Anda di halaman 1dari 6

Berikut saya coba lampirkan analisis mengenai profil yg prof sebutkan di status FB dengan

inisial ASA.

Dari data scopus (https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57191262712), ASA


memiliki publikasi sebanyak 47 dokumen dengan h-index 11 dan sitasi sebanyak 320 kali
oleh 85 dokumen. Hal yang agak “menarik” adalah 307 dari 320 total sitasi tersebut
didapatkannya dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun (Januari 2018-Juli 2018). Jumlah
sitasinyapun terkesan tidak normal dimana terdapat sekitar 4 kali sitasi di dalam 1 dokumen.

Ada beberapa dugaan mengapa hal ini terjadi, yang petama adalah self-citation, dan yang
kedua adalah sitasi kolaboratif (atau mungkin bisa disebut kertel sitasi).

Untuk membuktikan self-citation di Scopus tidaklah sulit karena tersedia tool untuk
menganalisa hal tersebut. Setelah dikurangi dengan self-citation, maka h-index ASA dari 11
turun menjadi 9 seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Lalu setelahnya, untuk membuktikan yang bersangkutan tidak melakukan sitasi berjamaah
yang mengarah kepada tindakan falsification dan fabrication, perlu analisis yang lebih
mendalam mengenai hal ini. Pertama kita bisa mencari tahu siapa saja co-author ASA yang
terdaftar di scopus, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Dari data Scopus tersebut, terpajang top-15 kolaborator AAS. Akan tetapi, hal yang menarik
adalah siapakah mereka? Kenal di mana? Serta benarkah mereka melakukan real
collaboration mengingat cakupan publikasinya sangat luas dan tidak hanya di dalam satu
bidang ilmu?

Dari pantauan kami, diduga mayoritas mereka tergabung dalam satu organisasi non-formal
yang bernama Komunitas Kolaborasi Publikasi Indonesia (KO2PI) dengan alamat website:
http://ko2pi.org/. Hingga analisis ini dibuat, sayang sekali website KO2PI tersebut tidak bisa
diakses. Akan tetapi, kami mendapatkan informasi dari website lain perihal organisasi ini
(https://www.hetanews.com/article/114499/komunitas-k2pi-akan-gelar-workshop-
internasional-di-medan-dan-surabaya-di-bulan-desember). Dari web tersebut didapatkan
informasi yang menarik yaitu: “KO2PI ini diinisiasi oleh 12 orang yang telah berpengalaman
dalam publikasi internasional, Ansari Saleh Ahmar (Universitas Negeri Makassar), Robbi
Rahim (Institut Teknologi Medan), Janner Simarmata (Universitas Negeri Medan),
Darmawan Napitupulu (LIPI), Dahlan Abdullah (Universitas Malikussaleh, Aceh), Heri
Nurdiyanto (STMIK Dharma Wacana, Lampung), Leon Abdillah (Universitas Bina Darma
Palembang), Haviluddin (Universitas Mulawarman), Rahmat Hidayat (Politeknik Negeri
Padang), M. Ikhsan Setiawan (Universitas Narotama Surabaya), Andri Pranolo (Universitas
Ahmad Dahlan), dan Wahyuddin Albra (Universitas Malikussaleh, Aceh).”

Jika dibandingkan dengan data Scopus, menariknya tenyata keduabelas nama pendiri KO2PI
di atas adalah kolaborator utama dari ASA, dengan Robbi Rahim berada di urutan teratas.

Analisis lanjutan kami lakukan dengan menganalisa lebih detail publikasi dari ASA. Lebih dari
40% artikel ASA dipublikasikan di Journal of Physics: Conference Series (Q-3) dan hampir 40%
nya dipublikasikan di International Journal of Engineering and TechnologyUAE (Q-4), seperti
terlihat pada gambar di bawah ini:

Secara random kami menganalisa langsung beberapa artikel yang dipublikasikan di jurnal-
jurnal tersebut. Kami menemukan beberapa hal yang menarik. Pertama, dalam satu edisi
journal, volume dan tahun yang sama di Journal of Physics: Conference Series, ASA tidak
hanya mempublikasikan satu atau dua artikelnya saja, tapi banyak artikel, seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
Lengkapnya bisa dilihat di sini: https://www.scopus.com/results/results.uri?sort=plf-
f&src=s&sid=1ceb7e3e13ab97d926e5b9f33b707286&sot=a&sdt=a&sl=112&s=AU-
ID%2857191262712%29+AND+SRCTITLE%28%22Journal+Of+Physics+Conference+Series%22
%29+AND+%28PUBYEAR+AFT+0+AND+PUBYEAR+BEF+2020%29&origin=AuthorEval&zone=D
ocuments-Sources&editSaveSearch=&txGid=7e2a5e768f2772dbef183fd3441b7f50

Dari gambar di atas, terlihat bahwa di tahun edisi dan volume yang sama yaitu 2018;954(1),
ASA bisa mempublikasikan puluhan artikel di Journal of Physics: Conference Series, yang
kalau menurut logika sederhana bisa dianalogikan bahwa di edisi tersebut hanya
dipublikasikan artikel ASA dan teman-temannya. Hal yang hampir tidak akan pernah kita
temui pada publikasi di jurnal bereputasi normal. Jika diteliti lebih lanjut, edisi tersebut
ternyata adalah publikasi dari sebuah conference yang diadakan di Universitas Negeri
Makassar pada Desember 2017, tempat dimana ASA saat ini bekerja. Nama conferencenya
adalah Joint Workshop of KO2PI & 2nd International Conference on Mathematics, Science,
Technology, Education, and their Applications 2016 (ICMSTEA 2016). 3-4 October 2016,
Makassar, Indonesia and 10 October 2017 (http://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-
6596/954/1/011001/pdf dan http://iopscience.iop.org/issue/1742-6596/954/1). Dari Judul
conference tersebut terlihat bahwa KO2PI juga menjadi bagian utama di dalamnya.
Selanjutnya, jika kita menganalisa publikasi ASA di International Journal of Engineering and
TechnologyUAE, terdapat total 17 artikel yang dipublikasikan hanya di dua edisi yang
berdekatan yaitu: Volume 7, No 2.3 (2018) special issue 3 dan volume 7 No. 2 (2018).
Sungguh suatu yang hampir tidak pernah ditemukan pada jurnal yang benar-benar
bereputasi. Detailnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: https://www.scopus.com/results/results.uri?sort=plf-
f&src=s&sid=ae427400cc36675c580134a4273ba6c9&sot=a&sdt=a&sl=134&s=AU-
ID%2857191262712%29+AND+SRCTITLE%28%22International+Journal+Of+Engineering+And
+Technology+Uae%22%29+AND+%28PUBYEAR+AFT+1969+AND+PUBYEAR+BEF+2020%29&o
rigin=AuthorEval&zone=Documents-
Sources&editSaveSearch=&txGid=6d8481f8dfc4648e2f5d0c2fe1dde35e
Sumber pendukung: https://www.sciencepubco.com/index.php/ijet/issue/view/298 dan
https://www.sciencepubco.com/index.php/ijet/issue/view/295).

Dengan keterbukaan informasi dan kemudahan akses, tidak akan sulit untuk mencari
informasi dan memverivikasi informasi. Praktek-praktek yang mengarah kepada tindakan
yang berpotensi sebagai pelanggaran etika saintifik (scientific integrity) tentu saja tidak
dibenarkan. Ketika banyak pihak yang memilih cara short-cut seperti ini dengan berbagai
alasan, hal itu tentu menjadi pilihan pribadi mereka. Akan tetapi, ketika DIKTI memberikan
penghargaan kepada mereka, hal ini tentu saja menjadi tidak bisa diterima akal sehat. Hal ini
seperti membenarkan hal yang salah. Jika hal ini terus dibiarkan, kebiasaaan ini tentu akan
menjadi wabah penyakit dan menular kepada peneliti-peneliti lain. DIKTI seperti kecolongan
dengan hal-hal seperti ini padahal sudah terpampang dengan nyata dan jelas.

Ini baru analisa untuk satu orang saja. Penerima pengahargaan SINTA awards lainnya juga
terindikasi melakukan hal yang sama. Bahkan penerima penghargaan pertama (IM), 80%
artikelnya dipublikasikan di jurnal yang pada awal tahun 2018 sudah discontinued (dipecat)
dari scopus perihal publication concern karena tidak melakukan peer-reviewed sebagaimana
mestinya. Untuk membuktikannya, perlu dibuatkan satu analisa khusus mengenai hal ini
(IM). Akan tetapi, karena informasi bisa diakses secara terbuka oleh semua orang, DIKTI
seharusnya tidak kecolongan dengan menganugerahkan yang bersangkutan sebuah
penghargaan yang diduga banyak sekali cacatnya.

Walaupun ini baru sebatas dugaan, tapi indikasi ke arah sana sangatlah jelas. Perlu kiranya
dilakukan evaluasi yang mendalam terhadap hal ini.

Anda mungkin juga menyukai