TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Sejarah Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
1
1. Mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK)
dan organisme pengganggu tumbuhan karantian (OPTK) ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia serta penyebarannya dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
2. Mencegah keluarnya HPHK ke luar negeri; dan
3. Mencegah keluarnya OPTK tertentu dari wilayah Negara Republik
Indonesia ke luar negeri apabila di persyaratkan oleh negara tujuan.
2
3. Mewujudkan Sistem Manajemen Mutu Pelayanan dengan
mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2008/SNI 19-
9001-2008;
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing
Laboratory) dengan mengimplementasikan secara konsisten
ISO/IEC 17025:2008 serta Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-
2);
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam
akselerasi ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu
bersaing di pasar internasional;
6. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan
Jawa Timur;
7. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur.
(www.karantinasby.pertanian.go.id).
Drh. Cicik Sri Sukarsih Ir. Yusup Patiroy, MM Drh. Muhlis Natsir, M.Kes
Drh. Priyadi
Kepala seksi
3
pelayanan dan
operasional
karantina
Drh. Tri Nur Agus Drh. Heli Ir. Abdul
Handono Rachman, Mugiyanto, Afiantoro Munip
SP, M.Si. SP Wikantandi,
Kepala seksi M.Vet Kepala seksi
informasi dan Kepala seksi Kepala seksi Pengawasan
Kepala seksi
sarana teknik pelayanan dan informasi dan dan
Pengawasan
karantina operasional sarana teknik dan Penindakan Penindakan
hewan karantina karantina karantina hewan karantina
tumbuhan tumbuhan tumbuhan
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Balai Besar karantina Pertanian
(www.karantinasby.pertanian.go.id).
4
mencegah kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina selama
waktu tertentu.
3. Pengamatan
Lalu dilakukan deteksi lebih lanjut terhadap penyakit hewan karantina
dengan cara mengamati timbulnya gejala penyakit hewan karantina pada
media pembawa selama diasingkan dengan menggunakan sistem semua
masuk-semua keluar
4. Perlakuan
Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media
pembawa dari penyakit hewan karantina, atau tindakan lain yang bersifat
preventif, kuratif dan promotif.
5. Penahanan
Dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi persyaratan
karantina atau dokumen yang dipersyaratkan oleh menteri lain yang terkait
atau dalam pemeriksaan masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut.
6. Penolakan
Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari
daerah/negara terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah
penyakit, atau pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit,
atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina
(sertifikat kesehatan).
7. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut
melewati batas waktu yang ditentukan dan pemilik/kausanya tidak dapat
memenuhi persyaratan yang diperlukan, atau terhadap media pembawa
tersebut ditemukan adanya penyakit yang telah diobati tetapi tidak dapat
disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera diberangkatkan/tidak
mungkin dilakukan penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari
daerah terlarang atau daerah yang tidak bebas dari penyakit.
8. Pembebasan
5
Pembebasan dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk
memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan
dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala penyakit
hewan karantina, atau selama pengasingan dan pengamatan tidak ditemukan
adanya penyakit hewan karantina. Pembebasan untuk masuk diberikan
dengan sertifikat pelepasan/pembebasan sedang pembebasan keluar
diberikan dengan sertifikat kesehatan.
6
MP-HPHK yang akan diimpor ke Indonesia melalui pintu-pintu
pemasukan BBKP Surabaya, harus memenuhi persyaratan berikut ini:
7
6. Memiliki Instalasi Karantina jika pelaksanaan tindakan karantina tidak
dapat dilakukan di Instalansi Karantina Pemerintah, yang ditetapkan oleh
Kepala Badan Karantina Pertanian a.n. Menteri Pertanian.
Kelengkapan Dokumen Antar Area:
a. Surat kuasa + identitas
b. Sertifikat karantina daerah asal
c. Surat keterangan asal untuk benda lain
d. Rekomendasi pengeluaran atau pemasukan (dinas setempat)
e. Sertifikat Veteriner dari daerah asal (untuk hewan dan produk hewan)
8
a. Surat Persetujuan Impor
b. Sertifikat Karantina dari negara asal
c. Health Certificate
d. Invoice
e. Packing List
f. Bill of Leading
g. Certificate of Origin
h. CITES (untuk satwa)
i. Surat kuasa + identitas
j. PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
1.6.2 Alur Pelayanan Ekspor dan Pengeluaran Antar Area
MP-HPHK yang akan diekspor dari Indonesia melalui pintu-pintu pengeluaran BBKP
Surabaya, harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Disertai dengan Izin Ekspor/ Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jendral Peternakan (Ditjennak)-Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Selain itu, juga disertai dengan surat persetujuan ekspor yang dikeluarkan oleh Dinas
Peternakan setempat/provinsi asal.
2. Disertai dengan Sertifikat Kesehatan yang dikeluarkan oleh Dokter Hewan Pemerintah
yang berwenang/ Dinas Peternakan setempat/ provinsi asal atau Dokter Hewan yang
memiliki izin praktek
9
3. Surat Izin Pengeluaran/ CITES bagi Satwa Liar yang diterbitkan Direktorat Jendral
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan.
4. Pengiriman MP-HPHK tersebut harus dilaporkan ke petugas Karantina Hewan di pintu-
pintu pengeluaran BBKP Surabaya, sekurang-kurangnya 2 hari sebelum ekspor.
5. MP-HPHK tersebut harus sesuai dengan persyaratan dari Pemerintah negara pengimpor
(negara tujuan).
1. Low Risk
10
Gambar 1. Alur pelayanan karantina resiko rendah “low risk”
Alur pelayanan karatina berdasarkan analisa resiko “low risk” adalah sebagai
berikut, diawali dengan pengguna jasa yang melakukan surat permohonan untuk
pemeriksaan karantina sebelum melakukan impor maupun membawa dan mengirim
hewan dari suatu area ke area yang lain. Surat Permohonan pemeriksaan karantina (PPK)
termasuk dalam KH 1. Pengajuan surat permohonan pemeriksaan karantina (PPK) dapat
dilakukan secara online atau manual serta menyerahkan dokumen persyaratan.
Pemeriksaan yang dilakukan pertama kali adalah pemeriksaan dokumen. Dokumen
yang telah melalui pemeriksaan karantina dinyatakan lengkap ,sah dan sesuai, maka dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik atau klinis di IKH/TPFT/TPK. Pemeriksaan fisik
dilakukan pada siang hari, kecuali dalam keadaan tertentu menurut pertimbangan dokter
hewan karantina dapat dilaksanakan pada malam hari. Kemudian setelah dokumen
terverifikasi maka dilakukan penerbitan surat tugas (KH 2) dan KH 5 atau KH 7
(persetujuan bongkar atau perintah masuk karantina). Untuk kategori “low risk” biasanya
hanya dilakukan sampai pemerikasaan fisik ditempat pemasukan/pengeluaran yang
kemudian jika tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan akan dilakukan pelepasan
(KH 12).
11
2. Medium Risk
Apabila dokumen yang disyaratkan tidak lengkap dan pengguna jasa menjamin dalam
waktu 3 hari, maka diadakan penahanan sehingga dikeluarkan berita acara penahanan (KH
8a). Bila dalam jangka waktu tersebut dokumen tidak dilengkapi, maka hewan akan ditolak
pemasukannya (KH 8b). Untuk pemeriksaan fisik dapat dilakukan ditempat pemasukan
maupun pengeluaran, lalu dilakukan karantina yang selanjutnya akan diuji laboratorium
pada BAH dan HBAH Total Plate Count (TPC).
12
prosedur yang ditetapkan. Uji laboratorium digunakan sebagai sarana pendukung diagnosa
untuk menentukan tindakan penolakan/pemusnahan/pembebasan. Jika uji laboratorium
memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan, maka dapat dilakukan pembebebasan.
Sedangkan pada pemeriksaan klinis, apabila BAH dan HBAH ditempat
pemasukan/pengeluaran memenuhi persyaratan atau tidak perlu pengamatan lebih lanjut
juga dapat dilakukan tindakan Pembebasan maka diterbitkan surat dokumen pembebasan
(KH 12).
3. High risk
13
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di negara
asal dan negara transit;
b. Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa yang
tergolong benda lain;
c. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan
d. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk keperluan tindakan karantina.
Sedangkan untuk media pembawa yang dibawa dan dikirim dari suatu area ke area lain di
dalam wilayah negara Republik Indonesia, wajib :
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina di tempat
pengeluaran;
b. Dilengkapi surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa yang
tertolong benda lain;
c. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
d. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pengeluaran
sebagaimana dimaksud dalam huruf c, untuk keperluan tindakan karantina.
Setelah mengajukan surat permohonan pemeriksaan karantina (KH 1) selanjutnya akan
dilakukan tindakan karantina.Tindakan karantina yang dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan pertama kali adalah pemeriksaan dokumen, seperti
kesuaian antara dokumen dengan jenis hewan yang akan dilalu lintaskan. Salah satu
dokumen penting adalah sertifikat kesehatan hewan yang memuat tentang asal negara,
area, atau tempat yang dalam kurun waktu tertentu tidak berjangkit hama penyakit
hewan karantina (HPHK) yang dapat ditularkan melalui jenis hewan tersebut serta saat
pemberangkatan tidak menunjukan gejala hama penyakit hewan menular, bebas
ektoparasit, dalam keadaan sehat dan layak diberangkatkan.
Dokumen yang setelah melalui pemeriksaan karantina dinyatakan lengkap,sah dan
sesuai, maka dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik atau klinis di IKT/IKHS/TPFT.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada siang hari, kecuali dalam keadaan tertentu menurut
pertimbangan dokter hewan karantina dapat dilaksanakan pada malam hari. Apabila dari
hasil pemeriksaan fisik dinyatakan sehat maka hewan tersebut tidak perlu mendapatkan
14
pemeriksaan lanjutan dan langsung dinyatakan bebas serta diberikan dokumen surat
(karantina hewan) KH 12.
Jika pemeriksaan fisik belum dapat meneguhkan diagnosa maka dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan laboratorium, patologi, uji biologis, uji diagnostika, atau teknik
dan metoda pemeriksaan lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi. Sehingga setifikat KH 12 belum dapat dikeluarkan, serta tindakan lanjutan yang
diperlukan berupa pengasingan.
2. Pengasingan
Pengasingan dilakukan terhadap sebagian atau seluruh media pembawa untuk
diadakan pengamatan, perlakuan dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan
penularan hama penyakit hewan karantina. Lamanya pengasingan dipergunakan sebagai
dasar penetapan masa karantina. Untuk jenis media pembawa yang termasuk dalam
kategori high risk, standar waktu untuk karantina adalah 21 hari. Masa karantina
sebagaimana dimaksud, terhitung sejak media pembawa diserahkan oleh pemiliknya
kepada petugas karantina sampai dengan selesainya pelaksanaan tindakan karantina
terhadap media pembawa.
3. Pengamatan
Tindakan pengamatan dilakukan terhadap hewan selama dalam masa karantina
dengan cara mengamati untuk mengetahui atau mendeteksi dini adanya kemungkinan
hewan tersebut menderita penyakit menular (Baraniah, 2007). Pengamatan juga dapat
dilakuakan untuk mengamati situasi hama penyakit hewan karantina pada suatu negara,
area, atau tempat. Menurut Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2000 Pengamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Ayat 1 dilakukan dengan ketentuan :
a. Untuk pemasukan dari luar negeri dilakukan di instalasi karantina atau pada tempat
atau area pemasukan;
b. Untuk pengangkutan antar area, diutamakan pada area pengeluaran; atau
c. Untuk pengeluaran ke luar negeri pengamatan disesuaikan dengan permintaan
negara tujuan.
4. Perlakuan
Tindakan perlakuan yang dilakukan terhadap media pembawa hewan misalnya
pemberian vaksin, pemberian obat-obatan, vitamin, desinfeksi melalui penyemprotan,
15
ataupun pengambilan specimen (darah, feses dll) untuk pengujian laboratorium sedang
terhadap produk hewan dapat berupa pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium
kesehatan masyarakat veteriner (Baraniah, 2007). Pengamatan sebagaimana dalam Pasal
11 ayat 1 PP No. 82 Tahun 2000 adalah pengamatan yang dilakukan untuk mendeteksi
lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati timbulnya gejala
hama penyakit hewan karantina pada media pembawa selama diasingkan dengan
mempergunakan sistem semua masuk semua keluar. Selain pengamatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1, pengamatan juga dapat dilakuakan untuk mengamati situasi
hama penyakit hewan karantina pada suatu negara, area, atau tempat.
5. Penahanan
Penahanan dilakukan bila dokumen persyaratan tidak dapat dilengkapi dan apabila
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil positif terhadap penyakit maka akan
mendapatkan dokumen karantina berupa berita acara penahanan (KH 8a).
6. Penolakan
Penolakan dilakukan apabila: setelah pemeriksaan di atas alat angkut hewan tertular
hama penyakit hewan karantina (HPHK), persyaratan karantina tidak dapat seluruhnya
dipenuhi. Setelah dilakukan penahan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi
dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi atau setelah diberikan perlakuan
di atas alat angkut, hewan tidak dapat disembuhkan dan atau disucihamakan dari HPHK,
maka akan mendapatkan dokumen karantina berupa berita acara penolakan (KH 8b).
7. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila: hewan tersebut diturunkan dari alat angkut dan
dilakukan pemeriksaan namun sapi tersebut tertular HPHK tertentu yang ditetapkan oleh
menteri, hewan yang ditolak tidak segera dibawa ke luar dari wilayah negara Republik
Indonesia atau dari daerah tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan,
setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan tertular HPHK tertentu yang ditetapkan
oleh Menteri, atau setelah hewan tersebut diturunkan dari alat angkut dan diberi perlakuan
dan tidak dapat disembukan atau disucihamakan dari HPHK maka maka akan mendapatkan
dokumen karantina berupa berita acara pemusnahan (KH 8c)
8. Pembebasan
16
Pembebasan dilakukan apabila: setelah dilakukan pemeriksaan tidak tertular
HPHK, setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan tidak tertular HPHK, jika
setelah perlakuan dapat disembuhkan dari HPHK serta apabila dilakukan penahanan
namun seluruh persyaratan yang diwajibkan dapat dipenuhi.
Semua tindakan karantina yang berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan, bukan merupakan alur yang harus dilalui
secara berurutan.
17