A : Air way menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine control)
- Kelancaran jalan napas (suction lendir, guedel)
- Periksa adanya obstruksi jalan napas (oleh benda asing, fraktur tulang
wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea)
Resusitasi :
1. oksigenasi dan ventilasi
2. pengelolaan syok, jalur infuse, RL yang dihangatkan
3. meneruskan pengelolaan masalah yang mengancam nyawa yang dikenali saat
primary survey
1
SECONDARY SURVEY
Secondary survey adalah pemeriksaan dari kepala sampai kaki (Head to toe
examination) termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital, dilakukan :
- Pemeriksaan neurology lengkap
- Foto rontgen
- Lavase peritoneal
- Pemeriksaan Radiologis
- Pemeriksaan laboratorium
A. Anamnesis
A : Alergi
M : Medikasi sebelumnya
P : Past illness (penyakit penyerta)
L : Last meal
E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan
B. Px Fisik
- Kepala
- Maxillo-facial
- Vertebra servikal dan leher
- Toraks
- Abdomen
- Perineum / rectum / vagina
- Muskolo-skeletal
- Neurologis
2
Status Urologis
CVA : Bulging
Nyeri ketok CVA
Balotemen
MUE : Darah
Lendir
Perineum : Laserasi
Kontusio dan hematoma
3
GLASGOW COMA SCALE (GCS)
Respons Verbal ≈ V
5 – Berorientasi baik
4 – Bicara mengacau (bingung)
3 – Kata-kata tidak teratur
2 – Suara tidak jelas mengerang kesakitan
1 – Tidak ada suara
Respons motorik ≈ M
6 – Ikut perintah
5 – Melokalisir nyeri
4 – Fleksi & menarik anggota yang dirangsang nyeri
3 – Fleksi abnormal (dekortikasi)
2 – Ekstensi abnormal (deserebrasi)
1 – Tidak ada respons (flaksid )
GCS : 14 - 15 CKR
9 - 13 CKS
3 - 8 CKB
4
RESEP IRDB
RESEP HECTING
R / Lidocain inj. amp No. II
Aquades pro inj No. II
ATS profilaksis/TT No. II
Dispo 1 CC No. I
Dispo 3 CC No. I
Dispo 5 CC No. I
Dispo 10 CC No. I
Sol NaCL fl No. II
∫ imm
Amoksisilin No. XV
As. Mefenamat No. X
∫ 3 dd 1
RESEP KATETER
R/ Kateter Folley no.18 No.I
Urine Bag No.I
Aqua Pro inj No.I
Xylocain jelly tube No.I
Handscoen steril no.7,5 No.I
Dispo 10 cc No.I
∫ imm
5
RESEP IVFD
R/ Blood at set No.I
Sol RL/NaCl/Asering 5 fl No.I
Abbocath Dws 16/18 No.I
Anak 20
Bayi 22
Paling besar : 14
RESEP ATS
R/ ATS Profilaksis Inj amp No.I
Aqua pro inj No.I
Dispo 1 CC No.I
Dispo 3 CC No.I
RESEP CKR
R/ Sol Asering 5 fl No. I
Antrain inj. Amp No. I
Acran inj. Amp No. I
∫ imm
6
Px suhu badan paling bagus di Esofagus menggunakan alat core temperature
∫ imm : in manus medicus
Diberikan ke tangan dokter
∫ uc : usus cognitus
Pemakaian sudah diketahui
∫ ue : usus externus
Pemakaian luar
7
VISUM ET REPERTUM
PRO JUSTICIA
Pada hari ini minggu tanggal enam maret dua ribu lima pukul tujuh lewat
lima menit waktu Indonesia bagian tengah telah dilakukan pemeriksaan terhadap
titik dua nama Deni Malik umur dua puluh tahun jenis kelamin laki – laki alamat
Malalayang satu lingkungan dua pekerjaan anggota POLRI titik Dengan hasil
pemeriksaan titik dua pada daerah kepala bagian belakang ditemukan luka memar
ukuran dua kali satu sentimeter dan daerah tangan kiri bawah ditemukan luka
memar ukuran sepuluh sentimeter kali satu centimeter titik
Mengetahui,
Dokter Jaga
Dr................
8
Contoh Laporan Operasi
Laporan operasi :
1. Tindakan aseptic dan antiseptik daerah operasi
2. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril kecil
3. Dilakukan anestesi block pada palang proximal digiti II manus dextra
4. Dilakukan debridement dan nekrotomi jaringan yang mati
5. Dilakukan penyambungan tendon ekstensor digiti I manus dekstra secara
modified kessler.
6. Dilakukan pencucian luka dengan NaCl 0,9% 4 kolf / sampai bersih
7. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
8. Dilakukan pemasangan back slab
9. Operasi selesai.
9
HITUNG JUMLAH KANTONG DARAH
Contoh
- PRC : ( 10 – 7,7) x 50 x 3
= 2,3 x 150 = 345 cc = 2,3 kantong
10
Benjolan di leher
Kongenital : Higroma, kista bronkiogen, kista tiroglosus
Infeksi : Limfadenopati, limfadenitis TB
Hormonal : Struma / goiter
Tumor : Lipoma, ateroma, limfoma, hemangioma
Susah BAK
Kongenital : Stricture uretra lebih sering karena
trauma atau infeksi
Metabolisme : Batu uretra, batu buli – buli, BPH (metabolisme
homonal)
Trauma : Ruptur uretra, stricture uretra
Tumor : Ca. Prostat, Ca Buli
Higienis : Fimosis
1 2 3 4 5
Perawatan luka paling baik dikerjakan dalam 6 – 8 jam sesudah terjadi kejadian
(Golden Period)
12
Prinsip penanganan kalau ada avulsi dan bone expose :
tulang harus ditutup, tidak boleh kelihatan.
Dalam menutup luka perlu diikuti prinsip Halsted, yaitu :
Asepsis
Gentleness
Hemostatis
Adequate blood supply
No tension
Carefull approximation
Obliteration of dead space
Dead Space
Sterilisasi : tindakan untuk membuat suatu alat / bahan menjadi bebas hama
Asepsis : keadaan bebas hama / bakteri
Antisepsis : tindakan untuk membebas hamakan suatu bahan, alat ataupun
ruangan terhadap bakteri/ kuman patogen untuk mencegah sepsis
Sepsis : suatu keadaan masuknya bakteri ke dalam aliran darah
13
SUTURE MATERIAL, TECHNIQUES
& KNOTS
Benang Jahit
Synthetic Natural
Synthetic Natural
14
JARUM
15
Menurut Bentuk Dan Penampang
Cutting : Jarum yang penampangnya berbentuk segitiga / pipih dan
tajam sehingga ketika dipakai dapat menyayat jaringan dan
menimbulkan lubang yang lebih lebar.
Dipakai untuk jahit kulit dan tendon (merupakan jaringan
yang sangat liat)
Non Cutting / : Jarum yang penampangnya bulat dan ujungnya saja yang tajam
sehingga tidak menimbulkan sayatan yang lebar.
Dipakai untuk jahit jaringan lunak, fasia dan otot.
16
SIMPUL
Teknik Simpul
1. Reef knot
2. Surgeon’s knot
3. Deep Tying
4. Slip Knot
Indikasi
RK : setiap waktu bila ada regangan
SK : dipakai kalau ada regangan
DT & SK : untuk penyimpulan dalam
17
A
1 2 3
4 5 6 7
Keterangan :
A. Interrupted Sutures
1. Simple interrupted
2. Interrupted vertical mattress
3. Interrupted horizontal mattress
B. Countinous Sutures
1. Interlocking stitch, knotted at each end
2. Two strands knotted at each end and knotted in the middle
3. Looped suture tied to it self
4. Over and over running stich
Benang seide (warna hitam) tidak diserap tubuh jadi jahitan harus dibuka
Benang catgut (warna bening) diserap
Novafil (warna biru) tidak diserap non traumatic
Kapan waktu untuk cabut benang ? (Ingat !!! tidak boleh terlambat)
- Wajah : + 4 – 5 hr
- Badan : + 7 – 10 hr
- Kaki / tangan : + 14 hr
18
Pengenceran lidocain 2 %
1 amp lidocain 2 % = 2 ml (2 cc)
1 ml = 20 mg
Jadi 2 ml = 40 mg
½ amp = 1 cc = 20 mg
lidocain : Aquadest
1 cc : 4 cc (dispo 5 cc)
2 cc : 8 cc (dispo 10 cc)
19
PASANG KATETER
Cara :
Pasien terlentang, lutut flexi
Dokter berada di kanan penderita
Desinfeksi OUE, glands penis
Masukan xylocain, dorong kuat – kuat sampai gel masuk ke uretra
Pada penis insersi tegak lurus, dorong pelan-pelan kateternya
Hubungkan dengan urine bag
Masukan cairan aqua 10 cc kedalam balon kateter
Tarik kateter pelan – pelan sampai terasa ada tahanan
Fiksasi
Pasang kateter lebih mudah pada ♀ oleh karena ureter lebih pendek.
Bila pada saat pemasangan kateter tidak bisa masuk, jangan dipaksa bisa jadi
ruptur uretra
20
PASANG INFUS
Indikasi : - Syok
- Akses untuk obat
Cara Pasang :
Desinfeksi tempat tusuk dengan betadin dari tengah ke tepi (secara radier)
Identifikasi Vena
Bendung Vena
Tusuk sampai tembus intra lumen (darah tembus ke trokard)
Tarik trokard, tinggal kanul
Hubungkan dengan selang infus
Set tetes cairan
21
Pasang NGT
Kontraindikasi : - Fraktur basis craini, pasien dengan fraktur basis craini tidak
boleh pasang NGT bisa tembus sampai belakang
Teknik
Patokan dari glabela proc. xyphoideus (dari temporalis - dorsum nasal - proc.
Xiphoideus) tahan napas, mulut ditutup
epiglottis menutup trakea membuka jalan traktus digestivus
Cara
- Ukur dari glabella ke proc. xyphoideus sampai angka 2
- Masukkan ke esophagus
disuruh menelan / tahan napas sehingga epiglotis menekan trakea dan saat
NGT masuk ke esofagus
Jangan buka mulut karena akan masuk ke mulut!!!!!
Jika ada abstruksi usus lambung jadi besar bahaya karena menyebabkan
susah bernapas
22
VENA SEKSI
Definisi : Suatu tindakan mencari vena di dalam jaringan bawah kulit dengan
membuat sayatan dan diseksi jaringan di sekitar vena yang dicari.
23
5. Lakukan insisi kulit di atas vena melintang dengan sumbu panjang vena, insisi
diperdalam hingga lemak subkutan. Dengan klem bengkok, vena dicari secara
tumpul.
6. Identifikasi Vena
Vena tampak keputihan seperti tali dengan warna biru ditengah
Bebaskan vena dari jaringan sekitar, lalu diluksasi keluar dengan klem bengkok.
9. Jarum / abbocath dihubungi ke set infus, periksa apakah cairan berjalan lancar.
10.Fiksasi abbocath pada kulit
24
11.Kulit dijahit dengan zeide dengan jahitan longgar
12.Luka ditutup dengan kasa steril yang telah diberi antiseptik (Betadine)
25
DRAINAGE SUPRA PUBIK
Indikasi : - Penderita dengan retensi urin (striktura uretra, batu uretra, BPH yang
besar)
- Neurogenik bladder
SISTOSTOMI TERBUKA
Penderita diletakkan dengan posisi terlentang biasa.
Kadang diperlukan tambahan pengangkat sakrum (menambah beberapa bantal
di bawah sakrum atau seluruh tungkai diletakkan rendah ) terutama dalam hal
diperlukan kemudahan mencapai ruangan (rongga) retropubik.
Kulit perut bawah sampai dasar penis, pelipatan paha kanan dan kiri
didesinfeksi dengan larutan betadine 2 -3 kali.
Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
Dilakukan penyuntikan anestesi lokal
Irisan yang digunakan disini adalah di garis media tegak lurus ke atas sampai
dibawah pusat. Disamping ini masih ada bentuk irisan yang lain, yaitu irisan
transversal menurut cherney.
Irisan ini dimulai dari kulit yng diperdalam terus – menerus sampai lapisan sub
kutan, fascia dari musculus rektus yang digaris tengah, dinamakan : linea alba
Dilakukan penyisihan lipatan peritoneum diatas buli- buli ke atas
Bila buli – buli penuh, lipatan peritoneum sudah terdorong ke atas. Kedudukan
ini dipertahankan dengan meletakkan kasa basah diatasnya dan menarik ke atas
(pakai refraktor)
Buli – buli dikenal karena banyak pembuluh vena yang berjalan sebagian besar
vertikal.
Dinding buli – buli disanggah oleh dua buah jahitan yang diletakkan disisi kiri
dan kanan dan dinding buli – buli sebelah depan (dapat pula digunakan klem
dari Allis ).
Untuk meyakinkan dapat dilakukan punksi buli-buli. Bila ternyata air seni yang
keluar melalui tempat punksi tersebut diperlebar dengan membuat irisan tempat
di titik punksi tadi dan selanjutnya diperlebar dengan menggunakan klem dari
pean.
Setelah dilakukan eksplorasi dan buli – buli dimasukkan kateter ukuran 20-24
Luka buli – buli ditutup kembali dengan melakukan satu lapis jahitan benang
chrom catgut 2.0
26
Bila diperlukan diversi suprapubik untuk jangka waktu lama, maka dinding buli
-buli digantungkan di dinding perut dengan jalan menjahit dinding buli-buli
pada otot rektus kanan dan kiri.
Luka operasi ditutup / dijahit lapis demi lapis
Otot dengan catgut chromic, fascia dengan catgut chromic, lemak dengan catgut
plain, kulit dengan sutra
Untuk mencegah terlepasnya kateter, maka selain balon kateter dikembangkan,
juga dilakukan penjahitan fiksasi kateter dengan kulit.
27
WSD (Water Seal Drainage)
= Penyalir Sekat Air
- Suara pernapasa Ki = Ka
- S. Fremitus Ki = Ka
- Sonor Ki = Ka
Apabila ada perbaikan klinis , lebih baik selang WSD tidak langsung dicabut, tapi
selang di klem dulu selama 24 jam untuk menghindari kejadian ternyata WSD
masih produksi lagi.
WSD dicabut pada saat tekanan intra toraks (+) yaitu penderita disuruh inspirasi
dalam lalu kemudian tahan.
28
Yang perlu diperhatikan Tanda WSD berfungsi
Darah inisial
Adanya bubble (gelembug-gelembung udara)
Adanya undulasi (gerakan cairan dalam drain/selang yang mengikuti irama
pernapasan
Produksi / jam 3 jam I cairan kekuningan / kental .......cc
Fogging (berembun / berkabut di selang)
30
Tumor jinak kulit
1. epidermis
2. subkutis
3. kista
4. pungta
2. Kista Dermoid
berasal dari sisa epitel yang tertinggal pada garis – garis fusi embrional
congenital
berisi macam – macam struktur epidermal (rambut, gigi, material sebaseus)
Pada dahi, pangkal hidung, sudut luar alis mata
Klinis : tumor bulat, bebas dan kulit atas, melekat pada dasar, konsitensi
lunak, fluktuasi
Terapi : eksisi (pake pisau potong dimana dia melekat )
31
3. Ganglion
Tumor cystik, berasal dari selubung synovial sendi, tendon sheat
Berisi cairan jernih, mucoid / gelatin
Biasa pada dorsum manus / pergelangan tangan, dornum pedis
Klinis : benjolan keras, rapi, sedikit fluktuasi, tidak begitu mobil. Kulit
diatasnya mobil, sering ikut dengan kontraksi / gerakan tendon.
Terapi : eksisi
Bila kapsul pecah mungkin recurent
A B
4. Lipoma
Tumor jinak dari jaringan lemak, sering subkutan
Suatu massa multilobuler, dengan septa – septa fibrosis
Dibungkus oleh satu kapsul tipis, warna benjolan sama dengan sekitar
Klinis : tumor lunak, kulit diantaranya normal, kapsul ; bebas dibawah,
bebas diatas
Terapi : ekstirpasi
5. Implantation Dermoid
Implantasi epitel ke dalam jaringan sub kutis o/k luka tusuk
Biasa pada telapak tangan, kaki, jari – jari
Disebut juga traumatik epitel cyste
Terapi : ekstirpasi
32
6. Hemangioma
Perkembangan setempat yang berlebihan dari pembuluh – pembuluh darah
berdinding tipis
Diameter kecil : H. Kapilaris
Diameter besar : H. Kavernosa
H. Kapilaria
Port wine stains
seperti tumpahan anggur
didapat sejak lahir
terutama pada wajah dan leher
lesi tetap seumur hidup, berkembang sesuai perkembangan anak
Lesi rendah atau sedikit meninggi, warna merah swam, ditekan jadi pucat
Terapi : eksisi
Strawbery
timbul tidak lama / segera sesudah lahir. Tumbuh cepat ( 4 – 6 mgg)
suatu papula / benjolan batas jelas, merah terang, seperti buah strawbery
di belah dua lalu diletakkan di kulit
Mengalami involusi (sempurna pada usia 3 – 7 tahun )
Terapi : sebenarnya tidak perlu, kadang di eksisi kosmetik
H. Cavernosa
Benjolan pada kulit, konsistensi seperti spons
Warna kebiruan, kompesibel
Kalau bagian badan penderita ditinggikan akan mengecil
33
ROSER PLASTY
Roser Plasty adalah tindakan membuang tepi kuku (± 1/3 bagian) dengan tujuan
tertentu. Dilakukan atas indikasi adanya unguis inkarnatus (tepi kuku tumbuh
masuk kedalam daging). Gejala unguis inkarnatus adalah nyeri pada kuku yang
terkena, tepi yang terlihat membengkak, terdapat tanda-tanda radang.
Teknik Operasi :
1. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada jari yang terkena.
2. Pasang doek berlubang.
3. Lakukan tindakan anestesi pada pangkal jari disebelah dorsolateral kiri dan
kanan untuk memblok saraf yang melayani jari tersebut. Bila perlu lakukan
”ring block”.
4. Masukkan sonde beralur pada 1/3 lateral kuku yang akan dibuang hingga
mencapai matriks kuku.
6. Masukkan klem, jepit bagian yang akan dibuang, putar kearah sisi jari hingga
kuku terepas dari dasarnya, kuku ditarik hingga terlepas.
34
7. Kemudian keroklah dasar kuku yang telah dibuang dengan kuret.
8. Gunting matriks bekas tempat kuku tertanam pada sisi jari
9. Bila perlu kulit penutup matriks dijahit.
10.Luka ditutup dengan salep atau betadine, kemudian tutup dengan kasa steril.
Dan penderita diberi antibiotik, analgesik serta roboransia.
35
CEDERA KEPALA
Klasifikasi Fraktur
A. Fr. Linier
B. Fr. Kominutif
C. Fr. Depresi/ compresi
Jika sudah melewati ketebalan tabula
A B C
36
Tanda cedera kepala
Nyeri kepala
Muntah yang proyektif
Penurunan kesadaran
Amnesia (pasien yang murni cedera kepala tidak syok )
Dampak paling luar suatu cedera kepala adalah hematom pada kulit kepala.
Secara makroskopik hematoma tampak sebagai suatu peresapan darah pada
daerah kulit.
Terdapat perbedaan pola luka antara kepala yang dipukul dan jatuh. Pada orang
yang dipukul pada daerah pukulan dapat dijumpai adanya cedera kulit, fraktur dan
kerusakan otak (lesi coup). Sedangkan pada kepala yang jatuh akan dijumpai
cedera kulit, fraktur dan mungkin juga kerusakan otak pada daerah benturan (lesi
coup), akan tetapi pada daerah yang berseberangan akan dijumpai kerusakan otak
yang lebih luas dan lebih berat (lesi contra coup). Lokasi lesi contra coup biasanya
pada daerah frontal dan temporal bawah yang berdekatan dengan daerah
permukaan tulang yang kasar.
37
Hematoma intrakranial
H. Epidural
pengumpulan darah antara duramater-tulang kepala
sumber perdarahan : a. Meningeal media
Gejala :
1. Gangguan kesadaran o.k trauma kepala (initial unconceiosuness)
2. Gangguan kesadaran o.k kompresi oleh hematoma
disertai oleh gejala neurologis / lateralisasi
- Pupil anisokor, dilatasi pada sisi hematoma
- Hemiparesa kontralateral dari hematoma
- Refleksi patologi (+)
Gejala tersebut dapat terjadi bersamaan / terpisah
Menonjol ke
dalam
38
Suatu hematoma epidural tampak pada daerah temporalis dektra berupa
bekuan darah yang melekat pada os temporalis
Hematom subdural
pengumpulan darah dalam ruang subdural
sumber pendarahan : vena – vena (bridging vein)
Gejala :
1. Gangguan kesadaran awal tergantung berat ringannya kerusakan otak
2. Gejala neurologi : - pupil dilatasi ipsilateral
- hemiparesa / hemiplegi kontralatual
3. Gangguan refleks (timbul refleks patologi)
Perdarahan sub dural
- Akut : < 3 hari
- Sub akut : 4 – 8 mgg
- Kronik : > 8 mgg
39
Begitu duramater dibuka tampaklah perdarahan subdural berupa adanya
darah (bekuan darah) di bawah duramater.
Hematoma subarakhoid
Perdarahan yang terjadi di ruangan antara araknoid dan permukaan otak
Gejala :
Nyeri kepala
demam
kaku tengkuk
foto fobia
iritabilitas
peningkatan kesadaran
cheynestokes
Rongga sub araknoid banyak perdarahan
berisi cairan otak
Hematom intraserebral
pengumpulan darah dalam jaringan otak
Gejala :
40
1. Biasanya trauma berat
2. Gangguan kesadaran mulai sejak trauma kepala tergantung berat /
ringan kerusakan jaringan otak.
Fraktur Zigoma
dilihat dan tanya
Diplopia
Flatening
Parastesi
Bagian kepala yang paling sering terjadi perdarahan : R. temporal karena tulangnya
paling tipis, terdapat a. Meningeal medial
41
Gejala :
1. Periorbital echymosis (brill hematom )
2. Kebocoran CSS (otorhoe dan rinorhoe)
3. Hemotympani : pendarahan dari telinga
4. Echymosis pada proc.mastoidea
5. Lesi n. Cranialis (I, VII, VIII)
N.I. Anosmia. VII. Fasial paralisis. VII. Vertigo, nistagmus, tinitus,
gangguan pendengaran
Nervus cranialis lain yang dapat terkena dampak fraktur, kontusio atau avulsi :
N. II, III, IV, V, VI.
Letak fraktur basis cranii :
Ant : Rhinorea + Brill hematom
Med : Othorea + Battle Sign
Post : Biasanya langsung mati
TREPANASI
Prinsip menurunkan tekanan dengan cara Burr hole (Kraniotomi)
Indikasi trepanasi : Mid Line Shift ≥ 0,5 cm
44
Cedera Tulang Belakang
Fraktur Cervikal
- Tangani dulu airway
- Tahan leher dengan 2 cara :
Jaw thrust
Chin lift
- Pasang penyangga leher : cervical coler
- Gangguan airway :
Snoring : Bunyi ngorok oleh karena lidah jatuh kebelakang
Gargling : Bunyi kumur-kumur oleh karena ada cairan dalam mulut
- Curiga cedera servikal
Penurunan kesadaran
Jelas di atas clavicula
Multiple trauma
45
Kunci untuk menentukan titik sensasi sensorik :
1. C5 – area diatas deltoid
2. C6 – jempol
3. C7 – jari tangan tengah
4. C8 – kelingking
5. T4 – papila Mamae
6. T8 – ksifissternum
7. T10 – umbilicus
8. T12 – simfisis
9. L4 – bagian medial betis
10.L5 – ruang antara jari kaki I dan II
11.S1 – batas lateral pedis
12.S3 – daerah tuberositas iskhii
13.S4 & S5 – daerah perianal
46
TRAUMA TORAKS
Kelainan yang dapat timbul akibat trauma toraks, digolongkan sebagai berikut:
1. Trauma dinding toraks dan paru
a. Fraktur iga
b. Flail chest
c. Kontusio pulmoner
d. Pneumotoraks
e. Hematotoraks
f. Cedera trakea dan bronkus
2. Trauma jantung dan aorta
a. Kontusio miokardium
b. Tamponade Jantung
c. Kelainan aorta
47
Trauma bronkus
kebocoran bronkus penumotoraks
Trauma trakea
Trauma pembuluh darah besar
Trauma jantung
PEMERIKSAAN :
1. Perhatikan A (airway), B (breathing), dan C (circulation)
2. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Yang perlu ditanyakan adalah waktu
kejadian, tempat kejadian, jenis trauma (tertembak, tertusuk, terpukul, dll),
arah masuk keluar perlukaan, bagaimana keadaan penderita selama dalam
perjalnan.
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi. Tentukan luka masuk atau luka keluar, perhatikan kesimetrisan
gerak dan posisi pada akhir inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi. Raba ada tidaknya krepitasi, nyeri tekan anteroposterior dan
laterolateral, serta bandingkan fremitus kiri dan kanan.
Perkusi. Perhatikan adanya bunyi perkusi sonor, timpani dan hipersonor,
serta adanya pekak dan batas antara yang pekak dan yang sonor, seperti garis
lurus atau garis miring.
Auskultasi. Bandingkan bising napas kiri dan kanan, apakah melemah atau
menghilang, batasnya, atau adanya bising yang abnormal.
4. Kalau keadaan stabil, lakukan pemeriksaan radiologik, minimal foto PA.
48
A B
Komplikasi :
ARDS
Ateletaksis
Infeksi
Emboli
Aritmia
Gagal jantung
49
FLAIL CHEST
DEFINISI : bergeraknya 1 segmen rongga dada berlawanan dengan gerakan
napas.
Trauma hancur pada sternum atau iga dapat berakhir terjadinya pemisahan total
dari suatu bagian dinding dada, sehingga dinding dada tersebut bersifat lebih
mobil. Pada setiap gerakan respirasi, maka fragmen yang mobil tersebut akan
terhisap kearah dalam. Pengembangan normal rongga pleura tidak dapat lagi
berlangsung, sehingga pertukaran gas respiratorik yang efektif sangat terbatas.
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan terbatasnya
gerak pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan paradoksal flail
chest yang ada akan tertutupi.
Pada mulanya, penderita mampu melakukan kompensasi terhadap pengurangan
cadangan respirasinya.
Namun bila terjadi penimbunan secret-sekret dan penurunan daya
pengembangan paru-paru akan terjadi anoksia berat, hiperkapnea, dan akhirnya
kolaps.
Fraktur costae :
- Tunggal
- Majemuk/multiple
biasanya dinding toraks tetap stabil
Jika beberapa iga mengalami patah tulang pada 2 tempat, maka satu segmen
dada terlepas dari kesatuannya.
Fraktur iga tunggal atau majemuk dengan gerak dada yang masih memadai da
teratur ditangani dengan pemberian anelgesik.
Karena vaskularisasi tulang iga baik, maka penyembuhan dan penyatuan tulang
berlangsung cepat.
50
Ketika inspirasi, rongga dada mengembang dan dindingnya meluas. Segmen yang
terlepas tidak turut mengembang, bahkan tertarik ke dalam oleh daya tarik elastis
jaringan paru: tekanan negatif rongga pleura. Oleh karena itu mediastinum akan
bergeser ke sisi yang sehat.
Ketika ekpirasi, dinding toraks kembali ke sikap istirahat dan segmen terlepas
cenderung menonjol keluar, mediastinum bergerak kembali ke sisi cedera. Jadi
segmen yang lepas menunjukkan gerak paradoksal, mediastinum menunjukkan
gerakan bandul.
51
APPENDICiTIS
Definisi : Peradangan Appendiks
Appendiks = umbai cacing = appendiks vermikularis
Anatomi
Appendisitis jarang terjadi pada bayi karena appendixnya berbentuk kerucut (lebar
pada pangkal, menyempit diujung)
Bentuk normal: - P + 10 cm
- Berpangkal di sekum
- Lumen sempit bagian proximal dan melebar di bagian distal
Posisi appendix
1. Posisi pelvika
ujung appendix terletak agak kekaudal
posisi appendix mungkin melekat pada tuba / overium kanan
2. Posisi letak intraperitoneal
ujungnya bisa terletak dimana aja
kedudukan menentukan letak keluhan
3. Retrosekal ( retroperitoneal )
nyeri ke arah perut sisi kanan, nyeri saat berjalan karena kontraksi otot
pasien mayor yang meregang di dorsal.
letak ini tidak menimbulkan keluhan atau tanda yang disebabkan oleh
rangsangan peritoneum tertentu, tanda nyeri perut kanan bawah tidak jelas,
RT tidak nyeri.
4. Iliosekal
sering menyebabkan gejala diare, karena ada rangsangan dari reaksi
radang sehingga kontraksi peristaltik usus meningkat.
Persarafan :
52
- Parasimpatis : Cabang n.vagus
- Simpatis : N. Torakalis x karena itu nyeri viseral pada appendix bermula
di sekitar umbilikus.
Etiologi :
Penyebab pasti belum diketahui
Faktor yang berpengaruh : obstruksi dan infeksi
Obstruksi : 1. hiperplasi KGB 60 %
2. fecolith 35 %
3. corpus alienum 4 %
4. striktur lumen 1 %
PATOFISIOLOGI
APPENDISITIS AKUT FOKAL
Sumbatan sekresi mucus
Nyeri visceral di ulu hati
Tekanan intralumen >
Karena renggangan mukosa
Gangguan drainage limfe udem +
Kuman ulserasi mukosa Reffered pain Th - 10
APPENDISITIS GANGRENOSA
Tekanan intralumen >>>
gangguan arteri nekrosis +
PERFORASI
kuman gangren
PERITONITIS UMUM
53
tersebut menjadi pus. Adanya kuman dan edema apendiks menyebabkan
terjadinya ulcerasi mukosa apendiks. Fase ini disebut “ Focal apendicitis acuta”.
Keluhan yang timbul adalah nyeri viseral akibat regangan mukosa. Hal ini
dirasakan sebagai rasa sakit di sekitar umbilikus oleh karena persarafan
apendiks sama dengan usus, yaitu dari nervus torakalis x. Umumnya fase ini
disertai rasa mual dan muntah.
- Jika tidak dilakukan pengobatan maka arteri juga akan tersumbat hingga terjadi
nekrosis yang kemudian diikuti terjadi ganggren. Fase ini disebut “Appendisitis
Ganggrenosa”. Pada fase ini dapat timbul komplikasi hingga merbiditas juga
meningkat.
PATOLOGI
Sembelit Katup ileosekal kompeten
Appendisitis mukosa
Appendisitis Komplet
Sesuai etiologi, appendisitis dapat mulai dimukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinding appendix dalam 24 – 48 jam I
54
Usaha tubuh membatasi proses radang menutup appendiks dengan
omentum, usus halus atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler
Dalam massa periapendikuler dapat terjadi
- Nekrosis jaringan berupa abses dapat perforasi
- Tidak terbentuk abses massa akan tenang mengurai diri secara lambat
Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna bentuk
jaringan parut perlengketan dengan jaringan sekitar timbulah keluhan
berulang dikanan bawah.
Pada suatu ketika, organ ini dapat meradang akut lagi dinyatakan sebagai
Exaserbasi Akut.
MANIFESTASI KLINIK
Pendinginan
App Mass : Nyeri, panas, besar massa, lekositosis, 2 bulan setelah appendiks akut
55
Apendisitis akut setelah 48 jam :
1. Sembuh
2. Kronik
3. Perforasi
4. Infiltrasi / abses
Bila proses berjalan lambat, ileum terminalis. Caecum dan omentum akan
membentuk “ barrier” dalam bentuk infiltrat.
Pada anak – anak dimana omentum pendek dan orang tua dengan daya tahan tubuh
yang sudah menurun, sulit terbentuk infiltrat sehingga kemungkinan terjadi
perforasi lebih besar.
DIAGNOSA
ANAMNESA
1. Nyeri ( mula – mula di daerah episgastrium kemudian menjalar ke Mc.
Burney)
2. Muntah ( rangsang viseral)
3. Panas ( infeksi akut)
PEMERIKSAN FISIK
Status Generalis
Tampak kesakitan
Demam biasanya ringan 37,5 – 38,5
Perbedaan suhu axilla dan rektal > ½ C
Fleksi ringan art. coxae dextra
56
Gejala dan tanda appendicitis akut
1. perasaan kurang enak, nyeri dan mual,
2. nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muscular setempat
1
di titik McBurney
3 3. tanda rovsing dan blumberg
2
- Uji Psoas : Pasien diminta mengangkat tungkainya dan lutut ekstensi dan
pemeriksa memberi tekanan melawan gerak tungkai sehingga
m. Iliopsoas dipaksa berkontraksi kuat
- Uji Obturator : Tungkai penderita diputar dengan arah endoratis dan eksorotasi
pada posisi menekuk 900 di lutut maupun lipat paha.
- RT (colok dobur) : Pada App. Retrosekal dan retroilia diperlukan palpasi dalam
untuk menentukan adanya rasa nyeri. Nyeri jam 9 – 12.
RT terasa nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari
telunjuk. Misalnya App pelvika.
57
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukositosis sift to the left : pada app akut
Pada appendikuler infiltrat LED meningkat
DIFERENSIAL DIAGNOSA
1. KET , ISK 6. Gastroenteritis akut
2. Salphingitis akut ( adnexitis) 7. Amubiasis
3. divertikel Meckel 8. Ileitis akut
4. batu ureter 9. Perforasi ulkus duodeni
5. enteritis regional 10. Kolik ureter
11. Kista ovarium terpuntis
PENATALAKSANAAN
1. Operasi Cito ( appendisitis akut, abses & perforasi)
2. Operasi elektif ( appendisitis kronik)
3. Konservatif kemudian operasi elektif (appendikuler infiltrat)
Massa Periappendikuler
Oleh karena itu, disarankan App mass yang masih mobil dioperasi segera untuk
mencegah perforasi, peritonitis.
Pada anak – anak dalam waktu 2-3 hari operasi
Bila sudah demam massa apendiks hilang, leukosit normal penderita boleh
pulang
Riwayat klasik App akut, diikuti adanya massa di iliaka kanan yang nyeri disertai
demam :
Dx : Massa periapendikuler
DD : Karsinoma sekum, penyakit Crohn, amuboma aktinomikosis intestinal,
enteritis tubercolose, kelainan ginekologi
APPENDICITIS KRONIK
Diagnosa perexclosionum
(setelah semua kemungkinan disingkirkan )
Diagnosa pasti : PA
Nyeri disekitar umbilikus (ulu hati) yang berpindah ke perut kanan bawah.
Pada permulaan App, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum
nyeri viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual sebab appendiks
secara embriologi termasuk mid gut (usus tengah)
60
Setelah radang terjadi di seluruh dinding apendiks termasuk peritoneum
viserale, terjadinya nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan
nyeri somatik. Pada saat ini nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum
yang meradang yaitu diperut kanan buwah (titik Mc. Burney).
Nyeri Viseral : terjadi bila terdapat rangsangan pada organ/ struktur dalam
rongga perut, misalnya karena cedera atau radang
Nyeri Somatik : terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh
saraf tepi. Misalnya : regangan pada peritoneum parietal
dan luka pada dinding perut.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk / disyat
Pasien dapat menunjukkan secara tepat letaknya dengan jari
Rovsing Sign ( +) tekan di perut kiri bawah, nyeri di perut kanan bawah
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan
peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas
nyeri.
Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
Blumberg Sign (+) tekan diperut kiri bawah kemudian dilepas, nyeri di perut
kanan bawah.
nyeri dirasakan karena ada udara yang berpindah dari kiri ke kanan colon
desenden meregang.
61
- Gejala pada anak tidak khas / tidak spesifik, gejala awal sering hanya rewel
dan tidak mau makan. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah –
muntah, anak menjadi cengeng dan lemah.
karena gejala tidak khas ini, sering appendiks diketahui setelah perforasi
- Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya.
Klinis App :
- Rangsangan peritonis lokal akut app
- Sign
- RT posisi ½ duduk bimanual, teraba APP, nyeri jam 9-12
Pada waktu buka preperitoneal fat, preperitoneal fat disingkirkan ke lateral bawah
jangan ke atas oleh karena ada arteri Epigastrica.
63
Bila posisi Apppendix ante caecal tarik ke atas caecumnya karena origonya di
atas.
A.Mesenterica Sup :
- a. Colica dextra colon kanan
- a. Colica sinistra colon kiri
- a. Colica media
64
Insisi apendektomi
1. Menurut Mc. Burney ( grid iron/ musle splitting inicision)
Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang
menghubungkan SIAS dengan umbilikus pada keatas sepertiga lateral ( titik
Mc Burney).
Sayatan grid iron dilakukan sayatan secara tumpul untuk membuka serat
– serat otot sesuai dengan perjalanan seratnya :
- M. Obligus abdominis externus : \\\\\
- M. Obligus abdominis internus : /////
- M. transversalis : ==
3. Insisi Pararektal
Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m. rektus abdominis dextra secara
vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang 10 cm
Untung : Teknik ini dapat dipakai pada kasus – kasus apendiks yang
belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang dengan
mudah.
Rugi : - Sayatan tidak secara langsung mengarah ke apendiks atau
sekum kemungkinan memotong saraf dan pendarahan lebih
besar.
- Untuk menutup luka operasi diperlukan jahitan penunjang.
65
Penutupan Luka Operasi
- Peritoneum : Jahit jelujur, catgut plain no. 1 - 0
- M.transversus : Jahit intterupted, catgut chrom 1 - 0
- MOI & MOE : Jahit intterupted, catgut chrom 1 - 0
- Lemak : Jahit interupted, catgut plain 3 - 0
- Kulit : Jahit interupted, seide 2 – 0/ 3 – 0
Jika waktu operasi ternyata apendiks normal, apa yang harus dilakukan?
Kita harus memeriksa / explorasi adakah kelainan / penyakit lain sebagai
penyebab keluhan.
1. Adakah keradangan pada divertikel Meckel (dapat diketahui dengan
mengeluarkan ileum sejauh 60 cm dari ileocaecal junction)
2. Keadaan genitalia interna (adneksitis, ovarial abses, tuba falopi ?)
3. Ileum terminale, kemungkinan adanya tifus abdominalis
4. Kelainan pada sekum berupa keradangan atau divertikulitis
5. Adakah perforasi duodenum atau lambung dan adakah perforasi kantong
empedu yaitu adanya cairan yang berwarna kehijauan di rongga perut bagian
atas.
67
HAEMORRHOID
Hemoroid Intern
Hemoroid : -------------------------------------- garis mukokutan (kripta morgani)
Hemoroid Ekstern
ANATOMI :
Plexus Haemorrhoidalis terdiri dari :
1. Plexus vena Haemorrhoidalis superior
2. Plexus vena Haemorrhoidalis medius
3. Plexus vena Haemorrhoidalis inferior
Aliran darah:
V. Haemorhoidalis sup – v. Sigmoidalis – v. Mesenterika inf. – v. porta
V. Haemorhoidalis inf – v. Pudenda int – v. Iliaca int. – v. Cava inferior
KLASIFIKASI
HAEMORRHOID INTERNA
Berasal dari pl. Vena haemorrhoidalis sup dan med
Terletak 2/3 atas saluran anus
Permukaannya mukosa (epitel torak)
3 posisi primer H. Interna :
Kanan – depan
Kanan – belakang
Kiri – lateral
HAEMORRHOID EKSTERNA
Berasal dari pl. Vena haemorrhoidalis inf
Terletak 1/3 bawah saluran anus
Permukaannya kulit (epitel gepeng)
ETIOLOGI
1. Kelainan Organis : - Sirosis hepatis
- Trombosis vena porta
- Tumor intra –abdominal, teruama pelvis
2. Idiopatik, predisposisi:
Herediter (kelemahan pembuluh darah )
Faktor anatomi (tidak ada katup pada v. Porta)
Faktor gravitasi (sering berdiri)
68
Tekanan intra – abdomen tinggi kronik
mengedan pada waktu hefekasi
konstipasi menahun
kehamilan
obesitas
batuk kronik
Tonus sfingter ani lemah
PATOFISIOLOGI :
Haemorrhoid interna : sumbatan aliran darah sistem porta menyebabkan timbulnya
hipertensi portal dan terbentuk kolateral pada v.
haemorrhoidalis superior
Haemorrhoid externa : robeknya v. haemorrhoidalis inerior membentuk hematoma
subkutis yang berbentuk kebiruan, kenyal – keras dan nyeri.
KOMPLIKASI
1. Anema, jarang terjadi
2. Trombosis akut pada prolaps recti
DIAGNOSA
ANAMNESA
1. BAB berdarah, biasanya berupa darah segar yang menetes pada akhir defekasi
2. proplaps : grade 1 : prolaps (-), perdarahan (+)
grade 2 : prolaps (+), masuk spontan
grade 3 : prolaps (+), masuk dengan manual
grade 4 : prolaps (+), inkarserata
3. BAB berlendir, lendir timbul karena iritasi mukosa rektum
4. Puritus ani sampai dermatitis
5. Nyeri Nyeri yang hebat jarang ada hubungan dengan hemoroid intern dan
hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami trombosis
6. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolaps menetap
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi : Haemorrhoid externa terlihat benjolan diantara kulit perineum
Haemorrhoid interna terlihat benjola mukosa keluar dari anus
2. Palpas : pada RT tidak teraba apa–apa kecuali jika ada trombus atau
penebalan mukosa.
Derajat H. Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - -
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Tidak dapat
PENATALAKSANAAN :
KONSERVATIF : - grade 1 – 2
- < 6 jam, belum terbentuk trombus
Cara :
1. Diet tinggi serat, faeces menjadi lunak
2. Rubber band ligation
3. Sclerosing agent
4. Phlebodynamic drugs, dinding vena lebih elastik
OPERATIF
Indikasi :
70
- Grade 3 – 4
- Perdarahan
- Nyeri
Kontra indikasi : toleransi pasien terhadap operasi tidak baik
Timing operasi : secepatnya Grade 4 dapat langsung dilakukan operasi
Tehnik operasi :
1. Langenback
2. Modifikasi Langenback
3. Whitehead
4. Morgan Miligan
5. Sulman
6. Park
7. Takano
Langenback : eksisi radier dan jahitan primer pada jam 3,7,11. Untuk haemorrhoid
yang tidak begitu besar. Operasi + 15 menit, penyembuhan baik.
KOMPLIKASI OPERASI
Segera : sakit, perdarahan, retentio urine 48 jam
Lanjut : stenosis, abses, fistula ani
PROGNOSA :
haemrroidectomy tampaknya lebih efektif dan permanen, tetapi mempunyai
kerugian komplikasi post – operasi.
71
FISURA ANUS
Definisi : merupakan luka epitel memanjang sejajar sumbu anus, terletak digaris
tengah posterior.
Keterangan:
1. rektum, 2.saluran enus yang sempit karena spasme
sfingter, 3. mukosa rektum, 4. papila hipertropik, 5.
garis mukokutan, 6. kripta morgagni antar kolumna,
7. fisura anus, 8. umbai kulit
Etiologi :
Iritasi akibat diare
Penggunaan laksans
Cedera partus
Iatrogenik
Gambaran klinik :
Anamnesis konstipasi, Feses Keras
Bila ada keluhan nyeri pada penderita hemoroid biasanya ada fisura, sebab
hemoroid intern tidak menyebabkan nyeri.
Diagnosa :
Nyeri Spontan
Nyeri sewaktu defekasi
Perdarahan
Konstipasi
72
Pada pemeriksaan :
Fisura / tukak
Papila hipertropik
Umbai kulit
Terapi :
Diit kaya serat
Topikal anestesik
Sfingterotomi intern
73
FISTEL PERIANAL
Letak :
Subkutis
Submukosa
Antar sfringter
Menembus sfringter
Lateral
Anterior bentuk lurus
Posterior / Dorsal tidak lurus / bengkok ke depan karena radang dan pus
terdorong ke anterior di sekitar m. puborektalis dan dapat membentuk satu
lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai Hukum Goodsall
B
A
Keterangan:
A. Fistel perianal
1. Lapisan otot dinding kolon, 2. m.levator anus, 3. sfingter dalam, 4. sfingter
luar, 5. fistel pelvikolorektal, 6. fistel tinggi, 7. fistel rendah, 8. fistel subkutan
B. Hubungan antara lubang primer dan sekunder ; Hukum Goodsall
1. lubang primer di kripta, 2. Lubang sekunder
Bentuk :
Lurus
Bengkok
Mirip sepatu kuda
74
Fistel dapat diraba secara bidigital pada RT
Fistel mungkin dapat disonde
Pada RT : Fistel dapat diraba antara telunjuk di anus (bukan di rektum) dan ibu
jari di kulit perineum sebagai tali setebal kira – kira 3 mm
Terapi : - Fistulotomi fistel dibuka dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit
kulit dibiarkan terbuka sehingga penyembuhan mulai
dari dasar per sekundam intentionem
Luka biasanya sembuh dalam waktu agak singkat
kadang dibutuhkan operasi 2 tahap untuk hindari
terpotongnya dan sfingter anus
- Fistulektomi seluruh tracknya diangkat semua
75
HERNIA
76
KLASIFIKASI
Hernia Kongenital : - hernia umbilikalis
- hernia diafragmatika
- hernia inguinalis lateralis
Hernia di dapat : - hernia inguinalis medialis
- hernia femoralis
Jika hernia inguinalis lateralis turun ke dalam scortum disebut Hernia scrotalis
Klinis : - Reponibilis
- Ireponibilis (viscus melekat pada kantung, infeksi (+)
- Inkarserata (terdapat gangguan pasase usus )
- Strangulata (terdapat gangguan vaskularisasi )
- H. Ireponible
kantong hernia tidak dapat masuk lagi
- H. Akreta
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia
menyebabkan Hernia Ireponible
Tidak ada keluhan nyeri / tanda sumbatan usus
77
- H. Inkarserata
Isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali, ke dalam rongga perut
disertai gangguan parase usus
Ireponible
- H. Strangulata
Isi kantong terperangkap
disertai gangguan vaskularisasi
- H. Richter
jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus
biasanya pasase usus masih ada
- H. Eksterna
Hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang atau perineum
- H. Interna
tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lobang dalam rongga. Perut
seperti foramen winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesenterium misalnya pada anastomosis usus.
*Foramen winslow : foramen yang menghubungkan 2 kantong peritoneum, terletak di bawah
dan belakang porta hepatis
78
- H. Insipiens
hernia yang berada di kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari
anulus eksternus
- H. interparietalis / H. Interstitialis
kantong hernia yang menonjol ke dalam celah antara lapisan dinding perut.
- H. epigastrika
menonjol melalui difek di linea alba kranial dari umbilikus
- H. Spieghel
hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia spleghel
muncul melalui tempat lemah diantara tepi lateral m. rectus abdominalis
dengan linea semisirkularis
- H. obturatoria
hernia melalui foramen obturatorius
- H. Littre
hernia dengan divertikulum Meckel sebagai isi kantong hernia
- H. diafragmatika
melalui foramen Bochdalalek didiafragma
- H. Lumbalis
di dinding perut bagian lateral
co/ - hernia sikatriks pada bekas luka operasi ginjal
- hernia ditrigonum lumbale inferior petit dan di trigorum lumbale
superior Grinjfelt
ETIOLOGI
Hernia Kongenital
79
Prosessus vaginalis peritoneum persisten
Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa
Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan kriptorkismus dan
hidrocele
Jika timbul pada usia tua, biasanya ada faktor predisposisi
Hernia didapat
Ada faktor predisposisi
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia transversa
Pada orang tua karena degenerasi / atrofi
DIAGNOSA
Timbul benjolan dilipat paha yang keluar masuk, pada keadaan lanjut dapat
menetap (irreponibilis), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi
irreponible.
!!!!! Ingat Benjolan keluar masuk ! jangan bilang hilang timbul
Benjolan timbul jika tekanan intara – abdominal meningkat
Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan
(manual)
Dapat terjadi gangguan pasase usus (obstruksi), terutama pada hernia
inkarserata
Nyeri pada keadaan strangulasi
Terdapat faktor – faktor predisposisi
PEMERIKSAAN FISIK
Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus
(+), transluminasi (-)
Hernia inguinalis lateralis :
- terletak di atas ligamentum inguinale
- anulus internusnya lateral terhadap vasa epigastrika inferior
- jika dapat dimasukkan, kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di
cincin eksterna teraba tekanan pada ujung jari jalan keluar hernia tertutup.
Hernia inguinalis medialis :
- terletak di atas liamentum inguinale
- media terhadap vasa epigastrika inferior
80
- Jika dapat dimasukkan, kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di
cincin externa teraba tekanan pada sisi medial, dan hernia timbul lagi
Hernia femoralis : terletak di bawah lig. Inguinale
DIAGNOSA BANDING :
1. Hidrocele
2. Torsio testis
3. Varicocele
4. Undesensus Testis (berhenti di inguinal )
5. Limfogranuioma venereum
6. Limfadenopati
PENATALAKSAAN
Konservatif : hanya pada keadaan yang masih reponible. Dengan cara mengatasi
faktor–faktor predisposisi. Bukan penalaksanaan ideal. Pada
anak–anak dengan hernia indirect irreponible diberikan terapi
konservatif dengan obat penenang, posisi Trandeleberg dan kompres
es. Jika dalam 8 jam tidak ada perbaikan maka segera dilakukan
Herniotomi.
Operatif : pada keadaan inkarserata atau strangulata dilakukan operasi cito,
namun KU diperbaiki dahulu
Tehnik Operasi
Herniotomi :
Asepsis & antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
Sayatan sejajar ligamentum inguinale (2 jari di atasnya)
Sayat sampai fascia m. Oblique ext.
Sisihkan n.ilofemoralis serta n. ilionguinalis
Sayat sampai ketemu kantung hernia
Kantung hernia dibuka, isinya didorong ke dalam rongga abdomen
Kantong proksimal diikat setinggi mungkin, sampai dicapai pre-peritoneal fat
Kantong distal dibiarkan terbuka
Luka operasi ditutup
Herniorafi :
Setelah dilakukan herniotomi, sebelum luka operasi ditutup
Jahit conjoint tendon (jika tidak ada, pakai fascia m. Oblique int) dengan tuber
pubikum
Jahit conjoint tendon dengan ligamentum inguinale
Luka operasi ditutup
81
HERNIA INGUINALIS
Etiologi :
- Kongenital
- Didapat
Faktor penyebab :
- Prosesus vaginalis yang terbuka
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui dan isi hernia.
- Faktor yang mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar tersebut. Peninggian tekanan dalam rongga abdomen batu kronik, BPH,
konstipasi, asites .
- Kelemahan otot dinding perut karena usia
akibat kerusakan n.ilioingunalis dan n.iliofemoedi setelah apendektomi.
Gambaran Klinik
Anamnesis : Kapan benjolan muncul
Bagaimana sifat nyeri
Inspeksi : Benjolan dilipat paha / keadaan asimetri pada skrotum
yang timbul pada waktu mengedan, batuk, mengangkat beban berat
menghilang pada waktu istirahat reponible
perhatikan warna kulit benjolan, bandingkan dengan kulit sekitar
Palpasi : - Diraba konsistensinya
- Dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi
(setelah benjolan tereposisi dengan jari ke V, kadang cincing hernia
dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar)
- Batas atas tidak jelas
- Tactile impuls pada ujung jari ke V
82
Perbedaan H. Inguinalis Lateralis dan H. Inguinalis Medialis
Lateralis (Indirect) Medialis (Direct)
1. Embryologic 1. Acquired
2. >> orang muda (< 50 tahun) 2. >> orang muda (> 50 tahun)
3. Timbul pelan – pelan 3. Timbul cepat / spontan
4. Hilang pelan – pelan 4. Hilang cepat / spontan
5. Bisa masuk ke scrotum 5. Tidak masuk ke scrotum
6. Bisa strangulasi 6. Jarang strangulasi
7. Impulse pada puncak jari 7. Impulse pada permukaan / sisi jari
8. Benjolan bentuk lonjong 8. Benjolan bentuk bulat
9. Batas atas tidak jelas 9. Batas atas tidak jelas
Letak H. Inguinalis : diatas Lig. Inguinalis
H. Femoralis : di bawah Lig. Inguinalis
Penanganan
- Konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi tidak dilakukan pada H. Inguinalis Strangulata, kecuali pada anak
anak. !!!!!
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dalam posisi trendelenberg dan
diberikan sedatif dan kompres es diatas hernia
Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6-8 jam harus operasi segera
3 1. sedative parenteral
2. sikap trendelenberg
4 3. cairan parenteral
4. kantong es dilipat paha
pada hernia
1 2
- Operatif
1. Herniotomi : Kantong hernia dibebaskan, kantong dibuka, isi hernia
83
dimasukkan kantong dijahit ikat setinggi, mungkin lalu
dipotong.
sering dilakukan pada anak – anak
2. Hernioplasti : Tindakan mengecil anulus ing. Internus dan memperkuat ddg
belakang canalis inguinalis sering dilakukan pada orang tua
(karena kelemahan ddg abdomen)
sering dilakukan pada orangtua
3. Hernioraphi : Tindakan herniotomi yang kemudian dilanjutkan dengan
hernioplasti
Teknik Harnioplasti :
- Bassini - Haslsted I
- Ferguson - Halstedt II
- Shouldice - Mc. Fay
- Lothelsen
DISKUSI
• 1 jari di femoris (bawah lig. Inguinale) bila teraba pulsasi di posisi ini H.
Femoralis
Orang Dewasa
Penderita mengeluh adanya benjolan di daerah inguinal / scrotum yang
hilang bila penderita tidur atau berbaring.
Ingat !! saat Anamnesa harus dilengkapi dengan saat timbulnya hernia
tersebut.
Biasanya ada faktor – faktor pencetus, seperti : mengangkat benda berat,
batuk – batuk kronik (asma, TBC, dll), serta hal – hal lain yang
meningkatkan tekanan intra abdominal
Bila pada penderita pria yang usia tua tanyakan tentang pembesaran prostat
(BPH) karena sering mengedan saat BAK sebagai pencetus timbulnya hernia.
85
Bila pada 1 penderita terdapat 2 hernia; 1 sisi terdapat H. Inguinalis Lateralis, di
sisi lain terdapat H. Inguinalis Medialis disebut Pantaloon Hernia.
1. R. Hipocondrica dextra
2. R. Epigastrica
3. R. Hipocandrica sin
4. R. Lumbalis dextra
5. R. Umbilikus
6. R. Lumbalis Sin
7. R. Inguinalis / Iliaca Dextra
8. R. Pubica
9. R. Iliaca Sin
Organ retroperitoneal :
- Duodenum
- Calon asenden
- Calon desenden
Hernia lateralis lebih sering terjadi inkarseratta dari pada hernia Medialis
Karena :
Pada h. Lateralis terdapat anulus externa dimana dasar dari anulus ini adalah
simfisis yang merupakan jaringan keras, sehingga apabila ada usus yang masuk
ke kantong hernia, cincin tidak elastis dan akhirnya terjepit.
Pada h. Medialis tidak terdapat cincin selain itu dasar dari h. Medialis adalah
trigonum haselbach yang merupakan jaringan ikat yang elastis.
Tehnik Hernioplasti
Bassini
Menjahitkan pertemuan m. Transversus internus abdominis dan m. Obliqus
internus abdominis ( dikenal dengan conjoint tendont) ke lig. Inguinal Poupart
(Insisi sejajar sias – tubercutum pubicum – insisi mulai dari pertengahannya
sepanjang + 10 cm)
Mc Vay
Menjahitkan fascia transversa, m.transversus abdominis, m. Obliqus internus
abdominis ke lig.cooper
Shouldice
86
Langkah I : Fascia transversa diiris / dibagi 2 dan dijahit ke dinding belakang
Langkah II : Fascia transversa dan lig. Inguinale dijahit secara “overlapping“
secara continous
Langkah III : Conjoint tendon & lig inguinal dijahit lagi secara continous
Pada saat operasi yang perlu dijaga : N. Illoinguinalis dan Funikulus spermatikus
pada saat kantong sudah terlihat terlihat erus medial dan crus lateral
Batas Atas
Untuk menentukan apakah ada sesuatu dari atas yang turun ke testis
Jika ada ancaman stragulasi tapi tidak ada / tidak bisa; lakukan buka cincin
potong sampai apponeurosis MOE
88
ULKUS PEPTIKUM
Patogenesis :
ketidakseimbangan antara faktor pertahanan mukosa dan faktor penyerang
Komplikasi
- Perdarahan erosi a. gastroduodenalis
- Perforasi
- Obstruksi dan stenosis penyempitan daerah piloris pada tukak kronik yang
mengalami fibrosis
Radiologi :
- Lambung membesar
- Pilorus menyempit
- Barium kedudukan menurun
89
- Nyeri episgastrium tiba – tiba yang kemudian menyebar ke punggung dan ke
seluruh perut peritonitis : - Kimiawi
- Bakterial Timbul 6-12 jam
- Perut tegang sesudah perforasi
- BU / peristaltik menurun / tidak ada
- Pekak hati (-), DM (+)
- Lekositosis, napas cepat dan dangkal
- Hiperamilasemia
- RT Sfingter longgar :
tanda – tanda peritonitis sudah timbul
Terapi
- Diet : Ubah pola makan dengan cara 5/6 kali makan porsi kecil
- Hal lain : - henti rokok
- hindari pakai NSAIDS
- hindari stress
- Obat :
- Antasida
- Reseptor H2 blocker :
• Ranitidine
• Famofidine
• Cimetidine
• Nizatidine
- Prostaglandin Misoprostol
- Proton pump inhibitor (mengikat h+ k+ at pase):
• Omeprazole
• Lansoprazole
• Rabeprozole
• Pantoprozole
- Mucosal protectant sucralpate
- Antibiotik amox + metronidazole basmi H. Pilori
- Operasi
Shoemaker Roux-Y
90
2. Vagotomi :
• Trunkus
• Selektif
menurunkan produksi asam tetapi akan menyebabkan retensi lambung
karena cabang saraf laterjet (cabang dari n.vagus) yang menyarafi antrum
dan pilorus ikut terpotong,
Untuk itu diperlukan penyaliran (drainage) berupa piloroplasti (M. Sfingter
pilorus dilebarkan ) atau gastrojejunostomi (Billroth II) untuk menjamin
pengosongan lambung
92
KOLELITHIASIS
Anatomi
1. Hepar
2. Cabang duktus hepatikus
3. Kantong empedu
4. Duktus sistikus
5. Duktus koledokus
6. Lambung
7. Pilorus
8. Duodenom
9. Pankreas
10.Duktus Pankreas
11.Papila Vateri (Sfingter Oddi)
93
Istilah kolelitiasis menunjukkan penyakit batu empedu yang ditemukan di
dalam kandung empedu atau di dalam duct. Koledokus, atau pada dua –duanya.
Hepatolitiasis : batu empedu yang terdapat di dalam saluran empedu dan awal
percabangan ductus hepatias kanan dan kiri meskipun percabangan tersebut
mungkin terdapat di luar parenkim hati.
Batu dapat berpindah ke dalam ductus koledokus melalui ductus sistikus. Kalau
batu berhenti di dalam ductus sistikus karena diameternya terlalu besar atau
tertahan oleh striktur, batu akan tetap berada di sana sebagai batu duct. sistikus
(Kolesistolitiasis).
Anamnesis
- 1/2 - 2/3 penderita batu empedu : asimptomatik; dispepsia disertai intoleransi
makanan berlemak
- Simtomatik :
Nyeri daerah epigastrum, kuadran atas kanan atau prekordium
Kolik bilier, mungkin memanjang > 15 mnt, kadang menghilang beberapa
jam kemudian. Awal nyeri kebanyakan perlahan – lahan, tapi 1/3 kasus
timbul tiba - tiba
- Pada batu duct. Koledokus :
riwayat nyeri atau kolik di episgastrium dan perut kanan atas akan disertai
tanda sepsis, seperti demam dan menggigil bila terjadi kolangitis
- Biasanya terdapat ikterus, ikterus yang hilang timbul, berbeda dengan ikterius
karena hepatitis
- Urin berwarna gelap yang hilang timbul
- Pruitus ditemukan pada ikterus obstruktif yang berkepanjangan dan lebih
banyak ditemukan di daerah tungkai daripada di badan
- Pada kolangitis dengan sepsis yang berat dapat terjadi keadaan kegawatan
disertai syok dan gangguan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
Batu kandung empedu
- Kalau ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi
seperti : kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrops
kandung empedu, empiema kandung empedu, atau pankreatitis.
- Ditemukan nyeri tekan dengan pungtum maximum di daerah letak
anatomik kandung empedu.
- Tanda murphy (+) : nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik
napas panjang, karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung
jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik napas.
Batu saluran empedu
94
- Tidak menimbulkan gejala / tanda dalam fase tenang
- kadang teraba hati agak membesar dan sklera ikterik
(kadar bilirubin darah < 3mg/dl ikterik tidak jelas apabila sumbatan
saluran empedu bertambah berat baru akan timbuk ikterus klinik)
- Bila timbul serangan kolangitis yang umumnya disertai obstruksi, akan
ditemukan gejala klinik yang sesuai dengan berat ringannya kolangitis
tersebut.
Trias Charcot (+) :
1. Demam dan menggigil
2. Nyeri di daerah hati
3. Ikterus
- Bila terjadi kolongiolitis : biasanya kolangitis piogenik intrahepatik akan
tmbul 5 gejala : Pentade Reynold (+) : Trias Charcot + Syok + kekacauan
mental / penurunan kesadaran
- Kalau ditemukan riwayat kolangitis hilang timbul, harus dicurigai
kemungkinan hepatolitiasis.
95
TRAUMA ABDOMEN
INDIKASI LAPARATOMI
1. Trauma tumpul abdomen dengan DPL (diagnosa peritoneal lavase) (+)
2. Trauma tumpul abdomen dengan syok lambung
3. Peritonitis
Tanda rangsangan peritonitis : Defense muscular (+)
RT : Sfingter longgar, nyeri meningkat terus – menerus
4. Perdarahan dr NGT, anus pada luka tembus
5. Eviserasi
96
PROTAP STERILISASI USUS
H.I : Jam 06.00 Bubur kecap makan
97
FRAKTUR
KLASIFIKASI
II. BERDASARKAN HUBUNGAN DENGAN DUNIA LUAR
1. tertutup : antara fragmen-fragmen tulang tidak terdapat hubungan langsung
dengan dunia luar.
2. terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena ada luka di kulit.
1 2 3
98
V. BERDASARKAN KONFIGURASI / ARAH GARIS PATAH
1. melintang
2. miring
3. spiral
4. kompresi
5. kupu-kupu
6. berbentuk “V”, “T”,”Y” sering pada permukaan sendi
1 2 3 4 5
VI.BERDASARKAN LOKASINYA
1. Tulang Panjang :
- 1/3 proksimal
- 1/3 tengah
- 1/3 distal
2. Tulang letak melintang
- ¼ medial
- ¼ lateral
Derajat III : A. Luas luka > 2 cm, kerusakan yang luas dari jaringan lunak (otot,
saraf, kulit), kontaminasi berat, jaringan lunak masih cukup
menutupi tulang yang patah. Bentuk fraktur comminutive berat
atau segmental.
B. Jaringan lunak yang rusak tidak cukup menutupi tulang yang
patah, sebagian tulang yang patah terbuka disertai juga kerusakan
periosteum.
C. Apabila disertai cedera vaskuler
Pemeriksaan fisik
Look : - Fraktur tertutup : deformitas (udema, hematoma, dll)
- Fraktur terbuka :
deformitas
vulnus
perdarahan
fragmen tulang
Pemeriksaan Radiologi
Untuk menentukan :
- Jenis fraktur
- Jumlah fraktur
- Kedudukan fraktur
101
- Ketok tulang (bila Fr di Femur, ketok dipatela ), dengar hantaran bunyi dengan
menggunakan steteskop :
Bila calus (+) hantaran bunyi di kiri = kanan
Bila calus (-) hantaran bunyi di kiri ≠ kanan
Karena masih ada fraktur maka tidak bisa menghantar getaran bunyi dengan
baik
PENATALAKSANAAN :
Pengobatan patah tulang pada prinsipnya bertujuan untuk :
1. Menghilangkan nyeri
2. Mendapatkan serta mempertahankan satu posisi yang baik
3. Memungkinkan kalau perlu merangsang union
4. Mencapai fungsi yang optimal
Full length arm plester (Pembalut gips lengan penuh) hanging cost
(pemasukan gips tergantung)
untuk fraktur antebrachii
gips dari bawah ketiak sampai dekat artikulasi
°
metacarpophalangeal, siku fleksi 90
posisi tangan sesuai dengan lokasi fraktur :
1/3 Proximal : Posisi tangan supinasi
1/3 Tengah : Posisi netral
(Palmar manus menghadap badan)
1/3 Distal : Posisi pronasi
Untuk badan
Pembalut gips minerva untuk vertebrata cervical dan thorax bagian atas:
Spica bahu
Jaket Spica
Hip Spica
2. Imobilisasi dengan traksi
A. Traksi Kulit ( Skin traction)
Buck’s Ekstension
Paling sederhana
Plester dilekatkan pada kedua sisi tungkai bahu dilakukan
penarikan
Untuk fraktur femur, pada orang dewasa post loksasi coxae
103
Traksi Russel (Hamilton)
Buck’s ekstension + tarikan vertikal melalui sling di belakang
lutut.
Balanced traction : tarikan /tegangan berasal dari 2 tegangan yaitu
horisontal pada kaki dan vertikal pada lutut.
Sangat baik untuk fraktur femur pada anak – anak ( > 2 thn )
Traksi Dunlop
untuk fraktur supracondyler atau trancondyler anak
(yang sukar dilakukan reposisi manual / karena ancaman gangguan
sirkulasi kalau siku difleksikam)
traksi diganti dengan pemakaian gips atau collar and cuff sling
jika sudah mulai union.
104
traksi pada ujung tangan (beban 5 kg) dan melalui sling diatas siku
pada tempat fraktur (beban 1 – 1,5 Kg)
3. Fiksasi Interna
- Screw : untuk fraktur oblig, screw dipasang tegak lurus pada garis
Fraktur
105
- Bone graft dan screw : plate berupa sepotong tulang lalu ditahan
dengan screw
- Intrameduliary nail :
satu pen dipasang intrameduler
Co/ : - Pada fraktur femur dipasang kuntscher pin
- Fraktur collum femur dipakai Smith Peterson Pin
!!!! Fiksasi interna tidak dianjurkan sebagai tindakan definitif pada patah tulang
terbuka
4. Fiksasi eksterna
2 atau 3 pin / screw dipasang pada tiap fragmen tulang (proximal dan distal )
dan sesudah fraktur direposisi lalu pin tersebut di fiksasi dengan suatu “
externa bars” hingga posisi jadi rigid.
Keterangan :
A & B. Screw dan akrilik gigi
C. Filsasi eksterna Hoffman (AO)
D. Fiksasi eksterna Malysia
A B
C D
Indikasi Penggunaan traksi tulang
106
1. Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 Kg
2. Traksi pada anak –anak yang lebih besar
3. Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif
4. Fraktur – fraktur tertentu pada daerah sendi
5. Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak
dapat dilakukan
6. Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat, misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
Fr.Femur berbahaya bisa terjadi perdarahan 1500 cc. sumber perdarahan berasal
dari dalam tulang atau dari A. Femoralis. Oleh karena itu bila ada Fr. Femur harus
pasang infus untuk hindari syok.
110
menurun hingga sirkulasi otot-otot dan saraf di dalam spatium atau
kompartment (intra kompartment) menurun.
Paling sering terjadi pada :
- flexor kompartment dari lengan bawah
- anterior tibial kompartment dari cruris
keadaan ini sangat gawat karena terjadi sirkulus visiosus, sbb:
TRAUMA OEDEMA
LANGSUNG
FASCIOTOMI
PENINGKATAN
COMPARTMENT
PRESSURE
- Pain
- Pallor
- Puffiness
- Paralyse/
paraaesthesi
- Pulsless
112
FRAKTUR FEMUR
Klasifikasi :
1. Fraktur caput femoris
2. Fraktur collum femoris
a. sub – capital
b. trans – cervical
c. dasar collum
3. Fraktur inter –trochanter
4. Fraktur sub – trochanter
5. Fraktur inter – condyler
6. Fraktur supra – condyler
PENATALAKSANAAN :
Fraktur Tertutup : - reposisi
- imobilisasi
Dipasang Steinmann’s pen atau Kirschner – wire pada proksimal tulang tibia.
Pemasangan traksi sampai terjadi penyembuhan klinis
Setelah itu : pada anak – anak dipasang gips hemispica atau gips celana.
Pada orang tua dewasa mobilisasi bertahap dengan bantuan tongkat topang–
ketiak, dimulai dari :
Non-weight bearing
Partial-weight bearing
sampai full-weight bearing, dan akhirnya bekerja aktif.
Tongkat dilepas jika callus betul betul kuat.
Jika kedudukan sudah baik, traksi dikurangi beratnya sampai + 5 kg, tergantung
keadaan penderita. Setelah terjadi Clinical – union, traksi dilepas.
Latihan tungkai bawah kaki dan jari kaki harus segera dimulai. Latihan terhadap
M.Quadriceps dimulai setelah 1 – 2 minggu. Latihan terhadap m.flexores dimulai
pada minggu ke-4.
Periksa union secara klinis dan radiologis setelah kira – kira 12-14 minggu. Bila
union meragukan, teruskan traksi dengan beban yang dikurangi 4-8 minggu.
OPERATIF :
Indikasi (relatif ) :
Sukar reposisi tertutup
Usia lanjut
Fraktur tungkai bawah multiple
Frikasi
Fraktur patologis
Kontraindikasi :
Toleransi operasi tidak baik
114
Terjadi infeksi
Anak – anak dan remaja
Timing :
4 jam pada fraktur terbuka + kelainan neurovaskuler
secepat mungkin
Tehnik :
pre – operatif dilakukan Skin – Traksi (Russell’s atau Buck’s) dengan tujuan
mengurangi spasme otot – otot femur.
KOMPLIKASI
Shock neurogenik / hipovolemik
Infeksi
Crush syndrome
Emboli lemak
Trombosis vena
Emboli paru
Decubitus
Kekakuan otot dan sendi
115
FRAKTUR PELVIS
Klasifikasi Trauma Pelvis Menurut Tile
Tipe A : Stabil
A1 : Fr. Pelvis ≠ mengenai cincin
A2 : Stabil, terdapat pergeseran cincin yang minimal dari fraktur
Tipe A termasuk Fr. Avulsi atau fraktur yang mengenai cincin punggul tanpa
atau sedikit sekali pergeseran cincin.
Tipe B mengalami rotasi eksterna yang mengenai satu sisi panggul (open book)
atau rotasi interna atau kompresi lateral yang dapat menyebabkan fraktur pada
ramus isiopubis pada satu atau kedua sisi disertai trauma pada bagian posterior
tetapi simfisis tidak terbuka (closed book).
Terdapat disrupsi ligamentum posterior pada satu atau kedua sisi disertai
pergeseran dari salah satu sisi panggul secara vertikal, mungkin juga disertai
fraktur asetabulum.
2. Fraktur dengan trauma pada organ lain disertai perdarahan dan syok.
Perlu transfusi, segera dan eksplorasi untuk mengatasi kerusakannya yang lain.
116
Cara Baca Foto Roentgen Pelvis
1. Cocokkan identitas penderita pada film
2. Baca tanggal pembuatan foto
3. Tentukan posisi foto yang telah dilakukan
4. Periksa foto secara sistematik
a. Lebar simfisis pubis, pemisahan > 1 cm cedera pelvis posterior
b. Integritas ramus superior dan inferior pubis bilateral
c. Integritas asetabulum, kaput dan kolum femur
d. Simetri ileum dan lebarnya sendi sakroiliaka
e. Simetri foramen sakrum dengan evaluasi liena arkuata
f. Fraktur proc. transversus L.V
Hal – hal yang perlu diketahui / garis – garis bantu dalam foto pelvis :
- Shanton line garis antara pelvis dan ke femur
- Ileoishial ramus posterior
- Ileopectineal/ Ilieo ischiadica ramus anterior
117
FRAKTUR ANGGOTA GERAK ATAS
FRAKTUR COLLES
Fraktur pada pergelangan tangan >> ♀
Fraktur colles terdiri atas :
Fraktur terletak di os.radius 1 inci di atas pergelangan tangan
Terdapat angulasi dorsal fragmen distal
Terdapat pergeseran ke dorsal dari fragmen distal
Terdapat fraktur procesus stiloid ulna
Radius dan ulna dihubungkan oleh TFCC
(Triangular Fibro Cartilago Complex)
= kompleks rawan fibroid triangularis
Mekanisme : Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
FRAKTUR SMITH
Biasa disebut juga fraktur colles terbalik >> ♂
Ditemukan deformitas dengan fragmen distal mengalami pergeseran ke volar
dimana garis fraktur tidak melalui persendian.
Penanganan : Fiksasi dengan plate butters
Deformitas berbentuk GARPU . Gambaran ini terjadi karena adanya angulasi
dan pergeseran ke dorsal, deviasi radial, supinasi dan impaksi ke arah
proksimal.
FRAKTUR BARTON
Fraktur pada radius distal dengan fragmen distal melalui sendi dan terjadi
pergeseran fraktur serta seluruh komponen sendi ke arah volar.
118
FRAKTUR MONTEGGIA : Fraktur 1/3 prox ulna + dislokasi radius prox
FRAKTUR GALEAZZI : Fraktur 1/3 distal radius + dislokasi sendi radioulnar
distal
PULLED ELBOW
Fraktur sendi siku (os radius) karena adanya fraksi longitudinal yang mendadak
sewaktu sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengah bawah dalam keadaan pronasi.
119
AMPUTASI
Bila skor mencapai angka 8 ukuran kerusakan otot – otot, kulit, tulang serta
kontaminiasi yang cukup berat, prognostik untuk menyelamatkan tungkai bawah
hasilnya buruk.
120
Level amputasi yang masih dapat diterima :
- Amputasi metatarsal
- Pirogott
- Chopart’s
- Lisfrane’s
- Syme’s
121
DAERAH SENSIBILITAS
122
UROLOGI UMUM
Organ urinaria terdiri dari ginjal dan salurannya (ureter, buli – buli, uretra)
Ginjal
Ureter
Bulu-buli
Ureter
ii. Jika o/k suatu sebab terjadi sumbatan pada aliran, terjadi kontraksi
otot polos yang berasal yang bertujuan untuk mendorong mengeluarkan
sumbatan dari saluran kemih.
Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai
dengan irama peristaltik ureter
123
1. Uretropelvic junction (perbatasan antara pelvis renalis dan ureter )
2. Tempat ureter menyilang A. Iliaca comunis di rongga pelvis
3. Waktu menjelang M. Psoas
4. Pada saat ureter masuk buli – buli
Ureter masuk buli – buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli –
buli (m. Detresor / intra mural ) keadaan ini mencegah terjadinya aliran balik
urine dari buli – buli ke ureter / refluks resiko – ureter pada saat buli – buli
berkontraksi.
BULI – BULI
Anatomi :
- Fondus
- Trigonum
- Bladder neck (leher buli ) ada muara uretra interna
Buli – buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2 – 4
Hal ini menyebabkan kontraksi m. Detrusor, terbukanya leher buli – buli dan
relaksasi sfingter uretra terjadilah MIKSI
NYERI DI UROLOGI
1. Nyeri Lokal ( nyeri tekan dan nyeri ketok CVA)
2. Reffered Pain (nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit)
124
Co/ : Nyeri akibat kolik ureter dapat dirasakan sampai ke daerah inguinal, testis,
bahkan sampai ke tungkai bawah.
- Inflamasi akut pada organ padat lebih nyeri
Misalnya : pielonefritis, prostatitis, epididimis akut
- Inflamasi pada organ berongga, hanya terasa kurang nyaman.
Misalnya : buli –buli uretra
T10
S2,3,4
S2,3
Nyeri Ginjal
Nyeri yang terjadi akibat regangan kapsul ginjal
Regangan dapat terjadi karena pielonefritis akut yang menyebabkan edema,
saluran kemih yang menyebabkan hidronefrosis yang oleh tumor ginjal.
Nyeri Kolik
Nyeri terjadi akibat spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya
terhambat oleh batu, bekuan darah atau benda asing
Nyeri sangat sakit, hilang timbul sesuai gerakan peristaltik ureter, awalnya
dirasakan di daerah CVA kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke
regio inguinal hingga ke daerah kemaluan
Tidak jarang nyeri kolik diikuti dengan keluhan pada organ pencernaan
seperti mual dan muntah
Nyeri Vesika
Dirasakan di daerah supra simfisis
Nyeri terjadi akibat over distensi buli – buli yang mengalami retensi urine
atau ada inflamasi pada buli – buli (sistitis interstisialis, TBC, sistomiasis).
Nyeri muncul ketika buli – buli penuh dan berkurang saat selesai miksi
Sering pasien sistitis merasa nyeri hebat, seperti ditusuk – tusuk pada akhir
miksi kadang disertai hematuria (disebut stranguria)
Nyeri prostat
O/k inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar prostat dan distensi
kapsul prostat
Nyeri pada abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral atau nyeri
rektum
Keluhan miksi (frekuensi, disuria, retensi urine )
125
Nyeri testis / epididimis
Nyeri penis
Keluhan miksi
GEJALA OBSTRUKSI
Pada keadaan normal, saat sfingter uretra externa berelaksasi beberapa detik
kemudian urine mulai keluar.
Akibat adanya obstruksi intravesika, menyebabkan hesitensi atau awal
keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering pasien harus mengejan untuk
memulai miksi
Setelah urine keluar, pancarannya menjadi lemah, tidak jauh, kecil, urine jatuh
di dekat kaki pasien.
Pancaran normal
Pancaran menetes
Di pertengahan miksi, miksi berhenti dan kemudian memancar lagi, keadaan ini
terjadi berulang–ulang di sebut intermitensi.
Miksi diakhiri dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam buli – buli
dengan masih keluar tetesan – tetesan urine (terminal dribbling)
Jika pada suatu saat buli – buli tidak mampu lagi mengosongkan isinya,
menyebabkan retensi urine yang terasa nyeri pada daerah supra pubik dan
diikuti dengan keinginan miksi yang sangat sakit (urgensi).
Lama kelamaan buli – buli isinya makin penuh, sehingga keluar urine yang
menetes tanpa disadari yang dikenal inkontinensia paradoksal.
Obstruksi uretra o/k striktura uretra anterior, biasanya ditandai pancaran kecil,
deras, bercabang- cabang, kadang berputar – putar.
127
BEnign hIPERTROFI PROSTAT
(BPH)
Definisi : hiperplasi kelenjar Periuretal (sel – sel glanduler dan intersisal ) dari
prostat.
ANATOMI :
Terletak di leher Vesika Urinaria
Letak : Inf. Buli – buli, depan rectum, bungkus uretra post. Bentuk seperti
buah kemiri 4 x 3 x 2,5 cm
Ant : Lig. Puboprostatica
Inf : Diafragma urogenitalis
Berat normal 5,5 – 7,5 gram
Terdiri atas :
1. Lobus lateralis kanan dan kiri
2. Lobus medialis
3. lobus posterior tempat keganasan
i. Mengeluarkan prostaglandin dan enzym Fosfatase asam
ii. Prostat tdd :
Komponen kelenjar
Stroma
Otot psoas
Topografi :
Proksimal (basis prostat) = leher buli – buli
Distal (apex prostat)
- Diafragma urogenital / sfingter eksterna
- Uretra anterior
Pembagian anatomi
Lowsley : 5 Lobus
Lobus medius : 1 buah
Lobus anterior : 1 buah
Lobus posterior : 1 buah
Lobus lateral : 2 buah
Mc Neal : 5 Zona
Zona perifer
Sentral
Transisional
Sfingter pre prectatika
Segmen ant
128
ETIOLOGI
Belum diketahui dengan pasti, diduga adanya ketidakseimbangan antara hormon
androgen dan estrogen, pada usia lanjut estrogen relatif lebih banyak daripada
androgen.
5-α reduktase
DHT
Sel Tumbuh
PATOFISIOLOGI :
Prostatismus komplex gangguan akibat penekanan / sumbatan pada uretra.
1. Faktor Statis : prostat / sumbatan pada uretra (BPH)
2. Faktor dinamis : stroma / jaringan ikat, pembuluh darah, saraf, otot polos,
normal Stroma : epitel = 2 : 1
BPH stroma : epitel = 4 : 1
Keluhan BPH dipengaruhi :
- Obstruksi mekanis
- Obstruksi dinamis
- Obstruksi detrosor
Rectal Grading :
Dengan Rectal Touche (RT) :
Stage 0 : prostat teraba < 1 cm, berat < 10 gram
Stage 1 : prostat teraba 1 - 2 cm, berat 20 - 25 gram
Stage 2 : prostat teraba 2 - 3 cm, berat 25 - 60 gram
Stage 3 : prostat teraba 3 - 4 cm, berat 60 - 100 gram
Stage 4 : prostat teraba > 4 cm, berat > 100 gram
Clinical Grading :
Pada pagi hari atau setelah anyak, pasien disuruh BAK sampai habis. Dengan
kateter diukur sisa urin dalam buli – buli.
Normal : sisa urin tidak ada
Grade 1 : sisa urin 0 – 50 cc
Grade 2 : sisa urin 50 – 150 cc
Grade 3 : sisa urin > 150 cc
Grade 4 : retentio urin total
DIAGNOSA
ANAMNESA
LUTS (Lower Urinary tract symptoms)
Prostatismus - Obstruktif / gangguan berkemih (Voiding symptoms)
- Iritatif / penyimpanan (storage)
PEMERIKSAAN FISIK
130
- St. Umum : -tanda vital
- penyakit lain
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rest urin (clinical Grading )
Foto polos perut : Trobekulasi (penebalan otot detrusor)
Sakulasi (kantong otot)
IVP : divertikel (mukosa menembus ke luar)
indentasi
Endoskopi
PSA (Prostat spesific Agent)
Uroflowmetri
DIFERENSIAL DIAGNOSA
1. Carcinoma Prostat :
60 Tahun
prostatimus + gross hematurie
Nyeri lumbosakral menjalar ke tungkai
RT : benjolan keras, melekat
Peningkatan Fosfatase asam
2. Prostatitis :
Nyeri perineal
Demam
Disuri, polakisuri
Retentio urin akut
RT : jika terjadi abses fluktuasi (+)
3. Neurogenik Bladder :
lesi S2 – S4
rest urin (+)
inkontinensia urin
4. Striktur Uretra :
retentio urin
pancaran urin bercabang
PENATALAKSANAAN :
Observasi (Watchfull Waiting )
131
Konservatif : untuk mengetasi retensio urin
Kateteral intermitten
Buli – buli dapat dikosongkan dan kateter segera dilepaskan. Beberapa
pasien kemudian akan dapat miksi sendiri dengan spontan.
Kateteral indweling
Sangat berguna terutama bila penderita dulunya jangan pernah mengalami
retensi urin akut. Tiap hari pasien terpasang kateter dan membawa urin bag
di setiap waktu.
Operatif
Open :
- Suprapubik transvesikal (Freyer)
- Retropubik infravesikal (Milin)
- Trans perineal (Reinshock)
Close
- TURP (Trans uretral resection of the prostat)
- TUIP (Trans uretral incision of the prostat)
!!! Bila pada pasien BPH, tidak bisa masuk kateter lakukan cystostomi (untuk
mengatasi retensio urin (Keadaan gawat darurat).
Indikasi Operasi
Retensi urin
ISK berulang
Sisa kencing pasca miksi > 100 ml
BPH dengan penyulit
Tx medikamentosa gagal
Flowmetri pada obstruktif
Panedoskopi trabekulasi jelas
perdarahan
Kontra indikasi operasi : toleransi tidak baik
Transurethal Resection
Dilakukan jika perkiraan berat prostat < 50 gram
132
Lama operasi < 1 jam
Irigasi dengan air
KOMPLIKASI
1. Perdarahan post – operatif, bisa menyumbat vesika
2. urin bocor lewat luka operasi
3. infeksi dan striktur karena pemasangan kateter yang lama
4. retrograd ejakulasi ke dalam buli – buli ( 30 – 40 %)
5. inkontinesia karena unstable – baldder
PENYULIT BPH
Menururnya kualitas hidup
ISK
Terbentuk batu – buli
Sakulasi – divertikel – hidrorefrois
Hernia
Hemoroid
Hematuria
Gangguan fungsi ginjal
Inkontinensia paradoksa
Infeksi Batu
134
SKOR MADSEN – IVERSEN
1 Bagaimana pancaran air kencing Bapak ? Stream
- Besar dan lancar 0
- Tidak tentu 1
- Kecil dan lemah 3
- Menetes 4
2 Apakah harus mengejar saat kencing Voiding
- Tidak 0
- Ya, mengejan 2
3 Jika ingin kencing dan sudah di WC, apakah air Hesistancy
kencing Bapak langsung mudah keluar, atau harus
menunggu dulu baru dapat keluar ?
- Sesudah di WC langsung kencing dapat keluar 0
- Harus ditunggu dulu baru air kencing dapat keluar 3
4 Apakah air kencing yang keluar sekaligus atau Intermitency
terputus – putus?
- Sekaligus 0
- Terputus – putus 3
5 Apakah merasa puas / tuntas sesudah kencng ? Bladder Empty
- Lampias 0
- Kadang kurang lampias 1
- selalu tidak lampias 2
- Pernah sekali dipasang kateter / selang, baru kencing 3
biasa
- Sudah lebih dari sekali dipasang kateter / selang 4
6 Pernahkan kencing tidak terasa atau seperti ngompol ? Incontinency
- Tidak pernah sama sekali 0
- Ya, pernah seperti ngompol 2
- Sesudah kencing dan pakai celana, air kencing 2
keluar lagi seperti ngompol
7 Saat sudah merasa ingin kencing, untuk pergi ke WC : Urgency
- Apakah tidak terburu – buru karena yakin 0
kencing dapat ditahan
- Harus terburu – buru, rasanya kencing sukar 2
ditahan lagi, kadang air kencing terburu keluar
sebelum sampai di WC
- Selalu air kencing ke buru keluar sampai siap 3
di WC
8 Berapa kali Bapak terbangun malam hari untuk Nokturia
kencing di WC ?
- Tak pernah, atau kadang – kadang sekali 0
semalam
135
- Sampai dua kali semalam 1
- Tiga – empat kali semalam 2
- Lebih dari empat kali semalam 3
9 Pada siang hari, berapa sering Bapak buang air kecil ? Diuria
- Lebih dari 3 jam sekali atau sekitar 3 - 4 kali 0
kencing selama siang hari
- Antara 2 – 3 jam sekali (5 – 6 kali kencing 1
siang hari)
- Tiap 1 – 2 jam sekali (7 – 8 kali kencing siang 2
hari )
- Tiap sebentar kencing, tidak sampai 1 Jam 3
harus kencing lagi
Ringan : < 10
Sedang : 10 - 20
Berat : > 20
136
UROSEPSIS
Bawah Atas
- BPH - Batu ginjal
- Strictura uretra - Batu ureter
- Batu uretra - Tumor ginjal
- Ca Uretra - Ca Buli – buli
- Ca Prostat
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui adanya obstruksi lesi
- USG
- Renogram
- IVP Px ureum dan kreatinin dulu. Kalo ureum & kreatinin tinggi tidak
boleh lakukan RPG (Retropyeologafi)
137
BPH / Ca Prostat
Sindroma Urosepsis
1. Ada obstruksi / lesi traktur urinarius
2. Febris (≥ 38,5 ) + menggigil
3. Nadi > 100 x / m
4. RR > 30 x / m
5. Leukositosis ( > 10.000), Stab > 5
6. LED meningkat
7. Lekosituria
8. Bakteriuria
Terapi Urosepsis :
1. Antibiotika
2. Resositasi cairan dan elektrolit
3. Diversi urine sementara
4. Tindakan definitif terhadap kelainan urologi primer
Pilihan antibiotika :
1. Sesuai kultur urine
2. ampisilin + Bentamisin
3. Sefalosporin Generai III
Definisi Sepsis
SIRS terdapat paling sedikit 2 dari kriteria ini :
1. Suhu tubuh > 380 C atau < 360 C
2. Denyut nadi > 90
3. Frekuensi nafas > 20 atau PaCO2 < 32
4. Lekosit darah > 12000 atau < 4000 atau > 10% bentuk lekosit muda
Sepsis SIRS dengan tanda – tanda inf
Sepsis sepsis disertai hipotensi (sistol < 90) berat atau terdapat disfungsi organ,
Berat atau hipoperfus (yaitu terdapatnya salah satu dari keadaan ini :
hipoksemin peningkatan as. Laktat, atau oliguri )
Syok sepsis disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi
Septik
138
BATU SALURAN KEMIH
ETIOLOGI :
Penyebab pasti belum diketahui , diduga disebabkan oleh :
Infeksi
Defisiensi Vit. A
Hipersaturasi bahan – bahan yang relatif tak larut dalam urin, mis. Oxalat,
kalsium, asam urat, karena kurang minum, diet yang salah
Faktor lingkungan
JENIS BATU
1. Inorganic stones : Kalsium – Oxalat, Triple Phosphate, kalsium – Phospahte
2. Organic stones : As. Urat, Cystins, Xantine
139
3. Batu struvit / batu MAP (Magnesium Amonium Phosphat) : disebut juga
sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih.
Secara Radiologi :
Radiopaque inorganic stones
Radioluscent organic stones
DIAGNOSA
ANAMNESA
Batu Buli – Buli
Pada anak – anak di temui rasa sakit pada saat BAK sehingga anak menangis
dan menarik – narik penisnya, kadang – kadang dapat terjadi prolapsus ani,
biasanya anak akan mengambil posisi tertentu yang memungkinkan urin keluar.
Pada orang dewasa, TRIAS :
1. Hematuria
2. Disuri
3. Gangguan pancaran
Nyeri dapat hilang pada perubahan posisi
Jika batu sudah masuk ke dalam uretra maka akan terjadi retentio urin
Batu Ureter :
Colic pain, menyebar dari pinggang ke arah testis. Nyeri tidak hilang pada
perubahan posisi.
Sering disertai perut kembung, nausea dan vomitus
Hematuria
Batu ginjal :
Tidak mempunyai keluhan yang khas
Keluhan dapat timbul akibat :
1. Infeksi (pielonefritis)
2. Batu masuk ke ureter (kolik)
3. Peregangan Pelvio – kalises menyebabkan pegal - pegal
Kolik ginjal
Disamping itu perlu ditanyakan :
- Usia penderita
- Tingkat sosial
- Riwayat keluar batu
- Diet
140
Perbedaan batu buli – buli, Hipertrofi prostat dan Striktur Uretra
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Perlu pemeriksaan kalsium, As. Urat dan fosfat dalam darah atau urin 24 jam untuk
menyelidiki faktor penyebab timbulnya batu yang penting untuk pencegahan.
Radiologi
1. Foto Polos Perut :
141
- Kontur ginjal
- Batu radiopaque
- Ureter
- Lokasi batu
- Besar batu
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Batu Ginjal
1. Pielonefritis akut
2. Adenocarcinoma akut
3. Tumor sel transisional sistem pelviokalises
4. TBC ginjal
5. Nekrosis papiler
6. infark ginjal
Batu Ureter
1. Tumor primer ureter
2. Sumbatan bekuan darah dari ginjal
3. Nelonefritis akut
Batu buli – buli
1. Hipertrofi prostat
142
2. striktur uretra
3. tumor vesica bertangkai pada anak – anak :
- Phimosis / paraphimosis
- Striktur uretra kongenital
- Katup uretra posterior kongenital
PENATALAKSANAAN
Tujuan :
1. Menghilangkan batu untuk mempertahankan fungsi ginjal
2. Mengetahui etiologi untuk mencegah residif
Terapi :
1. Medikamantosa Forse diuresis
ukuran batu < 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan
Tx untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan diuretikum
dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
3. Endourologi
Tindakan infasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang tdd
memecahkan batu kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui
alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat dimasukkan melalui uretra atau insisi pada kulit (perkutan )
Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidrouni, energi gel. Suara atau energi laser
Macam – macam tindakan endourolgi :
1. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
143
Untuk keluaran batu dari ginjal dengan cara masukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui incisis pada kulit batu dipecah jadi fragmen
kecil kemudian dikeluarkan.
2. Lifotripsi
pakai alat batu (litotripsi)
pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ellik
4. Bedah terbuka
- Pielolitotomi Mengambil batu pada saluran ginjal
- Nefrolitotomi
- Ureterolitotomi
- Nefrektomi
144
Grading bendungan :
Grade 1 : bendungan (+), cupping terlihat baik
Grade 2 : bendungan (+), cupping sudah mulai datar
Grade 3 : bendungan (+), cupping sudah menjadi bola
Untuk batu ureter yang kecil, bentuk memanjang dan diameter < 1 cm sedangkan
bendungan yang ditimbulkan grade 1 atau 2, selalu menunggu, yaitu dengan terapi
konservatif (minum banyak, diuretika , antispasmodik ) dan diobservasi 3 – 6
bulan.
Setelah itu dinilai lagi secara radiologik. Bila batu tetap di tempat semula dan
bendungan bertambah hebat berarti batu sudah melekat pada dinding (incrusted),
harus dilakukan Uretrolitotomi.
Batu Ginjal :
Nefrolitotomi, atas indikasi :
- Obstruksi
- Gangguan fungsi ginjal
- Nyeri yang mengganggu
Nefrektomi, jika ginjal sudah tidak berfungsi lagi
Hemi-nefrektomi, jika kerusakan pada salah satu pool ginjal
Indikasi nefrektomi :
- Ginjal sudah tidak berfungsi
- Berisi nanah (pionefrosis )
- Korteks sudah sangat tipis
- Mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
obstruksi dan infeksi menahun
Indikasi Operasi :
- Tanda – tanda Inf
- Batu > 5 cm
145
KI : Fx ginjal (-)
Batu :
- Asimptomatik
- Simptomatik
146
TRAUMA URETRA
Uretra pada ♂ :
1. Uretra pars prostatika uretra pers posterior
2. Uretra pars membranosa
3. Uretra pars bulosa
4. Uretra pars pendulosa / uretra pars anterior
cavernosa
5. Uretra pars naviculare
beberapa mm dari OUE
147
Reptur uretra post
Pd RT : didapatkan prostat yang mengambang (floating prostat)
Pemeriksaan :
Bipolar uretrosistografi
PENANGANAN :
Diversi urine dialihkan dengan cara sistotomi (buat saluran kencing buatan di
VU)
KI : Susp. Trauma uretra, jangan pasang kateter karena bisa sebabkan trauma
tambah parah bisa timbul fistel uretracutaneus
148
Ca PENIS
Tumor ganas pada penis tdd:
1. Karsinoma sel basal
2. Melanoma
3. Tumor mesenkim
4. Karsinoma sel squamous
Yang paling banyak
Berasal dari :
- Kult Prepusium
- Glands
- Batang penis
Etiologi
Ada hubungan dengan hygiene penis yang tidak bersih iritasi smegma
akibatkan inflamasi kronik rangsang keganasan penis
Sirkumsisi memperkecil angka kejadian
Riwayat fimosis (+)
Tumor (lesi pre maligna )
Virus HPV 16
Patologi :
Ca Penis stadium awal : tumor papiler, lesi eksofitik, lesi datar atau lesi ulseratif
kemudian membesar dan merusak jaringan sekitar mengadakan invasi
limfogen ke kelenjar limfe Inguinal menyebar ke kelenjar limfe daerah
pelvis hingga subklavia.
Fascia buck berfungsi sebagai barier dalam penyebaran sel – sel kanker penis,
sehingga jika fasia ini telah terinfiltrasi oleh tumor, sel – sel kanker jadi lebih
mudah invasi melalui hematogen.
Gambaran Klinis :
Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau, sering mengalami infeksi,
ulserasi, perdarahan
Pembesaran kelenjar limfe inguinal yang nyeri karena limfe
149
Pembesaran kelenjar limfe inguinal
Benjolan tidak nyeri
Sulit BAK
Sekret bau
DIAGNOSA BANDING :
- Veruka (tumor kulit )
- Kondiloma akuminata
DIAGNOSA :
PA biopsi pada lesi primer
X – ray menentukan penyebaran tumor ke organ lain
TERAPI :
1. Menghilangkan lesi primer
- Sirkumsisi
bila tumor terbatas di prepusium penis
- Penektomi parsial
mengangkat tumor serta jaringan sehat sepanjang + 2 cm dari batas prox
tumor
untuk tumor yang terbatas pada glands penis atau pada batang penis
sebelah distal
- Penektomi total dan uretrostomi perineal
untuk tumor yang terletak sebelah prox batang penis atau jika pada
penektomi parsial ternyata sisa penis tidak cukup untuk dipakai miksi
dengan berdiri dan melakukan penetrasi ke dalam vagina. Setelah itu
dibuatkan uretrostomi perineal atau perineostomi sehingga pasien miksi
dengan duduk.
- Terapi laser dengan Nd : YAG
eksisi tumor dengan sinar laser
- Tx topikal dengan kemoterapi
untuk karsinoma in situ atau eritoplasia Queyart
pakai krim 5 FU 5 %
- Radiasi
150
OBSTRUKSI usus
ETIOLOGI
1. Tersumbat lumen usus
tumor polypoid, intusuception, meconeum, feses
2. Kelainan / kerusakan dinding usus (intrinsik)
atresia, sterosis, duplikasi, striktura
3. Ekstrinsik daripada usus oleh karena :
adhesi : operasi, radang, kinking, angulasi, hernia externa, massa
ekstrinsik (neoplasma, abses), volvulus
151
Kapasitas absorpsi meningkat cairan lebih banyak tertimbun. gangguan
kontraksi otot – otot usus
Memperbesar permeabilitas mucusa (bacterial risk, absorpsi toxin)
Stasis pertumbuhan bakteri meningkatkan konsentrasi bakteri dalam lumen
usus insidens peritonitis, abses, inf, luka meningkat.
Pemeriksaan Fisik :
1. takikardi
2. hipotensi
3. demam
4. turgor kulit meningkat dehidrasi
5. kelembaban mukosa / mukosa kering
6. Abdomen :
- distensi
- darm countur : gambaran bentuk usus di permukaan dinding abdomen
- darm steifung : gambaran peristaltic waves di dinding abdomen
- defence musculorum
- nyeri tekan abdomen Mungkin strangulasi
- nyeri lokal
- nyeri rebound
- Auskultasi :
- high pitched (nada tinggi)
- metalic sound ( tinkling)
- musical character Bising Usus
- borborygmi
7. Perut membucit
152
VOLVULUS
Volvulus : Obstruksi usus yang disebabkan oleh melilitnya / terpelintirnya usus
atau membentuk simpul.
Etiologi
Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak terletak
retroperitoneal tetapi tergantung pada perpanjangan
mesenterium usus halus, jadi ada faktor mensenterium yang
panjang dan sekum yang mobil karena tidak terfiksasi.
Sumbu rotasi volvulus terletak sekitar a.ileokolika rotasi bisa
mencapai 720 derajat
Volvulus sigmoid mesenterium yang panjang (A) dengan basis yang sempit (B)
Diagnosis Volvulus
- Nyeri kolik
- Antara kolik terdapat nyeri perut menetap
- Perut besar sekali karena distensi
- Kadang mual muntah
- Gambaran foto rontgen :
- ban mobil karena belokan raksasa
- dengan bubur barium, rektal terlihat tanda paruh burung
Sikap
- Sigmoidektomi dengan anastomosis termino – terminal
- Bila keadaan umum buruk prosedur hartman
153
proksimal dan kolon bagian distal ditutup. Kolon
disambung setelah KU baik.
DIVERTIKEL MECKEL
154
Daerah bawah umbilikus berbentuk kantong
3. Divertikel meckel
4. Fibrous band
156
TUMOR MAMMAE
Klasifikasi :
Non neoplastik :
1. Inflamasi : - mastitis akut (piogenik)
- mastitis sel plasma
- nekrosis lemak
2. Hiperplasia : - hipertrofi
- ginekomastia
3. Displasia : mastitis chronica cystica
Neoplastik
1. Jinak : -parenkim adenoma, papiloma
-stroma lipoma, fibroma
-campuran fibroadenoma (FAM), cystosarcoma phylloides
DIAGNOSA
Kelompok High-Risk (Stark & Way) :
1. wanita dengan thermogram meragunakan dengan / tanpa mammogram
meragukan
2. wanita dengan benjolan payudara yang fibrokistik / dengan nipple dischange
3. wanita dengan riwayat tumor jinak sebelumnya
4. wanita dengan riwayat tumor keluarga (+)
5. wanita tanpa anak / anak sedikit / hamil pertama > 35 tahun
6. wanita dengan menarche cepat / monopouse lambat
7. wanita dengan riwayat Ca endometrium
ANAMNESA :
1. Usia - 15-25 tahun : fibroadenama mamma
- 25-35 tahun : mammary displasia
- >35 tahun : keganasan
2. Riwayat keluarga
3. menarche / siklus haid / monopause / kehamilan
4. pemakaian obat hormonal
5. kapan mulai timbul
6. gejala lokal/umum : - sakit
- nyeri tekan
- nipple discharge
- perubahan berat badan
7. riwayat penyakit dahulu Ca endometrium
158
8. rasa nyeri umumnya tumor jinak dan tumor ganas pada permulaan sekali
tidak memberikan keluhan subyektif. Nyeri baru timbul pada tumor mamma
lanjut. Tetepi dapat juga dari mula sudah memberi gejala pegal, dingin, panas
(rasa nyeri adalah gejala yang tidak teratur pada ca mamma dini)
PEMERIKSAAN FISIK :
Pasien dalam posisi duduk:
1. Lengan ke bawah di samping tubuh, relax. Bandingkan mamma kiri dan kanan
mengenai :
simetri mamma kiri dan mamma kanan
besarnya mamma
tinggi dan besar kontur mamma, terutama lipatan bawah
adanya perubahan bentuk oleh tumor (membesar/mengisut)
Posisi berbaring :
1. pemeriksa berdiri di samping penderita sebelah mamma yang diperiksa
2. inspeksi
perubahan kulit : dimpling, retraksi (akibat serabut fasia yang melekatkan
kulit dan tumor mengalami pemendekan) terlihat jelas dengan tangan di
belakang kepada / crista iliaka dan hiperekstensi (untuk menegangkan fasia),
gambaran vena perdarahan, edema
perubahan mamma / areola : ekskoriasi, dischange (darah, sekret, nanah),
pointing nipple (arah putting susu biasanya berbelok ke arah tumor )
peau d’orange akibat obstruksi limfatis
adanya tumor
3. Palpasi dilakukan dengan kulit volar phalarnx II phalarnx akhir dan jari II, III,
IV bersama – sama.
159
Untuk pemeriksaan separuh lateral mama lengan os diletakkan, ke atas
ke samping kepala
Untuk memeriksa separuh medial mamma lengan os diletakkan relax di
samping badan os.
Palpasi dilakukan pada seluruh daerah mamma, sistimatik dari clavicula
sampai iga ke –6, dari tepi sternum ke tepi latisimus dorsi, garis axiilia
depan.
Cawak kulit Cawak kulit + retraksi puting Kulit jeruk + inverse puting
CTT : untuk menentukan tumor mamma sudah lengket pada iga /m. Interkostalis :
os diminta :
Melakukan kontraksi pectoralis dengan cara tekan tangan dua – dua, satu
sama lain di atas kepala / tekankan tangan di atas krista iliaka – bila tumor
bergerak berarti LENGKET.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
Hb, leuka, diff, LED, trombosit
LFT : alkali fosfatase, serum Ca, P. SGPT
Ureum kreatinin
Sitologi vagina (pada wanita post menopause)
2. Mammograf, indikasi
a. Adanya benjolan pada payudara
Baik dengan / tanpa rasa nyeri
Dirasakan oleh os, tetapi dokter belum dapat meraba
b. Adanya rasa tidak enak pada payudara, misalnya nyeri, sangat peka dan
kelainan puting susu.
c. os dengan riwayat resiko tinggi menderita keganasan payudara
d. pembesaran KGB axilla yang meragukan
e. penyakit paget dari putting susu
f. adanya penyebaran metastasis tanpa diketahui asal tumor primer
g. pada os dengan cancer - fobia
3. Radiologi
Foto thorax
Foto polos perut – hepar
Bone survey – lumbal, pelvis dan femur
4. Termografi : berdasarkan hipervaskularisasi dan termogenesis yang berlainan
Termotomografi : berdasarkan pemantulan gelombang oleh lapisan abnormal.
5. Histopatologik : - parafin
- potong beku
PENATALAKSANAAN
STADIUM 1 :Mastektomi radikal
Bila KGB axilla tidak mengandung metastasis radiasi post-op (-)
Bila KGB axilla metastsais (+) rad post-op KGB regional
Bila dilakukan mastektomi simpleks diikuti radiasi tumor bed + KGB regional
(rad lokal + regional)
TEHNIK OPERASI
MASTEKTOMI SIMPLEX : mengangkat seluruh jaringan payudara tanpa
mengangkat KGB regional tetapi dilakukan pengangkatan fasia pektoralis
MASTEKTOMI RADIKAL : mengangkat seluruh jaringan payudara dengan
seluruh kulit dan putting susu + seluruh m. Pectoralis mayor dan minor diseksi
KGB aksila jaringan lemak di sekitar KGB.
PROGNOSA
Tergantung :
1. Ukuran tumor
2. jumlah, tempat, ukuran KGB yang terkena
3. skin involvement
4. fiksasi tumor primer / KGB (+)
5. histologs : Ductal : baik meduler
papiler cystadenoma
Comedo
Paget
Lambat schirrous Ca
Degenerasi epiderm
Buruk Ca mastoides
Acinus : baik lobuler
6. Derajat anaplasia
7. usia status menstruasi
8. kelambatan terapi
9. kehamilan
10.ER content
163
CA COLON & REKTUM
Gambaran Klinik
Colon Kanan : tidak khas
- Anemia dan kelemahan
- Dispepsia
- Darah di feses
- Perasaan kurang enak di perut kanan bawah
- Penurunan berat badan
- Feses masih cair/ diare jarang terjadi stenosis, obstruksi
- Blood occult
Colon Kiri : Perubahan pola defekasi
- Konstipasi / defekasi dengan tenesmi
- Makin ke distal feses makin menipis (seperti kotoran
kambing)
- Darah di Feses
- Cabang bersifat skerotik Feses Padat sering timbulkan
stenosis / obstruksi
Rektum : - Tenesmus
- Perdarahan rektum
- Darah di Feses
- Perubahan pola defekasi
- Pasca defekasi perasaan f puas atau rasa penuh
- Perdarahan akut jarang terjadi
164
- Nyeri daerah panggul tanda penyakit lanjut
- Bila ada obstruksi penderita flatus rasa lega di perut
Lokasi nyeri : Colon kiri lebih nyata daripada colon kanan. Lokasi nyeri
dirasakan berbeda karena asal embrogenik berlainan nyeri usus
tengah dan usus belakang.
TERAPI
Tujuan utama : memperlancar saluran cerna
Paliatif Kuratif
- Kemoterapi - Pembedahan menurut Quenu - Miles
- Radiasi - Reseksi anterior rendah (pada rektum)
- Bedah - Reseksi cara hartman
Jika tumor tidak dapat diangkat dilakukan bedah pintas / anus preternaturalis
(kolostomi).
Macam – macam kolostoma
- Stoma laras ganda (double barrel)
- Stoma kait (Icop kolostoma) kolostomi partial
165
- Stoma ujung (end kolostoma)
Indikasi Kolostomi
- Dekompresi usus pada obstruksi
- Stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang atau perforasi
- Sebagian anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal
Kerugian Reseksi anterior rendah (pada rektum): tidak bersih, sering kambuh
167
STRUMA
Definisi : Pembesaran kelenjar tiroid
ANATOMI
Kelenjar tiroid berada di regio coli anterior dengan batas – batas m.
Strenocleidomastrideus, m.digastrikus, dan manubrium sterni. Kelenjar tiroid
diluar regio ini disebut Tiroid ektopik atau Struma Abberant.
Berat normal 20- 30 gram
Kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus yang dihubungkan oleh 1 lobus piramidalis
yang berada di garis media
Kartilagi tiroidea melekat pada Trachea, sehingga pada saat menelan, kelenjar
tiroid ikut bergerak
KLASIFIKASI
1. Struma Non – ToksiK
2. Struma Toksik :
- Difusa Grave, Tirotoksikosis primer
- Nodosa Tirotoksikosis sekunder
NEOPLASMA :
1. Jinak (adenoma ) :
- Folikuler
- Papiler
- Hurtle
2. Ganas :
- Adenocarcinoma : Folikuler
Papiler
Mixed
- Carcinoma anaplastik
- Carcinoma meduler (embrional)
ETIOLOGI
1. Iodium defisiensi endemik gaiter, gravida
2. Autoimun Tiroiditis Hashimoto
3. Defisiensi enzim kongenital dyshormogenetic goiter
4. Idiopatik Struma Riedel, de Quervain’s, Grave Neoplasma
DIAGNOSA
ANAMNESA
Benjolan pada leher, lama dan pembesarannya
Gangguan menelan, suara serak (gejala penekanan )
168
Asal / tempat tinggal
Riwayat keluarga
Struma toksik :
- kurus
- Irritable
- Keringat banyak
- Nervous
- Palpitasi
- Tidak tahan udara panas
Struma non – toksik :
- Gemuk
- Malas dan banyak tidur
- Gangguan pertumbuhan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Tekanan darah meningkat (sistole )
Nadi meningkat
Mata : exoftalmus
Stellwag sign : jarang berkedip
Von Graefe sign : palpebra sup tidak mengikuti bulbus okuli
waktu melihat ke bawah
Morbius sign : sukar konvergensi
Joffroy sign : tak dapat mengerutkan dahi
Rossenbach sign : tremor palpebra jika mata ditutup
Hipertoni simpatis: kulit basah – dingin, tremor
Jantung : takikardi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Scanning Tiroid
Dasar : presentasi uptake dari I 131 yang didistribusikan tiroid.
Dari uptake dapat ditentukan fungsi dari tiroid
Uptake normal : 15 – 40 5 dalam 24 jam.
Hot area : uptake > normal, jarang pada neoplasma
Cold area : uptake > normal, sering pada neoplasma
Cold area :
Kista
Hematoma / perdarahan
Radang
Neoplasma
Hot area :
Struma adenomatosa
Adenoma toksik
Radang
Neoplasma
DIAGNOSA BANDING
1. Colloid Goiter
2. Tiroiditis
3. Dishormonogenetic Gaiter
4. Struma Riedel
5. Neoplasma
PENATALAKSANAAN
KONSERVATIF :
Indikasi :
1. Toleransi operasi tidak baik
2. Struma yang residif
3. Pasien usia lanjut
Struma Toksik :
Bed Rest
Lugol 5 – 10 mg 3 x sehari, selama 14 hari
PTU 100 – 200 mg 3x sehari, periksa leukosit
I 131
OPERATIF
Indikasi :
1. curiga / pasti ganas
171
2. timbul tanda –tanda desakan trakea / esofagus
3. struma toksik
4. struma besar (kosmetik)
5. struma retroternal
6. preventif
Persiapan Operasi:
Rawat, best rest
Laboratorium, terutama Protrombin Time (obat anti tiroid mempengaruhi
pembekuan darah)
BMR
Lugolisasi : 3 x I gtt s/d 3 x XX gtt
Tokikardi : propanolol 2 x 10 mg
Neomereazale (anti tiroid) : 3 x i tab
Hemeostatic drugs
Jenis Operasi
1. Lobectomi / Ismolobectomi: pada tonjolan jinak
2. Subtotal Tiroidekotmi : pada kelainan metabolik
Radiasi : keganasan dengan metastase jauh
3. total tiroidektomi :
perikapsuler nodul dan jaringan areolar : tumor terbatas pada kel. Tiroid
Compartmental disection : KGB terdapat di sepanjang jalan n. Recurens
diseksi diantara Carotid – sheath dari incisura jugularis sampai bagian atas
kart. Tiroidea.
Radical Neck Dissection (RND) : terdapat pembesaran KGB leher lainnya.
Komplikasi Operasi
1. Perdarahan, terutama a. Tiroidea superior
2. kel. Paratiroid terangkat hipokalsemia
3. gangguan n. Reccurens
4. TrachheamalasiA
5. krisis tiroid (8 – 24 jam pasca operasi)
KRISIS TIROID
Tanda :
Gelisah
Gangguan GIT
172
Kulit hangat dan basah
Suhu > 38 C
Nadi > 160 x/ menit
Tekanan darah naik
TERAPI
1. NaI 1- 2 gr dalam Dextra 10 % IVFD dalam 24 jam
Neomercazole 100 – 200 mg
2. Inderal 20 – 80 mg / 4 jam
3. Antipiretik
4. Hidrokortisan 100-300 mg / 24 jam IM
5. Oksigen
6. Digitalisasi
7. Diuretic
8. Lytic Cocktail :
Largactil 100 mg
Fenergan 50 mg
Pethidin 100 mg
Dalam dextrosa 10 % 500 cc IVFD
173
LUKA BAKAR
3. Derajat 3.
Luka bakar derajat 3 meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis
atau organ yang lebih dalam.
Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit.
Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna
keputihan, tidak ada bula dan tidak ada nyeri.
174
Klasifikasi Luka Bakar
1. Berat/kritis bila :
Derajat 2 dengan luas > 25%
Derajat 3 dengan luas > 10%, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan
Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas atau
fraktur
Luka bakar akibat listrik
2. Sedang bila :
Derajat 2 dengan luas 15-25 %
Derajat 3 dengan luas < 10 %, kecuali muka, kaki dan tangan.
3. Ringan bila :
Derajat 2 dengan luas < 15 %
Derajat 3 dengan luas < 2 %
Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut adalah luas telapak
tangan dianggap = 1 %.
175
Patofisiologi :
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan
disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal/akut/syok
yang biasanya berlangsung sampai 72 jam I.
Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier, luka sangat
mudah terinfeksi. Selain itu dengan kehilangan kulit luas, terjadi penguapan
cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan cairan ini disertai pengeluaran protein
dan energi sehingga terjadi gangguan metabolisme.
Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin,suatu lipid protein yang
kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan
disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru
(ARDS); yang berakhir dengan kematian.
Reaksi inflamsi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan
kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan
timbulnya parut yang tidak beraturan, kontraktur, deformitas sendi dsb.
PENATALAKSANAAN :
Prinsip penangan luka bakar adalah :
penutupan lesi sesegera mungkin
pencegahan infeksi
mengurangi rasa sakit
pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya
pembatasan pembentukan jaringan parut
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan
korban dari sumber trauma.
Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air.
Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.
176
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus walau api telah dipadamkan., destruksi tetap meluas. Proses tersebut
dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.
Oleh karean itu, merendam bagian yang terbakar selam 15 menit pertama sangat
bermanfaat.
Tindakan ini Tidak dianjurkan pada luka bakar > 10 %, karena akan terjadi
hipotermi yang menyebabkan cardiac arrest.
Tindakan selanjutnya adalah :
2. Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan
adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar.
Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi
dapat ditentukan.Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3
dengan luas > 25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dapat
dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral.
Dua cara yang digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan penderita luka
bakar :
Cara Evans
untuk menghitung cairan pada hari pertama (24 jam):
1. Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc Nacl
2. Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid
3. 2000 cc glukosa 5 %
Setengah dari jumlah 1,2 dan 3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya.
hari kedua
Pada hari kedua diberikan setengah dari jumlah cairan pertama.
177
hari ketiga
Pada hari ketiga diberikan setengah dari jumlah cairan hari kedua.
Cara Baxter
Hari pertama
Setengah dari cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan Ringer Laktat karena terjadi hiponatremi.
Hari kedua
Berikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
3. Berikan anlgetik.
Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intravena.
Hati-hati dengan pemberian intramuscular karena dengan sirkulasi yang
terganggu akan terjadi penimbunan dalam otot.
Tindakan Bedah
Eskaratomi
dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau
tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan
penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan
daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan
yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan
bebas.
Debidement + nekrotomi
dilakukan sedini mungkun untuk membuang jaringan mati denga jalan eksisi
tangensial.
178
Gambar penanganan luka bakar
1. pemasangan infus untuk restorasi keseimbangan cairan dan elktrolit
2. pemasangan kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis
3. pipa lambuang (NGT) untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik
4. pemasangan CVP untuk pemantauan sirkulasi darah
5. intubasi atau trakeostomi bila perlu
6. imunisasi tetanus
7. pemasangan bidai bila perlu
8. debridement/nekrotomi
179
SKIN GRAFT
Klasifikasi :
Berdasarkan donor site
Autograft (tanpa faktor immunogenis)
Isograft (pada twin yang identik)
Homograft (ada faktor immunogenis)
Xenograft (sangat potensial dengan faktor immunogenis)
Berdasarkan ketebalan kulit
Split thikness skin graft (STSG)
- Thin split thikness skin graft
- Intermediate split thikness skin graft
- Thick split thikness skin graft
Full thikness skin graft (FTSG)
Kegagalan graft :
Granulasi akibat inadequat pressure dressing
Pertumbuhan granulasi dari pinggiran / raw surface
Hematoma yang menghasilkan granulasi
Nekrotik kolagen akibat perawatan yang salah
Infeksi dari lapisan gelatin yang berlebihan
Marginal bleeding. Inadequate immobilisation (fixation/rest)
Inadequate vascularitation bad.
181
SKIN FLAP
Definisi : suatu massa jaringan yang terdiri dari kulit dan sub kutan atau jaringan
lainnya yang dipindahkan dari suatu bagian tubuh / donor site ke bagian
tubuh laun / recipient site, dengan memperhatikan jaringan vascular
sebagai pedikel yang masih berhubungan dengan donor sitenya.
182
TETANUS
Masa Inkubasi : 3 hari - 4 minggu, rata - rata 8 hari, umumnya inkubasi < 1
minggu angka kematian / mortalitas tinggi.
Patogenesis :
Kuman tetanus masuk dalam tubuh melalui luka baik luka tusuk, laserasi, luka
tembak, luka bakar atau gigitan. 60% terjadi pada luka tusuk di kaki.
Port d’entree lainnya adalah :
Uterus akibat abortus provokatus kriminalis
Umbilicalis tetanus neonatorum, akibat pemotongan tali pusat yang tidak
steril
Otitis media
Gigi lubang
Jika spora itu menemukan lingkungan untuk perubahan bentuk maka ia berubah
bentuk jadi bentuk vegetatif / baksil. Kuman itu tetap berada dalam luka tidak
menyebar dan menghasilkan eksotoksin, yaitu :
1. Tetanolisin
Tidak langsung menimbulkan tetanus tetapi optimalisasi kondisi
setempat untuk berkembangnya kuman.
2. Tetanospasmin
Bersifat toksik terhadap sel saraf. Melalui saraf motorik toksin ini tiba di
susunan saraf pusat dan terikat dengan sel saraf. Toksin yang sudah
terikat pada sel saraf inilah yang timbulkan gejala pada tetanus, dan
tidakdapat dinetralkan lagi.
Gejala-gejala :
- Tetanus Lokal jarang kaku otot sekitar luka
- Tetanus umum : - Trismus
- Opistotunus
183
- Risus sardonikus
- Dinding perut keras seperti papan
- Kaku otot ekstremitas
- Gangguan menelan
- Kejang hipertonus
- Kesadaran tidak terganggu
PHILLIPS SCORE
Masa Inkubasi
5. < 48 Jam
4. 2 - 5 hari
3. 6 - 10 hari
2. 11 - 14 hari
1. > 14 Hari
184
Imunisasi
10. Tidak ada
8. Lingkungan ada / ibu mendapat
4. > 10 tahun yang lalu
2. < 10 tahun
0. Proteksi lengkap
185
Rabies
TERAPI RABIES
1. Suntik ATS 1 amp IM (Pake dispo 3 CC )
Skin tes 0,1 CC pengenceran 1 : 10
2. Setelah 2 mgg, lihat apakah anjing mati (kalo mati potong kepalanya untuk
diperiksa, kalo (+) suntik verorab).
III.Verorab 1 amp
186
DERMATOM
S2
187
POSTERIOR
® frontalis
® parietalis
® temporalis
® orbitalis
® occipitalis ® zigomatica
dorsum manus ® buccalis
® parotideomasseterica
® colli post.
® submandibularis
® scapularis
® brachii ant.
® deltoidea
® antebrachii
post
® lumbalis ® antebrachii
post
® sacralis ® antebrachii
ant.
® glutea
palmar
manus
® femoris post.
® cruris post.
® cruris ant.
® pedis
® calcanea
plantar pedis
188
ANTERIOR
® parietalis ® frontalis
® temporalis ® orbitalis
® oralis
® nasalis
® mentalis
® colli ant.
®
® axillaris
axillaris palmar manus
® sternocleidomastoidea
fossa cubitalis
® infraclavicularis
trigonum femorale
dorsum manus
® femoris anterior
® genu anterior
dorsum pedis
® calcanea
189
DAFTAR ISI
190
BAB 6. ORTOPEDI
- Fraktur ……………………………..………………..……… 98
- Fraktur femur ………………………...…………………….. 113
- Frakrur Pelvis …………………….............………………… 116
- Fraktur Anggota Gerak Atas ....................………………….. 118
- Amputasi ………………….................……………………... 120
- Daeah Sensibilitas …………………………………….……. 122
BAB 7. UROLOGI
- Urologi Umum .............………………………...................... 123
- Benign Hipertrofi Prostat (BPH) ………..…………………. 124
- Urosepsis ……………………………………………..……. 137
- Batu Saluran Kemih ……………....…………………..……. 139
- Trauma Uretra ……………………………………..…....…. 147
- Ca Penis ………………………………..……………..……. 149
191