PENDAHULUAN
1. Hipertensi Gestasional
Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu :
TD 140/90 mmHg yang timbul pertama kali selama kehamilan.
Tidak ada proteinuria.
TD kembali normal < 12 minggu postpartum.
Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum.
Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri
epigastrium atau trombositopenia (Cunningham, 2005).
2. Pre Eklamsia dan Eklamsia
Kriteria diagnosis pada preeklamsi terdiri dari :
Kriteria minimal, yaitu :
TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.
Kemungkinan terjadinya preeklamsi :
TD 160/110 mmHg.
Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.
Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah
meningkat.
Trombosit <100.000/mm3.
Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).
Peningkatan ALT atau AST.
Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.
Nyeri epigastrium persisten. (Cunningham, 2005)
3. Superimposed Preeclampsia
Kriteria diagnosis Superimposed Preeclampsia adalah :
Proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi yang belum
ada sebelum kehamilan 20 minggu.
Peningkatan tiba-tiba proteinuria atau tekanan darah atau jumlah
trombosit <100.000/mm3 pada wanita dengan hipertensi atau
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu (Brooks, 2005).
4. Hipertensi Kronis
Diagnosis hipertensi kronis yang mendasari dilakukan apabila :
Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) terbukti mendahului kehamilan.
Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) diketahui sebelum 20 minggu, kecuali bila
ada penyakit trofoblastik.
Hipertensi berlangsung lama setelah kelahiran.
Hipertensi kronis dalam kehamilan sulit didiagnosis apalagi wanita
hamil tidak mengetahui tekanan darahnya sebelum kehamilan. Pada
beberapa kasus, hipertensi kronis didiagnosis sebelum kehamilan usia 20
minggu, tetapi pada beberapa wanita hamil, tekanan darah yang meningkat
sebelum usia kehamilan 20 minggu mungkin merupakan tanda awal
terjadinya preeklamsi.
Sebagian dari banyak penyebab hipertensi yang mendasari dan
dialami selama kehamilan dicatat pada Tabel 2.2. Hipertensi esensial
merupakan penyebab dari penyakit vaskular pada > 90% wanita hamil.
1. Obesitas
2. Hipertensi esensial
3. Kelainan arterial : Hipertensi renovaskular
Koartasi aorta
4. Gangguan-gangguan endokrin : Diabetes mellitus
Sindrom cushing
Aldosteronism primer
Pheochromocytoma
Thyrotoxicosis
5. Glomerulonephritis (akut dan kronis)
6. Hipertensi renoprival : Glomerulonephritis kronis
Ketidakcukupan ginjal kronis
Diabetic nephropathy
7. Penyakit jaringan konektif : Lupus erythematosus
Systemic sclerosis
Periarteritis nodosa
8. Penyakit ginjal polikistik
9. Gagal ginjal
Tabel(3) 2.1.7. Pilihan obat pada hipertensi gestasional dan hipertensi kronis
dalam kehamilan
Anamnesa Penyakit
Seorang pasien Ny. R umur 31 tahun, G4P3A0 , Mandailing, Islam, SLTA,
ibu rumah tangga, i/d Tn. M, umur 41 tahun, Batak, Islam ,SLTA , Wiraswasta ,
Os datang dengan keluhan:
Keluhan utama : Mules-mules mau melahirkan
Telaah : Hal ini dialami sejak tanggal 03 Mei 2016 pukul 03.00 WIB.
riwayat keluar lendir darah (-) riwayat keluar air-air dari
kemaluan (-), riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya (-),
riwayat sering keringat dingin (+), riwayat jantung berdebar-
debar (+), riwayat pandangan kabur (-) , riwayat sakit kepala
(-), riwayat mual muntah (-), riwayat nyeri ulu hati (-),
BAK (+) Normal , BAB (+) Normal
RIWAYAT HAID
HPHT :01 – Agustus – 2015
TTP :08 – Mei – 2016
ANC : Sp.OG 3x
RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, Aterm, 3100 gr, PSP, Dokter, 12 tahun, sehat
2. Perempuan, Aterm, 3200 gr, PSP , Bidan, 9 tahun, sehat
3. Laki-laki, Aterm, 3100 gr , SC, Dokter, Meninggal
4. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENS
Sens : compos mentis Anemis :-
TD : 180/100 mmHg Ikterik :-
HR : 80x/i Sianosis :-
RR : 20x/i Dyspnoe :-
T : 37,0 0C Oedema :-
STATUS LOKALISATA
Kepala : Konjungtiva Palpebra pucat (-/-). Sklera ikterik (-/-), mata
kanan eksoftalmus (+) dan mata kiri (-)
Leher : TVJ R-2 cmH2o, Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kiri= kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
B. STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen : Membesar asimetris
Tinggi Fundus Uteri : 3 jari dibawah proc. Xyphoideus (32 CM)
Teregang : Kanan
Terbawah : Kepala
Gerak :+
His :-
DJJ : 138 x/i, reguler (+)
Taksiran Berat Badan Janin : 3000-3200 gr
C. STATUS GINEKOLOGIS
Pemeriksaan Genitalia : Genitalia eksterna tidak terdapat pembesaran
kelenjar Bartholine, OUE dalam keadaan normal
dan tidak terlihat adanya sekret yang keluar
Inspekulo : Dinding vagina ditemukan vagina tidak ada keluar
cairan
Vagina Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sarung Tangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
USG TAS
Janin Tunggal, Persentasi Kepala, Anak Hidup
Fetal Movement (+), Fetal Heart Rate (+)
Biparietal Diameter : 94,3 mm
Femur Length : 74,4 mm
D. LABORATORIUM
03 Mei 2016
DR
Hb :13,1 gr/dl
Ht : 36,5 %
Leukosit : 11.42 /mm3
Eritrosit : 4,40 x 106 mm3
Trombosit : 260.000/mm3
MCV : 83,00 fL
MCH : 29,80 pg
MCHC : 35,90 g/dl
LFT
SGOT : 55 u/l
SGPT : 11 u/l
Alkaline Phospatase : 111,00 u/l
Total Bilirubin : 1,11 mg/dl
Direct Bilirubin : o,30
RFT
Ureum :14,00 mg/dl
Creatinin :0,52 mg/dl
Urid acid :5,70 mg/dl
LDH :773 u/l
Albumin : 3,80 g/dl
KGD Adr : 72,00 mg/dl
Elektrolit
NA : 135 mmol/l
E. DIAGNOSA SEMENTARA
MG + KDR (37-38) minggu + PK + AH + inpartu + Hipertensi Gestasional
F. TERAPI
- IVFD RL 20 gtt/i
G. RENCANA
SectioCesarea
Uraian
- Ibu dibaringkan diatas meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
- Dilakukan spinal anastesi, dilakukan tindakan aseptic dengan betadine dan
alkohol 70 % pada dinding abdomen, lalu ditutup dengan doek steril kecuali
lapangan operasi.
- Dilakukan insisi fanensteil mulai dari kutis, subkutis, sepanjang 10 cm
dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekiri
dan kanan
- Otot dikuakkan secara tumpul, peritoneum digunting ke atas dan kebawah
tempat uterus gravidae sesuai usia kehamilan, identifikasi segmen bawah
rahim
- Dilakukan insisi konkaf sampai subendometrium ditembus dikuatkan sesuai
arah sayatan, selaput ketuban ditembus dengan meluksir kepala, lahirlah
bayi perempuan 3370 gr, PB 49 cm, A/S 9/10, anus (+)
- Tali pusat diklem pada 2 tempat digunting diantaranya, plasenta dilahirkan
secara peregangan talipusat terkendali kesan : lengkap, uterus dijahit
continen interlocking, cavum abdomen dibersihkan, dinding perut dijahit,
mulai dari peritoneum, otot, fascia, kutis, kulit.
- Keadaan umum ibu post Sc : baik
TERAPI
- Bed rest
- IVFD RL + drip Oxitosin 10-10-5-5 IU 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Asam transamin 500 mg/ 8 jam
PEMANTAUAN KALA IV
Jam ( WIB ) 20.15 20.30 20.45 21.00 21.30 22.00
Nadi/menit 96 98 92 88 96 92
TD ( mmHg ) 140/80 140/80 130/80 130/80 120/80 120/80
Pernafasan/menit 24 22 20 22 22 22
Perdarahan 5 cc 5 cc 5cc 10 cc 10 10 cc
Kontraksi Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
4 Mei 2016
S Lemah
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :+
TD : 140/60 mmHg Dyspnoe :-
HR : 120 x/i Oedem :-
RR : 25 x/i Ikterik :-
T : 36,5 oC Sianosis :-
Status Lokalisata :
Kepala : Normocephal
Mata : palpebral inferior anemis +/+
T/H/M : dbn/nasal kanul terpasang/dbn
Thorax : SP: vesikuler, ST: (-)
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT <3dt ,Oedem pretibial (-)
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O :-
P/V : (+) lochia (+) rubra
BAK : (+) via kateter, UOP ± 45 cc/jam, protein uria:(++)
BAB : (-) flatus (+)
A Post SC a/i hipertensi gestasional + hipertiroid
P Th/
IVDF RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam.
Inj. Asam transenamt 500mg/8 jam
PTU
R/
Awasi Vital Sign, Kontraksi, Urin out put
Hasil Laboratorium
WBC : 30,250 x 103
Hb : 10,3
Ht : 28,4
PLT : 309.000
5 April 2016
S Nyeri luka bekas operasi
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :+
TD : 140 / 60 mmHg Dyspnoe :-
HR : 88 x/i Oedem :-
RR : 24 x/i Ikterik :-
T : 36,8 oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik (+) N
TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O : tertutup verban, kesan: kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) via kateter + 60cc/jam, kuning jernih, protein uria : (+)
BAB : (-) flatus (+)
A Post SC a/I hipertensi gestasional + hipertiroid terkontrol + NH1
2
P Th/
IVDF RL20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
Inj. Transamin 500 mg/8 jam
PTU
R/ - Cek darah rutin ulang
- Pindah ruangan
Hasil Laboratorium
Hb : 6,3 gr/dl
Ht : 18,6 %
Leukosit : 15.25 x 103 /mm3
Eritrosit : 2,90 x 106 mm3
Trombosit : 238.000/mm3
6 MEI 2016
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik (+) N
3
TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O : tertutup verban, kesan: kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) via kateter + 60cc/jam, kuning jernih
A Post SC a/I hipertensi gestasional + hipertiroid + NH2
P - IVFD RL 20 gtt/I
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- PTU
7 MEI 2016
S -
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 140 / 70 mmHg Dyspnoe :-
HR : 92 x/i Oedem :-
RR : 22 x/i Ikterik :-
T : 36,5 oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik (+) N
TFU : 1 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O : tertutup verban, kesan: kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) via kateter + 60cc/jam, kuning jernih
4
- Vit. B complex 2 x 1
R/ - Aff kateter
- PBJ
5
BAB IV
ANALISA KASUS
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Hipertensi Gestasional adalah Pada kasus ini ditemukan
Didapatkan tekanan darah ≥ tekanan darah pasien saat masuk
140/90 mmHg untuk pertama yaitu 180/100 mmHg dengan
kalinya pada kehamilan, tidak proteinuria (-).
disertai dengan proteinuria dan Pada pasien keluhan pandangan
tekanan darah kembali normal < kabur, sakit kepala, serta nyeri
12 minggu pasca persalinan. ulu hati tidak dijumpai.
Pada pasien ini didapati bahwa
pasien sebelum nya pernah
menderita hipertiroid dan
mengkonsumsi PTU sampai
sekarang
Pada pasien ini setelah dilakukan
sectiocaeseria tekanan darah
6
kembali normal
PERMASALAHAN
1) Perlukah sebenarnya dilakukan SC pada pasien dengan hipertensi dalam
kehamilan?
2) Sebagai dokter umum di level puskesmas, apabila menemukan kasus seperti
ini apa yang harus dilakukan?
7
BAB V
PENUTUP
8
Penggunaan Atenolol mungkin harus dihindari dalam kehamilan, karena
telah dikaitkan dengan sedikit lebih rendah beban kelahiran. ACE-adalah dan
angiotensin reseptor blocker harus dihindari di semua trimesters; Ketika diberikan
dalam trimesters kedua dan ketiga, mereka berhubungan dengan karakteristik
fetopathy, neonatal gagal ginjal, dan kematian, dan dengan demikian,
kontraindikasi. Data terbaru menunjukkan bahwa mereka seharusnya juga
dihindari di trimester pertama. Akhirnya, mengendalikan hipertensi parah telah
belajar di hari meta-anal-ysis, dan ini menunjukkan bahwa labetalol intravena atau
oral nifedipine adalah sebagai efektif sebagai intravena hydralazine, dengan efek
samping yang lebih sedikit.
Banyak pertanyaan penelitian yang mengelilingi hipertensi dalam
kehamilan dan Preeklamsia tetap tak terjawab. Advance-ment pengetahuan klinis
memerlukan studi yang besar, kolaboratif, dan multicentered. Misalnya, untuk
lebih memahami perlunya antihypertensive terapi ringan-sedang kronis hipertensi,
sebuah studi yang dirancang untuk mendeteksi penurunan risiko relatif moderat
(20%) di Preeklamsia atau pembatasan intrauterine pertumbuhan akan
memerlukan uji coba secara acak dengan pendaftaran 1000 atau 3000 wanita
dengan hipertensi kronis.
Pengelolaan prasangka hipertensi, kebutuhan untuk antihypertensive agen,
agen obat tertentu, perbedaan ras, BP tingkat inisiasi terapi, dan perawatan target
semua tetap harus ditentukan. Current pedoman hanya mengandalkan bukti dari
kecil, sebagian besar di bawah - powered cobaan dan pendapat ahli. Akhirnya,
studi obat antihy-pertensive di kehamilan sering mengevaluasi geografis di-
tiveness obat tanpa memeriksa hasil janin yang terkait dengan harm105; Studi
masa depan harus mencakup rinci hasil risiko dan manfaat bagi ibu dan bayi.
Sistem surveilans yang lebih baik untuk rutin memantau peristiwa-peristiwa buruk
dan jumlah perempuan yang terpapar dengan agen tertentu diperlukan untuk
memandu kemanjuran pengobatan, memajukan kami pengalaman-tepi drug
safety, dan pada akhirnya meningkatkan pilihan pengobatan.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Davis GK, Mackenzie C, Brown MA, Homer CS, Holt J, dan McHugh MG. 2007.
Predicting transformation from gestational hypertension preeclampsia in clinical
practice: a possible role for 24 hour ambulat blood pressure monitoring.
Hypertens Pregnancy.
Levine RJ, Maynard SE, Qian C, Lim KH, England LJ, Yu KF, Schisterman EF,
Thadhani R, Sachs BP, Epstein FH, Sibai BM, Sukhatme VP, dan Karumanchi
SA. 2004. Circulating angiogenic factors and the risk of preeclampsia. N Engl J
Med. 350: 97-110.
11
National Heart, Lung, and Blood Institute, Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. 2004. The Seventh Report of the Joint
National Committee. NIH publication,.
Roeshadi RH. 2004. Hipertensi dalam Kehamilan. In: Hariadi R. Ilmu kedokteran
fetomaternal. Surabaya: Himpunan Kedokteran fetomaternal POGI.
Shannon ME, Malecha SE, dan Cha AJ. 2000. Angiotensin converting enzyme
inhibitors (ACEIs) and angiotensin II receptor blockers (ARBs) and lactation: an
update. J Hum Lact. 16:152–155.
Suhardjono. 2007. Hipertensi pada Kehamilan. In: Sudoyo dkk (ed). Buku Ajar
Ilmu Peyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FKUI, pp: 614-15.
12