-anak lebih mudah terserang
influenza Virus ini ditularkan oleh orang lain melalui air liur yang sudah terinfeksi
pada saat penderita batuk atau bersin melalui kontak langsung dengan sekresi (liur
dan lendir) penderita.

5.2 Penyebaran dan Penularan

Infeksi ini dapat terjadi dengan penghisapan/penghirupan barang-barang yang


terinfeksi dengan virus. Manusia dapat terinfeksi apabila bersentuhan langsung dan
bernapas dekat dengan anggota tubuh dan kotoran unggas yang terinfeksi serta
benda-benda dan tempat yang terkontaminasi.

• Melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat


lender hidung yang masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut
dari orang lain)

• Melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam
udara) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah)

• Melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan- ke-mulut,


baik dari permukaan yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung
seperti bersalaman.

5.3 Gejala Klinis

Gejala yang biasanya muncul saat terkena penyakit influenza ini, diantaranya:

• Kerongkongan gatal

• Hidung mampet, meler dan bersin-bersin

• Kelelahan (bahkan bisa sangat parah)

• Badan sakit/ngilu

• Demam

• Pusing

• Batuk kering

5.4 Pengendalian

• Pencegahan Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)

– Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

– Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang


terinsfeksi flu burung

– Menggunakan alat pelindung diri (contoh : masker dan pakaian kerja).


– Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

– Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

– Melakukan imunisasi.

• Menjaga kesehatan pribadi dan kebiasaan higienis yang baik: seperti tidak
menyentuh mata, hidung dan mulut.

• Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, menghindari


kontak dekat dengan orang yang sakit; dan tetap berada di rumah sendiri saat
sedang sakit.

• Tidak meludah sembarangan.

5.4 Pengobatan

Orang dengan flu disarankan untuk banyak istirahat, minum banyak cairan,
menghindari penggunaan alkohol dan tembakau, dan jika perlu, menggunakan obat
seperti parasetamol (acetaminophen) untuk meringankan demam dan nyeri otot yang
berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja jangan menggunakan aspirin saat
Influenza (khususnya influenza tipe B), karena hal tersebut dapat mengakibatkan
syndrome Reye (penyakit yang berpotensi fatal hati).

5.5 Risiko Pekerjaan

Penyakit akibat di tempat kerja yang umumnya berkaitan dengan faktor biologi (virus)
secara umum yaitu:

• Petugas labotorium

• Perawat

• Karyawan rumah sakit

• Petugas medis

• Dokter

• Pekerja Umum
5.6 Penularan Di Tempat Kerja
- Pekerja di labotorium yang umumnya berkaitan dengan faktor biologi: kuman
pathogen yang berasal dari pasien, alat-alat yang terkontaminasi dan dari udara.
- Debu yang beracun karena limbah alat-alat yang sudah terkena infeksi virus
pasien akan menyebar oleh udara dan pekerja dapat terkena penyakit juga.
- kontak dengan darah atau luka dari penderita hepatitis B, saat dokter atau perwat
sedang mengecek pasien yang sakit hepatitis influenza ditularkan melalui udara
lewat batuk atau bersin yang mengandung virus.
- Influenza dapat ditularkan melaluikontak langsung dengan tinja
burung atau ungags
- Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan
sebagian besar infeksi.
- melalui makanan atau minuman
DAFTAR PUSTAKA

Isselbacher dkk. 2012. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih


bahasa Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC

Sulistomo, Astrid, dkk. 2011. Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Biologis.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009

Anda mungkin juga menyukai