PENDAHULUAN
1
Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu
penyakit atau kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan
dengan cepat disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan pengembangan
gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan.
Ekspansi gas dari paru-paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa
disebut dengan “Pulmonary Overinflation Syndrome”. Penurunan tekanan
yang tiba-tiba tadi dapat mengakibatkan adanya emboli udara di arteri
(Noltkamper, 2012).
2
1.2 Tujuan
3
BAB II
Nama : Ny. VP
Usia : 44 tahun
Agama : Kristen
2.1.2 Anamnesis
4
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga: penyakit jantung (-), darah tinggi (-), asma
(-), kejang (-), keganasan (-).
Riwayat sosial
Vital Sign :
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Saturasi O2 : 98%
Kepala : normocepali
Pulmo :
5
Palpasi : vocal fremitus sama ka/ki, nyeri tekan (-)
Cor :
Abdomen :
Palpasi : massa (-) nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas :
+ |+
Akral Hangat + |+
5555 | 5555
Tenaga5555 | 5555
6
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang
2.1.5 Diagnosis
7
2.1.7 Terapi lanjutan
2.2.1 Definisi
8
keracunan karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertututp, gas
gangren, peripheral neuropathy, osteomielitis, sindrom kompartemen,
diabetik neuropati, migran, infark miokard dan lain-lain (Djauw, 2015)
Udara yang dihirup manusia adalah udara biasa yang terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut:
- 78 % Nitrogen (N2)
- 21 % Oksigen (O2)
9
- 0,04 % Karbondioksida (CO2)
a. Hukum Boyle
1
𝑉=
𝑃
𝑃
=𝐾
𝑉
Atau P1.V2 = P1.V2
Keterangan:
P = Tekanan Absolut
V = Volume
K = Konstanta
10
Hubungan ini berlaku terhadap semua gas yang ada di dalam
ruangan tubuh sewaktu menyelam, menyelam kedalam air
maupun saat naik ke permukaan.
b. Hukum Dalton
Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu
campuran gas-gas adalah jumlah tekanan partial dari tiap gas
yang membentuk campuran tersebut.Jika gas itu secara sendiri
menempati seluruh ruang volume. Selama tekanan secara
menyeluruh meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas pun
akan meningkat. Pada kedalaman 40 meter (tekanan 5 ATA)
penyelam yang bernafas dengan udara biasa akan menghirup
oksigen dengan tekanan partial yang sama ( 1 ATA ) seperti bila
ia sedang menghirup 100% O2 di permukaan air. Pemahaman
hukum ini penting untuk mengetahui efek toksin gas pernafasan
11
pada kedalaman, penyakit dekompresi dan penggunaan oksigen
maupun campuran gas untuk tujuan pengobatan.
c. Hukum Henry
Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang
terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan
partial dari gas tersebut diatas cairan. Bila seorang penyelam
turun sampai kedalaman 10 meter, tekanan partial nitrogen yang
dihirup menjadi 2 kali lipat dibandingkan dengan dipermukaan
dan akhirnya nitrogen yang terlarut dalam jaringan juga akan dua
kali lipat.
Waktu terjadi keseimbangan tergantung pada daya larut gas
di dalam jaringan dan kecepatan suplai gas ke jaringan oleh
darah.Pengaruh fisiologi dari hukum terhadap seorang penyelam
berlaku untuk penyakit dekompresi, keracunan gas dan
pembiusan gas lembam (inert gas narcosis).
Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlalu cepat
berkurang, gas keluar dari larutan dalam bentuk gelembung-
gelembung gas. Pada penyelam, pelepasan gelembung ini dapat
menyumbat pembuluh darah atau merusak jaringan tubuh dan
meyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit dekompresi atau
bends.
d. Hukum Charles
Hukum ini menyangkut hubungan antara suhu, volume, dan
tekanan.Dinyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, volume
dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu
absolut. Hukum inji sangat erat hubungannya dengan sifat
kompresi dan dekompresi dari gas-gas yang juga berkaitan
dengan gas-gas dalam aliran darah berwujud cair di tubuh
manusia yang dapat menjadi lewat jenuh saat menyelam dengan
tekanan (tabung).
e. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan bahwa: “Setiap benda
yang dibenamkan sebagian atau seluruhnya kedalam cairan, maka
12
ia akan mendapat gaya tekanan ke atas sebesar berat cairan yang
dipindahkan” Jadi semakin padat cairan itu, maka semakin besar
daya apungnya.Dengan demikian, penyelam dan kapal
mengapung lebih tinggi di laut dari pada di air tawar.
Dengan paru-paru mengembang sepenuhnya, biasanya
orang akan mengambang diatas permukaan air laut yaitu dia
mempunyai daya apung positif. Daya apung positif yaitu bila
seseorang cenderung untuk mengambang, sedangkan gaya apung
negative yaitu apabila seseorang yang cenderung tenggelam dan
daya apung netral seseorang cenderung melayang.
13
oleh hemoglobin, dengan TOHB kontribusi transportasi plasma untuk
jaringan oksigenasi sangat meningkat. Sebenarnya, menghirup oksigen
murni pada tiga kali yang normal atmosfer. Hasil tekanan dalam
peningkatan 15 kali lipat dalam konsentrasi oksigen terlarut dalam
plasma. Itu adalah konsentrasi yang cukup untuk memasok kebutuhan
tubuh saat istirahat bahkan dalam total tidak adanya hemoglobin(Huda,
2010).
Penyakit Dekompresi
Emboli Udara
Luka Bakar
Crush Injury
14
Keracunan gas karbon monoksida (CO)
Eritema nodusum
Osteomyelitis
Buerger’s Diseases
Morbus Hansen
Psoriasis vulgaris
Edema serebral
Scleroderma
Rheumotoid Artritis
15
orang-orang selama bertahun-tahun. Namun penelitian-penelitian yang
dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sel-sel ganas tidak
tumbuh lebih cepat dalam suasana oksigen hiperbarik. Penderita
keganasan yang diobati dengan oksigen hiperbarik biasanya secara
bersama-sama juga menerima terapi radiasi atau kemoterapi.
Kehamilan juga merupakan kontraindikasi absolut karena tekanan
parsial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent
ductus arteriosus, sehingga secara teoritis pada bayi prematur dapat
terjadi fibroplasia retrolental. Namun pada penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi (Djauw,
2015).
Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan
tidak memakai perhiasan, alat bantu dengar, lotion yang terbuat
16
dari bahan dasar petroleum, kosmetik, bahan yang mengandung
plastik, dan alat elektronik.
17
Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil
terapi dan melihat apakah terjadi komplikasi hiperbarik pada
pasien.
2.3.1 Definisi
2.3.2 Patogenesis
18
Oleh karena darah yang kelebihan nitrogen ini akan di
distribusikan kejaringan-jaringan sesuai dengan kecepatan aliran darah
ke jaringan tersebut dan daya gabung jaringan terhadap nitrogen. Dalam
hal ini lemak mempunyai daya gabung nitrogen yang tinggi dan
melarutkannya limakali lebih banyak daripada air. Tingkat saturasi
nitrogen dalam berbagai jaringan berbeda-beda tergantung percepatan
pertukaran nitrogen. Sebagai contoh darah supersaturasinya cepat
(jaringan cepat), sedangkan sumsum tulang dan sendi supersaturasinya
lambat (jaringan lambat) (Djauw, 2015).
19
tekanan dan volume dari kumpulan gas akan berbanding terbalik
dengan tekanan absolut (Guyton, 2011).
20
di sekitar 50% dari pasien dan oleh 6 jam dalam 90%. Gejala klnis
timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama 24 jam setelah
menyelam). Mula-mula rasa kaku kemudian rasa nyeri, kekuatan otot
menurun, bengkak kemerahan Peau d’orange, banyak pada penyelam
ulung dan singkat, anggota atas 2-3x lebih banyak dari bawah, ⅓ kasus
pada bahu kemudian siku, pergelangan tangan, tangan, sendi paha, lutut
dan kaki, asimetri, kasus ringan, tidak rekompresi, nyeri hilang 3-7 hari
(Kusuma,2012).
21
b. Tipe II (Serious Decompression Sickness)
- Bends Shock
2.3.4 Penatalaksanaan
a. Tindakan Dini
22
1. Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan
menggunakan masker reservoir. Namun perlu diperhatikan
pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi hingga 12
jam karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.
23
bawah. Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus
digunakan untuk semua pasien dengan ketidakmampuan
berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas bawah
yang disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg
atau setara diberikan secara subkutan setiap 12 jam, dimana
harus dimulai sesegera mungkin setelah cedera untuk
mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT) dan emboli
paru pada pasien lumpuh.
b. Rekompresi
24
kedalaman 9 meter. Bersama pendamping memakai “full face
mask” dan bernafas dengan oksigen 100% selama 30 menit untuk
kasus ringan dan 60 menit untuk kasus berat. Bila ada perbaikan,
naik kepermukaan dengan kecepatan 1 meter dalam 12 menit.
Bila belum, dapat diperpanjang menjadi 60 menit. Jika dalam
perjalanan kepermukaan timbul gejala maka berhenti selama 30
menit. Setelah tiba dipermukaan penderita harus menghirup 02
l00% dan udara selama 90 menit, jika gagal maka penderita harus
diangkut ke fasilitas RUBT(Djauw, 2015).
2.3.5 Prognosis
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
BAB IV
4.1 Hasil
27
4.2 Pembahasan
1. Oksigenasi
Oksigenasi memiliki keuntungan untuk melawan hipoksia jaringan,
mengurangi tekanan nitogen yang terlarut dalam plasma, dan mempercepat
larutnya kembali gelembung-gelembung gas nitrogen.
2. Rekompresi
Rekompresi memiliki tujuan untuk memperkecil gelembung gas dan
melarutkan kembali gas-gas nitrogen ke dalam darah atau jaringan.
3. Pengobatan dengan medikamentosa (terhadap perubahan-perubahan
biohumoral yang terjadi dalam penyakit dekompresi).
Penggabungan terapi oksigenasi dan rekompresi terdapat pada terapi
oksigenasi hiperbarik. Terapi ini paling baik karena menggabungkan
keuntungan-keuntungan dari masing-masing terapi yang pada prinsipnya
sesuai dengan teori fisika yang sederhana, yaitu bila diberikan tekanan
tinggi pada tubuh kita gelembung akan mengecil volume dan diameternya
(hukum Boyle), selain itu sesuai hukum Henry bahwa sebagian gelembung
nitrogen akan kembali menjadi larutan. Oksigen tekanan tinggi dapat
berdifusi dalam jaringan tanpa melewati darah, sehingga dapat langsung
dimanfaatkan oleh jaringan.
28
Prosedur Terapi Oksigen Hiperbarik pada Pasien dalam Kasus terkait
Penyakit Dekompresi Tipe 1
1. Tabel 6
Tabel ini dipakai untuk penyakit dekompresi tipe serius (berat), atau tipe
pain only jika gejala tidak hilang dalarn waktu l0 rnenit pertama di 60 fsw.
Pelaksanaan :
a. Kompresi/descent dengan kecepatan 25 fpm sampai kedalaman 60 fsw
selama penekanan pasien bernafas dengan udara.
b. Setibanya 60 fsw segera pasang masker penderita bernafas dengan
oksigen murni 20 menit - udara 5 menif oksigen murni 20 menit – udara
29
5 menit; oksigen murni 20 menit - udara 5 menit. tamanya di 60 fsw
dihitung sejak tiba sampai mulai didekompresi.
c. Lakukan dekompresi dengan kecepatan I fpm sampai tiba di 30 fsw.
Jika terjadi keterlambatan ascent jangan dikompensasi, Jika terlalu
cepat harus dikompensasi dengan memperlambat ascent. Selama
dekompresi pasien bernafas dengan oksigen.
d. Setibanya di 30 fsw lepas masker, bernafas dengan udara 15 menit,
pasang masker bernafas dengan oksigen 30 menit, udara 15 menit -
oksigen 30 menit. Dekompresi di 30 fsw selesai.
e. Lakukan dekompresi (ascent) dari 30 fsw kepermukaan dengan
kecepatan I fpm selama dekompresi pasien bernafas dengan oksigen.
Keluarkan pasien dari RUBT, terapi selesai.
f. Jika oksigen terpaksa hanrs dihentikan, tunggu 15 menit, evaluasi apa
yang terjadi untuk menentukan tindakan selanjutnya.
g. Selama terapi tender bemafas dengan udara. Kecuali untuk penyelaman
ulang atau tabel diperpanjang maka tender bernafas dengan oksigen
murni saat dekompresi dari 30 fsw kepermukaan.
Tabel6 dapat diperpanjang dengan menambahkan pada :
60 fsw : 20 menit oksigen - 5 menit udara dan/atau
30 fsw : 60 menit oksigen - 5 menit udara.
30
2. Tabel 5
Tabel ini dipakai untuk mengobati pain-only DCS jika gejalanya hilang
dalam waktu kurang dari l0 menit pada 60 fsw. Pelaksanaan:
a. Setelah pasien, tender, dan operator RUBT siap, tekan
(kompresi/descent) RUBT dengan kecepatan 25 fpm. Selama
penekanan pasien bernafas dengan udara.
b. Setibanya di 60 fsw, segera pasang masker dan penderila bernafas
dengan oksigen murni 20 menit udara 5 menit, dilanjutkan CO2 murni
20 rnenit. Pada 20 menit pertama harus diperhatikan keluhan penderita
bila kurang dari l0 menit keluhan hilang, selesaikan tabel 5. Lamanya
di 60 fsw dihitung sejak tiba di 60 fsw sampai mulai di dekompresi.
c. Setelah kompresi di 60 fsw selesai lakukan dekompresi (ascent) dengan
kecepatan I fpm sampai tiba di 30 fsw. Jika terjadi keterlambatan naik
(ascent) jangan dikompensasi, sebaliknya jika terlalu cepat harus
dikompensasi dengan memperlambat naik (ascent).
d. Setibanya di 30 fsw, lepas masker, penderita bernafas dengan udara
selama 5 menit, dilanjutkan oksigen 20 menit, udara 3 menit.
Dekompresi di 30 fsw selesai.
e. Lakukan dekompresi (ascent) dari 30 fsw kepermukaan dengan
kecepatan I feet permenit selama dekompresi pasien bernafas dengan
oksigen. Keluarkan penderita dari RUBT, terapi selesai.
f. Jika karena sesuatu hal oksigen harus dihentikan, tunggu sclama l8
menit evaluasi apa yang terjadi untuk mencntukan tindakan
selanjutnya.
g. Jika oksigen harus dihentikan pada 60 fsw, setibanya di 30 fsw pindah
ke tabel 6.
31
Pengobatan tertunda akan menghasilkan prognosis yang lebih buruk,
sehingga pada pasien dengan kasus diatas yaitu penyelam yang menderita DCS
Tipe 1 sudah tepat untuk datang berobat tepat waktu, karena apabila datang
terlambat maka prognosisnya akan buruk. Dalam karya klasik, dilakukan pada
tahun 1964 oleh Rivera, recompression awal dikaitkan dengan hasil klinis yang
lebih baik terutama di DCS tipe 1.
32
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
33
2. Diharapkan dapat dilakukan penyuluhan dan pemberian informasi
mengenai gejala awal penyakit dekompresi pada masyarakat beresiko
sehingga masyarakat dapat dengan cepat mengenali dan segera mendatangi
fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan awal.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alfred A. Bove. 2009. Decompression Sickness (Caisson Disease; The Bends). The
Merk Manual.
Guyton AC, Hall JE, 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penterjemah:
Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Huda N.2010 Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer
luka gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK
UI.
35
U.S. Navy Diving Manual 2015. Diagnosis and treatment of Decompression
Sickness and Arterial Gas Embolism. Chapter 20. Diunduh dari
:https://emres.uic.edu>uploads>2015/07.pdf
36