penting, karena hal ini digunakan untuk mempelajari data yang pernah diperoleh
para sarjana yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti akan dipakai
sebagai sumber acuan dalam penulisan ini. Beberapa buku ataupun artikel yang
dipakai sebagai acuan berkaitan dengan bangunan tradisional pada rumah adat
suku Dayak yang terletak di Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
Lontaan, (1975) dalam bukunya yang berjudul Hukum Adat dan Adat
Pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk
bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami
Dayak, terdiri atas 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh
Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar, seperti
10
11
rumah-rumah yang berbentuk panggung itu memiliki dua tangga yang terletak di
samping kiri dan kanan bagian muka. Kedua tangga tersebut yang dikatakan juga
terdapat pada bangunan rumah betang Desa Saham yang menjadi objek penelitian
penulis. Pada bangunan rumah betang juga terdapat tangga kanan dan kiri atau
Pemasangan dua tangga samping kiri dan kanan ini, menurut Syamsidar
mempunyai maksud, yaitu karena roh jahat itu jalannya lurus maka mereka
menganggap bahwa dengan memasang dua tangga di samping kiri dan kanan itu
dimaksudkan apabila ada roh jahat yang lewat dan ingin masuk ke rumah tersebut
ternyata naik melalui tangga kiri atau kanan dan terus keluar lagi melalui tangga
kanan atau kiri. Pustaka ini digunakan untuk mengungkapkan bentuk arsitektur
serta fungsi ruang rumah betang suku Dayak yang terletak di Desa Saham,
umumnya didirikan di tepi jalan yang dibuat sejajar atau pun tegak lurus dengan
sungai. Rumah penduduk pada umumnya dibuat dari sirap (lempengan kayu) atau
meter, sehingga untuk memasukinya kita harus menaiki tangga yang dibuat dari
12
setengah balok yang diberi lekuk-lekuk tempat kaki berpijak. Dahulu rumah-
rumah gaya lama di Kalimantan Tengah berupa rumah panjang yang oleh orang
Ngaju dan Ot-Danum disebut betang. Betang tersebut dapat mempunyai ruangan-
ruangan kecil (bilik) sampai 50 buah banyaknya. Pustaka ini digunakan untuk
mengungkapkan bentuk arsitektur dan fungsi ruang pada bangunan rumah betang
Nirwana Tanpa Neraka”, menyatakan bahwa pada ruang rumah betang yang
terbentuk yaitu ruang dua dimensional dan tiga dimensional. Ruang dua
dimensional yaitu ruang yang terbentuk atas lantai saja, sedangkan ruang tiga
dimensional yaitu ruang yang terdiri dari susunan lantai, dinding, dan atap.
Pustaka ini digunakan untuk mengungkapkan pola tata ruang arsitektur rumah
betang masyarakat suku Dayak yang terletak di Desa Saham, Kecamatan Sengah
Upacara Tiwah, Studi Kasus Rumah Betang Suku Dayak Ngaju di Kalimantan
Tengah, mengatakan bahwa ruang pada rumah betang suku Dayak Ngaju, dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian yang pertama ruang utama rumah, yang kedua
ruang bunyi Gong, dan yang ketiga adalah ruang ragawi yang tidak kelihatan.
rumah adat (Betang) masyarakat suku Dayak yang terletak di Desa Saham,
bahwa rumah betang merupakan rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di
tempat tinggal suku Dayak, sebenarnya rumah betang merupakan jantung dari
kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah betang ini setiap kehidupan
individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui
baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi
tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di
rumah betang yaitu nilai kebersamaan di antara para warga yang menghuninya.
2.2 Konsep
kerangka teori. Konsep akan memberikan batasan atas peristilahan dalam suatu
sebagai berikut.
14
a. Arsitektur
Arsitektur masa lalu selalu terkait dengan adat dan nilai religi yang
bahasa senantiasa berkembang atau dinamis menjadi baru atau berbeda dari yang
lampau. Arsitektur merupakan ekspresi dari keadaan sosial, budaya, dan teknologi
dari suatu masyarakat yang tercipta. Rumah betang sebagai salah satu dari
sebagai bangunan tempat tinggal dan berlingdung dari segala hal yang ada di
luarnya.
pendukungnya. Hal ini dapat dilihat pada nilai wujud benda budaya melalui garis,
mempunyai gaya atau langgam dan suasana tertentu pula seperti pada bangunan
rumah adat suku Dayak yang memiliki gaya bangunan rumah panggung yang
b. Rumah Adat
dan Novia, 2006:585). Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi
oleh dinding dan atap, biasanya memiliki jalan masuk berupa pintu, bisa
berjendela ataupun tidak. Lantainya bisa berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau
15
berfungsi spesifik, seperti kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, ruang
keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras, dan pekarangan. Adat adalah
dari nenek moyang sejak zaman dahulu kala (Chulsum dan Novia, 2006:14).
mengatur sesuai dengan hukum adat yang berlaku di tempat tinggal atau suatu
Ruang adalah sela antara dua deret tiang (Chulsum dan Novia, 2006:584),
tata ruang adalah wujud dari struktur ruang dan pola ruang yang tercipta. Pola tata
ruang merupakan rancangan tata ruang pada suatu arsitektur sehingga tercipta
suatu tempat tertutup dengan langit-langit di suatu rumah atau bangunan. Suatu
ruangan dapat memiliki sejumlah pintu dan jendela yang mengatur cahaya, aliran
d. Suku Dayak
Secara etimologis nama “Dayak” berasal dari kata Dayaka (Sanskerta dan
Kawi) yang artinya orang yang memberi, orang yang menaruh belas kasihan,
diberikan oleh para pedagang, kaum Brahma, dan Ksatria dari India ketika terjadi
16
kontak dagang dan sosial dengan penduduk asli Kalimantan. Mereka terkesan
akan sikap dan prilaku yang baik suku asli ini terhadap mereka sebagai orang
asing.
Orang Dayak sebagai salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua
yang mendiami Pulau Kalimantan terdiri atas 6 suku besar dan 405 sub suku kecil,
tempat-tempat tertentu ada penguasanya yang mereka sebut Jubata, Petara, Ala
Taala, atau Penompa, ini merupakan sebutan untuk Tuhan Yang Tertinggi.
tertingginya yang mereka sebut Puyang Gana (Penguasa Tanah), Raja Juata
(Penguasa Air), Kama Baba (Penguasa Darat), Apet Kuyan'gh (Penguasa langit).
Suku Dayak memandang bahwa manusia merupakan salah satu unsur dalam
sistem kehidupan di kosmos ini. Sistem kehidupan ini sendiri terdiri atas unsur
human (manusia) dan nature (alam). Manusia merupakan bagian dari alam dan
BETANG
PELESTARIAN RUMAH
ADAT
Keterangan:
: Kaitan satu arah
: Hubungan timbal balik
: Hubungan secara tak langsung
Penjelasan Bagan
tradisional adalah salah satu unsur kebudayaan yang bertumbuh dan berkembang
bersama dengan pertumbuhan suatu suku bangsa. Oleh karena itu arsitektur
masyarakat suku Dayak di Desa Saham, Kalimantan Barat ini memiliki rumah
adat tradisional yang disebut dengan betang. Rumah betang merupakan cerminan
atap menyerupai pelana kuda, yang terdiri atas ruang-ruang seperti pante, sami,
bilik, dan jungkar. Betang bagi suku Dayak merupakan pusat kebudayaan dan
jantung tradisi mereka. Dari bentuk dan ruang-ruang yang tercipta tentu memiliki
modelnya pada bangunan arsitektur rumah betang suku Dayak Desa Saham
tersebut.