Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan keluarga adalah suatu keadaan yang mencerminkan status


kesehatan dari keluarga, sementara keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.
Ditinjau dari kedudukan keluarga sebagai unit terkecil, maka kesehatan keluarga
dengan sendirinya akan menjadi faktor yang sangat strategis dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Terwujudnya keadaan sehat merupakan idaman dari
semua pihak baik secara individu, keluarga, maupun semua anggota masyarakat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992).1
Bloom (1974) menyatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi
oleh 4 faktor penting yang saling berkaitan yaitu: faktor lingkungan, faktor pelayanan
kesehatan, faktor keturunan, dan faktor perilaku. Karena keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat, maka kesehatan keluarga juga akan dipengaruhi oleh 4 faktor
tersebut. Penilaian yang baik terhadap ke empat faktor ini dalam kesehatan keluarga
akan dapat memberikan gambaran tentang masalah kesehatan keluarga, yang
selanjutnya dapat memberikan solusi untuk masalah tersebut.2
Kepaniteraan Klinik Senior yang dilaksanakan di Puskesmas merupakan
wadah yang tepat untuk menerapkan pengelolaan masalah kesehatan masyarakat,
khususnya masalah kesehatan dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat.
Puskesmas sebagai sarana dan fasilitas kesehatan terdepan dalam menangani dan
mengatasi masalah kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengelola masalah kesehatan keluarga.
Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam
menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-
hari. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis paru,
infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan penyakit kulit masih merupakan masalah
kesehatan yang juga dapat ditemukan di komunitas terkecil pada masyarakat, yaitu
lingkungan keluarga (Depkes, 2000). 3
Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei.
Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan hampir
pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di

1
2

beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6 – 27% populasi umum dan


insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyakit ini juga
dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang buruk,
kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan.4
Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah
terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta. Kondisi kota Jakarta yang
padat merupakan faktor pendukung perkembangan skabies. Berdasarkan
pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia(KSDAI) tahun
2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita skabies
terbanyak didapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit.4
Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi
dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan dengan
pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya serta pendekatan keluarga dan
komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan tersebut
diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan
keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada
pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta
partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.4
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan adanya
upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan secara umum,
khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan sikap serta
diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil akhir
menurunnya angka kesakitan penyakit menular.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Dibeberapa negara
berkembang prevalensi skabies sekitar 6 – 27% populasi umum dan cenderung tinggi
pada anak-anak serta remaja. Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak
langsung maupun kontak tak langsung. Penularan yang paling sering adalah kontak
langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan
pakaian. Diagnosis scabies ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 4 cardinal sign.
Pengobatan lini pertama pada scabies adalah salap permetrin dan diberikan untuk
semua anggota keluarga. Pencegahan untuk skbies ini adalah dengan menghindari
kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita serta menerapkan pola
hidup bersih dan sehat.

5.2 Saran
1. Puskesmas
a. Diharapkan kepada puskesmas Lhoksukon untuk melakukan pengadaan obat
Permetrin sebagai obat lini petama untuk pengobatan Skabies.
b. Meningkatkan peran serta tenaga kesehatan dan kader puskesmas Lhoksukon
dalam menemukan kasus Skabies.

2. Bagian Family Medicine


a. Diharapkan dengan adanya kegiatan home visite ini menjadi acuan dalam
proses pembelajaran selanjutnya pada penyakit scabies.
b. Diharapkan bagian Family Medicine membuat suatu SOP (Standar
Operational Prosedur) kepada dokter muda yang melakukan home visite.

3. Keluarga
a. Melakukan prilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan apa yang telah
diedukasi selama home visit.
b. Melakukan pencegahan penularan penyakit khususnya scabies dengan cara
pengobatan sedini mungkin terhadap pasien.

27

Anda mungkin juga menyukai